Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153674 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faqih Ruhyanudin
"ABSTRAK
Agen antineoplasti bekerja pada materi genetik dalam nucleus sel sebagai sitotoksik dan sitostatik terhadap sel-sel target. Target terapi adalah pada sel malignant tetapi dapat juga mengakibatkan kerusakan pembelahan pada sel normal, sehingga sering menimbulkan efek samping. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pengalaman pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi terhadap delapan pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Analisis konten menggunakan metode colaizzi. Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema, yaitu (1) mengingkari kenyataan menderita kanker, (2) keinginan mendapat dukungan keluarga, (3) penolakan pasangan terhadap kemoterapi, (4) ketidakyamanan fisik sebagai dampak kemoterapi, (5) ketidakstabilan emosional sebagai respon terhadap kemoterapi, (6) mengidentifikasi adanya ketidak nyamanan dalam hubungan interpersonal di tempat kerja, (7) melibatkan dukungan spiritual keagamaan, dan (8) mengupayakan penyembuhan dan pemulihan. Kesimpulan: Kemoterapi berdampak terhadap penurunan kondisi fisik, psikologis, dan hubungan interpersonal, namun kemoterapi menyebabkan ketidakberdayaan sehingga meningkatkan spiritual keagamaan. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker.

ABSTRACT
Antineoplastic agents are works into the genetic material in the cell nucleus as cytotoxic and cytostatic against target cells. Its targeted therapy is specifically on malignant cells but also cause damage to normal cell that cause side effects. The aims of this study is to get a description of ​​the experience of cancer patients undergoing chemotherapy. METHOD: research design is a qualitative study with phenomenological approach, involving 8 cancer patients undergoing chemotherapy. RESULTS: identified eight themes were as follows: (1) given the fact had cancer, (2) desire for family support, (3) spouse’s rejection of chemotherapy, (4) physical discomfort as of chemotherapy side effect, (5) emotional instability as a responses of chemotherapy, (6) identify any discomfort in interpersonal relationships in the workplace, (7) involving support religious spiritual, and (8) strive for to healing and recovery. Conclusion: chemotherapy side effect were as decrease physical well-being, emotional well-being, interpersonal relationship, and increase spiritual well-being. Results are expected to be addressed by improving the quality of nursing care to cancer patients."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Husnul Fata
"Efek samping dari pemberian kemoterapi maupun beban penyakit kanker sering kali meyebabkan gangguan pada semua system dalam tubuh manusia serta masalah psikologis yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya fatigue pada pasien kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor yang dapat menyebabkan fatigue. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 95. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik concecituve samping. Penelitian ini menunjukkan bahwa 72,6% responden adalah perempuan dengan rerata usia 45,54 tahun, rerata kadar Hb 10,881 gr/dl, 38,9% kasus Ca Mammae, 69,5% termasuk stadium lanjut, 30,5% mendapat kemoterapi FAC, 29,5% menjalani kemoterapi lebih dari siklus 4, 55,8% fatigue ringan, 55,8% kategori nyeri sedang-berat, 82,1% kualitas tidur buruk, dan 38,9% termasuk katagori aktif minimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,05) antara kadar Hb, mual muntah, nyeri, tingkat aktivitas, depresi, dan kualitas tidur dengan fatigue. Analisis berikutnya didapatkan hasil bahwa variabel nyeri merupakan variabel yang berisiko paling besar untuk terjadinya fatigue. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kanker yang menjalan kemoterapi untuk mengurangi risiko kejadian atau semakin parahnya fatigue.

