Ditemukan 67698 dokumen yang sesuai dengan query
Mawardiyanti
"Skripsi ini mengkaji tiga cerpen karya Zulidahlan, yang berjudul "Maka Sepurnalah Penderitaan Saya di Muka Bumi", "Maskawin Bagi Istriku", dan "Ulang Tahun". Zulidahlan adalah sastrawan yang luput dari pandangan para peneliti sastra. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan unsur intrinsik (latar dan tokoh) dan klasifikasi emosi. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep unsur intrinsik yang terdapat pada buku Nurgiyantoro (1995), konsep klasifikasi emosi yang terdapat pada buku Minderop (2013) dan Walgito (2002). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara deskriptif. Penelitian ini menjelaskan tentang latar, tokoh, serta fungsinya. Selanjutnya dianalisis unsur emosi yang muncul, kemudian dianalisis keterkaitan dari ketiga unsur berupa latar, tokoh, dan emosi.
The thesis examined three short stories by Zulidahlan, which are entitled "Maka Sempurnalah Penderitaan Saya di Muka Bumi", "Mas kawin Bagi Istriku", and "Ulang Tahun". Zulidahlan is a litteratuer who escaped from the view of literature researchers. The purposes of this thesis are to explain intrinsict element (setting and character) and to classify the emotion. The concepts that are used in this research are the intrinsict element concept in Nurgiyanto (1995) book, the classification of emotion concept in Minderop (2013) and Walgito (2002) books. This thesis is analyzed by using qualitative methods, then compiled with descriptive method. This thesis explained about setting, character, and its functions. Afterwards, the emotion element, which appeared in this thesis is analyzed. Ultimately, the connection among three elements such as: setting, character, and emotion is elaborated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60946
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aniesa Rahmania Pramitha Devi
"Penelitian bahasa dan gender menyebutkan bahwa pria dan wanita menggunakan bahasa yang berbeda. Seiring berkembangnya zaman, hal tersebut tidak dapat digeneralisasikan karena faktor perbedaan sosial budaya dan konteks pembicaraan. Selain bahasa, pria dan wanita juga dianggap memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan emosi. Masyarakat umumnya menganggap bahwa wanita lebih ekspresif dalam mengungkapkan emosi dibanding pria. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan menjelaskan penggunaan bahasa emosi berdasarkan gender. Sumber data yang digunakan adalah 14 cerpen Kompas yang diunggah pada situs ruangsastra.com dengan rincian tujuh cerpen pada tiap-tiap gender. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengacu pada teori bahasa emosi dari Kövecses (2004) dan teori bahasa dan gender dari Holmes (2013) dan Kuntjara (2011). Emosi yang dilihat mengacu pada lima emosi dasar dari Davitz dan Mattis (1964), yaitu bahagia, cinta, sedih, takut, dan marah. Data yang diperhatikan adalah kalimat yang mengandung bahasa emosi yang memiliki makna literal dan makna figuratif yang terlihat pada penggunaan metafora dan metonimi. Data tersebut kemudian dianalisis makna berdasarkan emosi dan frekuensi penggunaannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita dapat menggunakan bahasa emosi dengan makna literal dan makna figuratif.
Language and gender research shows that each gender uses different languages. But, this can not be generalized due to socio-cultural differences and the context of the conversation. In addition to the use of languages, men and women are also considered to have different ways of expressing emotions. People generally assume that women are more expressive in expressing emotions than men. Based on that background, this research aims to explain the use of emotion language based on gender. This research uses 14 short stories from Kompas uploaded on the ruangsastra.com site as data source, with seven short stories for each gender. This research uses a qualitative method with the theory of emotion language from Kövecses (2004) and language and gender theories from Holmes (2013) and Kuntjara (2011). The emotions seen refer to the five basic emotions from Davitz and Mattis (1964), namely happiness, love, sadness, fear, and anger. The data considered are sentences containing emotion language with literal and figurative meanings seen in metaphors and metonymy usage. Then, the data are analyzed for meaning based on emotion and usage frequency. The results of this research indicate that both men and women can use emotion language with literal and figurative meanings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Sapuroh
"Kuntowijoyo adalah sastrawan yang cukup berpengaruh bagi kesusastraan Indonesia. Kontribusinya dalam bidang sastra tidak hanya diwujudkan melalui karya sastra, tetapi juga melalui ide sastra profetik. Sastra profetik adalah sastra yang mengandung tiga nilai, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Dengan metode kualitatif dan pendekatan sosiologi sastra, penelitian ini berusaha mengungkap apakah konsep sastra profetik yang dicetuskan oleh Kuntowijoyo diterapkan dalam cerpen-cerpennya atau tidak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen-cerpen Kuntowijoyo mengandung nilai-nilai profetik, namun cerpen-cerpen tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sastra profetik. Hal ini karena ketiga unsur yang ada dalam sastra profetik dihadirkan secara terpisah dalam cerpen-cerpennya.
