Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"[Masih minimnya penelitian tentang kelelahan akut dan kronis terutama di industri manufaktur Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor faktor yang berhubungan terhadap fatigue akut dan kronis pada pekerja bagian produksi dan packaging PT X Variabel yang diteliti yaitu faktor individu umur waktu tidur commuting time dan faktor pekerjaan yaitu durasi kerja shift kerja lokasi kerja dan waktu lembur Skala Occupational Fatigue Exhaustion an Recovery digunakan untuk mengukur keluhan fatigue akut dan kronispada pekerja Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tidur dan commuting time memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fatigue akut pada pekerja sedangkan waktu tidur dan durasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fatigue kronis pada pekerja , There is still a lack of studies on acute and chronic fatigue especially in the manufacturing industry This research aims to study the factors related to acute and chronic fatigue in production and packaging workers of PT X The studied variables in this research is comprised into individual factors such as age time to sleep commuting time and job factors such as duration shift work location of work and overtime The Occupational Fatigue Exhaustion Recovery scale is used to measure acute and chronic fatigue among workers This research is a descriptive analytic study using cross sectional study design The results showed that the sleep time and commuting time has a significant effect on acute fatigue in workers while the sleep time and duration of the work has a significant impact on chronic fatigue in workers ]"
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita
"Latar belakang dan tujuan: Tekanan panas merupakan masalah penting dalam industri manufaktur. Paparan tems menerus akan menyebabkan kelelahan. Kelelahan kerja berkepanjangan yang berlangslmg minimal enam bulan tanpa pemulihan yang optimal, akan menyebabkan kelelahan kronis, da.n selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kernampuan kelja dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dan kelelahan kronis Serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada peke1ja bagian produksi di perusahaan pemintalan benang PT "X" Karawang.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana secara manual. Data dikumpulkan melaiui kucsioncr rncngcnai lcaraktcristik pekcija dan masa kclja, kucsioncr kclclahan (SSRT dari IFRC), pengukuran tinggi dan berat badan, dan penilaian Indeks Suhu Bala dan Basah untuk mengukur tekanan panas, serla pengukuran intensitas bising dengan sommd level meter oleh dinas kesehatan.
Hasil: Prevalensi kelelahan kronis pada pekelja di bagian produksi adalah 68,8%. Prevalensi kelelahan kronis di bagian dengan tekanan panas Iebih dari 30°C sebesar 84,0%, dan tekanan panas kurang atau sama dengan 30°C sebesar 4O,9%. Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lcbih dari lima tahun, usia lcbih dari 30 tahun dan IMT tidak normal merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan tcljadinya kclelahan kronis. Tckanan panas Iebih dari 30°C mcningkatkan resiko kelelahan kronis 40,28 kali lipat (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;2l8,5, p = 0,000). Masa kerja Iebih dari 5 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 7,6 kali lipat (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p >= 0,011). Usia Iebih dari 30 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 6,7 kali lipat (Adj OR 6,69, 95% CI:1,37;32,54, p = 0,0l9). IMT tidak normal meningkatkan risiko kelelahan kronis 4,5 kali lipat (Adj OR 4,45, CI: l,3l;I5,l8, p = 0,01 7).
Kesimpulan: Prevalensi kelclahan kronis pada pekezjaan di bagian produksi adalah 68,8% dan Iebih banyak terjadi pada pekerja terpajan panas Iebih dari 30°C Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lebih dari lima tahun, usia Iebih dari 30 tahun dan [MT tidak normal didapat berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis.

