Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priska Novia Sabati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program esteem builders dalam meningkatkan security dan selfhood pada remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP). Security dan selfhood merupakan dua dari lima komponen pembentuk harga diri. Security merupakan prasyarat terbentuknya keempat komponen lain (selfhood, affiliation, mission, dan competence). Sementara selfhood merupakan pondasi pembentuk harga diri karena mempengaruhi penilaian individu secara akurat terhadap diri.
Subjek penelitian ini adalah A seorang remaja perempuan yang memiliki harga diri yang rendah karena belum terbentuknya kelima komponen harga diri. Membangun harga diri adalah proses yang bertahap dengan memperhatikan setiap komponen yang terbentuk (Borba, 1989), maka intervensi ini berupaya menyasar peningkatan dua komponen dasar yaitu security dan selfhood dengan menggunakan program esteem builders Borba yang terdiri dari 7 langkah pada setiap sesinya yaitu dengan meningkatkan kemampuan membangun kepercayaan dalam membina hubungan dengan orang lain, meningkatkan kemampuan mengetahui hal yang diharapkan dengan menetapkan dan menerapkan aturan secara konsisten, meningkatkan kesempatan merasakan lingkungan yang positif, meningkatkan kemampuan deskripsi diri secara akurat, memberi kesempatan mengetahui peristiwa yang mempengaruhi diri individu, membangun kesadaran kualitas diri yang unik, serta meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi.
Penelitian ini merupakan single subject design tipe AB yang terdiri dari 7 pertemuan selama 3 minggu. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan melalui behavioral checklist B-SET (Borba Self Esteem Tally) dan kemajuan subjek yang memenuhi indikator pada setiap pertemuan maka dapat disimpulkan bahwa program esteem builders efektif meningkatkan security dan selfhood pada remaja SMP.

This study is conducted to understand the effectiveness of esteem builders program in increasing security and selfhood of junior high school adolescent. Security and selfhood are two of the five fundamental building blocks of self-esteem. Security is a prerequisite formation of four other components (selfhood, affiliation, mission, and competence). While selfhood is forming the foundation of self-esteem because it affects the accurate evaluation of the individual.
The participant of this study is A teenage girl who have low self-esteem because of the lack of all components of self-esteem. Building self-esteem is a gradual process with attention to the formation of each component (Borba, 1989), therefore this intervention seeks to target the enhancement of two basic components, namely security and selfhood by using esteem builders program that have 7 steps to do, namely improving the ability of build trusting relationships, improving the ability to know what is expected by establishing and applying rules consistently, increasing the chance of a positive and caring environment, reinforce more accurate self description, provide the opportunities to discover major sources of influences on the self, build an awareness of unique qualities, and enhance the ability to identify and express emotions and attitudes.
This study is a single subject design type AB engage in 7 intervention session for 3 weeks. Based on the measurements that has been done using behavioral checklist B-SET and progress indicators that meet the subject at each meeting, it can be concluded that the esteem builders program effectively increase security and selfhood of junior high school adolescent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alabanyo Brebahama
"Harga diri memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengembangkan dirinya baik di sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Donnchadha, 2000). Walaupun memiliki hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan potensinya, tidak smeua anak dan remaja memiliki harga diri yang tinggi. Hal tersebut dapat ditimbulkan oleh berbagai sikap dan perilaku orang-orang di sekitar individu, seperti orangtua, sekolah, dan teman. Salah satu contoh dari sikap dan perilaku tersebut adalah dengan memberikan umpan balik yang negatif dan tidak obyektif kepada anak. Akibatnya, anak tidak pernah memperoleh gambaran yang jelas mengenai dirinya sendiri. Hal serupa juga dialami oleh F, remaja pria berusia 16 tahun yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Akibat dari umpan balik negatif yang diberikan oleh guru, serta orangtua yang terlalu menganggapnya "bermasalah", F tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, mudah menyerah, kurang percaya diri, dan merasa gagal dalam pendidikan. Apabila masalah tersebut tidak diatasi, tentunya dapat menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks.
Mruk (2006) menyebutkan bahwa tidak ada cara yang mudah dan cepat dalam meningkatkan harga diri. Sebab, harga diri merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari berbagai komponen. Sebagai salah seorang tokoh dalam pengembangan program peningkatan harga diri, Borba (1989) menyebutkan bahwa harga diri terdiri dari lima komponen, yaitu security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Agar dapat memiliki harga diri yang memadai, setiap anak perlu memiliki lima komponen harga diri yang menunjang pula.
Apabila dihubungkan dengan keadaan F sebagai subyek dalam penelitian ini, terlihat bahwa ia belum memiliki selfhood yang memadai, sehingga perlu diberikan intervensi untuk meningkatkan selfhood-nya. Dalam programnya, Borba (1989) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan selfhood seorang anak atau remaja, yaitu dengan meningkatkan kemampuan dalam mendeskripsikan diri, memberikan kesempatan untuk mengetahui peristiwa yang berpengaruh besar terhadap dirinya, meningkatkan kemampuan dalam mengenali kualitas-kualitas diri yang unik, serta meningkatkan kemampuan identifikasi dan ekspresi emosi dalam diri. Dengan menjalani intervensi peningkatan selfhood, diharapkan subyek penelitian dapat memiliki pandangan yang lebih akurat mengenai dirinya, dan secara tidak langsung menjadi langkah awal dalam proses peningkatan self esteem-nya.

