Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78819 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fariza Nur Latifa
"Skripsi ini membahas tentang manfaat pemberdayaan bagi penderita gangguan semangat dan tantangan serta faktor pendukung pemberdayaan di Unit Pelayanan Informasi Sosial, yang merupakan pilot project pelayanan rehabilitasi sosial berbasis masyarakat di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penerima manfaat merasakan peningkatan dalam hal kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk berintegrasi dalam masyarakat dari layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh UILS Rumah Kita.

This thesis discusses the benefits of empowerment for people who suffer from impaired enthusiasm and challenges as well as supporting factors for empowerment in the Social Information Service Unit, which is a pilot project for community-based social rehabilitation services in Indonesia. This research is a qualitative research. The results of this study illustrate that the beneficiaries feel an increase in terms of independence, self-confidence, and ability to integrate into society from the social rehabilitation services provided by UILS Rumah Kita."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teszy Mira Ekakusuma
"Dalam menghadapi masa transformasi karena perubahan sistem manajemen sumber daya manusia yang terjadi di PT X, dibutuhkan suatu forum komunikasi berbentuk konseling. Manajer lini sebagai pemimpin tingkat pertama diharapkan dapat berperan sebagai konselor yang melakukan mediasi antara kebijakan perusahaan dengan kebutuhan karyawan.
Kondisi yang terjadi saat ini ternyata fungsi konseling pada manajer lini belum optimal. Hal ini dikarenakan belum semua manajer lini memiliki kemampuan yang mendukung terlaksananya konseling di unitnya masing-masing. Oleh karena itu, perusahaan mengadakan Workshop Counseling.
Disebut Workshop, karena yang dituju adalah kesiapan psikologis para manajer lini untuk memberi konseling dan pengalaman mencoba menjadi konselor yang baik melalui role play. Workshop Counseling ini rencananya akan dilakukan pula pada berbagai Divisi PT X selama menghadapi perubahan sistem manajemen. Mengingat cukup pentingnya Workshop Counseling bagi perusahaan dalam menghadapi perubahan ini, maka perlu adanya umpan balik untuk mengetahui keefektifan Workshop Counseling ini bagi peserta. Proses untuk memperoleh umpan balik dilakukan melalui suatu bentuk evaluasi terhadap workshop. Evaluasi pelatihan (dalam kegiatan ini berupa workshop) dilakukan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta serta membantu perusahaan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk memperbaiki pelatihan tersebut (Kirkpatrick, 1998).
Karena belum terdapat bentuk evaluasi terhadap Workshop Counseling yang mencakup semua hal yang berkaitan dengan performansi workshop dan efektivitas workshop bagi peserta di lingkungan kerja, maka penulis berencana membuat rancangan evaluasi Workshop Counseling.
Rancangan evaluasi Workshop Counseling ini akan mencakup 3 (tiga) level evaluasi dari Kirkpatrick (1998), yaitu level reaction, learning dan behavior. Ketiga level ini termanifestasi dalam 6 (enam) format evaluasi yang bentuk dan waktu pelaksanaannya berbeda-beda, yaitu Format Penilaian Pelaksanaan Workshop Counseling Pre test, Post test, Action Plan I, Action Plan II dan Evaluasi B. Seluruh format ini ditujukan untuk peserta workshop kecuali format Evaluasi B yang diberikan kepada konseli dari konseling yang dilakukan oleh peserta workshop."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Ekowati
"Latar Belakang : Perkembangan motorik halus merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan anak. In-Hand Manipulation (IHM) merupakan komponen penting dalam keterampilan motorik halus yang berhubungan dengan kemampuan menulis dan perawatan diri. Penelitian ini ingin menguji validitas isi dan reliabilitas interrater dan test-retest yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Metode : Desain penelitian ini adalah uji validasi, terdiri dari 60 subjek yang diambil berdasarkan kriteria penerimaan; anak laki-laki atau perempuan usia 4-7 tahun, dapat memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, diizinkan oleh orang tua dengan mengisi informed consent. Subjek tidak dapat mengikuti penelitian jika terdapat gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan neuromuskuloskeletal berdasarkan pemeriksaan fisik secara umum dan IQ < 90. Kemampuan IHM dinilai dengan TIHM-R Berbahasa Indonesia.
