Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lidia Nafratilofa
"Kanker lambung adalah penyebab paling umum kedua kematian terkait kanker secara global. kejadian global diprediksi naik sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, ditandai dengan variasi geografis dalam kejadian kanker lambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian nutrisi melalui drip atau continous feeding untuk menghindari gejala gastro-oesophageal reflux dapat diterapkan pada pasien gastrektomi untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada pasien.
Metode studi kasus dengan pendekatan evidenced based practice yaitu menggunakan penelitian sebagai dasar dalam praktik asuhan keperawatan pada klien dengan gastrektomi dapat mengurangi gejala gastro-oesophageal reflux yaitu mual dan muntah sehingga evidence based practice tersebut bisa diterapkan pada pemberian nutrisi enteral pada klien gastrektomi sehingga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah dapat teratasi.

Gastric cancer is the second most common cause of cancer-related deaths globally. Global incidence is predicted to increase as a result of population growth, characterized by geographical variation in the incidence of gastric cancer. This study aims to determine the provision of nutrition or continuous drip feeding through to avoid the symptoms of gastro-oesophageal reflux in patients with gastrectomy can be applied to address nutritional deficiencies in patients.
The case study method with evidenced based practice approach is to use research as a basis for the practice of nursing care to clients with gastrectomy may reduce symptoms of gastro-oesophageal reflux are nausea and vomiting so that evidence-based practice can be applied to enteral nutrition on the client so that the imbalance nutrition less gastrectomy than body requirements; nausea and vomiting can be resolved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kesuma Astuti
"Anak palsi serebral (PS) memiliki faktor risiko terjadinya refluks patologis. Penegakan diagnosis penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) menjadi tantangan tersendiri karena gejala sangat bervariasi dan keterbatasan kemampuan komunikasi anak PS. Diperlukan penelitian yang mengkaji masalah tersebut agar dapat dijadikan panduan dalam penegakan diagnosis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan indeks refluks dengan gejala dan tanda klinis refluks pada anak PS. Kami melakukan penelitian analitik observasional menggunakan desain potong lintang. Subyek adalah anak palsi serebral tipe spastik yang berusia 1-18 tahun yang berobat ke RSCM. Semua subyek dilakukan pemeriksaan pH-metri impedansi. Pengamatan dan pelaporan gejala dan tanda klinis refluks oleh orang tua atau wali selama perekaman pH-metri impedansi. Kami merekrut 48 subyek yang mayoritas berjenis kelamin lelaki dan kelompok usia 1-5 tahun. Prevalensi PRGE pada anak PS tipe spastik usia 1-18 tahun sebesar 29,1%. Median indeks refluks [13,4 (8,85-19,1)] pada kelompok PRGE dan [1,15 (0,17-2,12)] pada non-PRGE. Analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara indeks refluks dengan posisi Sandifer (p= 0,048) dan batuk (p= 0,041) dan hematemesis (p= 0,001). Posisi Sandifer, batuk dan hematemesis merupakan gejala dan tanda klinis yang mempunyai hubungan bermakna dengan indeks refluks pada anak palsi serebral.

