Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Ayu Karlina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting selfefficacy dan family functioning pada ibu dari toddler. Untuk mengukur parenting self-efficacy digunakan alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index- Toddler Scale yang dikembangkan oleh Coleman (1998), sedangkan family functioning diukur melalui Family Assessment Devices version 3 yang dikembangkan oleh Epstein, dkk. (1983). Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu dari toddler yang terikat dalam ikatan pernikahan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara parenting selfefficacy dan family functioning (r=-0.567, n=83, p< 0.01, two tail). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi parenting self-efficacy pada ibu dari toddler, maka semakin tinggi pula family functioning yang ia miliki; begitu pula sebaliknya.

This study examined the relationship between parenting self-efficacy and family functioning among mothers of toddler. Parenting self efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index-Toddler Scale developed by Coleman (1998), whereas the family functioning was measured by Family Assessment Devices Version 3 developed by Epstein, Baldwin, and Bishop (1983). The participants of this study were 83 mothers of toddler who married.
The results of this study showed that there is a significant, negative relationship, between parenting self-efficacy and family functioning (r=-0.567, n=83, p< 0.01, two tail). It indicates that the higher parenting self-efficacy from mothers of toddler, the higher family functioning; and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wigati Ambar Pertiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan konflik peran pada ibu bekerja dari toddler. Pengukuran parenting self-efficacy dilakukan dengan alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index - Toddler Scale (SEPTI-TS) yang dikembangkan oleh Coleman (1998), sedangkan konflik peran diukur melalui Wave V Role Conflict Scale yang dikembangkan oleh Markle (1998). Partisipan dalam penelitian ini adalah 142 ibu bekerja dari toddler yang bekerja minimal selama 40 jam per minggunya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan konflik peran (r= -0.390, n=142, p< 0.01, two tail). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy ibu, semakin rendah konflik peran yang dialami, begitupun sebaliknya.

This study examined the relationship between parenting self-efficacy and role conflict among working mothers of toddler. Parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index - Toddler Scale (SEPTI-TS) developed by Coleman (1998), whereas role conflict was measured by Wave V Role Conflict Scale developed by Markle (1998). The participants of this study were 142 working mothers of toddler who work at leat 40 hours per week.
The result of this study shows that there is a significant, negative relationship, between parenting self-efficacy and role conflict (r= -0.390, n=142, p< 0.01, two tail). It indicates that the higher mothers’ parenting self-efficacy, the lower their role conflict, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Annisa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parenting self-efficacy dan work-family conflict pada ibu dari toddler yang bekerja sebagai perawat. Pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index ? Toddler Scale yang dikembangkan oleh Coleman (1998), sedangkan work-family conflict diukur melalui Work Family Conflict Scale yang dikembangkan oleh Carlson, dkk (2000). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 51 ibu dari anak yang berada pada tahap toddler dan bekerja sebagai perawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara parenting self-efficacy dan work-family conflict (r=-0.512, n=51, p< 0.01, two-tail). Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi parenting selfefficacy pada ibu dari toddler, maka semakin rendah work-family conflict yang dialami ibu; begitu pula sebaliknya.

This study examined the correlation between parenting self-efficacy and workfamily conflict among mothers of toddler who work as nurses. Parenting selfefficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index ? Toddler Scale developed by Coleman (1998), whereas work-family conflict was measured by Work Family Conflict Scale developed by Carlson et al (2000). The participants of this study was 51 mothers of toddler and work as nurses.
The result of this study showed that there is a significant, negative correlation, between parenting self-efficacy and wprk-family conflict (r=-0.512, n=51, p< 0.01, twotail). That is, the higher mother?s parenting self-efficacy, lower work-family conflict; and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Humaira
"Ibu umumnya berperan sebagai caregiver ketika memiliki balita dengan masalah stunting. Pengalaman ini dapat menimbulkan kecemasan pada ibu yang kemungkinan dipengaruhi oleh efikasi dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 64 ibu sebagai caregiver balita stunting yang didapatkan melalui metode consecutive sampling. Hasil penelitian sebagian besar menunjukkan ibu memiliki efikasi diri tinggi dan kecemasan normal. Analisis data bivariat dengan uji Chi Square menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting (p = 0,348). Penelitian selanjutnya dapat menganalis faktor-faktor lainnya yang mungkin berkontribusi terhadap kecemasan ibu sebagai caregiver balita stunting. Dari hasil penelitian ini, peningkatan dukungan dan pengetahuan ibu, keluarga, dan masyarakat terkait stunting direkomendasikan.