Kuntowijoyo is one of the most influential man of letters for Indonesian literature. His contribution in the field of literature is not only formed within the literature itself, but also by the ideas of prophetic. Prophetic literature is consisted by three values, namely: humanization, liberation, and transcendence. By using qualitative and literature sociology methods, this research was aimed to express the concept of prophetic literature used in Kuntowijoyo's short stories. The result of this research shows that those short stories contain of prophetic values, but they cannot fully categorized as prophetic literature because the three values in the prophetic literature were presented separately in those short stories."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52919
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Habiba Amalia
"Perempuan sering kali menjadi korban dari dominasi yang dilakukan oleh laki-laki. Hampir di setiap cerpen menunjukkan ketertindasan perempuan oleh latar belakang masalah dan peran laki-laki yang berbeda-beda, tetapi analisis dilihat dari segi laki-laki. penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik maskulinitas tokoh laki-laki terhadap perempuan melalui delapan cerpen dalam Perempuan di Kamar Sebelah. Hampir semua tokoh laki-laki diwakili sebagai tokoh bawahan. Pada akhirnya, semua tokoh laki-laki dalam penelitian ini memiliki karakteristik maskulin yang mampu mendominasi perempuan dan lingkungan yang ada di sekitarnya menggunakan kekuasaan dan kekuatan fisik.
Women are often being the victims of men`s domination. Almost in eight short stories indicate of women suppressing by men`s problems background and different role, but this research refer from men`s side. This research aims to look masculinity characteristic of men`s characters trough a eight short stories in Perempuan di Kamar Sebelah. Almost all men`s characters are representative as subordinate characters. In this research all men`s characters have a masculine characteristic. They are able to dominating all women and surroundings with the power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61205
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ahmad Faisal
"Skripsi ini membahas persoalan kritik sosial dalam sejumlah cerpen rubrik Lentera dalam surat kabar Bintang Timur pada tahun 1960-an. Persoalan tersebut tidak dapat dilepaskan dari pertentangan ideologi politik yang terjadi pada paruh awal dasawarsa 1960-an. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan pendekatan sosiologi sastra.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kritik sosial dalam sejumlah cerpen Lentera erat kaitannya dengan propaganda politik PKI pada tahun 1960-an. Kritik sosial tersebut dilatarbelakangi kedekatan pengarang cerpen Lentera dengan PKI/Lekra.
This undergraduate thesis discusses the issue of social criticism in a number of short stories in the rubric Lentera of Bintang Timur newspaper in the 1960s. These issues cannot be separated from the political ideological conflict which occurred in the early half of the 1960s. This research was conducted with qualitative methods and the sociology of literature approach. Research shows that social criticism in a number of short stories published in Lentera closely related to political propaganda of PKI in the 1960s. That social criticism motivated by the proximity of the authors of the short stories in Lentera with PKI/Lekra."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57583
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abdullah
"Terdapat tiga cakupan dalam pendekatan sosiologi sastra, yaitu analisis hubungan sosial dan pengarang, analisis hubungan sosial dan pembaca, atau analisis hubungan sosial dan karya. Dalam makalah ini, penulis menerapkan pendekatan sosiologi karya dalam menganalisis tiga cerpen karangan Toha Mohtar yang berjudul "Meneer Charlie Boon", "Sersan Wolters", dan "Perginya Seorang Sahabat". Hal ini disebabkan adanya kesamaan yang cukup mencolok dari segi intrinsik tiga cerpen ini, terutama mengenai pemilihan tema, latar waktu, latar sosial, dan tokoh. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang tercermin dalam cerpen "Meneer Charlie Boon", "Sersan Wolters", dan "Perginya Seorang Sahabat". Lebih jauh lagi, untuk menerangkan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia saat itu.
There are three approaches in the sociology of literature coverage, the analysis of social relations and the author, the analysis of social relations and the reader, or the analysis of social relationships and work. In this paper, the authors apply a sociological approach in analyzing the work of three short stories written by Toha Mohtar entitled "Meneer Charlie Boon", "Sergeant Wolters", and "It Goes A Friend". This is due to the similarities are quite striking in terms of the intrinsic three short stories, especially regarding the selection of the theme, setting time, social background, and character. This paper aims to describe the social condition of the people of Indonesia which is reflected in the short story "Meneer Charlie Boon", "Sergeant Wolters", and "It Goes A Friend". Furthermore, to explain human values contained within Indonesian society at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Erlita Nur Rahman
"
ABSTRAKPenelitian ini membahas konflik dalam diri istri sebagai perempuan modern yang terepresentasi dalam sejumlah cerpen Ratna Indraswari Ibrahim. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan temuan mengenai konflik dalam diri istri dalam sejumlah cerpen Ratna, pemikiran dan tindakan tokoh-tokoh perempuan dalam sejumlah cerpen Ratna ketika menghadapi persoalan rumah tangga, serta realitas sosial dalam sejumlah cerpen Ratna yang tercermin di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dari penelitian ini terlihat bahwa tindakan yang dilakukan tokoh perempuan dalam masing-masing cerpen tidak seluruhnya membawa mereka pada kemenangan, tetapi terdapat pula yang mengalami kekalahan.
