Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnes Utari Hanum Ayuningtyas
"ABSTRAK
Penurunan jumlah aktivitas pada lansia biasa dikaitkan dengan pengalaman tidak menyenangkan seperti tidak memiliki teman, perasaan hampa dan kesepian. Pengalaman tersebut didefinisikan sebagai loneliness yang sifatnya subjektif dan mempengaruhi kualitas hidup serta kesehatan individu. Loneliness ditemukan dapat mempengaruhi tekanan darah sistolik pada lansia yang mengarahkan lansia pada gangguan hipertensi.
Fenomena terkait loneliness dapat ditemukan pada para lansia di Depok. Peneliti memberikan Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada 3 (tiga) orang lansia untuk menurunkan tingkat loneliness yang dialaminya. Jika loneliness telah menurun, maka peneliti juga mengharapkan tekanan darah lansia dapat turun dan stabil. Penelitian dijalankan dengan menggunakan desain single-subject repeated measures dengan melakukan tiga kali pengukuran di awal, pertengahan dan akhir rangkaian intervensi untuk melihat pengaruh pemberian terapi terhadap loneliness yang dialami partisipan.
Hasil dari penelitian adalah ketiga partisipan mengalami penurunan loneliness yang terlihat dari wawancara, observasi, dan pengukuran menggunakan The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, dan Personal Definitions of Loneliness. Seluruh partisipan juga mengalami penurunan tekanan darah menurut hasil pemeriksaan menggunakan tensi meter digital. Penurunan loneliness diperkirakan terjadi karena ketaatan partisipan dalam menjalani terapi terutama dalam melakukan perubahan perilaku serta adanya motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan terapi. Penurunan loneliness akan lebih signifikan jika partisipan memiliki dukungan sosial untuk mempertahankan perilaku positif serta kemampuan bahasa yang lebih baik. Selain itu, Partisipan telah mampu mempraktikkan teknik-teknik yang diberikan dalam terapi seperti mengenali loneliness yang dialami, relaksasi, pemecahan masalah, dan melawan pikiran buruk.

ABSTRACT
In older adults, reduced activities often related to unpleasant experiences, such as having no friends, feeling of emptiness and loneliness. Feeling of loneliness is subjective to individuals and affects their health and quality of life. It is found that loneliness can have impact on systolic blood pressure among older adults and result in hypertension.
Phenomena related to loneliness happen among older adults in Depok. This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing level of loneliness among older adults, so that their blood pressure would get lower and stay in a stable condition. Design of the study was single-subject repeated measures with three participants, and three times measurement (initial, middle, final).
Results of the study suggest that all three participants' level of loneliness reduced, which can be seen from interview, observation, and scores of quantitative inventories (The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, and Personal Definitions of Loneliness). Participants' blood pressure also reduced. Participants' compliance to therapy processes, such as high motivation and changes in behavior, contributed to the reduced level of loneliness. It is assumed that loneliness scores would be reduced more significantly if participants had better social support, maintained positive behaviors, and had better verbal capacity. Despite of lack of verbal capacity, participants were able to practice some techniques, such as identifying loneliness, relaxation, problem solving, and countering negative thoughts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Sebastian Jaya
"Insomnia adalah salah satu masalah yang paling umum bagi lanjut usia (lansia). Seperti gangguan psikologis lainnya, terdapat berbagai tipe dan penyebab insomnia. Walaupun demikian, mencari penyebab dan membeda-bedakan berbagai tipe insomnia seringkali tidak bermanfaat dalam menangani insomnia. Penelitian telah menunjukkan bahwa semua tipe dan penyebab insomnia dapat menerima manfaat terapi. Terapi yang paling efektif dan direkomendasikan untuk menangani insomnia adalah multi-komponen cognitive behavioral therapy (CBT). Teknik yang umumnya termasuk dalam paket terapi adalah sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, dan pendekatan kognitif.
Penelitian ini menggunakan paket terapi tersebut ditambah teknik pemecahan masalah yang efektif untuk menangani insomnia. Terapi dibawakan dalam kelompok yang terdiri dari 8-sesi dan berlangsung selama 4 minggu. Setiap minggu terdapat dua sesi, sehingga terdapat sekitar 3-4 hari pada antar sesi.
Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre-post within group. Partisipan adalah lima lansia (64-75 tahun) yang terdiagnosis dengan insomnia berdasarkan Research Diagnotic Criteria untuk insomnia (Edinger, dkk., 2004). Untuk mengukur efektivitas terapi, partisipan diwawancarai dan mengisi kuesioner Skala Mengantuk Epworth, kuesioner Insomnia Severity Index, dan sleep diary.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi efektif dalam mengurangi simtom insomnia. Sebagian besar partisipan mengalami penurunan skor ISI yang besar dan penurunan yang lebih dari 50% pada waktu yang dibutuhkan untuk tidur dan waktu bangun setelah tidur. Selanjutnya, sebagian besar partisipan mengakui peningkatan kualitas tidurnya dan hilangnya simtom insomnia. Penelitian ini menunjukkan bahwa CBT multi-komponen kelompok dapat menurunkan simtom insomnia dengan cukup besar pada lansia Indonesia. Hasil penelitian yang menunjukkan efektivitas CBT multi-komponen kelompok penting untuk menyediakan intervensi psikologis evidence based yang efektif dan ekonomis bagi lansia.

Insomnia is one of the most common problems for the elderly. Like other psychological disorders, there are differing types and causes of insomnia. However, discovering the causes and differentiating insomnia types is often not useful in treating insomnia. Researches have shown that all insomnia types and causes can benefit from therapy. The most effective and recommended therapy for treating insomnia is multicomponent cognitive behavioral therapy (CBT). The usual techniques included in the therapy package are sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, and a cognitive approach.
This research used the usual therapy package with an additional problem solving technique, which has been shown effective for treating insomnia. The therapy is delivered in group setting, which consists of 8-sessions. The therapy takes 4 weeks with 2 sessions per week, leaving around 3-4 days between sessions.
The research design is a quasiexperiment pre-post within group design. The participants are five older adults (64-75 years old) that are diagnosed with insomnia based on Research Diagnostic Criteria for insomnia (Edinger, et. al., 2004). To measure the effectiveness of the therapy, the participants are interviewed and completed Epworth Sleepiness Scale, Insomnia Severity Index (ISI), and sleep diary.
The result showed that the intervention is effective in reducing insomnia symptoms. Most participants experience a large reduction of ISI scores during the therapy and more than 50% reduction of sleep onset time and wake time after sleep onset. Furthermore, most participants acknowledge their sleep improvement and the disappearance of insomnia symptoms. This research shows that group multicomponent CBT can achieve clinically significant reduction of insomnia symptoms in Indonesian elderly. This finding provides evidence on using group multicomponent CBT to treat insomnia for Indonesian elderly. Evidence for the effectiveness of group multicomponent CBT is important in providing evidence based psychological intervention that is effective and economical for the elderly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Aenea
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemberian intervensi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dapat mengurangi simtom-simtom depresi pada mahasiswa UI tahun pertama
penerima Bidikmisi. Penelitian ini menggunakan desain one group before and after study
design, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang. Masing-masing partisipan mengikuti
sesi CBT sebanyak enam kali, disertai satu kali sesi follow up (2 - 3 minggu setelah sesi
terminasi). Proses screening awal dilakukan dengan memberikan Beck Depression Inventory
(BDI) kepada mahasiswa UI tahun pertama penerima Bidikmisi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengurangi simtom-simtom depresi mahasiswa UI
tahun pertama penerima Bidikmisi. Didapati penurunan skor BDI yang signifikan dan level
depresi partisipan berubah dari "berat" menjadi "tidak ada tanda-tanda depresi" dan "ringansedang".
Selain itu, perubahan kualitatif juga dilaporkan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing
depressive symptoms among Bidikmisi Freshmen in Universitas Indonesia (UI). Design of
the study is one group before and after study design, with three scholars as participants. Each
participant attended six sessions of CBT, followed by a follow up session (2 - 3 weeks after
termination). Beck Depression Inventory (BDI) was used in the screening process. Results
suggest that CBT reduced depressive symptoms among Bidikmisi freshmen in UI.