Self esteem has close relationship with someone ability to develp his/her potential whether at school or in daily life (Donnchadha, 2000). However, not everyone has high self esteem. Its because of attitude and behavior of person surround the child or adolescence, such as: parents, teacher, and friends. One of the example is the negtative feedback from another person. So, it's difficult for the children to form accurate inner picture of themselves. The saome problem has occured with F, male adolescence who becomes the subject of this research. Because of negative feedback from his parents, teacher, consist of assumpton that he has problem, F never know about his strengths, and weakness, easy to give up when he face a problem, lack of self confident, and feel unsuccess in education. If this problem never been solved, it will cause the other more complex problem in the future.
Mruk (2006) said that there's not fast and easy way to enhance self esteem. Because self esteem is a construct that consists of many components. The one person who develop self esteem enhancement program is Borba (1989). She mentioned that self esteem is consists of five components, namely: secutiry, selfhood, affiliation, mission, and competence. In order to have high self esteem, a person must have good quality of these five components.
Related to F condition as this research subjet, he doesn't have a good selfhood. So, he needs an intervention to enhance his selfhood. In her program, Borba (1989) told that selfhood improvement program has four steps to do, namely: reinforce more accurate self description, provide opportunities to discover major sources of influence on the self, build an awareness of unique qualities, and enhance ability to identify and express emotions and attitudes By joining in this program, perhaps the research subject will have more accurate self description, and it will become the first step to enhance his self esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31197
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Salsabila
"Self-esteem yang tinggi merupakan hal yang penting dimiliki agar anak usia sekolah dapat sukses melalui krisis industry versus inferiority. Pada anak usia sekolah dari latar belakang kurang beruntung, self-esteem yang tinggi juga menjadi prediktor penting agar mereka dapat bertahan menghadapi tantangan akademik di sekolah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan self-esteem adalah program Esteem Builders yang dirancang oleh Borba.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas program Esteem Builders dalam meningkatkan security dan selfhood sebagai komponen dari self-esteem pada anak usia sekolah dari latar belakang kurang beruntung. Kedua komponen tersebut juga berkaitan erat dengan dua faktor yang berperan besar bagi perkembangan self-esteem anak di sekolah yaitu, persepsi terhadap diri serta sikap guru. Penelitian ini merupakan single-subject design dengan tipe AB.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program Esteem Builders efektif untuk meningkatkan security dan selfhood sebagai komponen self-esteem pada partisipan program. Meskipun demikian, peningkatan yang terjadi pada partisipan masih terbatas pada aspek kognitif.

