Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rience Fitwendry
"ABSTRAK
Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS) merupakan salah satu bentuk spektrum pada autism spectrum disorder (ASD). Layaknya anak autis lainnya, anak PDD-NOS sering mengalami pemusatan perhatian atau berkonsentrasi (Mangunsong, 2009). Individu autistik seringkali tidak bisa memusatkan perhatiannya dalam menyelesaikan tugasnya karena ia lebih asyik tenggelam dalam dunianya sendiri. Hal ini kan sangat mengganggu apabila anak tersebut sudah memasuki usia sekolah yang menuntut perhatian anak untuk fokus dalam mengikuti pelajaraan. Ada beberapa terapi yang sering digunakan untuk menangani anak autistik antara lain Metode Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik discrete trial training (DTT) yang bersifat home- based theraphy. Metode ABA tepat bagi anak yang mengalami PDD-NOS karena teknik ini memiliki tujuan sederhana, dan menggunakan proses pengajaran yang terstruktur, terarah, serta terukur. Program intervensi ini dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam kegiatan menulis dengan menggunakan teknik DTT. Keterlibatan orangtua dalam melakukan intervensi memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan program. Kesimpulan program intevensi adalah adanya peningkatan pemahaman pada ibu dalam menggunakan teknik DTT untuk meningkatkan konsentrasi subyek dalam aktivitas menulisnya. Hal ini berdampak pada adanya peningkatan konsentrasi pada subyek pada aktivitas menulisnya.

ABSTRACT
Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS) is kind of spectrum on autism spectrum disorder (ASD). Like an autistic child, children with PDD-NOS also have a problem with paying attention or concentrate with their activity (Mangunsong, 2009). Individu with PDD-NOS usually have problem with focusing their attention to finishing their task because they are drowning on their world. It will be disturbing when the child entire schoolage which is need to be focus on their lesson. There are some treatment for PDD-NOS child e.g. ABA method. Discrete trial training is one of ABA technique. This method is home- based theraphy. This methode effectively for a child with PDD-NOS because it is a simple method, have a structural program and measurable. This program is held by parent to improve concentration her child with PDD-NOS on writing activity with DTT technique. Parent involvement give the significant effect with the program. Overall conclusion is there an improvement in parent comprehension with DTT technique to improve concentration her child in writing task. The side effect on parent improvement is subject getting focus on writing task through DTT technique."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T37852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rience Fitwendry
"Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified (PDD-NOS) merupakan salah satu bentuk spektrum pada autism spectrum disorder (ASD). Layaknya anak autis lainnya, anak PDD-NOS sering mengalami pemusatan perhatian atau berkonsentrasi (Mangunsong, 2009). Individu autistik seringkali tidak bisa memusatkan perhatiannya dalam menyelesaikan tugasnya karena ia lebih asyik tenggelam dalam dunianya sendiri. Hal ini akan sangat mengganggu apabila anak tersebut sudah memasuki usia sekolah yang menuntut perhatian anak untuk fokus dalam mengikuti pelajaraan. Ada beberapa terapi yang sering digunakan untuk menangani anak autistik antara lain Metode Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik discrete trial training (DTT) yang bersifat home-based theraphy. Metode ABA tepat bagi anak yang mengalami PDD-NOS karena teknik ini memiliki tujuan sederhana, dan menggunakan proses pengajaran yang terstruktur, terarah, serta terukur. Program intervensi ini dilakukan oleh orangtua untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam kegiatan menulis dengan menggunakan teknik DTT. Keterlibatan orangtua dalam melakukan intervensi memberikan dampak yang signifikan terhadap keberhasilan program. Kesimpulan program intevensi adalah adanya peningkatan pemahaman pada ibu dalam menggunakan teknik DTT untuk meningkatkan konsentrasi subyek dalam aktivitas menulisnya. Hal ini berdampak pada adanya peningkatan konsentrasi pada subyek pada aktivitas menulisnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Sunaryo
"Anak yang mengalami Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise. Specified (PDD-NOS), memiliki hambatan dalam memberi respon terhadap stimulus joint attention dari orang lain (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Padahal joint attention merupakan pivotal skills atau keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembangnya kemampuan pada area lain (Jones & Carr, 2004). Lebih lanjut, orang tua dikatakan memegang peranan penting dalam perkembangan joint attention response seorang anak (Schertz & Robb, 2006), Program intervensi dalam tugas akhir ini diberikan kepada I, anak laki-laki dengan PDD-NOS yang berusia 7 tahun 3 bulan.