ABSTRACTThis research discusses the conflict of wives as modern women represented in a number of short stories of Ratna Indraswari Ibrahim. This research aims at describing the findings on wife conflicts in some of Ratna?s short stories, thoughts and actions of the women figures when facing household problems, as well as social realities in her stories reflected in society. The method used in this research is descriptive analysis. From this research, it is seen that actions taken by the women characters in each short story do not entirely taken them to triumph, but also to defeat.
"
2015
S61264
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Beta Golda Nisa
"Penerjemahan bukan hanyak mengenai proses pemindahan suatu teks dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tapi ia "menerjemahkan suatu teks ke dalam bahasa lain dengan cara sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks." (Newmark dalam Haque, 2012). Maka, dalam memenuhi tujuan penerjamahan, bukanlah hal yang gampang, khususnya dalam bidang sastra. Sebuah badan penerbit yang telah menerjemahkan sastra klasik ke dalam Bahasa Indonesia adalah Fiksi Lotus, dengan salah satu cerpennya Charles oleh Shirley Jakcson. Mirip dengan karyanya yang sebelumnya, Charles adalah sebuah prosa yang menawarkan akhiran cerita yang tak terduga, dan hal ini dicapai melalui foreshadowing dalam tokoh utama, yaitu Laurie. Namun, dalam terjemahannya, ada beberapa perbedaan, baik yang berupa dalam deep atau surface meaning. Oleh karena itu, sebuah kajian mengenai terjemahan cerpen Charles diperlukan, khususnya mengenai penokohan Laurie melalui ucapannya, tindakannya dan deskripsi langsung, dengan memahami arti proposisi dan ekspresif yang terkandung di dalamnya.
Translation is not only a process of transferring one text to a different language, but it is "rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text" (Newmark in Haque, 2012). In fulfilling the function of translation, then, is a difficult one, especially in the field of literary. One publisher who has translated classic literary into Indonesian is Fiksi Lotus with one of its prose "Charles" by Shirley Jackson. Similar to her other works, "Charles" is a prose which offers a twist at the end, and this is achieved with the help of foreshadowing through the main character Laurie. However, along the translation, there seems to be a difference with the source text, whether it is the deep or surface meaning. Thus, an analysis of the translation of the short story, specifically of the characterization of Laurie depicted through his speech, action, and direct description in the Indonesian version of the story Charles by understanding both the propositional and expressive meaning, is needed in order to see whether it has fulfilled the intended message which is being conveyed by the source text."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54593
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ainiyatul Fithriyah
"Skripsi ini membahas sudut pandang pada sembilan cerkak dalam antologi cerkak Rubrik Jodoh Karya Catharina Is Sarjoko. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana sudut pandang dibangun dalam sembilan cerkak. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Teori yang digunakan adalah konsep pengelompokan sudut pandang menurut Burhan Nurgiyantoro. Hasil penelitian ini menemukan cara pengarang membangun sudut pandang pada sembilan cerkak yang mencerminkan sudut pandang seorang perempuan Jawa.
This research discusses about the point of view of a nine short stories in the anthology entitled Rubrik Jodoh by Catharina Is Sarjoko. The purpose of this research is to find out how the point of view was built in nine short stories. This research use descriptive-analytical method, and using the concept grouping point of view Burhan Nurgiyantoro. The result of this research showed how author build the point of view in nine short stories which reflect the point of view from woman in Java."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61178
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hardini Vani R.
"Cerpen Lu Xun yang berjudul Buku Harian Seorang Gila adalah salah satu sastra realis yang melanggar tradisi masyarakat Cina dan secara jelas menggambarkan kondisi rakyat Cina yang begitu mengkhawatirkan. Dalam cerpen Harian A Madman ini, karakter "aku" memiliki gangguan mental dan melihat apapun di sekitarnya menjadi sesuatu yang benar-benar aneh. Sikapnya adalah bentuk nyata yang menunjukkan bahwa ia benar-benar gila. Melalui penggambaran karakter dalam cerita pendek ini, Lu Xun memiliki tujuan tertentu yang ingin disampaikan. Jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat Tionghoa pada saat itu, kata "gila" di sini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda, karena asumsi-asumsi yang timbul dari kata "gila" tidak hanya mengacu pada arti sebenarnya dari kata "gila" itu sendiri . Tulisan ini akan membahas asumsi yang mungkin muncul melalui simbol "gila" disajikan oleh Lu Xun, dan apa yang mendorong Lu Xun untuk menulis karakter gila dalam cerita pendek ini.
Lu Xun's short stories entitled A Madman’s Diary is one of the realist literature that breaking the tradition of Chinese society and vividly describes the condition of the people of China that are so alarming. In the short story A Madman’s Diary, the “me” character have a mental disorders and see anything around him to be something really odd. His attitude is a real form that indicates that he was really crazy. Through the portrayal of characters in this short story, Lu Xun has a specific purpose to be conveyed. While connected to the condition of Chinese society at that time, the word "crazy" here can be viewed from several different perspectives, because the assumptions arising from the word "crazy" not only refers to the true meaning of the word "crazy" itself. This paper will discuss the assumptions that may emerge through the symbol of "crazy" is presented by Lu Xun, and what drives Lu Xun to come up with a crazy character in the short story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library