High self-esteem is a vital for school age children to be successful through the industry versus inferiority crisis. For school age children from disadvantaged background, high self-esteem is an important to face academic challenges at school. Esteem Builders program by Borba is one of strategy that can be done to increase self-esteem.
This study is conducted to see the effectiveness of Esteem Builders program to increase security and selfhood as the components of self-esteem on school age children from disadvantaged background. Those components are also closely related to two factors that contribute to the development of student’s self-esteem which are self-perception and teacher’s attitude. This study is an AB type single-subject design.
Based on the result, it can be concluded that the Esteem Builders program effectively increase participant’s security and selfhood. However, the increase that occurred was limited to the cognitive aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai gambaran atau potret dirinya dan komponennya terdiri atas security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Komponen security dan selfhood yang akan digunakan dalam penelitian ini karena komponen tersebut merupakan dua komponen dasar pembentuk self-esteem. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang remaja lelaki usia 13 tahun dengan tingkat self-esteem yang rendah. Keberhasilan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen self-esteem security dan selfhood dapat terlihat dari perubahan skor yang signifikan pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally B-SET , penurunan skor internalizing behavior problems pada Child Behavior Checklist CBCL , dan hasil wawancara yang menunjukkan peningkatan komponen security dan selfhood pada diri partisipan. Hasil penerapan 7 sesi program intervensi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Hal tersebut terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan program.

This study is aimed to find a general picture of the implementation of the Esteem Builders Program in correlation to develop the selfhood and security components in an adolescent with low self esteem. Self esteem is the process of evaluating or judging inner self descriptions. The component of self esteem consist of security, selfhood, affiliation, mission, and competence. The security and selfhood components are used as two basic components in this study, since both components are at the first stages of self esteem components. This study is a single case design which involved a 13 years old adolescent with a low self esteem. The success results of Esteem Builders Program in correlation to improve the self esteem security and selfhood components can be seen by the significant changing in Behavior Checklist Borba Self Esteem Tally B SET scores, the decreasing in internalizing behavior problems in Child Behavior Checklist CBCL scores and the interview results, which showed the increasing numbers of security and selfhood components of the participant, itself. The application result of this intervention program showed that there is an improvement in security and selfhood components in an adolescent with low self esteem, which can be seen by the achievement of the program success criteria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Utari Alatan
"Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas selfhood builder dalam meningkatkan selfhood sebagai salah satu komponen self esteem pada anak berusia enam tahun. Penelitian dilakukan kepada S, seorang anak perempuan dengan masalah selfhood. Program intervensi diberikan pada S dalam empat sesi dengan durasi 45 hingga 55 menit setiap sesinya. Pengukuran keberhasilan program dilihat berdasarkan dua indikator keberhasilan, yaitu adanya peningkatan jumlah indikator selfhood yang terpenuhi sebelum dan setelah S menjalani program, dan indikator keberhasilan masing-masing sesi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan dari sebelas menjadi 17 indikator selfhood yang terpenuhi. Indikator keberhasilan masing-masing sesi juga terpenuhi untuk setiap sesinya. Terpenuhinya kedua indikator keberhasilan program menunjukkan bahwa program selfhood builder dapat meningkatkan selfhood pada S. Pelaksanaan program serupa di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan melakukan follow up atau pengembangan desain dan setting intervensi.

