Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ami Siamsidar Budiman
"Organisasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) merupakan organisasi nirlaba yang pelaksanaan kegiatannya dikelola sebagian oleh tenaga relawan. Kctergantungannya pada pcran relawan dalam menjalankan aktiftifas organisasi, menjadi penimbangan perlunya penanganan relawan yang tepat agar lembaga tersebut memperoleh dukungan parrisipasi dan kontdbusi yang tinggi sesuai dengan kebumhan organisasi. LSM X adalah sebuah organisasi non profit yang bergerak di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Selama ini, aktifiras organisasi LSM banyak didukung oleh tenaga relawan. Pada umumnya relawan yang terlibat di LSM X memiliki keahlian, pengalaman serta jejaring yang cukup baik. Selama ini, sistem rekrutmen yang dijalankan oleh LSM X lebih mcngandalkan indivirhral suggestion tanpa mempcrlimbangkan aspek lcritena relawan sccara mendalam. Akibalnya, relawan-relawan yang ada di organisasi terscbut tidak seluruhnya dapat memberikan kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, program orientasi yang diterapkan oleh LSM X selama ini belum menggunakan pendekatan yang baku dimana pelaksanaannya biasanya dilakukan secara tidak konsisten, baik dari segi waktu dan materi yang diberikan, sehingga dihadapi kenyataan bahwa banyak relawan yang tidak memahami visi, misi dan tujuan program secara jelas. Hal ini berakibat selain menjadikan keterlibatan relawan tidak maksimal, juga beberapa relawan melakukan kegiatan tidak sejalan dcngan visi dangmisi organisasi. Penerapan sistem penghargaan di LSM X scringkali tidak ajeg dan berkesinambungan serta kurang didasari oleh pertimbangan-pernmbangan temang aspek kebutuhan yang mendasan seseorang untuk menjadi relawan dalam sebuah organisasi. Permasalahan mengenai relawan yang dihadapi oleh LSM X perlu ditangani secara oermat. Selain perlu adanya pembenahan dalam sistem rekuitmen relawan, juga perlu dikembangkan Program Orientasi yang baku serta sistem penghargaan yang lebih tepat bagi relawan di LSM terscbut agar keterlibatan relawan dapat menjadi lcbih maksimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
TA34210
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarsari Misgiyanti
"Masalah epidemi HIV/AIDS menjadi masalah luas yang mencakup juga masalah ekonomi dan sosial budaya. Di antara banyak pihak yang memberikan perhatian terhadap para odha (orang dengan HIV/AIDS), kaum relawan yang sengaja melibatkan diri pada LSM HIV/AIDS adalah salah satunya. Aktifitas yang dilakukan para relawan tersebut dapat dikatakan sebagai tingkah laku menolong. Tingkah laku menolong ini menjadi berbeda karena beberapa tantangan yang harus dihadapi seperti waktu yang cukup lama, tenaga, biaya serta masih adanya stigma di masyarakat terhadap odha.
Berkaitan dengan adanya pengorbanan yang dituntut dari para relawan, motivasi mereka menjadi penting untuk diperhatikan mengingat motivasilah yang menjadi penggerak suatu tingkah laku. Pengetahuan tentang motivasi ini penting bagi usaha-usaha mempertahankan dan meningkatkan motivasi para relawan.
Adapun bentuk-bentuk motivasi para relawan yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi yang digunakan oleh Omoto & Snyder (1995) dalam suatu penelitian di Amerika Serikat yaitu, Value, community concern, understanding, personal development dan esteem enhancement. Selain motivasi, ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkah laku menolong yaitu kepribadian. Faktor kepribadian ini menjadi penting karena kepribadian menentukan pola berespon seseorang secara internal, mental dan emosional terhadap lingkungannya. Dengan demikian, kepribadian ini jugalah yang berperan terhadap motivasi. Adapun aspek-aspek kepribadian yang diteliti pada penelitian ini adalah empathy, social responsibility' dan nurturance.
Selain bertujuan untuk memperoleh gambaran aspek-aspek kepribadian serta motivasi menolong para relawan, penelitian ini juga melihat hubungan antara setiap aspek kepribadian terhadap motivasi relawan. Ternyata ditemukan bahwa aspek nurturance yang berhubungan dengan semua jenis motivasi yang ada. Sedangkan aspek empathy dan social responsibility berkorelasi terhadap value dan understanding dan tidak berkorelasi dengan community concern, personal development dan esteem enhancement.
