Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Prabaswari Ratna Handayani
"Pradiabetes adalah keadaan kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi belum dapat dikatakan sebagai diabetes melitus. Penyandang pradiabetes memiliki risiko berkembang menjadi diabetes melitus. Pradiabetes dapat dicegah dengan pengendalian berat badan dan dengan aktivitas fisik. Modalitas yang dapat dikembangkan salah satunya adalah dengan laserpunktur.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efek laserpunktur terhadap Gula Darah Puasa (GDP) dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) penyandang pradiabetes. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan pembanding dilakukan terhadap 26 penyandang pradiabetes yang dialokasikan ke dalam kelompok laserpunktur dan laserpunktur sham. Laserpunktur diberikan dua kali seminggu selama enam minggu. Kadar Gula darah Puasa (GDP) dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) digunakan untuk mengukur keluaran penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan perubahan bermakna rerata kadar GDP kelompok laserpunktur sebesar 10 (7,810) mg/dL dibandingkan rerata kadar GDP kelompok laserpunktur sham sebesar -4,08 (10,943) mg/dL (p<0,05). Sedangkan perubahan kadar TTGO kelompok laserpunktur sebesar - 3,38 (30,065) mg/dL dibandingkan rerata perubahan kadar TTGO kelompok laserpunktur sham sebesar -6,23 (9,774) mg/dL (p<0,05).
Kesimpulan penelitian ini adalah prosedur laserpunktur mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan kadar GDP dan TTGO penyandang pradiabetes.

Pre-diabetes is a condition in which blood glucose levels are higher than normal, but not high enough to be classified as full-blown diabetes. Those with prediabetes are at increased risk of developing type 2 diabetes within a decade unless they adopt a healthier lifestyle that includes weight loss and more physical activity. Other modalities are continuosly being improved such as laserpuncture.
The aim of this study was to establish the effect of laserpuncture on Fasting Plasma Glucose (FPG) and Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) of prediabetes patients. A single blind randomized controlled trial involved 26 patients randomly allocated into laserpuncture or sham laserpuncture. Laserpuncture therapy was given two times weekly at MA-IC 3 Endocrine in six weeks. FPG and OGTT were used to measure the primary outcome.
There was a statistically significant difference between groups at six month; with changing FPG level in laserpuncture group is 10 (7,810) mg/dL and in sham laserpuncture group is -4,08 (10,943) mg/dL (p<0,05). Changing OGTT level in laserpuncture group is -3,38 (30,065) mg/dL and in sham acupuncture is -6,23 (9,774) mg/dL (p<0,05).
The result suggested that laserpuncture has positive effect on FPG and OGTT level on pre-diabetes patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Adriani Budihardjo
"Diabetes Melitus DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan lebih dari 90. DM salah satunya ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah. Penatalaksanaan DM terdiri dari : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Namun intervensi farmakologis banyak menimbulkan efek samping. Beberapa studi menunjukkan bahwa akupunktur bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah pada kasus DM, baik menggunakan elektroakupunktur maupun tanpa elektroakupunktur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin terhadap penurunan kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe 2 di RSU Kota Banjar.
Metode penelitian menggunakan Uji Acak Terkontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 54 pasien DM tipe 2 yang terbagi atas 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, yang masing-masing terdiri dari 27 orang. Pada kelompok A EA dilakukan elektroakupunktur pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin dengan gelombang dense disperse selama 30 menit. Sedangkan pada kelompok B Tanpa EA dilakukan tanpa elektroakupunktur pada titik yang sama selama 30 menit. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Pada kelompok A EA rerata kadar gula darah puasa GDP menurun dari 157,26 24,485 menjadi 142,59 26,771 p < 0,05, sedangkan pada kelompok B Tanpa EA rerata kadar GDP menurun dari 149,67 21,485 menjadi 148,74 21,326 p < 0,05.
Rerata angka penurunan kadar GDP antara kelompok A EA dan kelompok B Tanpa EA menunjukkan hasil yang signifikan p < 0,05. EA pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin mempunyai efek menurunkan kadar GDP lebih baik dibandingkan dengan tanpa EA pada pasien DM tipe 2.