Background and Aim: Heat stress is an important problem in manufacturing industry. Continues exposure can cause fatigue. Long lasting fatigue for minimally six months without optimal recovery will produce chronic fatigue. Which at the end will decrease working capability and productivity. This study aim to assess the relation between heat stress and others related factors with chronic fatigue in production workers at yarn manufacture "X" Karawang.
Methods: A cross sectional study was used. Sample was selected by manual simple random method. Data were collected through questionnaire that covered workers characteristics and working variables , fatigue questionnaire (SSRT trom IFRC), measurement of body height and weight, and Wet Bulb Globe Temperature Index for measuring heat stress, and noise level mesurement with Sound Level Meter by Local Health Office.
Result: The prevalence of chronic fatigue in production worker was 68.8%. The prevalence of chronic fatigue in area with heat stress >30°C was 84.0%, while in areas with heat stress S30 C it was 40.9%. Heat stress >3o°c, working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were risk factors to chronic fatigue. Heat stress >30°C increases chronic fatigue risk by 40,28 times (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;218,5, p = 0,000). Working period >5 years increases risk by 7,6 time (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p = 0,011). Age >30 years old increases risk by 6,7 times (Adj OR 6,69, 95% CI: l,37;32,54, p = 0,019). Abnormal BM] increases risk by 4,5 times (Adj OR 4,4S, CI: 1,31;l5,l8, p = 0,017).
Conclusion: The overall chronic fatigue prevalence was 68.8%. Heat stress >30°C, Working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were related with chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azhary Azwar
"Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk : 1 mengetahui jumlah pekerja yang mengalami kelelahan 2 menganalisis faktor terkait pekerjaan masa kerja, shift kerja, jam kerja lembur, berat material dan kebisingan dan faktor di luar pekerjaan usia, riwayat penyakit, status pernikahan, kualitas tidur, status gizi dan durasi perjalanan terhadap kelelahan, serta 3 menentukan faktor yang paling mempengaruhi kelelahan.
Metode : Penelitian ini dilakukan mulai dari Maret-Mei 2017 pada 105 pekerja section stamping PT. X. Desain penelitian adalah studi cross sectional menggunakan kuesioner Checklist Individual Strength CIS untuk variabel kelelahan. Analisis data menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan variabel independen dengan kelelahan dan regresi logistik multivariat untuk mencari variabel paling berpengaruh terhadap kelelahan.
Hasil : Penelitian ini menunjukan terdapat 52,4 pekerja yang mengalami kelelahan. Tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor terkait pekerjaan dengan kelelahan. Faktor di luar pekerjaan didapatkan dua variabel memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan yaitu : kualitas tidur dan durasi perjalanan. Faktor yang paling mempengaruhi kelelahan adalah kualitas tidur p = 0,002 , OR = 3,0917 dan CI 95 1,617 ndash; 9,179.
Kesimpulan : Faktor yang paling mempengaruhi kelelahan pada pekerja section stamping PT. X adalah kualitas tidur.

Objective This study aims to 1 find out the number of workers experiencing fatigue 2 analyze work related factors length of service, work shift, overtime hours, material weight and noise and non work related factors age, disease history, marital status , sleep quality, nutritional status and commuting time against fatigue, and 3 determine the factors that most influence fatigue.
Methode This research was conducted from March to May 2017 at 105 section stamping workers of PT. X. The study design was a cross sectional study using the Checklist Individual Strength CIS questionnaire for fatigue variables. Data analysis using chi square test to see the correlation of independent variable with fatigue and multivariate logistic regression to find the most influencing variable to fatigue.
Result This study shows that there are 52,4 of workers who experience fatigue. There is no significant relationship between work related factors and fatigue. There are two variables from non work related factors whom have a significant relationship with fatigue, namely sleep quality and duration of travel. The factors that most influence fatigue are sleep quality p 0,002 , OR 3.0917 and 95 CI 1,617 9,179.
Conclusion The factors that most affect fatigue on section stamping workers PT. X is sleep quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Zenita Imami
"Perilaku selamat adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan (Heinrich, 1931). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan perilaku kerja selamat pada pekerja bagian warehouse dan workshop di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan dan literatur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 79 responden, 62 responden dari bagian warehouse dan 17 responden dari bagian workshop. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dengan menggunakan α = 0,05 dan CI = 95%.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 53,2% pekerja berperilaku selamat, dan 46,8% pekerja berperilaku tidak selamat. Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah peran rekan kerja dan lingkungan. Faktor-faktor yang secara statistik tidak memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah pengetahuan, sikap, peraturan, pengawas, dan ketersediaan APD.