Participants' BDI scores reduced significantly, and their level of depression changed from
"severe" to "no symptoms of depression" and "mild - moderate". Qualitative changes were
also found and discussed."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Kusuma Putri Mahdi
"ABSTRAK
Latar belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang perawatannya sangat bergantung kepada kemampuan penderitanya untuk mematuhi regimen medis berupa pengaturan pola makan, berolahraga, pengecekan kadar glukosa darah, dan meminum obat sesuai anjuran. Ketidakpatuhan terhadap regimen medis dapat mengakibatkan kontrol glukosa darah memburuk dan memperbesar resiko komplikasi penyakit, seperti gangguan mata dan hipertensi. Pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2, kepatuhan medis menjadi suatu isu yang lebih kompleks, karena semakin bertambah usia seseorang maka regimen medis yang dimiliki juga akan menjadi lebih kompleks, sedangkan kemampuan kognitif dan memori mengalami penurunan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan memberikan Cognitive Behavioral Therapy kepada 2 (dua) orang lansia dengan diabetes melitus tipe 2 yang bermasalah dengan kepatuhan medis. Desain penelitian ini menggunakan single subject design. Pengukuran dilakukan saat pra-intervensi, pertengahan intervensi, dan pasca-intervensi. Hasil pengukuran intervensi melalui pengisian 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), wawancara dan observasi, serta pengukuran kadar glukosa darah, menunjukkan kenaikan tingkat kepatuhan medis dari rendah menjadi menengah pada kedua partisipan. Kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa Cognitive Behavioral Therapy efektif untuk meningkatkan kepatuhan medis pada para lansia dengan penyakit diabetes melitus tipe 2. Partisipan juga merasa mendapatkan manfaat dari teknik-teknik yang diajarkan dalam terapi ini dan memahami bahwa untuk mempertahankan kepatuhan medis yang mereka miliki, partisipan perlu untuk selalu menerapkan teknik-teknik tersebut dalam keseharian mereka.

ABSTRACT
Background Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease which its treatment heavily depend on patients ability to adhere to their medical regimens. Type 2 diabetes mellitus medical regimen consists of healthy diets, frequent exercises, blood glucose level control, and regular taking of medications. Non-adherence to medical regimen could lead to worse blood glucose control and result in the increase of another disease complication, such as glaucoma and hypertension. In older adults with type 2 diabetes mellitus, medical adherence becomes a more complex issue, because as people grow old, their medical regimen will become more complex. Meanwhile, their cognitive and memory ability decrease. In this research, the researcher will provide Cognitive Behavioral Therapy for 2 (two) older adults with type 2 diabetes mellitus and have problems with their medical adherence. Research design use single subject design. There are three assessments that were taken, pre-intervention, mid-intervention, and post-intervention. Result assessments through 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), interview, observation, and blood glucose control showed increase in medical adherence levels, from low medical adherence to medium medical adherence in both participants. Conclusion this research proved that Cognitive Behavioral Therapy is effective to increase medical adherence in older adults with type 2 diabetes mellitus. All participants also experienced the benefits from techniques that were given during therapy and understood that to maintain the medical adherence they achieved; they need to keep applied those techniques into their daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Mutiara
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering dialami
lanjut usia di Indonesia. Mereka yang menderita diabetes tidak hanya memiliki
masalah dalam hal fisik, namun juga bermasalah secara psikologis. Kondisi fisik
yang lemah memiliki korelasi dengan tingkat harapan (hope) pada individu.
Harapan yang rendah berdampak pada rendahnya kebahagiaan serta kesejahteraan
hidup. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji efektivitas cognitivebehavioral
therapy (CBT) dalam meningkatkan harapan pada lanjut usia yang
menderita diabetes melitus.
Penelitian dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong, Tangerang.
Desain penelitian berupa kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest dan
within-subjects, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang (berusia 65 sampai
85 tahun). Dari hasil penelitian, dua dari tiga partisipan mengalami peningkatan
untuk skor harapan dan disertai dengan penurunan kadar gula dalam darah.
Peningkatan harapan ini diwujudkan dengan kepatuhan (adherence) terhadap
aturan medis yaitu pengontrolan konsumsi makanan yang mengandung glukosa.