Children with cerebral palsy (CP) have risk factors for pathological reflux. Making a diagnosis of gastroesophageal reflux disease (GERD) is a challenge. Research is needed to examine this problem so can be used as a guide in making a diagnosis. This study aims to determine the relationship between reflux indeks with clinical signs and symtomps of reflux in children with CP. We conducted an observational analytic study using a cross-sectional design. Subjects were children with spastic type CP, aged 1-18 years who were patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. All subjects underwent impedance pH-metry examinations. Observation and reporting of clinical signs and symptoms of reflux by parents or guardians. We recruited 48 subjects, the majority of whom were male and in the age group 1-5 years. The prevalence of GERD in spastic type PS children aged 1-18 years is 29.1%. The median reflux index in the GERD and non-GERD group were [13.4 (8.85-19.1)] and [1.15 (0.17-2.12)]. Bivariate analysis showed a significant relationship between reflux index with Sandifer position (p= 0.048), cough (p= 0.041) and hematemesis (p=0.001). Sandifer position, cough and hematemesis are have a significant relationship with the reflux index in children with CP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Almalia Rahmadini
"Skizofrenia merupakan suatu kondisi gangguan jiwa yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami penyimpangan pada pikiran, persepsi, emosi, dan perilaku. Gejala paling umum yang dialami oleh penderita skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi adalah persepsi yang diterima panca indera tanpa adanya stimulus eksternal. Tujuan karya ilmiah ini untuk memberikan gambaran penerapan intervensi generalis dengan pendekatan terapi seni menggambar pada pasien dengan masalah halusinasi. Pasien bernama Ny. A berusia 64 tahun diantar oleh tetangga ke rumah sakit karena marah-marah dirumah, membakar kasur di rumah, tampak gelisah dan berbicara sendiri. Selama di rumah sakit, pasien mengalami halusinasi pendengaran. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama 10 hari sejak tanggal 02 April – 13 April 2024 di ruangan Saraswati Rumah Sakit Dr H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. Intervensi yang diberikan kepada Ny. A dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan generalis untuk setiap diagnosis keperawatan yang muncul serta dikombinasikan dengan terapi seni menggambar sebagai kegiatan alternatif untuk mendistraksi pasien dari pikiran yang terpusat pada halusinasi yang muncul pada pasien. Penerapan intervensi keperawatan generalis dengan pendekatan terapi seni menggambar terhadap pasien Ny. A dengan masalah keperawatan halusinasi terbukti efektif dalam mengurangi tanda dan gejala halusinasi serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengontrol halusinasi.

Schizophrenia is a mental disorder that can cause sufferers to experience deviations in thoughts, perceptions, emotions and behavior. The most common symptom experienced by people with schizophrenia is hallucinations. Hallucinations are perceptions received by the five senses without any external stimulus. The aim of this scientific work is to provide an overview of the application of generalist intervention with drawing art therapy in patients with hallucinatory problems. The patient named Mrs. 64 year old A was taken by a neighbor to the hospital because he was angry at home, burned the mattress at home, seemed restless and was talking to himself. While in the hospital, the patient experienced auditory hallucinations. Nursing care starts from assessment, data analysis, planning, implementation to evaluation. The entire nursing care process was carried out for 10 days from April 2 – April 13 2024 in the Saraswati room at Dr H. Marzoeki Mahdi Hospital (RSMM) Bogor. The intervention given to Mrs. A is carried out according to generalist nursing care standards for each nursing diagnosis that arises and is combined with drawing art therapy as an alternative activity to distract the patient from thoughts focused on the hallucinations that appear in the patient. Implementation of generalist nursing intervention with a drawing art therapy approach to the patient Mrs. A with the problem of hallucination nursing has proven to be effective in reducing the signs and symptoms of hallucinations and can increase the ability to control hallucinations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Bella
"Kelaparan merupakan permasalahan yang sering ditemukan pada masyarakat perkotaan. Kelaparan jika dibiarkan secara terus menerus dapat menyebabkan kekurangan gizi. Balita merupakan kelompok populasi yang rentan terhadap masalah kekurangan gizi. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Desain penelitian menggunakan studi kasus kepada tiga keluarga. Intervensi keperawatan dilakukan selama 4 minggu. Intervensi keperawatan unggulan yang diberikan adalah Responsive Feeding.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi keperawatan yang dilakukan efektif dalam merubah perilaku pengasuh selama pemberian makan dan meningkatkan motivasi anak untuk makan serta ditemukan hubungan positif antara penerapan Responsive Feeding dengan peningkatan berat badan. Intervensi pemberian makan responsif Responsive Feeding disarankan untuk digunakan oleh perawat dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Starvation is a problem that is often found in Urban community. If it happens continuously can be malnoutrition Child under five age are a population that is susceptible to nutritional problems. The purpose of this paper was give an overview of nursing care to child under five age with imbalance nutrition less than body requirements. The The implementation method uses case studies to the three families. Family nursing care was conducted within 4 weeks. The main nursing intervention is implementation of Responsive Feeding.
