Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruly Sulis Handayani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara materialisme dan selfregulation pada remaja. Materialisme didefinisikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan barang di dalam hidupnya (Richins & Dawson, 1992). Self-regulation didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan secara fleksibel memonitor perilaku yang sudah direncanakan untuk meraih tujuannya (Kanfer, 1970). Responden penelitian adalah 146 remaja di Jabodetabek. Materialisme diukur dengan menggunakan MVS Short Form oleh Richins (2004a). Self-regulation diukur dengan dengan menggunakan Short Form Self-Regulation Questionnaire (Carey, Neal, dan Collins, 2004). Hasil utama penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dan self regulation (r= -.205, p<0.05). Nilai coefficient of determination (Rsquare) r2= 0.042 atau sebesar 4.2% sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variasi skor materialisme 4.2% dapat dijelaskan dari skor self-regulation. Sedangkan 95.8% sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor individu selain faktor self-regulation.

This research was conducted to find the correlation between self-regulation and materialism among adolescent. Materialism is defined as a centrally held belief about the importance of possessions in one?s life (Richins & Dawson, 1992). Selfregulation is defined as the ability to develop, implement, and flexibly maintain planned behaviour in order to achieve one?s goals (Kanfer, 1970). Participants of this research were adolescent in Jabodetabek area, with amounts 146 people. Materialism was measured using MVS Short Form by Richins (2004a). Selfregulation was measured using Short Form Self-Regulation Questionnaire (Carey, Neal, dan Collins, 2004). The main result of this research shows that there is significant relationship between materialism and self-regulation, (r= -.205, p<0.05). Coefficient of determination score (R square) r2= 0.042 or indicate that 4.2% materialism score variation can be explained by self-regulation score. Another 95.8% can be explained from another individual factors except selfregulation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lavinia Celina Rahmawati
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur perbedaan antara kelompok materialistik dan non-materialistik mengenai perilaku konsumen pasca-pembelian, seperti pembelian tak terkontrol, partisipasi dalam proses daur ulang, penyimpanan berorientasi nilai, dan perilaku sadar lingkungan hidup. Pentingnya pemahaman perilaku konsumen adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan, terutama kesuksesan strategi marketing. Objek penelitian adalah Indonesia sebagai salah satu negara dengan industri ritel pakaian yang sedang berkembang pesat. Teknik sampling judgemental dan snowball digunakan dalam penelitian ini dan sampel didistribusikan secara online. Pengujian hipotesis menggunakan teknik independent t-test di software Statistical Package for Social Science SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumer materialisitk memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan konsumen non-materialistik untuk semua perilaku konsumen pasca-pembelian.

The purpose of this research is to assess the difference between materialistic and non materialistic consumers regarding their post purchase consumer behaviors, such as compulsive buying, participation in recycling, value oriented hoarding, and environmental attitude. The importance in understanding consumer behaviors is the key success of a company, specifically the success of its marketing strategy. The object of the research is Indonesia as one of the fast growing country in apparel retail industry. Judgemental and snowball sampling was used in this research and the sample were distributed online. The hypothesis testing uses the independent sample t test technique in the Statistical Package for Social Science SPSS version 22. The results shows that materialistic consumers score higher than non materialistic for all post purchase consumer behaviors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faza Imaduddin
"Muslim telah dikonsiderasikan sebagai segmen konsumen yang penting di industri fashion karena karakteristiknya yang unik dan pertumbuhan yang pesat dalam pengeluaran dan konsumsinya. Namun, tingkat konsumsi produk fashion tersebut dianggap dipengaruhi oleh materialisme yang merupakan karaktrteristik yang secara konsep tidak sesuai dengan ajaran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian fashion cloting konsumen muslim dan hubungannya dengan materialisme. Sampel pada penelitian ini adalah konsumen Muslim di Indonesia yang sebagian besar merupakan mahasiswa. Data diolah dengan menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling PLS SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pembelian fashion clothing dipengaruhi oleh materialisme yang dimediasi oleh consumer lifestyle, status consumption dan fashion involvement. Selain itu, ditemukan bahwa fashion consciousness yang dipengaruhi oleh susceptibility to interpersonal influence, media exposure dan self-concept, memengaruhi materialisme. Self-monitoring dan personal values terbukti tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap fashion consciousness. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa religiositas tidak memiliki peranan yang signifikan dalam mengurangi kecenderungan konsumen untuk bersifat materialisme dan mengonsumsi produk karena statusnya.