Safe behavior is an act or behavior from someone or some workers who reduce the possibility of accident to employees (Heinrich, 1931). The purpose of this research is to determine factors associated with the safe behavior on workers at warehouse and workshop department of PT X. This research is a quantitative research, using cross sectional study method. This research use primary and secondary data. Primary data is collected with questionnaire, observation, and interview the management. Secondary data is collected from documents and literatures. This research has 79 samples, 62 respondents from warehouse department and 17 respondents from workshop department. Bivariat analysis is done with chi square test, using α = 0,05 and CI = 95%.
The result showed that 53,2% of workers have done safe behavior, while 46,8% of workers have done unsafe behavior. Factors that were proven have significant relationship with safe behavior are working relation and environment. Factors that were not proven have significant relationship with safe behavior are knowledge, attitude, regulation, supervising, and Personal Protective Equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshor
"Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang industri diharapkan dapat menunjang terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja serta terciptanya produktivitas kerja yang optimal. Namun demikian, potensi bahaya dan resiko di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Salah satu keluhan yang sering muncul adalah kelelahan pada pekerja di sektor industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan kerja (kebisingan dan pencahayaan) dan proses kerja (beban kerja) yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pada operator produksi Powder PT. X. Jenis penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Tingkat kelelahan diukur menggunakan kuesioner yang mengacu kepada IFRC (International Fatigue Research Committee) yang dimodifikasi. Beban kerja diukur berdasarkan denyut jantung sedangkan tingkat kebisingan dan tingkat pencahayaan berdasarkan data hasil pengukuran yang telah dilakukan oleh PT. X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 83,3% mengalami kelelahan (69% kelelahan ringan dan 14,3% kelelahan menengah).dimana gejala kelelahan yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah rasa lelah pada sekujur badan dan badan tidak merasa fit. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya pencahayaan yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat kelelahan.

Implementation of Occupational Health and Safety program in industry will expected to create safe and healthy working places for worker and optimal productivities. However, hazards and risk on working places can impact to worker healthiness. One of dominant case is fatigue on worker in industries.
This study aims to determine the relationship of environmental factors (noise and lighting) and working process (working load) to the level of fatigue on Powder production operators, This study use cross sectional study with number of sample is 42 people. The level of fatigue was measured using questionnaire refer to modified IFRC (International Fatigue Research Committee). Working load was measured using heart rate monitoring, while noise and lighting base on data from measurement conducted by PT. X.
The result of this research is 83,3% respondents indicate having fatigue (69% is slight level and 14,3% is medium level), while the most widely perceived symptoms of fatigue were feel of tired on the whole of body and feel of un-fit. The result of statistical test showing that only lighting which have significant relationship with the level of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Tommy Christian
"Kegiatan industri pertambangan emas merupakan industri yang padat modal, padat karya, dan padat teknologi. Interaksi yang tidak harmonis diantara ketiga aspek tersebut dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang erat kaitannya dengan kelelahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi kelelahan pada pekerja di PT. X Tahun 2017.
Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER dengan target penelitian sejumlah 288 responden yang berasal dari semua departemen di PT. X. Diketahui prevalensi kelelahan pekerja di PT. X yaitu sebanyak 136 pekerja mengalami kelelahan 36,8 dan sebanyak 182 pekerja tidak mengalami kelelahan 63,2 . Dari hasil uji statistik ditemukan dua variabel yang signifikan antara lain, variabel kepuasan kerja p-value=0,003; OR=2.140 , dan variabel stres kerja p-value=0,000.
Kesimpulannya, faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan merupakan faktor risiko psikososial. Sebagai upaya penanganan maka perlu dibentuk sistem manajemen penanggulangan kelelahan yang berkelanjutan, pengadaan dialog terbuka mengenai penanganan bahaya psikososial di tempat kerja, dan menerapkan komunikasi yang efektif dan budaya kerja yang kooperatif di setiap jenjang organisasi perusahaan.