Tujuan dari program intervensi ini adalah untuk melatih keterampilan joint attention response I dengan ibu sebagai pelaksana intervensi. Metode yang digunakan adalah discrete trial training (DT'I`). Program imervensi ini dapat dikatakan efektif untuk melatih keterampilan joint attention response.
Hasil intervensi menunjukkan I mengalami peningkatan sebanyak 3 dari 6 fase yang terdapat pada joint attention response training. Langkah yang jelas dan tersuuktur dalam DTT, pemberian social reinforce:-, meningkatnya stimulus dan orang tua, serta ketersediaan mainan yang bervariasi dilihat sebagai hal-hal yang mendukung dalam program intervensi. Di sisi lain, pilihan beberapa mainan, lokasi, retardasi mental ringan yang dialami I, serta usia I menjadi kendala dalam pelaksanaan program intervensi.

Children with Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Speciiied (FDD-NOS), have deficits in responding to others’ joint attention bids (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Whereas, joint attention is a pivotal skills needed for other areas development (Jones & Carr, 2004). Moreover, parents are said to have the key role in a child’s joint attention response development (Schertz & Robb, 2006). Intervention program in this final project is given to L 7 years old boy I, who diagnosed with PDD-NOS.
The purpose of this intervention program is to train l’s joint attention response skill implemented by his mom. Discrete trial training (DTT) is the method used for this intervention. This intervention program is effective to train joint attention response skill.
Result shows the increasing of 3 from 6 phases included in joint attention response training. Clear and structured steps of DTT, social reinforoer, increased in parent’s stimulus, availability of various toys considered as supportive factors for intervention program. On the other side, choices of several toys, location, mild mental retardation, and age of I became the hindrance factors of intervention program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34136
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Lindianindita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari penerapan strategi structured learning untuk meningkatkan ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A, seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun 4 bulan dengan gangguan pervasive developmental disorder-not otherwise specified (PDD-NOS). Strategi structured learning ini mengacu pada program yang dikembangkan oleh Baker (2004) untuk melatih ketrampilan sosial pada anak dengan gangguan pervasive developmental disorder. Strategi structured learning terdiri dari empat tahap, yaitu psikoedukasi, modeling, roleplay, dan latihan pada setting natural. Keempat tahapan tersebut berfungsi untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan anak atau remaja dengan gangguan pervasive developmental disorder, seperti kurangnya pengetahuan mengenai norma sosial dan keterampilan sosial dalam situasi sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada ketrampilan menampilkan posisi tubuh yang pantas saat melakukan percakapan pada A. Peningkatan ketrampilan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada durasi mempertahankan kontak mata dan penurunan frekuensi berjalan-jalan saat sedang melakukan percakapan.

The aim of this research is to see how effective structured learning strategy are to increase appropriate body positioning skills during conversations for A; 14 year 4 months old adolescent with pervasive developmental disorder-not otherwise specified. These structured learning strategy refer to programs developed by Baker (2004) to train social skills for children with pervasive developmental disorder. Structured Learning strategy consist of four stages; psychoeducation, modelling, roleplay, and practice in natural settings. These four stages are designed to tackle the difficulties children or adolescent with pervasive developmental disorder, such as the lack of understanding of social norms and social skills in day to day life. The result of this research shows increase in social skills, specifically appropriate body positioning skills during conversations for adolescent with PDD-NOS. The increase in the aforementioned skills are evident through the increase of eye conact duration and the decrease in frequency of restless walking during conversations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriany Juhari
"Joint attention (JA) merupakan salah satu defisit pada anak dengan autism spectrum disorder (ASD), padahal, para peneliti telah menemukan bahwa keterampilan JA memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. JA berhubungan dengan perkembangan bahasa dan interaksi sosial anak, baik anak normal maupun anak ASD. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar joint attention menjadi salah satu target utama dalam penerapan intervensi untuk anak autism. Pada penelitian ini, JA dilatihkan pada anak ASD melalui teknik intervensi gabungan discrete trial training (DTT) dan pivotal response training (PRT) yang merupakan bagian dari pendekatan behavioristik. Pada intervensi ini, dua jenis JA, yaitu response to joint attention (RJA) dan melakukan initiation to joint attention dilatihkan pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik intervensi gabungan DTT dan PRT dapat meningkatkan keterampilan JA, baik RJA maupun IJA, pada anak ASD.