Disamping itu, peningkatan harapan juga diwujudkan dengan perasaan yang
tenang dan bahagia, serta merasa diperhatikan dan dipedulikan. Kondisi tersebut
juga dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan kadar gula dalam darah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CBT cenderung efektif dalam
meningkatkan harapan pada lanjut usia yang menderita diabetes melitus.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of the most common chronic disease suffered by the
elderly in Indonesia. Those who suffered from diabetes are not only physically
impaired, but psychologically impaired as well. Weak physical condition has a
correlation with the level of individual hope. Low level of hope has an impact on
the low level of well being. The aim of this research was to measure the
effectiveness of cognitive-behavioral therapy (CBT) in enhancing hope for older
adults who suffered from diabetes melitus.
The research was conducted in Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong,
Tangerang. Research design was made in the form of quasi experiment with
pretest-posttest and within-subjects design, and with the three participants (aged
65 to 85 years). From the research, two out of three participants increased their
level of hope and decreased their sugar levels in blood. This increasing level of
hope was manifested with the adherence of medical rules in controlling food
consumption containing glucose. Besides that, the higher hope was also
manifested with a calm and happy feeling, and also feel cared for. Such conditions
could give a contribution to the decreased sugar levels in blood. Thus, it could be
concluded that CBT tends to be effective in increasing the level of hope for older
adults who suffered from diabetes mellitus."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandradewi Kusristanti
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di dunia. Banyaknya regimen yang harus dipatuhi penderita DM, adanya risiko komplikasi, dan lain sebagainya merupakan faktor yang dapat memengaruhi munculnya diabetes-related distress pada penderita DM. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa diabetes-related distress memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi fisik ataupun psikologis penderita DM. Pengaruh negatif tersebut juga dialami oleh penderita DM, yang juga diperburuk oleh karakteristik lanjut usia.
Melihat pengaruh negatif dari diabetes-related distress pada penderita DM yang tergolong lanjut usia (lansia) tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan intervensi untuk mengurangi diabetes-related distress dengan menggunakan pendekatan Cognitive Behavior Therapy. Penelitian dilakukan kepada dua orang lansia yang mengalami diabetes-related distress. Kedua partisipan yang menjalani intervensi Cognitive Behavior Therapy mengalami penurunan tingkat diabetes-related distress. Hal tersebut didapatkan melalui wawancara dan observasi, serta pengukuran menggunakan alat ukur PAID (Problem Areas In Diabetes). Setelah intervensi selesai diberikan, para partisipan sudah mampu mempraktikkan teknik-teknik intervensi yang diberikan dalam rangkaian intervensi. Para partisipan juga memahami bahwa keberhasilan intervensi ditentukan oleh kemandirian dan niat mereka untuk menjalankan teknik-teknik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is one of the most frequent diseases to appear globally. Too many regimens to adhere, complication risks, and so on can endorse diabetes-related distress in DM patients. Many studies have found that the presence of diabetes-related distress gives negative impacts to patients, physically and psychologically. In older DM patients, those negative impacts is worsen by the characteristics of older adults.