The activities of the gold mining industry are capital intensive, labor intensive, and technology intensive industries. The unharmonious interactions between these three aspects can lead to work accidents and occupational diseases that are closely related to fatigue. The purpose of this study is to determine the factors associated with the prevalence of fatigue in workers at PT. X Year 2017.
A cross sectional study design was used in this study using the Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER questionnaire with a target of 288 respondents from all departments at PT. X. It is known that the prevalence of worker fatigue at PT. X as many as 136 workers experiencing fatigue 36.8 and as many as 182 workers did not experience fatigue 63.2 . From the statistical test results found two significant variables i.e. job satisfaction variables p value 0.003, OR 2.140 , and job stress variables p value 0,000.
In conclusion, the most influential factor for fatigue is psychosocial risk factors. In order to solve this problem, it is necessary to establish a sustainable fatigue management management system, to establish an open dialogue on the management of psychosocial hazards in the workplace, and to implement effective communication and cooperative working culture at every level of the organization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Dhamayanti
"Latar belakang :
Melihat belum adanya parameter yang spesifik untak pengakuran kelelahan umum pekerja serta sedikitnya penelitian yang telah dilakukan. Sehingga perlu dilakukan suatu studi yang hertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap timbulnya kelelahan umum dengan menggunakan parameter waktu reaksi L77 Lakassidaya secara objektif dan perasaan kelelahan secara subjektif dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK,).
Metode:
Penelitian ini menggunakan desain cross sectionaL Pengumpulan data dilakukan bulan Februari 2009 pada total populasi pekerja laki-laki sebuah call center bagian inbound jasa layanan C PT X Jakarta dari data primer dan data sekunder.
Hasil :
Dari 131 pekerja yang memenuhi persyaratan didapat prevalensi kelelahan mnum adalab 34 orang pekerja (25,9%) dan prevalensi perasaan kelelahan adalah 126 orang pekerja (96,2%). Secara statistik tidak ditemukan hubungau yang bermakna antara penyelesaian panggilan dengan kelelahan umum (OIMJ,79, 95o/.C/=0,3l-2,02) dan perasaan kelelahan (KS value= 1.000). Yang mendekati kemaknaan adalah faktor pencahayaan (OR= 2,26, 95o%CI=0,84-6,08), pelatihan sebelmn bekerja (OR l,80, 95%CI=0,&0-4,05) dan kebiasaan merokok (OR=0,47 95%Cl=0,21-l,06)

Background :
Specific parameter to measure general fatigue of workers has not been established yet and there were only few researches has been conducted. Thus, it is necessary to conduct a research to measure the prevalence and its factor related to general fatigue using reaction time L77 Lakassidaya objectively and fatique feeling using KAUPK, subjectively.
Method:
This study uses Gross sectional design. Data collection is performed at Call Center at lnbound Department ofC services at PT X Jakarta in February 2009. Sample is taken from total population of male worker at call center. Data collection is performed using primary and secondary data.
Result:
From 131 male workers of which comply with criteria, prevalence of general fatigue is 34 worker (25,9%), prevalence of fatigue feeling is 126 workers (96,2%). Statistically there is no significant relation between call handling accomplishment with general fatigue (OR=0.79. 95%CI=0.31-2.02) and fatigue feeling (KS value=1.000). Close factor are lighting (OR=2,26, 95%CI =0,84-6,08), pre-work training (OR=1,80 95%Cl=0,80-4,05) and smoking habit (OR=0,47 95%Cl=0,21-1,06).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T31993
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Pujiwati
"Latar Belakang:
Hidung adalah organ saluran napas bagian atas yang terpajan secara langsung terhadap agent debu tepung terigu. Deposit partikel debu tepung yang terjadi pada saat inhalasi maupun
ekshalasi terbanyak pada hidung. Partikel debu tepung tersebut merupakan stimulus dan rangsangan inflamasi pads mukosa hidung dan sinus paranasal.
Metoda:
Penelitian ini menggunakan desain kros seksional, dilakukan pada pabrik tepung Jakarta, bulan Agustus 2.005 sampai Juli 2006. Responden adalah pekerja PT X bagian pengepakan yang menderita Rinitis Akibat Kerja.
Hasil Penelitian:
Kadar debu personal melebihi ambang batas (NAB = 4 mg/m3). Jumlah responden pada penelitian ini 80 orang, yang menderita Rinosinusitis Kronis Akibat Kerja sebanyak 35 orang.
Berbagai variabel diteliti untuk mencari hubungan dengan terjadinya Rinosinusitis Kronis Akibat Kerja, yaitu karakteristik responden, aspek K3 dan faktor rinogenik. Dengan uji statistik diketahui variabel yang bermakna adalah pendidikan (p = 0,037), merokok (p = 0,045) dan prosesus unsinatus (p = 0,000). Dengan analisis multivariat diketahui prosesus unsinatus merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya Rinosinusitis Kronis Akibat Kerja.
Kesimpulan:
Prevalensi Rinosinusitis Kronis Akibat Kerja adalah 43,8%. Variabel pendidikan, perokok dan prosesus unsinatus bcrmakna untuk terjadinya Rinosinusitis Kronis Akibat Kcrja. Variabel yang paling dominan untuk terjadinya Rinosinusitis Kronis Akibat Kerja adalah prosesus unsinatus.