Muslim has been identified as an essential consumer segment in fashion industry because of their unique characteristics and significant expenditure and consumption growth in the industry. However, their fashion product consumption is considered to be affected by materialism which is perceived to be not in line with Islam beliefs. This study aims to analyse factors affecting fashion clothing purchase behaviour and their association with materialism. Data for this research were collected from Muslim consumers in Indonesia, most of which are students from universities. They were then analysed using Partial Least Square Structural Equation Modelling Method PLS SEM. This study found that materialism significantly affect fashion clothing purchase behaviour which is mediated by consumer lifestyle, status consumption dan fashion involvement. In addition, fashion consciousness which has been identied to be affected by susceptibility to interpersonal influence, media exposure and self concept was found to have positive effect on materialism. Self monitoring and personal values were found to have insignificant influence on fashion consciousness. The results of this study also showed that religiosity has no significant role on reducing the Muslim rsquo s materialism level and tendency to consume status products.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah Ishmah Fauziyah
"Kondisi pandemi COVID-19 membuat para siswa memiliki potensi academic burnout
yang tinggi. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan PJJ yang mengharuskan setiap siswa
atau mahasiswa harus dapat meregulasi dirinya dengan baik secara mandiri. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara regulasi diri dan academic burnout pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran tahun pertama dalam masa pandemi. Regulasi diri
diukur menggunakan Short Self-Regulation Questionnaire (SSRQ) yang berjumlah 31
item, sedangkan academic burnout diukur menggunakan Maslach Burnout Inventory -
Student Survey (MBI-SS) yang berjumlah 15 item. Partisipan penelitian ini adalah 211
mahasiswa Fakultas Kedokteran tahun pertama dengan rentang usia 16-21 tahun. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi diri berperan sebagai prediktor yang
signifikan (r(209) = -0.55, p < 0.001) dan berkontribusi sebesar 30.25 % terhadap
academic burnout mahasiswa Fakultas Kedokteran tahun pertama dalam masa pandemi.
Ketika individu dapat meregulasi dirinya dengan baik, maka individu cenderung dapat
mengatasi academic burnout yang dirasakannya. Penelitian ini memberikan implikasi
bahwa kemampuan regulasi diri mahasiswa perlu mendapat perhatian agar mahasiswa
dapat mengatasi academic burnout yang dihadapinya sehari-hari.

The conditions of the COVID-19 pandemic make students have high potential for
academic burnout. Moreover, with the PJJ policy that requires every student or college
student to be able to regulate themselves well independently. This study aims to examine
the relationship between self-regulation and academic burnout among first-year medical
students in the pandemic period. Self-regulation is measured using the Short Self-
Regulation Questionnaire (SSRQ) which uses 31 items, while academic burnout is
measured using the Maslach Burnout Inventory - Student Survey (MBI-SS) which is
determined by 15 items. Participants in this study were 211 first-year medical students
ranging in age from 16-21 years. The results of this study indicated that self-regulation
was a significant predictor (r(209) = -0.55, p < 0.001) and contributed 30.25% to the
academic burnout of first-year medical students in the pandemic period. When individuals
can regulate themselves well, they tend to be able to overcome the academic burnout.
This research implies that students' self-regulation abilities should be improved so that
students can overcome the academic burnout they face on a daily basis.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maritzka Tedja
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara need to belong dan materialisme pada mahasiswa konsumen luxury fashion brand atau produk fesyen mewah bermerek. Need to belong merupakan sebuah kebutuhan untuk membentuk dan mempertahankan sebuah hubungan interpersonal yang mendasar dan dimiliki oleh semua manusia (Baumeister & Leary, 1995). Materialisme merupakan sebuah keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan di dalam kehidupan mereka (Richins & Dawson, 1992). Responden penelitian ini adalah mahasiswa konsumen luxury fashion brand di wilayah Jabodetabek yang berjumlah 207 orang. Need to belong diukur menggunakan alat ukur Need to belong Scale (Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer, 2007). Materialisme diukur dengan alat ukur MVS short form (Richins, 2004) yang merupakan versi modifikasi singkat dari alat ukur MVS (Material Value Scale) yang disusun oleh Richins dan Dawson (1992). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara need to belong dan materialisme ( r(205) = .255, p < .01. ) Selain itu ditemukan pula bahwa need to belong memiliki korelasi positif yang signifikan dengan seluruh dimensi materialisme, yaitu pursuit of happiness, acquisition centrality, dan possession define success yang memiliki korelasi tertinggi. Hasil penelitian ini menunjukan pentingnya peranan orangtua terhadap pengeluaran anak, adanya intervensi kepada mereka yang membutuhkan dari kalangan psikolog dan pendidik, serta strategi marketing LFB yang tidak terfokus pada mahasiswa.