The results of the intervention showed that the main intervention was effective to changed the behavior of care giver during feeding practice, increase child motivation to eat, and found that the positive realtion between Responsive feeding and increasing weight child. Responsive feeding intervention is recommended for use by nurses in assisting child under five ages to carry out their underweight problem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rahmawati
"Skizofrenia menjadi salah satu masalah gangguan jiwa yang masih dikhawatirkan berbagai negara. Halusinasi termasuk gejala positif yang dapat diamati pada penderita skizofrenia. Halusinasi merupakan stimulus palsu terhadap berbagai panca indra, salah satunya indra penglihatan. Halusinasi ini perlu diatasi karena jika halusinasi tidak terkontrol maka halusinasi dapat memerintahkan klien untuk menyakiti diri atau orang lain. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran hasil analisis proses asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan melalui penerapan terapi menggambar. Metode penulisan yang digunakan adalah case-report.  Klien adalah Tn. S berusia 35 tahun yang mengalami halusinasi penglihatan. Upaya yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi klien yaitu dengan tindakan keperawatan generalis selama 14 hari dan terapi menggambar dengan media menulis sebagai aktivitas terjadwal selama 10 hari. Terapi menggambar ini diterapkan dengan tujuan mendistraksi klien dari halusinasi serta menulis digunakan sebagai media komunikasi selama pemberian asuhan keperawatan. Hasil penerapan terapi menggambar menunjukkan adanya penurunan tanda gejala halusinasi dari skor 15 menjadi skor 2. Klien juga menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengontrol halusinasi dari 2 kemampuan menjadi 12 kemampuan. Melalui hasil tersebut diharapkan terapi menggambar sebagai aktivitas terjadwal dapat diterapkan sebagai alternatif mengontrol halusinasi penglihatan dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Schizophrenia is one of the mental disorders that is still a concern for many countries. Hallucinations are among the positive symptoms that can be observed in people with schizophrenia. Hallucinations are false stimuli for various senses, one of which is the sense of sight. These hallucinations need to be overcome because if the hallucinations are not controlled then the hallucinations can order the client to hurt themselves or others. The purpose of writing this scientific paper is to provide an overview of the results of the analysis of the nursing care process for clients who experience sensory perception disorders: visual hallucinations through the application of drawing therapy. The writing method used is case-report. The client is Mr. S is 35 years old who experiences visual hallucinations. Efforts were made to control the client's hallucinations with generalist nursing actions for 14 days and drawing therapy using writing media as a scheduled activity for 10 days. Drawing therapy is applied with the aim of distracting clients from hallucinations and writing is used as a medium of communication during the provision of nursing care. The results of applying drawing therapy showed a decrease in hallucination symptoms from a score of 15 to a score of 2. The client also showed an increase in ability to control hallucinations from 2 abilities to 12 abilities. Through these results it is hoped that drawing therapy as a scheduled activity can be applied as an alternative to controlling visual hallucinations in providing nursing care in hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eviyanti Nurmalasari
"Pasien dengan tumor lambung post operasi gastrektomi total memiliki risiko malnutrisi karena akan ada perubahan asupan nutrisi pada pasien. Dalam rangka mencegah terjadinya malnutrisi, pasien perlu mendapat edukasi nutrisi yang intensif agar efikasi diri, kepuasaan diri, dan asupan nutrisi pasien tidak mengalami penurunan. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi nutrisi secara intensif terhadap status nutrisi dan kemunculan dumping syndrome pada pasien post operasi gastrektomi. Hasil evaluasi menggunakan instrumen Malnutrition Screening Tools (MST) menunjukan bahwa pasien tidak berisiko malnutrisi (skor= 2), IMT dalam kategori normal (25 kg/m2), hasil lab menunjukan Hb= 12,8 g/dL, Ht= 36%, dan GDS= 138 mg/dL, dan gejala dumping syndrome tidak muncul. Intervensi edukasi nutrisi secara intensif ini dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, dan ahli gizi sebagai upaya untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien post operasi gastrektomi.