Background:
Nose. the upper organ of respiratory tract system suffered directly from flour dust exposure. Deposit of flour dust particles during inhalation and exhalation accumulated mostly in the nose, acted as stimulator as well as generating inflammatory effect on nasal and paranasal sinus mucosa.
Method:
This research design was cross sectional carried out in flour factory Jakarta. Duration of study from August 2005 until July 2006. The subjects were from flour packing workers department and were diagnosed occupational rhinitis before.
Result:
The level of personal dust exposure exceeded threshold limit, value of 4 mglm3. The total subjects was 80 workers, in which 35 workers were being as diagnosed occupational chronic _rhinosinusitis, i:e is demographic, occupational and rhinogenic factors. Using bivariate statistical analysis, education (p = 0,037), smoking (p = 0,045) and procesus uncinatus (p =0,000) were identified as having significant relationship. In the logistic regression function analyses only procesus uncinatus was identified as the determinant of occupational chronic rhinosinusitis.
Conclusion:
The prevalence of occupational chronic rhinosinusitis is 43,8%. While education, smoking and procesus uncinatus are the variables identified as major risk factors. Procesus uncinatus in the logistic regression then identified as the determinant of having occupational chronic rhinosinusitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Hazzrah Medinah
"Kelelahan atau fatigue pada pekerja tambang memiliki dampak yang besar terhadap tingkat absenteisme, penurunan produktivitas, biaya kesehatan, dan kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan kelelahan pada pekerja di PT X serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan. Faktor risiko yang diteliti yaitu faktor terkait pekerjaan (beban kerja, masa kerja, waktu istirahat, area kerja, shift kerja, dan stres kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan merokok, commuting time, pekerjaan sampingan, konsumsi kafein, status pernikahan, status gizi, dan olah raga). Untuk mengukur kelelahan menggunakan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery Scale (OFER), mengukur stres kerja menggunakan kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS), mengukur kualitas tidur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), mengukur beban kerja mental menggunakan NIOSH Generic Job Stress Questionnaire (GJSQ), mengukur karakteristik responden menggunakan The Self-administered Questionnaire, dan untuk mengukur beban kerja fisik menggunakan alat Fingertip Pulse Oximeter. Penelitian ini dilakukan kepada 156 pekerja tambang di PT X dengan menggunakna desain penelitian crosssectional. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja, waktu istirahat, usia, dan beban kerja mental dengan kelelahan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja dan melihat hubungan faktor terkait pekerjaan yang lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor tidak terkait pekerjaan.

Fatigue in mining workers has a huge impact on absenteeism rates, decreased productivity, medical costs, and accidents. This study aims to describe the level of fatigue in workers at PT. X and analyze the associated risk factors. The risk factors studied included work-related factors (workload, period of work, rest time, mining area, work shifts, and work stres) and non-work related factors (age, sleep quality and sleep quantity, smoking status, commuting time, side work, caffeine consumption, marital status, body mass indeks, and exercise). To measure fatigue, the Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) questionnaire was used, Survey Diagnostic Stress (SDS) was used to measure job stress, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire was used to measure sleep quality, NIOSH Generic Job Stress Questionnaire (GJSQ) was used to measure mental workload, the Self-administered Questionnaire was used to measure respondent characteristics, and Fingertip Pulse Oximeter was used to measure physical workload. This research was conducted on 156 mining workers at PT. X by using a crosssectional research design. Descriptive and inferential logistic regression was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between period of work, rest time, age, and mental workload. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace and refers to see the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trise Kurniasari
"Latar Belakang: Performans dan kesehatan pekerja terpajan panas bergantung pada tiga aspek, yaitu heat strain, status hidrasi dan penyakit yang berhubungan dengan panas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan prevalensi kelelahan kronik pada pekerja dengan pajanan tekanan panas ge;30°C dan pajanan panas

Background.The performance and health of heat exposed workers depends on three aspects, namely heat strain, hydration status and heat related disease. The purpose of this study was to examine the differences in the prevalence of chronic fatigue in workers with exposure to heat pressure ge 30°C and heat exposure "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>