Deficit in joint attention is one of characteristic children with autism spectrum disorder (ASD). Since joint attention have important role for language dan social development, researchers suggested joint attention skill as pivotal target in any intervention for autism. In this study, child with ASD were taught to response joint attention bids and initiate joint attention independently. Both of type joint attention were taught to the child with ASD using discret trial training (DTT) and pivotal response training (PRT) technique. Result show that implementation of both DTT and PRT can improve joint attention skill in child with ASD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rolla Apnoza
"ABSTRAK
Joint attention adalah kapasitas yang dimiliki individu dalam mengkoordinasikan atensi untuk berbagi ketertarikan suatu objek atau kejadian/peristiwa yang ada disekelilingnya dengan sosial partner dalam suatu interaksi (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), dan merupakan perkembangan awal kompetensi sosial-kognisi (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke dkk, 2007). Pada anak dengan ASD, perkembangan joint attention mengalami keterhambatan dan hal tersebut merupakan karakteristik dan ciri khas mereka (Mundy & Crowson, 1997). Intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD adalah pivotal response training (PRT). Peran ibu sebagai terapis sangat penting dalam menerapkan komponen-komponen PRT. Penelitian ini melihat keefektifan penerapan PRT oleh ibu untuk meningkatkan kemampuan joint attention anak dengan ASD. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan joint attention pada anak dengan ASD setelah diberikan intervensi PRT oleh ibu.

ABSTRACT
Joint attention is the capacity of an individual to coordinate attention to shared interests of objects or events around with the social partners in an interaction (Mundy, Sigman, Ungerer & Sherman. 1986; Mundy & Thorp, 2007), and an early development social cognitive competence (Bakeman & Adamson, 1984; Hecke et al, 2007). In children with ASD, the development of joint attention experienced obstacle. It is a characteristic and their special character (Mundy & Crowson, 1997). Interventions that can improve the ability of joint attention in children with ASD is Pivotal Response Training (PRT). The role of the mothers as therapists, is very important in applying components of PRT. This study sees the effectiveness of applying PRT by mothers to increase joint attention skills of children with ASD. Results showed an increase in joint attention skills in children with ASD after given intervention PRT by mothers."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Farhana Dahlan
"Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP) adalah gangguan perkembangan neuron atau saraf dengan tanda-tanda gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, dan melakukan kegiatan dan ketertarikan dengan streotipe tertentu yang berulang-ulang. Prevalensi GPP yang semakin meningkat menjadi penyebab dilakukannya penelitian pada berbagai faktor yang diduga berhubungan dengan GPP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor karakter sosiodemografi orangtua dan riwayat keluarga dengan GPP. Faktor karakter sosiodemografi orangtua meliputi usia Ayah saat kelahiran anak, usia Ibu saat kelahiran anak, dan sosial ekonomi keluarga. Faktor riwayat kesehatan keluarga meliputi diabetes, epilepsi, gangguan perkembangan pervasif, dan gangguan mental lainnya.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan melibatkan 52 anak dengan GPP (44 laki-laki, 8 perempuan, umur rata-rata 7,3 tahun) dan 156 anak tanpa GPP sebagai kontrol (132 laki-laki, 24 perempuan, umur rata-rata 7,3 tahun) untuk menganalisis sembilan faktor kelahiran bayi yang diduga berperan pada kejadian GPP. Data diperoleh melalui wawancara ibu kandung dan catatan rekam medik.