Type 2 Diabetes Mellitus DM is a kind of the most founded more than 90. One of DM symptom signed with increasing blood sugar level. DM therapy including education, medical nutrition therapy, physical exercise and farmacological intervention. However, farmacological intervention causing too many side effects. Some studies shows that acupuncture useful to decrease blood sugar level in DM cases, both using electroacupuncture and without electroacupuncture.
The purpose of this study is to know electroacupuncture effect at MA IC 3 Endocrine ear acupoint to decrease fasting blood sugar for type 2 DM patients at Banjar Hospital.
Study method used Randomized Controlled Trial. This study were involve 54 type 2 DM patients and divided into 2 groups which were group A and B, which was consists of 27 subjects. In group A EA applied electroacupuncture at MA IC 3 Endocrine ear acupoint with dense disperse for 30 minutes. Whereas in group B Without EA applied manual acupuncture at the same point for 30 minutes. Fasting blood sugar FBS was examine before and after intervention. In group A EA FBS level rate decrease from 157,26 24,485 to 142,59 26,771 p 0,05, whereas in group B Without EA FBS level rate decrease from 149,67 21,485 to148,74 21,326 p 0,05.
Decreasing rate of FBS level number between group A and B showed significant result p 0,05. EA rsquo s effect at MA IC 3 Endocrine ear acupoint better than without EA to decrease FBS level for type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manami Teresa Uechi
"Terapi diet memegang peran penting dalam penatalaksanaan diabetes mellitus. Pada penyandang DM tipe 2 yang tidak terkontrol, glukosa tidak tersedia sebagai sumber utama energi, sehingga tubuh meningkatkan produksi asam lemak, dengan akibat meningkatnya produksi benda keton di hati. Salah satu komplikasi DM adalah ketoasidosis, yang merupakan akibat dari meningkatnya benda keton dalam darah.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek dari penambahan serat makanan dalam DM diet pada kadar benda keton serum penyandang DM tipe 2 di Jakarta Timur. Dua puluh penyandang diabetes tipe 2 dengan fungsi hati dan ginjal yang normal, dibagi menjadi dua kelompok dengan cara block randomization. Selama setiap tiga minggu tahapan penelitian, Kelompok Kontrol menerima diet DM sedangkan Kelompok Perlakuan menerima kudapan kedelai mengandung 6 gram serat yang tercakup dalam diet DM setiap harinya. IMT dan asupan makanan dari subjek penelitian dipantau selama penelitian. Kadar benda keton serum subjek, sebelum dan setelah setiap tahapan penelitian diukur dengan menggunakan Precision Xtra Blood Ketone Test Strips.
Subjek terdiri dari lebih banyak wanita, usia rata-rata 51 tahun, memiliki tingkat pendidikan rendah-sedang dan tingkat aktivitas fisik rendah. Sebagian besar subjek dengan berat badan lebih dan obes, dan tidak dapat mengikuti anjuran diet diabetes. Perubahan kadar benda keton serum sebelum dan sesudah intervensi tidak berbeda secara bermakna antara kelompok Kontrol dan Perlakuan. Asupan makanan dengan kandungan serat yang lebih tinggi dan penggunaan placebo disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Dietary fibers have beneficial effects on glycemic control in type II DM. In uncontrolled DM, blood glucose as the primary energy source becomes unavailable, causing increased fatty acid oxidations and eventually an accelerated hepatic ketogenesis. One of the serious complications of type II DM is diabetic ketoacidosis, which results from an abnormally high concentration of ketone bodies in the blood.
The aim of this research was to investigate the effects of additional dietary soy fibers on serum ketone concentrations of the type II DM patients in East Jakarta. The study involved 20 diabetic patients with normal hepatic and kidney functions. Subjects were divided into two groups by a block randomization method. During three weeks of each intervention period, the Control Group received a DM diet only, while the Treatment Group received soy snacks containing 6g of dietary fibers daily in addition to the DM diet. The subjects’ BMI and dietary intake from food records were assessed. The serum ketone body concentrations of the subjects were measured before and after each intervention period using Precision Xtra Blood Ketone Test Strips.