Patients with gastric tumor after total gastrectomy have a risk of malnutrition because there will be changes in nutritional intake. In order to overcome malnutrition, patients need to receive intensive nutrition education so that self-efficacy, self-satisfaction and nutritional intake of patients do not decrease. This paper aims to identify the effect of nutrition education on nutritional status in patients postoperative total gastrectomy. The evaluation results using the Malnutrition Screening Instrument (MST) showed that patients were not at risk of malnutrition (score = 2), BMI in the normal category (25 kg / m2), result of biochemical showed Hb = 12.8 g / dL, Ht = 36%, and GDS = 138 mg / dL, and the dumping symptom syndrome did not occur. This intensive nutrition education intervention can be applied by health workers such as nurses as an effort to prevent the use of malnutrition in patients after total gastrectomy. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Holivia Almira Jacinta
"Kelahiran bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu merupakan penyebab tertinggi yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dalam fase perinatal di dunia. Kelahiran bayi prematur disertai dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator kuat terjadinya gangguan makan pada bayi yang dikaitkan dengan refleks oral motor yang inadekuat dan koordinasi hisap-menelan-dan bernapas yang buruk. Gangguan pada proses makan bayi berisiko tinggi meningkatkan kejadian gagal tumbuh (failure to thrive), keterlambatan perkembangan, dan pemulangan bayi dengan menggunakan selang OGT. Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) merupakan salah satu stimulasi oro-motor yang dapat digunakan untuk meningkatkan refleks hisap dan menelan bayi dan meningkatkan kesiapan proses transisi makan bayi dari enteral ke oral. Karya ilmiah ini memuat gambaran mengenai pemberian asuhan keperawatan kepada bayi prematur dengan BBLR dan problem feeding berusia 36 minggu melalui penerapan PIOMI sebagai intervensi berbasis bukti. PIOMI dilakukan selama dua kali sehari dalam waktu sepuluh hari berturut-turut dengan durasi tindakan selama lima menit. Hasil evaluasi menunjukkan PIOMI efektif dalam meningkatkan refleks hisap bayi yang secara objektif pengukurannya dilakukan melalui penghitungan skor Premature Oral Feeding Readiness Asessment Scale (POFRAS) dan didapatkan peningkatan dari skor 15 menjadi 36. PIOMI pun mampu meningkatkan kesiapan makan bayi dari enteral ke oral setelah PIOMI dilakukan secara terus menerus selama sembilan hari.

The birth of premature infants or infants born before 37 weeks of age is the leading cause of infant morbidity and mortality in the perinatal phase worldwide. Premature birth accompanied by low birth weight (LBW) is a strong indicator of infant feeding disorders associated with inadequate oral-motor reflexes and poor suction-swallowing-and-breathing coordination. Infant feeding disorders have a high risk of increasing the incidence of failure to thrive, developmental delay, and discharge with the use of Orogastric Tube (OGT). Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) is one of the oral motor stimulations that can be used to improve infant suction and swallowing reflexes and increase readiness for the transition of infant feeding from enteral to oral. This scientific work contains a description of the provision of nursing care to premature infants with LBW and feeding problems aged 36 weeks through the application of PIOMI as an evidence-based review intervention. PIOMI was performed twice a day for ten consecutive days with a duration of five minutes. The results of the evaluation showed that PIOMI was effective in improving infants' suction reflexes, objectively measured through the calculation of the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) score and an increase from a score of 15 to 36. PIOMI was also able to improve infants' feeding readiness from enteral to oral after nine days of continuous PIOMI treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmanofa Yunizaf
"Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu gangguan telinga yang sering menimpa anak dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan penurunan kualitas hidup, serta banyak komplikasi. Kondisi yang terkait dengan OMSK di antaranya alergi, hipertrofi adenoid, dan refluks laringofaring (RLF). Refluks laringofaring pada anak belum banyak dipelajari di Indonesia, dan diagnosis RLF berdasarkan Instrumen Tanda dan Gejala Refluks belum banyak dipelajari. Kejadian RLF juga dikaitkan dengan gangguan saraf autonom, akibat gangguan nervus vagus yang dapat menyebabkan refluksat lambung naik ke nasofaring dan mencapai muara tuba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan RLF dengan OMSK tipe aman aktif yang dibahas desain 1 penelitian, yaitu studi kasus kontrol yang menganalisis alergi, hipertrofi adenoid, dan RLF sebagai faktor risiko OMSK tipe aman aktif. Desain kedua penelitian adalah studi kasus kontrol untuk mengetahui hubungan gangguan saraf autonom dengan kejadian RLF. Desain ketiga penelitian merupakan kohort retrospektif untuk mengetahui hubungan RLF dengan gangguan fungsi tuba. Penelitian dilaksanakan Mei 2023–Juni 2024, menyertakan 39 subjek OMSK tipe aman aktif dan 39 subjek kontrol dari pasien Poliklinik THT-KL RSCM, dan direkrut secara consecutive sampling. Subjek juga akan diperiksa kondisi RLF dan gangguan saraf autonom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan RLF terbukti berisiko 5,59x lebih tinggi untuk terkena OMSK tipe aman aktif (OR: 5,59; 95%CI: 1,247–25,049; p = 0,025). Alergi (OR: 1,433; 95%CI: 0,343–5,981; p = 0,622) dan hipertrofi adenoid (OR: 1,178; 95%CI: 0,584–2,378; p = 0,646) tidak terbukti bermakna secara statistik sebagai faktor risiko OMSK tipe aman aktif. Gangguan saraf autonom juga belum terbukti secara statistik sebagai faktor risiko RLF (OR: 1,086; 95%CI: 0,444– 2,650; p = 0,856). Refluks laringofaring juga tidak terbukti menjadi faktor risiko gangguan fungsi tuba (RR: 1,558; 95%CI: 0,594–4,087; p = 0,367). Dapat disimpulkan bahwa RLF merupakan faktor risiko utama OMSK tipe aman aktif pada anak. Pepsin dan derajat keasaman dari refluksat RLF pada telinga tengah dapat berperan dalam kerusakan telinga tengah.

Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a prevalent ear disorder in children that can lead to hearing impairment, a decline in quality of life, and various complications. Conditions associated with CSOM include allergy, adenoid hypertrophy, and laryngopharyngeal reflux (LPR). The incidence of LPR in children has not been extensively studied in Indonesia, and diagnosis of LPR based on Reflux Symptom and Sign Instrument is yet to be studied. LPR has also been linked to autonomic nervous system dysfunction, as disturbances in the vagus nerve can result in the reflux of gastric contents into the nasopharynx and the opening of the Eustachian tube.
This study aims to investigate the relationship between LPR and active benign type CSOM with the first design being a case-control study that analyzes allergy, adenoid hypertrophy, and LPR as risk factors for active benign type CSOM. The second design, also a case-control study, is to determine the association between autonomic nervous system dysfunction and the occurrence of LPR. The third study design employs a retrospective cohort study to assess the relationship between LPR and Eustachian tube function disorders. The research is conducted from May 2023 to June 2024, including 39 subjects with active benign type CSOM and 39 control subjects from the ENT-HN Polyclinic of RSCM, recruited through consecutive sampling. Subjects will also be evaluated for the presence of LPR and autonomic nervous system dysfunction.