Side effect of chemotherapy and burden of cancer often cause interference with all the human body systems as well as psycological problems wich eventually can lead to fatigue in cancer patients. The purpose of the study was to identify predictor faktors that can be cause of fatigue. The method of the research applied correlation analysis with cross sectional. There were 95 respondents. Sample was taken by consecutive sampling technique. The research showed that 72,6% female respondents with 45,54 years of age in average, Hb rate 10,881 gr/dl in average, 38,9% Mammae cancer, 69,5% advanced stage, 30,5 % FAC chemotherapy, 29,5% more than 4 cycles of chemotherapy, 55,8% light fatigue, 55,8% moderate-severe pain, 82,1% bad sleep quality, 38,9% moderate nausea and fomiting, 36,8% bordeline anxiety, 62,1% no depression, and 44,2% minimal active.
The analysis showed that there was a significant relation between Hb, depression, physical activity, sleep quality, pain, nausea and vomiting with fatigue lavel of (p< 0,05). Further analysis showed that pain was the greatest risk for the occurence of fatigue. The reseacher recommends that should be to indentifying another factors that can cause fatigue in cancer patient undergoing chemotherapy to reduce risk occurrence and severity of fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedeh Komalawati
"Myalgia dapat terjadi karena efek samping kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh PMR terhadap myalgia pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pre-post test with control group. Sampel penelitian adalah 32 orang, diambil dengan consecutive sampling. Pengukuran intensitas myalgia dilakukan dengan menggunakan numeric rating scale. Kelompok intervensi diberikan tindakan PMR selama 15 menit dengan frekuensi 2x sehari dalam 5 hari berturut-turut pasca kemoterapi.
Hasil penelitian didapatkan penurunan intensitas myalgia sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (p value 0,001) dan pada kelompok kontrol (p value 0,001). Namun terdapat perbedaan penurunan intensitas myalgia antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah diberikan intervensi dengan selisih 0,81 (p value = 0,001). Kesimpulan, PMR dapat membantu menurunkan myalgia pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. PMR dapat menjadi salah satu terapi komplementer yang bisa diterapkan perawat di rumah sakit untuk menurunkan myalgia.

Myalgia can be occured by side effect of chemotherapy. The purpose of this study was to identify the effect of PMR against myalgia in lung cancer patients undergoing chemotherapy. This study design was a quasi experiment, used pre and post test with control group. Samples were 32 patients, recruited by consecutive sampling. Measuring pain assessment used numeric rating scale. The intervention group had been provided PMR fifteen minutes twice a day for five days post chemotherapy.
The results showed significantly different reduction of pain intensity before and after providing PMR in the intervention group and control group as well (p value = 0,001). There was a significantly different reduction of myalgia intensity between both group after giving intervention with mean difference 0,81 (p value = 0,001). It can be concluded that PMR can reduce myalgia in lung cancer patients undergoing chemotherapy. Suggestion, PMR becomes one of the complementary therapies to overcome myalgia
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Amirudin
"Magister Ilmu Keperawatan Universitas IndonesiaJudul:Pengaruh Kombinasi Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kejadian Fatigue Klien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Kemoterapi pada pasien kanker bertujuan mengendalikan pertumbuhan sel kanker, namun terkadang pemberian terapi tersebut bersifat toksik terhadap sel normal dan memberikan efek terjadinya fatigue. Kombinasis Progressive Muscle Relaxation dan teknik lima jari merupakan terapi komplementer untuk mengurangi kejadian fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi. Tujuan penelitian mengidentifikasi perbedaan pemberian Kombinasi PMR dan Teknik Lima Jari dengan latihan ROM terhadap kejadian fatigue klien kanker yang menjalani kemoterapi di RSAM Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan quasi experiment pre-post test with control group. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling yang melibatkan 39 responden kelompok intervensi dan kontrol. Uji beda rata-rata skor pretest dan postest pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T berpasangan sedangkan perbedaan rata-rata skor pretest kelompok intervensi dengan kontrol maupun posttest kelompok intervensi dengan kontrol kejadian fatigue menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian membuktikan bahwa kombinasi PMR dan Teknik Lima Jari dapat mengurangi kejadian fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi p < 0,05.