This research aims to find relationship between need to belong and materialism in college student luxury fashion brand consumer. Need to belong can be defined as a need to form and maintain at least a minimum quantity of interpersonal relationships, is innately prepared and hence nearly universal among human beings (Baumeister & Leary, 1995). Materialism is a value about the importance of possessions in one's life (Richins & Dawson, 1992). Participants of this research were undergraduate college students in Jabodetabek area, with amounts 207 people. Need to belong was measured by Need to Belong Scale (Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer, 2007). MVS Short Form made by Richins (2004) was used to measure materialism, as a short modified version of Material Value Scale (Richins & Dawson, 1992). The result indicates there are positive and significant correlation between need to belong and materialism ( r(205) = .255, p < .01. ) Beside that, the result of the research also found that need to belong have positive and significant relation with all of materialism dimensions, which are acquisition centrality, pursuit of happiness, and possession define success as the strongest correlation. The results shown that the importance of parents guidance of their chindren expenses, intervention for whom needed the most by psychologist or educators, and marketing strategy that doesn’t focused on college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faqih Fikri Fadholi
"Pada era teknologi, selain melalui pinjaman konvensional, individu juga dapat meminjam melalui pinjaman berbasis daring. Pinjaman berbasis daring membuat individu menjadi lebih banyak meminjam untuk memenuhi gaya hidup materialis. Penelitian terdahulu telah menemukan hubungan materialisme dan perilaku berutang. Perilaku finansial juga ditemukan berhubungan dengan materialisme serta perilaku berutang. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan materialisme dan perilaku berutang pada emerging adulthood pengguna pinjaman online serta ingin melihat peran perilaku finansial sebagai mediator pada hubungan tersebut. 110 pengguna pinjaman online yang berusia 18 – 29 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materialisme tidak memiliki hubungan dengan perilaku berutang, akan tetapi perilaku finansial dapat menjadi mediator hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menjelaskan peran perilaku finansial sebagai faktor protektif dalam membantu menurunkan materialisme dan perilaku berutang.