Hasil : Dari 60 anak didapatkan rerata usia responden adalah 72 (SB 7) bulan dengan kisaran usia 52 bulan hingga 84 bulan. Secara isi TIHM-R berbahasa Indonesia telah dinyatakan sesuai dengan TIHM-R berbahasa Inggris. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai TIHM-R antara ketiga pemeriksa (rater). Pada uji test-retest didapatkan perbedaan bermakna dengan rentang waktu 2 minggu. Dari analisa didapatkan kenaikan skor secara signifikan pada aspek waktu di semua tugas rotasi (p=0.001, p=0.021) dan translasi 4 pasak (p=0.019).
Kesimpulan : TIHM-R berbahasa Indonesia mempunyai validitas isi dan reliabilitas yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur kemampuan IHM pada anak usia 4-7 tahun.

Background : Development of fine motor is one of the most important aspect in a child?s life. In-Hand Manipulation (IHM) is an important component in the fine motor skill associated with writing and self care ability. This research aim to test the content validity, interrater and test-retest reliability of the TIHM-R that has been translated to Bahasa Indonesia, which has never been done before.
Methods : The design of research is validity test, with 60 subject according to the inclusion criteria ; boys or girls at the age of 4-7 years old, able to understand and follow the instructions given, and permitted by their parents by filling the informed consent. Subject are excluded if they have vision, hearing or neuromusculosceletal problems based on general physical examination and IQ < 90. The ability of IHM is measured by TIHM-R in the Indonesian version.
Results : From 60 children, the mean age was 72 (SD 7) months with range from 52 months until 84 months. The Indonesian version of TIHM-R has been declared appropriate with original TIHM-R. There is no significant difference of TIHM-R score obtained from interrater evaluation. There is significant difference of TIHM-R score between the first test and the second test with interval 2 weeks. There is significant increase in scores on the aspect of time in rotation task (p=0.001, p=0.21) and translation 4 pegs task (p=0.019).
Conclusion : The Indonesian version of TIHM-R has good content validity and reliability to measure IHM skills in children ages 4 to 7 years."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Suseno
"Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M3.UM.01.06 tahun 1983 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Bogor temmasuk Salah satu Lapas yang tetapkan fungsinya sebagai Lapas dan Rumah Tahanan (Rutan), konsekwensinya disamping dihuni oleh narapidana juga ditempatkan para tahanan yang sedang dalam proses penyidikan, penuntutan dan persidangan. WiIayah keria Lapas Klas IIA Bogor meliputi wilayah Kota Bogor, Kabupataen Bogor dan Kota depok. Sehingga saat ini Lapas Klas IIA Bogor mengalami over crowded dikarenakan jumlah hunian sudah sangat meIebihi kapasitas yang sebenamya. Kapasistas Lapas Klas IIA Bogor yang sebenamya sesuai dengan statusnya sebagai Lapas Klas IIA adaIah 468 orang. Namun kondisi hunian pada saat ini mencapai 1.526 orang (Data April 2006).
Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut, penelitian ini berusaha mengungkap pelaksanaan program reintegrasi sosial di Lapas Klas IIA Bogor, dan peranannya dalam mencegah residivisme. Populasi penilitian ini adalah: narapidana yang sedang diusulkan program reintegrasi, residivis yang sebelumnya telah memperoleh program reintegrasi sosial dan yang belum memperoleh program reintegrasi sosial. Sample penelitian ini merupakan sampel total, mengingat populasi peneliiian tidak terlalu banyak dan kondisi Iapangan terkendali oleh peneliti (peneliti mempunyai akses yang maksimal tentang kerangka sampel aiau sample frame). Adapun instrumen penelitian menggunakan kuisioner, selanjutnya data akan dianalisis berdasarkan distribusi frekuensi, dan setiap variabel penelitian akan dideskripsikan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dalam melakukan program reintegrasi masih diperlukan: 1) Perbaikan dan meningkatkan berbagai sarana dan prasarana pendukung, seperti sumber daya manusia, peralatan ketrampilan dengan fokus pada kondisi pasaran kerja praktis yang benar-benar dapat diisi oleh warga binaan; 2) Perlu penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak unsur masyarakat, terutama dalam kegiatan-kegiatan nyata yang terkait dengan pembinaan pelanggar hukum; 3) Sosialisasi program reintegrasi harus digalakkan bekerjasama dengan pihak media massa berisi muatan-muatan materi yang dapat mengguggah partisipasi masyarakat; dan 4) Monitoring dan pendampingan juga harus dilakukan dengan Iebih baik manakala warga binaan memang mengalami kesulitan dan kegagaian.