Subjects consisted of more females with an average age of 51 years, and low educational and physical activity levels. Most subjects were either overweight or obese and they were unable to comply with their diabetic regimen diet. Changes in the serum ketone body concentrations before and after the intervention did not significantly differ between the Control and Treatment Groups. Further studies with higher fiber contents and use of placebo were suggested.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Melianna
"Prevalensi penyakit Diabetes Melitus (DM) di masyarakat perkotaan telah mengalami peningkatan. DM pada masyarakat perkotaan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, obesitas yang dapat memicu terjadinya diabetes melitus (DM). DM adalah suatu penyakit kadar glukosa di dalam darah tinggi karena terdapat gangguan pada kelenjar pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kualitas dan kwantitas. Glukosa darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi. Cara mengontrol glukosa darah salah satunya dengan edukasi pengaturan diit DM. Diit DM bertujuan memperbaiki kebiasaan makan untuk mengontrol glukosa darah. Studi kasus yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis intervensi edukasi diit pada DM Tipe 2 di lantai 5 Utara, Gedung Teratai RSUP Fatmawati. Hasil analisis intervensi edukasi diit dapat menurunkan glukosa darah.

Prevalence of diabetes mellitus (DM) in the urban community has been increase. DM in the urban community is caused by unhealthy life styles such as unhealthy eat pattern, lack of activity, and obesity which can trigger diabetes mellitus. DM is a disease that engender high blood glucose level that caused by the disorder of pancreas which influence the quality and quantity of insulin's production. Uncontrolled blood glucose level will lead to many complications. One of the method of controlling the blood glucose level is by giving education about diet's arrangement. Diet arrangement is aimed to correct the client's eating pattern in order to control the blood glucose level. This case study aim to analyze the diit intervention in type 2 DM client at North Fifth Floor Room of Lotus Building of Fatmawati General Center Hospital Jakarta. The result of intervention analysis is diit arrangement can decrease the blood glucose level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nano Supriatna
"Urbanisasi membawa dampak terhadap berbagai sektor di lingkungan perkotaan, yang berdampak pada perubahan gaya hidup. Gaya hidup seperti kurang aktivitas dan makan makanan tidak sehat berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit seperti diabetes. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, baik fisik maupun psikososial. Gangguan citra tubuh merupakan salah satu komplikasi psikososial yang dapat timbul akibat adanya ketidakpuasan terhadap diri sendiri seperti karena adanya perubahan bentuk tubuh, apabila gangguan citra tubuh tidak teratasi maka dapat mengakibatkan depresi. Intervensi keperawatan gangguan citra tubuh menggali aspek positif yang dimiliki, berpikir positif dan afirmasi positif. Kemampuan klien untuk menggali aspek positif, berpikir positif dan pengharapan yang positif dapat meningkat citra tubuh klien dengan diabetes mellitus.

Urbanization has an impact on various sectors in the urban environment, which has led to poor lifestyles. The unhealthy lifestyles such as sedentary physical activity and unhealthy nutrition are associated with diabetes mellitus. Diabetes mellitus is a chronic disease that can lead to various complications, both physical and psychosocial. Disturbed body image is one of the psychosocial complications that resulted of dissatisfaction with one?s physical self as due to a change in body shape. If not resolved, it can lead to depression. Disturbed body image nursing interventions explore patient?s positive aspects, practice positive thinking, and positive affirmations. The results showed that these interventions effective to increase patient?s body image with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anik Maryunani
Depok: Sagung Seto, 2016
617.1 ANI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina
"Asupan serat dalam menu harian penyandang diabetes masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan serat dalam makanan selingan penyandang diabetes melitus (DM) 2 terhadap kadar glukosa darah. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain menyilang alokasi acak pada 7 laki-laki dan 13 perempuan di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih Jakarta. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok: kelompok kontrol mendapat anjuran diet DM dan kelompok perlakuan mendapat anjuran diet DM dan pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram/hari selama 3 minggu. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial dilakukan pada awal dan akhir perlakuan. Status gizi obes didapatkan pada 55% subyek. Sebagian besar subyek tidak mematuhi anjuran diet DM: asupan lemak tinggi sedangkan asupan serat 7,0–13,7 g/hari. Pada awal penelitian, kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna. Setelah periode perlakuan, perubahan kadar glukosa darah tidak bermakna, namun terlihat cenderung menurun pada kelompok perlakuan. Kesimpulan: pada penyandang DM tipe 2, pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram selama 3 minggu tidak menurunkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum.