The results indicated that children with LPR were at a 5.59-fold increased risk of developing active safe type CSOM (OR: 5.59; 95% CI: 1.247–25.049; p = 0.025). Allergy (OR: 1.433; 95% CI: 0.343–5.981; p = 0.622) and adenoid hypertrophy (OR: 1.178; 95% CI: 0.584–2.378; p = 0.646) were not found to be statistically significant risk factors for active safe type CSOM. Additionally, autonomic nervous system dysfunction did not show statistical significance as a risk factor for LPR (OR: 1.086; 95% CI: 0.444–2.650; p = 0.856). LPR also did not appear to be a risk factor for Eustachian tube dysfunction (RR: 1.558; 95% CI: 0.594–4.087; p = 0.367). It can be concluded that LPR is a primary risk factor for active safe type CSOM in children. The presence of pepsin and the acidity level of the LPR refluxate in the middle ear may contribute to middle ear damage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Iqlima Istiqomah
"Risiko perilaku kekerasan ialah suatu tindakan yang dapat berpotensi membayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sebagai respon dari adanya stressor. Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memberikan analisis mengenai penerapan relaksasi mendengarkan musik untuk menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien dengan masalah risiko perilaku kekerasan. Penerapan relaksasi mendengarkan musik menunjukkan adanya penurunan tanda gejala perilaku kekerasan yang diukur dengan lembar evaluasi pengukuran tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Rekomendasi dari karya ilmiah ini diharapkan perawat memperhatikan respon dari klien terhadap intervensi yang telah diberikan dengan melakukan evaluasi secara berkala. Perawat juga perlu melakukan identifikasi terkait faktor pendukung maupun penghambat yang dapat memengaruhi penerapan intervensi yang diberikan pada klien.

The risk of violent behavior is an action that can potentially harm oneself, others, and the environment in response to a stressor. The purpose of this scientific paper is to provide an analysis of the application of relaxation by listening to music to reduce signs and symptoms of violent behavior in clients with risk problems for violent behavior. The application of relaxation by listening to music shows a decrease in signs of violent behavior as measured by the evaluation sheet for measuring signs and symptoms of risk of violent behavior developed by the Department of Mental Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. Recommendations from this scientific work are expected that nurses pay attention to the response of the client to the intervention that has been given by conducting periodic evaluations. Nurses also need to identify related supporting and inhibiting factors that can affect the implementation of interventions given to clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ishmah
"Suplementasi nutrisi melalui Nasogastric Tube NGT sebaiknya dilakukan pada anak atresia bilier yang mengalami malnutrisi. Keberhasilan pemberian nutrisi melalui NGT ditunjukkan dengan berkurangnya regurgitasi dan muntah selama proses pemberian nutrisi melalui NGT. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan atresia bilier dan mengidentifikasi pengaruh optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT terhadap pencegahan regurgitasi dan muntah. Intervensi berupa optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT diharapkan dapat mencegah kejadian regurgitasi dan muntah selama/setelah pemberian nutrisi. Metode yang digunakan yaitu berupa edukasi, evaluasi dan pendampingan, serta memantau regurgitasi dan muntah selama perawatan pasien. Hasil menunjukkan bahwa kejadian regurgitasi dan muntah berkurang setelah dilakukan intervensi dengan metode tersebut. Karya ilmiah ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi institusi rumah sakit untuk memaksimalkan peran perawat dalam optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT dengan melakukan edukasi, evaluasi, dan pendampingan.

Nutritional suplementation with nasogastric tube feeding should be given to biliary atresia children with malnutrition. The succsessful of nasogastric tube feeding showed by reducement of regurgitation and vomit in the process of nasogastric tube feeding. This paper aims to provide the description of nursing process in biliary atresia chidren and to identificate the effect of optimalization in nasogastric tube feeding toward the prevention of regurgitation and vomit. Nursing intervention such an optimalization of nasogastric tube feeding expected to prevent regurgitation and vomit while or after nasogastrice tube feeding. Methods which apply to optimize nasogastric tube feeding are education, evaluation, and assistance of nasogastric tube feeding to parents/caregivers and monitoring of regurgitation and vomit as long as the patient care is given. The result found that regurgitation and vomit could be reduced by doing the intervention with those methods. This paper is expected to be the hospital rsquo;s consideration in maximazing nurse rsquo;s role in optimizing nasogastric tube feeding with education, evaluation, and teaching. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>