The research aimed to determine the effectiveness of selfhood builder in improving selfhood as one component of self-esteem in children aged six years. The study was conducted on a subject, S, a girl with selfhood problem. Intervention program was given in four sessions with 45 to 55 minutes each session. Measurement of programs reflected by two indicators of success, namely an increase in the number of indicators of selfhood fulfilled before and after the program, and indicators of success for each session.
The results showed an increase from 11 indicators to 17 indicators. The indicators of success for each session were also fulfilled. Based on the results, selfhood builder can improve selfhood in the subject. Implementation of similar programs in the future can be done by doing a follow-up or development of design and intervention settings.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Haryati
"Percobaan merokok pemula yang dilakukan remaja terjadi pergeseran lebih muda usianya < 15 tahun. Perokok pemula pernah mencoba merokok di sekolah menengah pertama, sebagian lainnya pernah mencoba merokok di sekolah dasar. Remaja merokok karena bujukan teman dan ketertarikan untuk mencoba merokok. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas Model KERIKO dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan. Perilaku merokok dapat diatasi dengan Model intervensi Keperawatan Kendali Perilaku Merokok (KERIKO). Penelitian ini menggunakan desain riset operasional melalui 3 tahap penelitian yaitu: Tahap I: identifikasi pengalaman merokok remaja, persepsi dan upaya yang dilakukan remaja dalam mengendalikan rokok; Tahap II: pengembangan Model KERIKO; Tahap III uji coba Model KERIKO di sekolah menengah pertama di Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Intervensi Keperawatan KERIKO efektif dalam meningkatkan kontrol diri, status kesehatan sehingga perilaku merokok remaja dapat dikendalikan pada 3 dan 6 bulan sesudah intervensi. Simpulan: Model KERIKO efektif meningkatkan kontrol diri, status kesehatan dan pengendalian perilaku merokok. Model ini dapat dijadikan salah satu model intervensi untuk pengendalian perilaku merokok sesuai program pemerintah tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Adolescent smoking trials revealed a shift in smokers younger than 15 years old. Beginner smokers began smoking in junior high school, while others began smoking in elementary school. Teenagers smoke as a result of peer pressure and a desire to begin smoking. The goal of this study was to determine the effectiveness of the KERIKO Model in developing self-control and health status in order to manage teenage smoking behavior. The Smoking Behavior Control Nursing Intervention Model (KERIKO) can help people quit smoking. This study employed an operational research design across three research phases: Phase I: identification of adolescent smoking experiences, perceptions, and efforts made by adolescents to control smoking; In phase II of the KERIKO Model's development and phase III trials of the KERIKO Model in Banda Aceh City junior high school at 3 and 6 months of intervention, the results demonstrated that the KERIKO Nursing Intervention Model was helpful in boosting self-control and health status, allowing adolescent smoking behavior to be controlled. Conclusion: The KERIKO model improves sel-control, health status, and smoking bahavior control. According to the government's Smoking Free Areas initiative, this model can be utilized as an intervention model to control smoking behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risanita Fardian Farid
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program SDLMI dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah sosial pada slow-learner. Penelitian ini menggunakan desain subyek tunggal dan efektivitas program diukur dengan membandingkan kondisi sebelum (pretest) dan setelah intervensi diberikan (posttest). Pada penelitian ini, subyek tidak hanya menunjukkan adanya peningkatan keterampilan pemecahan masalah sosial, tetapi juga dapat mempertahankan keterampilan tersebut seminggu setelah diberikan instruksi pemecahan masalah. Edukasi mengenai SDLMI perlu diberikan kepada orangtua dan guru yang menghadapi siswa berkebutuhan khusus atau siswa dengan karakteristik seperti slowlearners.

The purpose of this study is to investigate the efectiveness of SDLMI in increasing social problem solving skills for slow-learner. This research used single subject design and program effectiveness was measured by comparing pretest and posttest data. Research's result not only suggested an improvement but also maintenance in partisipant's problem-solving skill, one week after problem solving instruction was given. Furthermore, educations about SDLMI need to be given for parents and teacher who struggle with special-need or slow-learner student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Mafaza Fauzie
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas program cognitive behavior therapy (CBT) untuk meningkatkan self-esteem pada remaja dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja perempuan usia 11 tahun yang memiliki self-esteem rendah. Self-esteem diukur dengan menggunakan skala Self-Perception Profile for Children (SPPC) dari Harter (2012). Penelitian ini merupakan single subject design tipe AB yang terdiri atas 12 sesi terhadap subjek dan 2 sesi terhadap orangtua.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan melalui SPPC dan kemajuan subjek yang memenuhi indikator pada setiap pertemuan, maka dapat disimpulkan bahwa CBT efektif untuk meningkatkan self-esteem pada remaja dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah pada seluruh domain, baik global self-esteem maupun specific self-esteem.