In the era of technology, apart from conventional loans, people can also borrow through online-based loans. Online-based loans encourage people to borrow more to fulfill materialistic lifestyles. Previous research has found a relationship between materialism and debt behavior. Financial behavior has also been found to be related to materialism and debt behavior. This study aims to determine the relationship between materialism and debt behavior in emerging adulthood users of online loans and to examine the role of financial behavior as a mediator in this relationship. 110 online loan users aged 18-29 participated in this study. The research was conducted by distributing online questionnaires. The results show that materialism does not have a direct relationship with debt behavior. however, financial behavior can act as a mediator in this relationship. The findings of this study are expected to help explain the role of financial behavior as a protective factor in reducing materialism and debt behavior"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Purbadi Murdiyarso
"ABSTRAK
Pada masa remaja, seseorang mengalami perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Pada masa ini pula, sekolah merupakan pusat dari pengalaman individu dalam mengatur kegiatan sehari-hari. Bagi mereka, sekolah tidak hanya memberikan kesempatan untuk bersosialisasi, tetapi juga merupakan lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengasah keterampilan yang sudah dimiliki dan menguasai keterampilan baru. (Papalia, Olds, & Feldman, 2002). Regulasi diri pada seorang siswa merupakan hal yang penting agar ia dapat mencapai prestasi yang optimal. Regulasi diri menggambarkan kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang berbeda dan berubah-ubah (Zimmerman, 2000; Baumeister & Vohs, 2004 dalam Schmitz, et. al., 2007). Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi yang berupa pengembangan keterampilan belajar untuk membentuk regulasi diri pada subyek yang berusia 14 tahun 3 bulan yang saat ini duduk di kelas I SMP. Program intervensi yang diberikan mengacu pada Self-Regulation Empowerment Program (SREP), khususnya empowerment (pemberdayaan) siswa dan keterampilan belajar yang mencakup keterampilan dalam melakukan perencanaan dan pengaturan waktu, pemahaman dan meringkas bacaan, membuat catatan, dan persiapan tes. Program ini berhasil memberikan pengetahuan mengenai cara belajar yang baru bagi subyek.

ABSTRACT
During adolescence, an individual experiences physical, cognitive, and psychosocial changes. In this period, school is the center of their experience in managing daily activities. For them, school not only provides opportunities to socialize, but also an environment that provides opportunity to hone skills they already possessed and master new skills. (Papalia, Olds, & Feldman, 2002). Self-regulation is important so they can achieve their optimal performance. Self-regulation represents individual's ability to adapt to different and changing environments (Zimmerman, 2000; Baumeister & Vohs, 2004 in Schmitz, et. al., 2007). This study examined the effectiveness of intervention programs such as development of learning skills to establish self-regulation in a subject aged 14 years and 3 months, currently in seventh grade. The intervention program is referring to Self-Regulation Empowerment Program (SREP) and focusing on student empowerment and learning skills, which include skills in planning and time management, text understanding and summarizing, note-taking, and test preparation. The program succeeded in providing new knowledge on how to learn a subject."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sazkia Najma Mufidah
"Universal Design Learning (UDL) menjadi salah satu upaya dalam memenuhi hak pendidikan bagi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus (MBK). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran regulasi diri dosen terhadap praktik Universal Design Learning (UDL) di Perguruan Tinggi Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif yang melibatkan 249 partisipan dalam penelitian non-eksperimental. Variabel praktik UDL diukur menggunakan Inclusive Teaching Strategies Inventory (ITSI) versi Bahasa Indonesia, sedangkan variabel Regulasi Diri diukur menggunakan Teachers Self-Regulation Scale (TSRS). Adapun analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dalam menguji hipotesis. Hasil menunjukan terdapat peran yang signifikan dari regulasi diri terhadap praktik UDL F(1,253) = 20.23, p <0,001), R2= 0.245. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat regulasi diri dosen, maka semakin tinggi pula tingkat praktik UDL dalam praktik pengajarannya.

Universal Design Learning (UDL) is one of the way to fulfill the educational rights of Students with Special Needs. This research aims to understand the role of Lecturer’s self-regulation in the implementation of Universal Design Learning (UDL) in Indonesian Higher Education. This research was conducted using quantitative methods, involving 249 participants in non-experimental research. The UDL practice variable was measured using the Indonesian version of the Inclusive Teaching Strategies Inventory (ITSI), while the Self-Regulation variable was measured using the Teachers Self-Regulation Scale (TSRS).In this research, we used simple linear regression analysis to test the hypothesis. The result showed that there is a significant role of self-regulation on UDL practice F(1,253) = 20.23, p <0.001), R2= 0.245. From the result it can be said that the higher level of lecturer’s self-regulation, results in the higher level of UDL implementation in their teaching practice."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jannah Maryam Ramadhani
"ABSTRAK
Keberadaan figur alternatif menarik cenderung menjadi ancaman bagi terbinanya sebuah hubungan yang romantik. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan peran regulasi diri melalui pengkondisian deplesi dan non-deplesi pada partisipan dengan orientasi seksual yang berbeda, yaitu 61 heteroseksual Studi 1 dan 65 homoseksual Studi 2 ketika dihadapkan pada figur alternatif menarik yang maskulin dan feminin. Hasil kedua studi menunjukkan bahwa pengaruh pengkondisian deplesi dan non-deplesi tidak menunjukkan perbedaan pemilihan antara figur menarik yang maskulin dan feminin dan orientasi seksual partisipan. Status relasi partisipan dan lamanya hubungan yang dijalani tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan untuk memilih figur alternatif lain yang maskulin maupun feminin. Temuan penelitian yang signifikan dalam penelitian ini adalah mengenai preferensi kemenarikan yang menunjukkan bahwa laki-laki heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif feminin, sebaliknya perempuan heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif maskulin.Kata kunci: preferensi kemenarikan, regulasi diri, orientasi seksual.