Hasil penelitian mengemukakan usia Ayah saat kelahiran anak berhubungan secara bermakna dengan GPP (OR = 0,47; 95% CI 0.240-0.912; p = 0,024). Usia Ibu saat kelahiran anak, sosial ekonomi keluarga, riwayat kesehatan keluarga seperti diabetes, epilepsi, gangguan perkembangan pervasif, dan gangguan mental lainnya tidak terbukti berhubungan secara bermakna dengan gangguan perkembangan pervasif pada penelitian ini.
Disimpulkan bahwa usia Ayah saat kelahiran anak adalah faktor risiko Gangguan Perkembangan Pervasif.

Pervasive Developmental Disorder (PDD) is a neuronal development disorder manifested as impairment of social interaction and communication,with certain repetitive and stereotyped behaviors. Studies to discover potential factors of PDD have been made as the consequence of increasing Prevalence of PDD.
The purpose of this study is to discover the correlation between parental demographic factors and family history with PDD. The parental demographic includes that paternal age at birth, maternal age at birth, and socioeconomic of family. The family history includes diabetes, epilepsy, PDD, and other mental disorder.
This case-control study involves the parents of 52 children diagnosed with PDD (44 males, 8 females, mean age 7.3 years) and the parents of 156 normal developing children as control group (132 males, 24 females, mean age 7.3 years) to analyze the correlation between parental demographic factors and family history with PDD. The data was obtained from biological mothers and medical records.
The results show that paternal age at birth was significantly correlate with PDD (OR = 0.47; 95% CI 0.240-0.912; p = 0.024). Meanwhile maternal age at birth, socioeconomic of family, family history of diabetes, epilepsy, PDD, and other mental disorder were not significantly correlate with PDD.
In conclusion, paternal age at birth is the risk factors of Pervasive Developmental Disorder (PDD).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leona Hutriasari
"Interaksi sosial merupakan tingkah laku sosial timbal balik yang muncul sebagai hasil dari rangkaian inisiasi dan respon (Kamps et al., 1992). Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) menunjukkan keterlambatan dalam hal kualitas, frekuensi, tipe interaksi dan hubungan sosial dengan individu lain (McConnell, 2002). Salah satu intervensi untuk meningkatkan sosialisasi dan komunikasi anak dengan ASD adalah Pivotal Response Treatment (PRT). PRT menekankan pentingnya peran dan keterlibatan orangtua dalam proses pelaksanaan intervensi. Studi ini meneliti tentang efektivitas pelatihan PRT terhadap orangtua untuk meningkatkan interaksi sosial anak usia prasekolah dengan ASD.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pada kemampuan interaksi sosial anak, terutama dalam respon sosial. Namun demikian, hasil ini tidak bermakna signifikan secara klinis. Kemungkinan hal ini berkaitan dengan tingkat penguasaan orangtua terhadap teknik PRT yang berada di bawah kriteria keberhasilan, periode pelatihan yang relatif singkat, keterampilan dan penguasaan pelaksana intervensi dalam penerapan PRT dan lainnya.

Social interaction is defined as reciprocal social behavior that occured as a result of an initiation-response sequence (Kamps et al., 1992). Children with Autism Spectrum Disorder (ASD) demonstrate some delays, deficits, or atypical characteristics in the frequency, type and quality of social interactions and social relationships with other individuals (McConnell, 2002). Pivotal Response Treatment (PRT) is one of the intervention that has been used to enhance socialization and communication skills in children with ASD. It focuses on the importance of parents role and engagement. This study examined the effecftiveness of parent training using the principles of PRT to increase social interaction of a preschool child with ASD.