This study conducted to understand the effectiveness of cognitive behavior therapy (CBT) in increasing self-esteem on adolescent with low socioeconomic status. The participant of the study is a 11 year old adolescent who has low selfesteem. Self-esteem was assessed by the Self-Perception Profile for Children (SPPC) from Harter (2012), one of the most used measures of global and specific self-esteem. This study was a single subject design type AB that consist of 12 child sessions and 2 parents sessions.
Based on the measurement that has been done using SPPC and progress indicators that meet the subject at each meeting, it can be concluded that the CBT effectively increase global and specific self-esteem on adolescent with low socioeconomic status.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Nurilla Safitri
"Prodroma early psychosis di mulai untuk pertama kalinya pada usia remaja. Gejala prodroma early psychosis diantaranya adalah adanya ansietas dan harga diri rendah Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku kelompok dan psikoedukasi keluarga terhadap prodroma early psychosis, ansietas dan harga diri remaja. Desain penelitian ini quasi eksperimental pre- post test with control group dengan jumlah sampel 79 orang yang dipilih menggunakan teknik random sampling dimana 39 remaja yang mendapatkan tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku kelompok dan psikoedukasi keluarga dipilih dengan menggunakan cluster sampling, sedangkan 40 remaja tidak mendapatkan tindakan. Uji analisis yang digunakan yaitu repeated ANOVA dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan pemberian tindakan keperawatan ners dapat menurunkan prodroma early psychosis dan ansietas, serta meningkatkan harga diri responden. Tindakan keperawatan ners ditambahkan dengan terapi kognitif perilaku kelompok dan terapi psikoedukasi keluarga menurunkan prodroma early psychosis, ansietas dan meningkatkan harga diri secara bermakna p value < 0,05 . Tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku kelompok dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan untuk remaja yang mengalami prodroma early psychosis, ansietas dan harga diri rendah.

Prodromal early psychosis begins for the first time in adolescence. The symptoms of prodromal early psychosis include the existence of anxiety and low self esteem. The purpose of this study to determine the effect of nursing intervention, group behavioral cognitive therapy and family psychoeducation of prodroma early psychosis, ansietas and adolescent self esteem. The study design was a quasi experimental pre post test with control group with a sample size of 79 adolescents selected using random sampling technique in which 39 adolescents who received nursing action ners, group behavioral cognitive therapy and family psychoeducation were selected using cluster sampling, while 40 adolescents did not get intervention. Analytical test used is repeated ANOVA and independent t test. The results showed that nursing care ners can reduce prodroma early psychosis and anxiety, and increase self esteem of respondents. Nursing actions were added with group behavioral cognitive therapy and family psychoeducation therapy reduced prodroma early psychosis, anxiety and increased self esteem significantly p value."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Vrismaya
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi dukungan sosial teman sebaya, enjoyment, dan pride selama belajar di dalam kelas terhadap self-esteem peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Partisipan penelitian ini adalah peserta didik SMPN Y Depok (n=334). Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan model pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah CASSS (Children and Adolescent Social Support Scale) untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, AEQ (Achievement Emotions Questionnaire) untuk mengukur enjoyment dan mengukur pride. Untuk mengukur self-esteem, peneliti menggunakan RSES (Rosenberg Self-Esteem Scale).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial teman sebaya, enjoyment, dan pride selama belajar di kelas secara bersama-sama berkontribusi terhadap self-esteem (R Square =0,15 p< 0,01). Diantara ketiga variabel tersebut, pride merupakan variabel yang memiliki kontribusi paling besar yaitu 12% terhadap self-esteem. Temuan penelitian ini memberikan implikasi bagi perancangan program intervensi untuk meningkatkan self-esteem melalui penanaman pride peserta didik.

The purpose of this study was to determine the contributions of peer social support, enjoyment, and pride during class to self-esteem of junior high school students. The participants of this study were students at SMPN Y Depok (n = 334). This research was non-experimental with a quantitative approach model. The instruments used in this study were CASSS (Children and Adolescent Social Support Scale) to measure peer social support, AEQ (Achievement Emotions Questionnaire) to measure enjoyment and pride during class, and RSES (Rosenberg Self-Esteem Scale) to measure self-esteem.
The results of this study indicate that peer social support, enjoyment, and pride during class have contributions to self-esteem (R Square =0,15 p<0,01). Pride has the biggest contribution of 12% to self-esteem. These results have an implication for the future study to enhance students' self-esteem through pride.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>