The Effects Combination of progressive muscle relaxation and the five finger techniques on the incidence of fatigue cancer clients undergoing chemotherapy at Abdoel Moeloek Hospital in Bandar Lampung 2017 Chemotherapy performed in cancer patients aims to control the growth of cancer cells, but sometimes the therapy is toxic effect to normal cells and provide side effects suc as fatigue. Combination Progressive Muscle Relaxation and the five finger technique consider as an alternative to decrease the incidence of fatigue in cancer patient with chemotherapy. This study aimed to identify the differences in the provision Combination of progressive muscle relaxation and the five finger techniques with range of motion exercise on the incidence of fatigue cancer clients undergoing chemotherapy at Abdoel Moeloek Hospital in Bandar Lampung. Design research used a quasi experiment pre post test with control group. The sampling technique was concequetive sampling recruited 39 respondents include intervention and control group.. Difference in mean pretest and posttest scores of fatigue incidence in the control and intervention groups using paired T Test while the mean difference of pretest group scores of intervention with control and posttest of intervention and group with fatigue event control using mann whitney test. This study showed that combination of PMR and the five finger technique can be given by nurse to reduce the fatigue incidence of cancer patients who undergoing chemoterapy p 0,05. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Happy Hayati
"Kemoterapi merupakan terapi kanker yang dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat bahkan memengaruhi kualitas hidup pada individu semua usia. Usia sekolah merupakan tahapan usia pencapaian akan sesuatu (industry), saat anak senang beraktivitas, menyelesaikan tugas dan menjalin hubungan yang luas dengan teman sebaya dan lingkungannya. Namun, tugas perkembangan ini akan teganggu jika anak menderita penyakit keganasan yang harus menjalani kemoterapi. Penelitian kualitatif ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman empat anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, dan data yang dianalisis menggunakan metode Collaizi. Enam tema yang muncul adalah: (1) perubahan fisik sebagai efek negatif dari kemoterapi, (2) prestasi belajar menurun, (3) perasaan negatif akibat prosedur kemoterapi, (4) melakukan aktivitas tertentu selama kemoterapi, (5) pasrah dengan prosedur kemoterapi, dan (6) sembuh dari sakit. Penelitian ini menegaskan pentingnya mempertahankan kegiatan belajar anak yang disesuaikan dengan kondisi mereka yang sedang menjalani kemoterapi.

Chemotherapy is a treatment for cancer that can affect the quality of life. School-age is a period of industry, where most of children in this age enjoy their activity, finish all tasks and build relationship with peer and the environment. However, a child with cancer might experience chemotherapy in the hospital for a long time. The aim of this qualitative study was to identify the experience of four school-age children who had undergone chemotherapy.Data were collected through interviews, and analyzed using Collaizi method. Six themes were identified: (1) physical change as negative effect of chemotherapy; (2) school performance declining; (3) negative feeling that caused by chemotherapy procedure; (4) doing an activity during chemotherapy, (5) accepting all chemotherapy procedures; and (6) free from illness. This study recommends the importance of maintaining adequate learning activity for school-age children with chemotherapy in the hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Kusumawati
"Pengobatan kemoterapi pada anak yang menderita leukemia umumnya memberikan efek mual-muntah. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak yang menderita leukemia limfositik akut yang mengalami mual-muntah akibat kemoterapi, dengan menerapkan teknik distraksi. Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus anak dengan leukemia yang mendapat kemoterapi, didapatkan gejala mual, lemah, pucat, dan anemia. Masalah keperawatan utama yang ditegakkan meliputi mual, risiko cedera akibat kemoterapi, keletihan, dan risiko infeksi. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi manajemen untuk menurunkan mual melalui teknik distraksi, melakukan pencegahan infeksi (universal precaution), melakukan pengawasan/pemantauan terhadap efek kemoterapi, dan mengatur aktivitas anak. Teknik distraksi yang dilakukan pada anak menunjukkan hasil bahwa perhatian anak teralihkan, sehingga mual dan muntah menjadi berkurang. Hasil evaluasi yang didapatkan adalah mual menjadi berkurang, risiko cedera tidak terjadi, letih menjadi berkurang, dan risiko infeksi tidak terjadi. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk mengoptimalkan teknik distraksi sebagai tindakan penunjang untuk mengurangi mual muntah.

Chemotherapy in children with leukemia usually make nausea-vomiting effect. The aim of this study was to provide an overview of nursing care in children with acute lymphocytic leukemia who experience nausea, vomiting due to chemotherapy, by applying distraction techniques. Based on the results of the assessment in the case of children with leukemia who received chemotherapy, the found symptoms are nausea, weak, pale, and anemic. The main nursing problems include nausea, risk of injury due to chemotherapy, fatigue, and risk of infection. Nursing interventions provided include management techniques to reduce nausea through distraction, infection prevention (universal precautions), supervise/monitor the effects of chemotherapy, and regulates the activity of the child. Distraction techniques that performed on children, showed that children's attention diverted, so that nausea and vomiting is reduced. Evaluation results obtained are nausea is reduced, the risk of injury does not occur, fatigue is reduced, and the risk of infection does not occur. Results of this paper suggest to health care institution to optimize distraction techniques as a supporting measures to reduce nausea and vomiting.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Novrianda
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak leukemia limfositik akut yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada 25 anak secara consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale, PedsQLTM 3.0 Cancer Module, dan peran perawat (Cronbach α = 0,90). Hasil menunjukkan terdapat hubungan fase kemoterapi dan peran perawat dengan kualitas hidup generic dan cancer module (p<0,05). Peran perawat merupakan faktor prediktor kualitas hidup generic dan cancer module. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan peran perawat melalui pendidikan pelatihan terkait manajemen kemoterapi dan efek sampingnya.