The result indicated the increased in the participant's social interaction skills, especially in the participant ability to respond socially. However, the overall improvement in the participant social interaction is not clinically meaningful. This may happen due to several factors; the level of parent implementation of PRT techniques was fall below the mastery level; short duration of training, the interventionist knowledge, and skills in implemented the PRT, etc.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seroussi, Karyn
"When their nineteen-month-old son, Miles, was diagnosed with autism, Karyn Seroussi, a writer, and her husband, a scientist, fought back with the only weapons at their disposal: love and research. Consulting medical papers, surfacing the Web, and networking with other parents, they traced the onset of their child's problems to an immune system breakdown that coincided with his vaccinations. As a result, his digestive system was unable to break down certain proteins, which in turn led to abnormal brain development. So Karyn and her husband got to work -- Karyn implementing their program at home while her husband tested his theories at the scientific lab where he worked.
Unraveling the Mystery of Autism and Pervasive Developmental Disorder is an inspiring and suspenseful chronicle of how one couple empowered themselves to challenge the medical establishment that promised no hope -- and found a cure for their child.
Here are the explanations and treatments they so carefully researched and discovered, a wealth of crucial tools and hands-on information that can help other parents reverse the effects of autism and PDD, including step-by-step instructions for the removal of dairy and gluten from the diet, special recipes, and an explanation of the roles of the key players in autism research."
New York: Simon & Schuste, 2000
618.928 SER u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Okla Sekar Martani
"Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP) merupakan suatu kelompok gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan kualitatif interaksi sosial, komunikasi, pola perilaku repetitif, dan stereotipik. Prevalensi GPP dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berbagai faktor diduga berkaitan dengan GPP termasuk faktor risiko terkait kelahiran bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan faktor risiko terkait kelahiran bayi terhadap GPP. Penelitian ini berdesain kasus kontrol dengan melibatkan 52 anak dengan GPP (44 laki-laki, 8 perempuan, umur rata-rata 7,3 tahun) dan 156 anak tanpa GPP (132 laki-laki, 24 perempuan, umur rata-rata 7,3 tahun). Faktor risiko terkait kelahiran meliputi riwayat BBLR, panjang badan lahir pendek, lingkar kepala kecil, asfiksia, penggunaan alat bantu napas, infeksi kongenital, kelainan kongenital, hiperbilirubinemia, dan nilai APGAR rendah. Data diperoleh dari wawancara terhadap ibu kandung dan rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asfiksia (OR = 3,31; 95% CI 1,103 – 9,941; p = 0,048) dan penggunaan alat bantu napas saat lahir (OR = 3,31; 95% CI 1,103 – 9,941; p = 0,048) merupakan faktor risiko yang berperan terhadap GPP. Riwayat BBLR, panjang badan lahir pendek, lingkar kepala kecil, infeksi kongenital, kelainan kongenital, hiperbilirubinemia, dan nilai APGAR rendah tidak berperan terhadap GPP. Disimpulkan bahwa asfiksia dan penggunaan alat bantu napas berperan penting sebagai faktor risiko GPP.

Pervasive Developmental Disorder (PDD) is a group of developmental disorder that is characterized by social interaction impairment and communication impairment along with repetitive and stereotyped behaviors. Prevalence of PDD is increasing every year. Many factors are suspected to have correlation with PDD including neonatal risk factors. The purpose of this study is to discover the role of neonatal risk facors in PDD. This case-control study includes 52 children diagnosed with PDD (44 males, 8 females, mean age 7.3 years) and 156 normal developing children (132 males, 24 females, mean age 7.3 years). The neonatal risk factors include low birth weight, low birth height, small head circumference, asphyxia, assisted ventilation, congenital infection, congenital malformation, hiperbilirubinemia, and low APGAR score. Historical data was obtained from their mothers and medical record. The results show that asphyxia (OR = 3.31; 95% CI 1.103 – 9.941; p = 0.048) and assisted ventilation (OR = 3.31; 95% CI 1.103 – 9.941; p = 0.048) had a role in PDD. Meanwhile low birth weight, low birth height, small head circumference, congenital infection, congenital malformation, hiperbilirubinemia, and low APGAR score didn’t have a role in PDD. In conclusion, asphyxia and assisted ventilation are important risk factors of PDD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>