Banyak faktor atau variabel lain yang juga berpengaruh pada dilakukannya atau tidak diiakukanny kejahatan selanjutnya oleh bekas narapidana. Berbagai faktor yang kemudian juga signifikan mempengaruhi kegagalan bekas narapidana (warga binaan pemasyarakatan) adalah keberadaan pekerjaan dan perekonomian, masalah keluarga, kesehatan mental dan fisik serta pendidikan.

According to the Regulations of Indonesian Ministry of Justice No. M3.UM.01.06 year 1983, 2nd A Class Correctional Institution of Bogor is an institution that have 2 functions, those are as a Correctional Institution and as an Detention Facility to put the detents (inmate on trial). The jurisdiction areas are City of Bogor, District of Bogor, and City of Depot; There are so many inmates and detents put inside this institution. As the result, 2nd A Class Correctional institution of Bogor have already over crowded, because the population already more than the real capacity. The real pacity for this Institution is 468 persons, but now, there are 1,526 persons inside this institution. (Based on the data in April 2006) Starts from these assumptions, this research tries to show the accomplishment of reintegration programs in 2nd A Class Correctional institution of Bogor, and also the part in preventing recidivism. The populations of this research are inmates that already put in reintegration program, recidivists that already put in reintegration programs, and recidivists that not yet put in reintegration programs. The sample of this research is total sample, because the population is not so many and the condition of the area can be controlled by the analyst (analyst has maximum access about the sample frame). As the instrument of research, analyst using questioner, and then the data will be analyzed according to the distribution frequency, and each variable will be described.
The results of this research show that in doing reintegration programs, we still need: 1) Improvement on the supporting facilities, like human resource, the tools for creativities in the focus to the practical works that can be easily done by inmates; 2) Corporation between the elements of community, especially in the good activities for the inmates; 3) Socialization on reintegration programs should be more better by make corporation with mass media to put positive news, so can attract the community and 4) Monitoring and communication also should be done much better when the inmates have problem or failure.
There are many other factors and variables that affect the recidivist to do or not doing criminal again, for example the occupation and the economy situation, problem of family, mental and physic condition, and also education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajaya
"Dewasa ini disatu sisi permasalahan kenakalan anak kian serius dan kompleks, disisi lain institusi keluarga yang seharusnya menjadi lingkungan utama yang bertanggungjawab dalam membina, mendidik dan rnengembangkan perilaku anak mengalami pelemahan daya family cohesiveness yang menyebabkan tidak setiap keluarga dapat mengatasi kenakalan anaknya. Disinilah peran pelayanan rehabilitasi sosial anak nakal melalui sistem panti semakin penting dalam bertindak selaku pengasuh pengganti sementara dalam membina anak. Dalam kaitan itu manajemen pelayanan merupakan hal yang mendasari berhasil tidaknya proses pembinaan yang dilakukan maka penelitian dengan permasalahan pokok bagairnana realitas penempan kebijakan manajemen pelayanan sistem panti melaksanakan proses manajerialnya dalam mencapai tujuan pelayanan menjadi sangat penting.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran obyektif tentang realitas penerapan kebijakan manajemen pelayanan sistem panti serta masalah-masalah yang dihadapinya dan bagaimana upaya untuk mengatasinya. Penerapan kebijakan manajemen sistem panti ini ditelaah dengan pendekatan perspektif sistim. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan dorongan bagi perkembangan pengetahun llmu Kesejahteraan Sosial dan praktek profesi pekerjaan sosial di Indonesia khususnya dalam studi manajemen organisasi pelayanan sosialnya. Kegunaan praktisnya sebagai masukan peningkatan kualitas manajemen pelayanan sosial khususnya yang diselenggarakan melalui sistem panti.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif; penentuan informasinya secara purposive. Data penelitian dikumpulkan melalui studi kepustakaan,wawancara mendalam dan observasi. Sasaran penelitian adalah PSMP Handayani Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PSMP Handayani sebagai lembaga pelayanan sosial pemerintah yang bertindak bertugas memperbaiki dan memperkuat keberfungsian perorangan dan keluarga yang berkaitan dengan peran perannya dalam membina anak nakal belum dapat menghasilkan target fungsional bagi penerima pelayanannya,dikarenakan antara lain penerapan kebijakan menajemen pelayanan panti belum mampu berbuat banyak secara kreatif mengintegrasikan dan memanfaatkan sumber-sumber internal dan eksternal yang ada dalam lingkungannya menjadi suatu kesatuan yang utuh bagi keberhasilan pelayanannya. Hal ini terlihat dari 1) pelaksanaan manajemen panti pada aspek struktur organisasinya dimana manajemen panti belum dapat mewujudkan mekanisme kerja yang membentuk suatu pola kerja yang saling mengisi dan menunjang sebagi suatu aktivitas pelayanan yang mempunyai kesamaan arab, 2) pelaksanaan manajemen panti pada aspek lingkungan dimana manajemen panti belum dapat secara kreatif mengkaitkan/melibatkan aktivitas manajemennya dengan unsur-unsur lingkungan dalam upaya mendapatkan segala jenis sumber yang diperlukannya., 3) pelaksanaan manajemen panti pada aspek sumberdaya rnanusianya dimana manajemen panti belum mampu mendapatkan, mengatur dan mengoptimalkan peran sumberdaya manusianya bagi kegiatan pencapaian tujuan pelayanan secara Iebih berhasil. Kondisi manajemen ini dipengaruhi oleh masih sangat terbatasnya kuantitas, kualitas dan komposisi pegawai yang berkemampuan manajerial secara memadai dan adanya keterbatasan alokasi anggaran dari pemerintah.
Unluk pembenahan kondisi tersebut, agar panti dapat berperan lebih nyata dalam menghasilkan sasaran fungsional bagi penerima pelayanannya, disarankan hal-hal sebagai berikut : 1) dalam pelaksanaan manajemen pada aspek struktur organisasi perlu dilakukan analisis jabatan sebagai dasar penentuan pembagian tugas dan prosedur kerja; perlu diciptakan mekanisme kerja dan koordinasi yang baik diantara sesama komponen pemberi pelayanan; perlu dibenahi dan diterapkannya instrumen administrasi pelayanan serta dilaksanakannya sistem pencatatan dan pelaporan secara periodik dan teratur. 2) Dalam pelaksanaan manajemen pada aspek lingkungan perlu dilakukan sosialisasi program dengan penggunaan konsep ? Social Marketing? dan perlu dibentuk jaringan kerja pelayanan dengan lembaga terkait.3) Dalam pelaksanaan manajemen pada aspek sumberdaya manusia perlu dilakukan pembenahan pengelolan SDM melalui pelaksanaan analisa kebutuhan dan perencanaan SDM; dilaksanakannya secara terprogram dan intensif pelaksanaan orientasi dan supervisi.
Seiring dengan upaya tersebut diusahakan pula peningkatan kualitas SDM panti, khususnya para manajer, pekerja sosial dah pengasuh serta diupayakan pula tersedianya tenaga profesi lain sesuai dengan kebutuhan panti seperti tenaga profesi kependidikan., psikolog, psikiater, instruktur keterampilan dan lain lainnya dengan pemberian insentif/gaji yang layak sehingga pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan yang terintegratif dan profesional. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holland, Audrey L.