Fiber intake in the daily menu of diabetes patients was observed to be lower than recommendation. The aim of this study was to evaluate the effect of fiber supplementation as snack on blood glucose levels in type 2 diabetic subjects. This randomized, cross-over controlled clinical trial involved 7 men and 13 women, who visited to Family Doctor Clinic Kayu Putih in Jakarta. Subjects were assigned into two groups: control group who got diabetic diet recommendation, while treatment group got diabetic diet recommendation and snack containing 6 grams fiber/day for three weeks. Fasting blood glucose (FBG) and 2 hours postprandial blood glucose (PPBG) levels were assessed before and after intervention. Fifty five percent of the subjects were obese. Majority of subjects could not comply with diabetic regiment: high in fat, while fiber intakes was around 7.0–13.7 g/day. At baseline, FBG and PPBG levels were comparable. After intervention period, blood glucose level did not changed significantly, but tend to decrease in the treatment group. In conclusion: snack containing 6 grams of fiber for three weeks did not decrease FBG and PPBG of type 2 diabetic subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Rachmat Kurniawan
"Kekuatan otot adalah salah satu tanda vital yang dapat menentukan risiko fungsi fisik serta risiko mortalitas. Laju penurunan kekuatan otot terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan massa otot. Kami menghubungkan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penurunan kekuatan otot dengan fase awal diabetes, yang juga terkait dengan resistensi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan pada wanita dewasa di Jakarta. Kami menggunakan metode cross sectional dan diperoleh 68 subjek. Data diperoleh melalui handgrip dynamometry, sampel darah, food recall 3 x 24 jam, pengukuran antropometri, dan kuesioner aktivitas fisik. Median nilai HOMA-IR 2,765 (0,62 – 6,12). Rerata kekuatan absolut genggaman tangan 25,32 ± 2,27 kg. Hasil kekuatan relatif genggaman tangan melalui perhitungan kekuatan absolut genggaman tangan dibagi berat badan diperoleh median 0,39 (0,22 – 0,61). Hasil uji statistik regresi linier dengan metode Enter menunjukkan tidak ada asosiasi yang signifikan antara HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan setelah dikontrol dengan IMT sebagai faktor perancu.

Muscle strength is one of the vital signs that can determine the risk of physical function and overall mortality. The rate of decline in muscle strength occurs faster than the rate of decline in muscle mass. We relate one of the factors that can influence the decrease in muscle strength to the early phase of diabetes, which is also associated with insulin resistance. We aim to determine the association between HOMA-IR value and relative hand grip strength in adult women in Jakarta. We used a cross-sectional method and obtained 68 subjects. Data were obtained through handgrip dynamometry, blood samples, 3 x 24 hours food recall, anthropometric measurements, and IPAQ-SF questionnaires. The HOMA-IR value was obtained with a median of 2.765 (0.62 - 6.12). An average of 25.32 ± 2.27 kg resulted from absolute hand grip strength. While the results of the relative handgrip strength are dividing the absolute handgrip strength by body weight, a median of 0.39 (0.22 - 0.61) was obtained. The linear regression statistical test using the Enter method showed no significant relationship between HOMA-IR and relative hand grip strength after controlling for BMI as a confounding factor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lengkey, Nikita Esther
"Obesitas telah diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko penyakit tidak menular. Peningkatan berat badan dapat memicu resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh. Posbindu penyakit tidak menular PTM memiliki peran dalam mendeteksi dini serta memantau faktor risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes mellitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM. Perubahan indeks massa tubuh merupakan hasil dari indeks massa tubuh kunjungan kedua dikurangi indeks massa tubuh kunjungan pertama. Yang dimaksud dengan hasil pengukuran gula darah sewaktu yaitu hasil dari kadar gula darah sewaktu kunjungan kedua dikurangi kadar gula darah sewaktu kunjungan pertama.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 47 pasien diabetes yang telah melakukan kunjungan minimal dua kali. Mayoritas subyek penelitian yaitu perempuan 76,6 , dan rata-rata usia 57 tahun 9 tahun. Indeks massa tubuh pada subyek penelitian adalah 25,06 SD 3,541 dan 25,13 SD 3,455 ; atau mengalami overweight. Kadar gula darah sewaktu diperoleh 239,26 SD 125,139 dan 213,15 SD 105,377 ; atau kadarnya >200 mg/dL. Pada uji korelasi Spearman, nilai koefisien korelasi r sebesar -0,100 dan nilai p = 0,504 p > 0,05 . Kesimpulannya, tidak terdapat korelasi antara perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM Binaan KDK FKUI Kayu Putih.