This study was aimed to determine factors that associated with quality of life of acute lymphoblastic leukemia children who undergoing chemotherapy in Dr. M. Djamil Hospital Padang. The quantitative study with cross sectional approach was done to 25 children by consecutive sampling. Data collection was using PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale, PedsQLTM 3.0 Cancer Module, and nurse's role (Cronbach α = 0,90). The results revealed that there was a relationship between chemotherapy phase and nurse's role with generic and cancer module quality of life (p<0,05). Nurse's role was a predominant factor of generic and cancer module quality of life. Thus, it is necessary to increase role of nurse by giving education about treatment and management of chemotherapy side effects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S28527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang persepsi orang tua terhadap dampak kemoterapi pada anak usia sekolah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Pada penelitian ini dapat diidentifikasi persepsi orang tua terhadap dampak kemoterapi pada anak usia sekolah yang menjalani kemoterapi di RSAB Harapan Kita Jakarta. Sampel yang digunakan adalah orangtua yang memiliki anak usia sekolah yang sedang menjalani kemoterapi di RSAB Harapan Kita Jakarta yang berjumlah 16 orang. Mereka berusia 25-49 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berpendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi, serta dua responden tidak bersekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar orang tua memiliki persepsi negatif terhadap dampak kemoterapi terhadap anaknya. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan desain penelitian kolerasi sehingga penelitian dapat lebih dikembangkan. Jumlah responden penelitian sebaiknya diperbanyak sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan lebih representatif. Peneliti selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, tetapi juga melakukan observasi atau interview yang lebih mendalam.

This study aimed to find out about parents' perceptions of the impact of chemotherapy on children of school age. Design used in this study is a descriptive design. In this research can be identified older peoples perceptions of the impact of chemotherapy on school-age children undergoing chemotherapy at RSAB Harapan Kita Jakarta. The sample used was the parents who have children of school age who are undergoing chemotherapy in RSAB Harapan Kita Jakarta, which numbered 16 people. They were aged 25-49 years, male sex and female and elementary school education through college, and two respondents did not attend school.
The results of this study indicates that most parents have a negative perception towards the impact of chemotherapy on his son. Researchers can then use correlation research design so that research can be further developed. The number of respondents should be augmented so that research results can be generalized and more representative. Further researchers should not only use the questionnaire as a means of collecting data, but also make observations or a more in-depth interviews.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5911
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah Luhuna
"Latar Belakang : Diffuse Large B Cell Lymphoma (DLBCL) merupakan limfoma non Hodgkin agresif dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia dan prognosis nya cukup buruk. Latar belakang genetik yang melibatkan gen MYC dan BCL2 berperan penting dalam menentukan progresifitas penyakit ini dimana MYC sebagai gen proliferasi dan BCL2 sebagai gen antiapoptosis. Penelitian yang menggabungkan overekspresi MYC dan BCL2 dengan respon RCHOP dan event free survival (EFS) 24 bulan masih terbatas.
Tujuan : Melihat hubungan antara overekspresi MYC dan BCL2 dengan respon imunokemoterapi RCHOP dalam 6 bulan dan EFS 24 bulan pada pasien DLBCL. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan mengkoleksi data dari rekam medis pasien periode Januari 2014- Oktober 2021 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dengan jumlah 100 pasien. Perhitungan ekspresi MYC dan BCL2 dengan menggunakan metode perhitungan H score. Cut off dari ekspresi MYC dan BCL2 didapat dari kurva ROC
Hasil Penelitian : Dari total 100 pasien DLBCL terdapat 46 pasien (46%) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 54 pasien (54%), dengan usia terbanyak pada kelompok umur < 60 tahun sebanyak 83%. Over ekspresi MYC, BCL2 2 dan kombinasi MYC dan BCL2 ditemukan berturut-turut pada 12 pasien (12%), 30 pasien (30%), 38 pasien (38%). Berdasarkan respon terapi, pasien dengan overekspresi BCL2 memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan respon terapi non-CR dibandingkan low ekspresi. (RR = 2.119 with IK95%: 1.163- 3.872, p=0.015. Pasien dengan overekspresi MYC dan kombinasi overekspresi BCL2 dan MYC tidak memberikan respon non-CR yang lebih tinggi dibandingkan dengan low ekspresi ( RR= 0.363, IK95% 0.057-2,289, p = 0.281 dan RR=1,029, CI95% 0.63-1.673, p= 0.909). Dinilai dari EFS 24 bulan, pasien dengan overekspresi MYC, BCL2 dan kombinasi overekspresi MYC dan BCL2 secara statistik tidak signifikan mendapatkan EFS yang lebih rendah dari low ekspresi, dengan HR berturut-turut ( HR= 0.797, IK95% 0.381-1,668, p = 0.547, HR= 1.021, IK95% 0.610-1,708, p = 0.937, HR= 1.029 IK95% 0.634-1,673, p = 0.909). Pasien DLBCL dengan skor IPI tinggi secara statistik signifikan memiliki EFS 24 bulan yang lebih rendah dibandingkan dengan skor IPI rendah ( RR= 2.258 dengan IK95% 1,234-4.130, p = 0.008). dan didapatkan skor IPI risiko tinggi berhubungan secara signifikan dengan overekspresi MYC dengan p value 0.017.
Kesimpulan : Pasien DLBCL dengan overekspresi H score BCL2 bertendensi untuk memberikan respon terapi non-CR terhadap RCHOP. Overekspresi MYC bertendensi untuk memberikan skor IPI berisiko tinggi. Skor IPI tinggi mempunyai kekuatan untuk memberikan survival rendah pada era imunokemoterapi.