San Diego: Plural Publishing, 2007
616.855 HOL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Haryani
"Penyuluhan kesehatan merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan, namun belum diketahui cara mana yang bermanfaat untuk perawatan hipertensi usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyuluhan kesehatan langsung dan melalui media massa dengan perawatan hipertensi pada usia dewasa. Penelitian ini menggunakan desain cross cestional. Sampel 122 usia dewasa dengan total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan penyuluhan kesehatan langsung dan melalui media massa berhubungan secara bermakna dengan perawatan hipertensi pada usia dewasa dan penyuluhan kesehatan melalui media cetak merupakan faktor dominan pada perawatan hipertensi. Penelitian ini direkomendasikan untuk dilakukannya penyuluhan kesehatan secara berkala melalui selebaran, majalah dan poster.

Health counseling is a means of conveying health information to public. However, it is not yet identified which method of counseling is beneficial for the treatment of hypertension in adult. This study aims to determine the relations of direct and mass media health counseling with hypertension treatment in adult. This study used cross cestional design. The sample included 122 adults using total sampling.
The results of the study show that direct and mass media health counseling are significantly associated with hypertension treatment in adult and that health counseling via printed media is a dominant factor in the treatment of hypertension. This research recommends for regular health counseling by means of leaflets, magazines and posters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusung, Zoya Dianaesthika
"Sebagian besar tugas perkembangan dewasa muda adalah mencari pasangan dan menikah. Salah satu aspek yang penting di persiapkan adalah seksualitas. Seksualitas artinya adalah nilai, sikap dan perilaku indivu sehubungan dengan kepriaan dan kewanitaannya. Dewasa muda yang memperoleh informasi yang .benar mengenai seksualitas, dapat menjalani eksistensinya secara natural. Karena alasan tersebut penlis tertarik melakukan penelitian untuk melihat gambaran wawasan seksualitas dewasa muda saat ini, agar nantinya memudahkan pekerjaan psikolog klinis dalam melakukan konseling pranikah. Penelitian ini juga bertujuan memberikan gambaran pengetahuan mengenai seksualitas agar dapat dikembangkan menjadi pendidikan seks untuk dewasa muda.
Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif akan digunakan teknik interviu in depth.Interviu in depth merupakan instrumen penelitian yang netral dan empatis dalam proses dan cara pengumpulan datanya dalam penelitian kualitatif, khususnya pada penelitian dengan tema seksualitas sebaiknya peneliti memiliki kepekaan terhadap isu-isu seputar seksualitas dalam melakukan penelitian.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa wawasan seksualitas dewasa muda saat ini lebih pada seksualitas dalam arti sempit seperti senggama, genital,dan pornoografi. Pria sangat perduli térhadap performa seksual dan wanita lebih perduli pada bentuk tubuhnya. Dewasa muda memiliki kemauan melakukan komunikasi yang baik dalam hubungan seksualnya tetapi kurang pengetahuan mengenai kontrasepsi. Baik yang sudah melakukan hubuhgan seks pranikah ataupun belum kurang mengetahui bagaimana tubuh secara fisik,biologis dan psikologis bekerja dalam tahapan senggama. Padahal dengan mengerti tahapan senggama maka individu dapat memaksimalkan kualitas hubungan saksualnya. Harapan penulis penelitian ini dapat dikembangkan menjadi sebuah modul pendidikan seks untuk dewasa muda dan atau sebagai pendidikan seks untuk persiapan pernikahan juga untuk konseling pranikah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toro Wiyarto
"1. Tugas Akhir ini berisi tentang rancangan untuk merubah mindset narapidana Ex. Gerakan Aceh Merdeka terhadap NKRI (Negera Kesatuan Republik Indonesia).