Mothers generally act as caregivers when they have toddler with stunting problems. This experience can cause anxiety in the mother which may be influenced by her self-efficacy. The aim of this research is to identify the relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler. This study used a cross-sectional approach involving 64 mothers as caregivers of stunting toddler who were obtained through a consecutive sampling method. The research results mostly show that mothers have high self-efficacy and normal anxiety. Bivariate data analysis using the chi square test showed that there was no significant relationship between self-efficacy and anxiety in mothers as caregivers of stunting toddler (p = 0,348). Further research can analyze other factors that might contribute to mothers’ anxiety as caregivers of stunting toddler. From the result of this research, increasing support and knowledge of mothers, families, and communities regarding stunting is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayasha Adiazzahra Amin
"Hubungan romantis merupakan aspek penting dalam kehidupan, khususnya bagi individu usia emerging adulthood. Keberlangsungan hubungan romantis yang baik memerlukan resolusi konflik yang baik pula. Resolusi konflik yang baik dimulai dari adanya keyakinan yang baik mengenai kemampuan diri dalam resolusi konflik. Keyakinan tersebut disebut dengan relationship self-efficacy atau self-efficacy dalam hubungan romantis. Faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan self-efficacy dan relationship self-efficacy individu. Studi ini bertujuan melihat peran keberfungsian keluarga terhadap relationship self-efficacy pada populasi emerging adults usia 18-25 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental regresi menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) dan Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). Total partisipan yang terkumpul sejumlah 128 emerging adults dengan rentang usia 18-25 tahun. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan dan simultan dalam memprediksi relationship self-efficacy pada emerging adults (R2= 0,136, p < 0,05). Selain itu, dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi peran dan kontrol perilaku. Berdasarkan hasil yang didapatkan, keluarga diharapkan untuk memperhatikan pembagian peran dan penerapan aturan-aturan di dalam keluarga sehingga dapat menjaga tingkat relationship self-efficacy yang baik.

Romantic relationships are important, especially for emerging adults. Good romantic relationships require good conflict resolution among both parties involved. In order to resolve ongoing conflict, it is essential for both parties to believe that they are capable of resolving said conflict. This belief is known as relationship self-efficacy. Family related factors are related to self-efficacy and relationship self-efficacy. This study aims to see the role of family functioning on relationship self-efficacy in the emerging adults population aged 18-25 years. The type of research used is quantitative with a non-experimental design using the Family Assessment Device (FAD) and the Self-Efficacy in Romantic Relationship Measure (SERR). A total of 128 emerging adults with an age range of 18-25 years participated in this study. Using multiple regression analysis, the results showed that family functioning plays a significant role in predicting relationship self-efficacy in emerging adults (R2= 0.136, p < 0,05). In addition, roles and behavior control were found to have a significant role on relationship self-efficacy. Therefore, families are expected to pay attention to the distribution of roles in the family and the rules applied in the family to maintain good relationship self-efficacy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Lidia Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara caregiver strain dan caregiving self-efficacy pada ibu selaku caregiver dari anak dengan retardasi mental. Pengukuran caregiver strain menggunakan alat ukur modified caregiver strain index (Thornton & Travis, 2003) dan pengukuran caregiving self-efficacy menggunakan caregiver self-efficacy scale (Boothroyd, 1993). Partisipan berjumlah 40 orang ibu yang memiliki anak yang mengalami retardasi mental. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan caregiving self-efficacy pada ibu selaku caregiver dari anak dengan retardasi mental (r = - 0,360; p = 0,023, signifikan pada L.o.S 0,05). Artinya, semakin tinggi caregiver strain yang dimiliki oleh ibu selaku caregiver dari anak dengan retardasi mental, maka semakin rendah caregiving self-efficacy yang dimilikinya. Untuk itu, disarankan agar ibu sebagai caregiver dari anak dengan retardasi mental mendapatkan intervensi untuk meningkatkan caregiving self-efficacy-nya.

This study was conducted to find the correlation between caregiver strain and caregiving self-efficacy among mothers as caregivers of mentally retarded child. Caregiver strain was measured using modified caregiver strain index (Thornton & Travis, 2003) and caregiving self-efficacy was measured using caregiver selfefficacy scale (Boothroyd, 1993). The participants of this study are 40 mothers who have mentally retarded child. The result of this study shows that there is a significant negative correlation between caregiver strain and caregiving selfefficacy (r = - 0,360; p = 0,023, significant at L.o.S 0,05). That is, the higher caregiver strain owned by mothers as caregivers of mentally retarded child, the lower caregiving self-efficacy of their. Therefore, the mothers as caregivers for mentally retarded child need to get intervention to increase their caregiving selfefficacy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Chairina
"Dalam menghadapi tantangan selama proses Belajar dari Rumah (BdR), siswa perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademik sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting (SBP), sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, memprediksi academic buoyancy melalui academic self-efficacy, social self-efficacy, dan emotional self-efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 238 siswa SMA di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, dan Academic Buoyancy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBP berkorelasi positif dengan academic buoyancy (r = 0,33, p < 0,01). Academic self-efficacy dan emotional self-efficacy masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy (a1b1 = 0,05, BootCI 95% [0,03, 0,07]; a3b3 = 0,03, BootCI 95% [0,01, 0,05]). Social self-efficacy tidak ditemukan memiliki peran mediasi (a2b2 = -0,00, BootCI 95% [-0,02, 0,01]). Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang siswa miliki, maka siswa akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademik dan mengatasi emosi negatif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademik yang dialami selama menjalani BdR.

To overcome adversities during Belajar dari Rumah (BdR) period, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges’. Parents’ role during BdR is important since students spend more time at home. This study aims to investigate the relationship between strength-based parenting (SBP) and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, and Academic Buoyancy Scale were used to measure the variables. The results showed that SBP positively correlated with academic buoyancy (r = 0.33, p <0.01). Academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy (a1b1 = 0.05, BootCI 95% [0.03, 0.07]; a3b3 = 0.03, BootCI 95% [0.01, 0.05]). Meanwhile, the role of social self-efficacy as mediator is not significant (a2b2 = -0.00, BootCI 95% [-0.02, 0.01]). When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions which in turn help them overcome setbacks and challenges during BdR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>