Background : Diffuse Large B Cell Lymphoma (DLBCL) is a aggressive non hodgkin lymphoma with a fairly high prevalence in Indonesia and failry poor prognosis. Genetik background gene MYC and BCL2 played an important roles in determining the progression of this disease. This was indicated by overexpresion of MYC as a proliferative gene and BCL2 as anti apoptosis gene. This has been limited research on the relation of MYC and BCL2 overexpression to the immunochemotherapy RCHOP response in six months dan 24 months event free survival ini DLBCL pasien.
Objective : To determine the relationship between MYC and BCL2 overexpression on the response to immunochemotherapy RCHOP in 6 months and 24 months event free survival in DLBCL patients.
Methods : This research is a retrospective cohort study design, by collecting patients medical records data from periode 2014-2021 at Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital with total number of 100 patients. Expressions of MYC and BCL2 using the H score. MYC and BCL2 expression thresholds were calculated
from the ROC curve.
Results : From a total of 100 patients DLBCL there were 46 male patients (46%) and 54 female patients (54 %), with the most age being in the < 60 years group as many as 83 %. Overekxpression of MYC was found in 12 patients (12%), while overexpression of BCL2 was found in 30 patients (30%) and double expressor was found in 38 patient (38%). Based on therapy response, patients with overexpression of BCL2 had a higher chance of giving a non-CR respon compared those with low expression. Patients with overexpression of MYC and double expressor had no a higher chance of giving a non-CR response compared those with low expression ( RR= 0.363 CI95% 0.057-2,289, p = 0.281 and RR=1,029, CI95% 0.63-1.673, p= 0.909). Assessed by 24 months survival, patients with MYC and BCL2 overexpression and double expressor were statistically non significantly worse than those with low-expression ( HR= 0.797, CI95% 0.381-1,668, p = 0.547, HR= 1.021, IK95% 0.610-1,708, p = 0.937, HR= 1.029 CI 95% 0.634-1,673, p = 0.909). Higher IPI score were statistically significantly worse 24 months survival ( HR= 2.258 CI 95% 1,234-4.130, p = 0.008) and statistically significant had a correlation with MYC overexpression.
Conclusion : DLBCL patients with BCL2 overexpression have a tendency to give a non-CR response to RCHOP. In patients with overexpression MYC had a correlation with higher IPI score and DLBCL patients with higher IPI score have a tendency to have lower 24 months survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>