2. Latar Belakang Masalah
Dengan dijadikannya Aceh sebagai Daerah Operasi Militer yang kesekian kalinya Serta di bentuknya Kodam sendiri, dan diadilinya para GPK separatis ini, Serta perlakuan terhadap para terpidana Ex GAM ini secara adil dan manusiawi, diharapkan keamanan dan ketentraman di wilayah Nagro Aceh Darussalam menjadi membaik, dan Narapidana Ex. Gerakan Merdeka mengerti akan kesalahannya, serta tidak bergabung lagi dengan GAM setelah selesai menjalani masa pidana.
3. Belum adanya pola pernbinaan khusus terhadap narapidana Ex. Gerakan Aceh Merdeka, mereka masih disamakan dengan pola pembinaan narapidana pada umumnya.
4. Maksud Penulisan Tugas Akhir adalah ; berusaha mencari jalan atau untuk merubah mindset bagi para narapidana Ex. Gerakan Aceh Merdeka.
5. Tujuan Penulisan Tugas Akhir ini adalah ; diharapkan menghasilkan bentuk dan teknik serta metode pembinaan yang mendasari pola pembinaan narapidana Ex. Gerakan Aceh Merdeka.
6. Konsepsi Sistem Pemasyarakatan adalah suatu sistem pembinaan, suatu methodologi dibidang "Treatment of Offénders?. Sistern Pemasyarakatan bersifat multilateral oriented dengan pendekatan yang berpusat kepada potensi-potensi yang ada, baik pada individu yang bersangkutan maupun yang ada di tengah-tengah masyarakat, sebagai suatu keseluruhan. konsekuensi adanya pidana penjara yang merupakan bagian dari pidana pokok dalam sistem pidana hilang kemerdekaan.
7. Pola pikir / mindset adalah bukan sekedar percikan pemikiran, perasaan, atau keyakinan tetapi desain muatan tertentu yang kita pilih menurut selera, lalu kita jadikan paradigma hidup.
8. Teori Belajar adalah Suatu teori yang mempelajari Perubahan dan kemampuan untuk berubah yang terkandung dalam belajar.
9. Teori Belajar Contiguous Conditioning (Pembiasan Asosiasi Dekat) sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dan respon yang relevan. Contiguous conditioning sering disebut sebagai teori belajar istimewa dalam arti paling sederhana dan efisien, karena didalamnya hanya terdapat satu prinsip yailu kontinguitas (contiguity) yang berarti kedekatan asosiasi antar stimulus-respon.
10. Teori belajar sosial adalah Memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atomatis atas stimulus (S_R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
11.Teori Kontrol Tentang Perilaku adalah ; usaha yang terbaik dari kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan dengan melakukan itu bisa mendapatkan kontrol yang efektif atas hidup kita yang berasal dari dalam diri kita dan bukan dari kekuatan luar.
12 Basis Terapi realitas Menurut Glasser (1965) adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup kebutuhan untuk mencintai, dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita beruna baik bagi diri kita sendiri rnaupun bagi orang Iain.
13. Analisa masalah ; narapidana Ex.Gerakan Aceh Merdeka merasa bahwa dirinya bukanlah WNI dan mereka merasa dlrinya sedang di tawan oleh Pemerintah RI, sehingga mereka tidak mengakui bahwa dirinya bersalah, sedangkan dasar untuk pembinaan berjalan sesuai dengan Sistem Pemasyarakatan adalah bahwa narapidana mengerti dan menyadari mengapa dirinya dipidana.
14. Usulan Pemecahan Masalah yaitu menggunakan Terapi Realitas yaitu suatu bentuk modifikasi tingkah Iaku, terutama dalam penerapan-penerapan institusionalnya, yang pada dasarnya merupakan tipe pengondisian operan yang tidak ketat.
15. Alasan memilih Terapi Realitas karena terapi realitas menekankan aspek- aspek kesadaran, kekeliruan yang dilakukan oleh klien, bagairnana tingkah Iaku klien sekarang hingga dia tidak mendapatkan apa yang diinginkarmya, dan bagaimana dia bisa terlibat dalam suam rencana bagi tingkah laku yang berhasil yang dilandaskan tingkah laku yang bertanggungjawab dan realistis. Terapi realitas juga tidak melihat pemahaman sebagai suatu yang esensial untuk menghasilkan perubahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>