ABSTRACT
The existence of interesting alternative figures tends to be a threat to the establishment of a romantic relationship. This experimental study aims to prove the role of self regulation through depletion and non depletion conditioning in participants with different sexual orientations, 61 heterosexuals Study 1 and 65 homosexuals Study 2 when confronted with attractive, masculine and feminine alternative figures. The results of both studies show that the effect of depletion and non depletion conditioning does not indicate a difference in selection between the masculine and feminine attractive figures and the participant 39 s sexual orientation. The status of the participant rsquo s relations and the duration of the relationship undertaken did not significantly influence the tendency to choose other alternate figures that were both masculine and feminine. The research findings that are significant in this study are about the attractiveness preferences that show that heterosexual men will tend to choose feminine alternative figures, otherwise heterosexual women will tend to choose alternative masculine figures.Keywords preferences of attractiveness, self regulation, sexual orientation "
2017
T48107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Artha Utami
"ABSTRAK
Anak memiliki regulasi diri yang baik apabila ia mampu mengendalikan tindakannya. Pada usia prasekolah, kemampuan regulasi diri diharapkan sudah dikuasai oleh anak agar bisa berfungsi lebih baik pada kehidupan sehari-hari khususnya lingkungan sosial. Jika kemampuan ini terhambat, maka anak dapat menunjukkan berbagai permasalahan khususnya masalah perilaku dan menghambat berbagai aspek kehidupannya. Beberapa studi menemukan bahwa masalah regulasi dapat diminimalisir sedini mungkin melalui attachment yang positif dengan pengasuhnya. Sikap sensitif dan responsif orangtua berkontribusi terhadap secure attachment anak yang berdampak pada perkembangan regulasi dirinya. Pada kasus B, yang berusia 4 tahun 1 bulan, ia memiliki masalah regulasi diri sekaligus attachment dengan orangtua. Dalam menangani kasus tersebut, pada penelitian ini theraplay digunakan dengan melibatkan orangtua. Penelitian ini menggunakan single-case design. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan theraplay efektif dalam menangani masalah regulasi diri pada B yang terlihat dari perubahan perilaku B dalam kehidupan sehari-hari, penurunan skor perilaku pada profil CBCL, dan perubahan positif pada interaksi orangtua anak yang dilihat secara kualitatif dari MIM.

ABSTRACT
Children have a good self-regulation if he is able to control his actions. At preschool age, the ability of self-regulation is expected to be mastered by the child to function better in everyday life, especially social context. If this ability is hampered, then the child can indicate a variety of problems, especially problems of behavior and inhibit various aspects of life. Some studies found that regulatory issues can be minimized as early as possible through a positive attachment with a caregiver. Sensitive and responsive attitude of the parents contribute to the child's secure attachment which affect the development of the self-regulation itself. In the case of B, aged 4 years and 1 month, he has a problem with self-regulation at the same attachment parenting. In dealing with such cases, theraplay used in this study by involve parents. This study uses a single-case design. Results from this study indicate that the application of theraplay effective in addressing the problem of self-regulation in B seen from the behavior changes in everyday life, decrease behavioral scores on CBCL profile, and positive changes in parent-child interactions are seen qualitatively from MIM.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>