Knowing those negative impacts to older DM patients, I decided to conduct a study that consists of delivering intervention with cognitive behavior therapy approach to lessen diabetes-related distress for older adults with DM. There are two participants in this study, both are older adults with high level of diabetes-related distress. All participants experienced decreased level of diabetes-related distress from their participation in this intervention, as shown in interview, observation, and an assessment using PAID (Problem Areas In Diabetes). After all the intervention sessions have been delivered, all participants are able to practice the interventions techniques that were given. All participants also understand that the therapeutic success is determined by their independence and their willingness to change by practicing the techniques in daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guritnaningsih A. Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas tiga jenis program intervensi, yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT), iklan dengan tampilan humor (iklan positif), dan iklan dengan tampilan menakutkan (iklan negatif) dalam menurunkan perilaku menge mudi secara agresif. Partisipan terdiri atas 196 pengemudi yang tergolong dalam kelompok usia dewasa muda (usia 18?35 tahun), yaitu usia dimana individu berisiko untuk menampilkan perilaku mengemudi secara agresif. Kepada partisipan dilakukan pengukuran de ngan menggunakan empat macam inventori lapor diri, yaitu inventori untuk mengukur persepsi mengenai kondisi lalu lintas, derajat frustrasi, emosi marah, dan perilaku mengemudi. Analisis dengan menggunakan desain mix-faktorial menunjukkan bahwa program intervensi CBT lebih efektif dibandingkan program intervensi iklan, khususnya dalam menurunkan derajat frustrasi dan emosi marah. Sedangkan antara iklan dengan tampilan humor dan iklan dengan tampilan menakutkan tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam menurunkan derajat frustrasi dan emosi marah. Baik program CBT maupun kedua jenis program intervensi iklan tidak cukup efektif untuk menurunkan perilaku mengemudi secara agresif. Mengacu pada Teori A-B-C tentang ketergugahan emosi yang dikemukakan oleh Ellis, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sasaran akhir yaitu perilaku mengemudi secara aman (faktor C) pada pengemudi usia dewasa muda tidak dapat tercapai walaupun keyakinan dan emosi mereka (faktor B) berhasil diubah menjadi lebih positif. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa untuk sampai terjadinya perubahan perilaku mengemudi secara aman diperlukan teknik modifikasi perilaku yang lain, misalnya pemberian sangsi yang kuat dari pihak otoritas yaitu polisi.

This study was conducted to examine the effectiveness of three intervention programs, i.e. CBT (Cognitive Behavior Therapy), humor appeal advertisements (positive ads), and fear appeal advertisements (negative ads) in reducing aggressive driving behavior. 196 young adults age between 18?35 years old, who are considered to be at risk in performing aggressive driving behavior had completed four self report inventories. The four inventories measures perception on traffic conditions, degree of frustration, anger emotion, and driving behavior. Analysis of mix factorial desigm shows that CBT intervention program is more effec tive than the advertising intervention program, particularly in reducing the degree of frustration and emotional upset. However, no significant difference between humor appeal and fear appeal advertisements in reducing the level of frustration and anger emotion. Moreover, CBT program as well as the other two advertising intervention programs is not sufficient enough to reduce driving behavior. Based on the A-B-C Theory of Emotonal Arousal proposed by Ellis, this result indicates that safety driving behavior (factor C) among young drivers cannot be achieved through these intervention programs, although their belief and emotion (factor B) has been changed. This study implies that other modification behavior technique, i.e. strong penalty from the authority (police) is needed to encourage safer driving behavior of Indonesian young driver."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Sun Putri
"ABSTRAK
Stres adalah masalah yang umum dialami oleh setiap individu, termasuk juga pada lanjut usia. Ketika seseorang memasuki masa usia lanjut, terdapat sejumlah penurunan fungsi tubuh, baik secara fisik, kognitif, psikologis, maupun sosial yang dapat menimbulkan stres sehingga berdampak pada meningkatnya tekanan darah tinggi (hipertensi). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas intervensi dengan pendekatan Terapi Kognitif-Perilaku untuk menurunkan tingkat stres pada lansia dengan hipertensi. Partisipan dalam penelitian ini adalah lanjut usia (N=4) berusia 65-74 tahun. Setiap partisipan mempersepsikan hidupnya sebagai stres, yang diukur dengan alat ukur Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, dan Mermelstein, 1983) dan memiliki penyakit hipertensi berdasarkan pengukuran menggunakan alat digital blood pressure monitoring. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post design, dimana dilakukan pengukuran tingkat stres dan tekanan darah pada awal dan akhir intervensi untuk melihat perubahan yang terjadi. Pada akhir intervensi terlihat adanya penurunan tingkat stres dan perubahan tekanan darah dari hipertensi menjadi tekanan darah pada kategori normal untuk lanjut usia. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi dengan pendekatan Terapi Kognitif-Perilaku berhasil menurunkan tingkat stres yang berdampak pada penurunan tekanan darah yang tinggi pada lanjut usia.