Obesity has been identified as one of the risk factors for non communicable disease. Increased body weight can induce insulin resistance so it can cause increased blood glucose in the body. Non Communicable Disease of Community Health Post KDK FKUI Kayu Putih acts to early detection and monitoring the risk factors of non communicable disease, such as diabetes mellitus.The aim of this study was to investigate the correlation between the changes of body mass index and random blood glucose level in patients with diabetes at community health post of non communicable disease. The changes in body mass index was the results of body mass index in the second visit reduced body mass index in the first visit. The random blood glucose measurements was also defined as the results of random blood glucose level in the second visit reduced random blood glucose level in the first visit.
This study was a cross sectional study, consisted of 47 samples of patient diabetes who had been visited at least twice. The majority of subjects was female 76,6 , and mean age of subjects was 57 9 years. Body mass index of subjects was 25,06 SD 3,541 and 25,13 SD 3,455 or overweight. And, random blood glucose level of subjects was 239,26 SD 125,139 and 213,15 SD 105,377 , which was 200 mg dL. In Spearman rsquo s correlation method, the correlation coefficient r was 0,100 and p value 0,504 p 0,05 . In conclusion, there was no correlation between changes in body mass index and random blood glucose levels in patients with diabetes in community health post of non communicable disease KDK FKUI Kayu Putih.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvia Mega
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memberikan dampak pada keseimbangan cairan dalam tubuh. Poliuria akibat diuresis osmotik menyebabkan pasien diabetes rentan kekurangan cairan sehingga kebutuhan cairannya pun bertambah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi pada pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe II usia dewasa di Kota Depok sebanyak 85 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kebutuhan cairan dan grafik warna urin untuk menentukan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukan 74.1% responden memiliki pengetahuan kebutuhan cairan yang baik dan 54.1% responden memiliki status hidrasi terhidrasi dengan baik. Hasil tersebut menunjukan pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok telah memiliki pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi yang baik, namun dengan kondisi diabetes yang fluktuatif maka diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi sehingga kebutuhan cairan pasien diabetes terjaga.

Diabetes mellitus is a chronic disease that has an impact on fluid balance in the body. Polyuria due to osmotic diuresis leaves diabetic patients prone to lack of fluids so that their fluid needs also increase. The purpose of this study was to identify the level of knowledge of fluid needs and hydration status in patients with type II diabetes mellitus in Depok City. The study was conducted with a quantitative approach and descriptive research design. The sample used was adult type II diabetes mellitus patients in Depok as many as 85 people. The instrument used was a fluid needs knowledge questionnaire and urine color chart to determine hydration status. The results showed 74.1% of respondents had good knowledge of fluid needs and 54.1% of respondents had a well hydrated hydration status. These results show that patients with type II diabetes mellitus in Depok City already have good knowledge of fluid needs and good hydration status, but with fluctuating diabetes conditions, further research is needed to assess knowledge at a higher level so that the fluid needs of diabetic patients are maintained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>