ABSTRACT
Stress is a common problem that happen in every individual, including older adult. When people become old, there are decline in bodily function, such as physically, cognition, psychological, and social aspect which can be stressful and increase high blood pressure (hypertension). The aim of this study is to examine effectiveness of Cognitive-behavioral therapy to reduce stress for older adult with hypertension. The participant of the study is older adult (N=4) with age between 65-74 years old. Each participant perceives their life as stressful, measured by perceived stress scale (Cohen, Kamarck, dan Mermelstein, 1983), and has hypertension based on digital blood pressure monitoring machine. The pre-post design applied in study, which is stress and blood pressure measured before and after intervention to see any possible change. At the end of intervension, there are decrease in stress score and change in blood pressure from hypertension to normal blood pressure for older adult. Result indicated that Cognitive-behavioral therapy success to reduce stress and decrease the hypertension in older adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"ABSTRAK
Penelitian menunjukkan bahwa di kota Depok, Jawa Barat terdapat 71% dari 229 remaja SMA yang mengalami depresi. Depresi terjadi karena berbagai faktor salah satunya adalah efikasi diri yang rendah. Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri dan mengatasi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan efikasi diri dan depresi setelah mendapat CBT. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan pre-post test with control group pada penerapan CBT yang dilakukan secara berkelompok. Analisis yang digunakan adalah dependen dan independent sample t-Test, chi-square dan pearson product moment. Responden penelitian ini adalah remaja kelas VIII SMPN Kota Bogor. Populasi target penelitian ini adalah 222 remaja yang memiliki efikasi diri rendah dan depresi dengan sampel sebesar 72 remaja. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan efikasi diri remaja yang mendapat CBT lebih tinggi secara bermakna dibanding remaja yang tidak mendapat CBT, depresi remaja yang mendapat CBT lebih rendah secara bermakna dibandingkan penurunan depresi pada remaja yang tidak mendapat CBT. Peningkatan efikasi diri mempunyai hubungan yang kuat dalam menurunkan depresi pada remaja dengan arah hubungan negatif. Terapi CBT direkomendasikan pada remaja dengan efikasi diri rendah dan depresi.

ABSTRACT
Research shows that in Depok City West Java, 71 % of 229 high school teenagers experience depression. Depression occurs because of various factors, one of them is low self-efficacy. Cognitive Behavior Therapy (CBT) is a therapy performed to improve self-efficacy and counteract depression. This study aimed to determine the alteration of self-efficacy and depression after receiving a CBT. This research applied a quasi experiment method with pre-post test with control groups in the CBT performed in groups. Data were analyzed using dependent and independent sample t-Test, chi-square and pearson product moment. Respondents of this research were teenagers of class VII at a Junior High School in Bogor. The target population of this research was 222 teenagers who had low self-efficacy and depression with 72 teenagers as the samples. The result showed that the improvement of self-efficacy of teenagers who received CBT was significantly higher than the teenagers who didn’t get CBT, and the depression of teenagers who accept CBT was significantly lower than the depression of teenagers who didn’t get CBT. The improvement of self-efficacy had a strong correlation with the decline of teenagers’ depression in a negative direction. CBT therapy is recommended for teenagers with low self- efficacy and depression. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Astria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasi cognitive behaviour therapy (CBT) yang dibuat dalam bentuk brief untuk meningkatkan academic self efficacy pada mahasiswa dengan prestasi akademik yang rendah. Subjek penelitian berjumlah dua orang, mahasiswa strata satu yang sedang aktif berkuliah semester 4, memiliki indeks prestasi dibawah 2,25, dan memiliki academic self efficacy yang rendah berdasarkan skor College academic self efficacy (CASES).
Hasil penelitian menunjukkan intervensi cognitive behaviour therapy terbukti dapat meningkatkan academic self efficacy pada mahasiswa dengan prestasi akademik yang rendah pada kedua partisipan. Kedua partisipan menunjukkan peningkatan skor CASES pada post test. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa partisipan merasakan manfaat yang positif setelah mengikuti intervensi ini.

The objective of this research is to see implementation cognitive behaviour therapy (CBT) are made in the form of brief to increase academic self efficacy on college student with low academic self efficacy. The subjects of this research are two person, undergraduate college students who is actively enrolled 4th semesters, has GPA under 2,25, and having low academic self efficacy based on CASES score.
Result of this research shows that cognitive behavior therapy intervention proved to increase academic self efficacy college student with low academic self efficacy in both participans. Both of participants show improvement CASES score on post test. Interview result also shows that participants feel positive benefit after following this intervention.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>