Salah satu hasil yang menarik dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yaitu mengenai faktor utama yang berperan dalam tingkah laku menolong. Dalam banyak penelitian yang dilakukan para ahli, faktor utama yang mendorong seseorang untuk menolong adalah empathy. Sedangkan dalam penelitian ini yang yang lebih mendorong seseorang untuk menolong adalah nurturance. Apakah tingkat empathy masyarakat Indonesia lebih rendah daripada masyarakat Amerika? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu diperlukan suatu penelitian khusus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang relawan di tiga buah LSM HIV/AIDS di Jakarta yaitu Yayasan Pelita Ilmu, Mitra Indonesia dan Centra Mitra Muda. Adapun alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk skala likert."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ince Siti Nurmala
"Ketika berbagai krisis dan bencana alam melanda negeri, masyarakat saling bahu-membahu mencoba meringankan beban secara bersama-sama. Sosok dokter yang tampil di tengah-tengah krisis, memberikan bantuan melalui keahlian yang dimiliki secara cuma-cuma, merupakan suatu fenomena tingkah laku prososial yang terjadi di masyarakat kita. Hal ini menjadi menarik, manakala seorang dokter dapat memperoleh keuntungan yang cukup lumayan dari pelayanan yang diberikannya, dengan menjadi relawan ia justru tidak hanya tidak mendapatkan bayaran, tetapi juga mengorbankan waktu dan tenaga. Bahkan tidak jarang, resiko keselamatan pun menjadi taruhan ketika ia harus memberikan bantuannya di tengahtengah kondisi perang maupun bencana alam di berbagai wilayah.
Berkaitan dengan fenomena tersebut, penelitian berikut berusaha memperoleh gambaran mengenai orientasi nilai sosial-suatu cara untuk menjelaskan kecenderungan individu terhadap pendistribusian hasil dalam suatu situasi yang secara sosial saling tergantung- dan orientasi religiussuatu arah atau cara mengenai bagaimana individu menjalani keyakinan dan nilai-nilai religius yang dianut-dari para relawan dokter. Dengan pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan kuesioner orientasi nilai sosial dan skala orientasi religius Allport-Ross sebagai alat ukur untuk subyek relawan dokter.
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar subyek memiliki orientasi nilai sosial yang proself (kategori individualistik dan kompetitif) dan termasuk ke dalam tipe indiscrimimtely proreligious. Adapun dimensi orientasi religius intrinsik dan ekstrinsik pada subyek yang prososial maupun proself berada pada rentang yang tidak berbeda jauh, dimana orientasi religius intrinsiknya termasuk sangat tinggi dan orientasi religius ekstrinsiknya termasuk tinggi."
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2003
S3233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia termasuk negara yang rentan akan bencana. Relawan adalah seseorang yang mempunyai hasrat untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau dikenal dengan istilah altruisme. Jika melihat relawan, yang diharapkan adalah individu yang mempunyai kapasitas untuk bertahan meskipun dalam keadaan yang sulit dalam keadaan bencana atau disebut dengan istilah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan altruisme. Responden penelitian adalah relawan bencana alam yang tergabung dalam Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) sebanyak 100 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan konsep penelitian deskriptif korelasional Person product moment. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel resiliensi dengan altruisme pada relawan bencana.
"
JPSU 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zefanya Calista Nataliady
"Penelitian ini membahas mengenai keberfungsian sosial yang dimiliki ibu bekerja di Divisi Redaksi PT. X dengan sistem penghargaan berupa kompensasi finansial dan non finansial yang diberikan PT. X.  Penelitian ini dilakukan di salah satu industri media terbesar di Indonesia yang saat ini sedang mengalami disrupsi digital dan dilakukan pada tahun 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk melihat gambaran secara jelas mengenai keberfungsian sosial yang dimiliki ibu bekerja di PT. X dengan adanya sistem penghargaan yang diberikan terlepas dari masalah yang dialami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. X mengalami perubahan sistem penghargaan karena disrupsi digital yang mengakibatkan menurunnya kondisi finansial perusahaan. Namun, PT. X tetap memastikan terpenuhinya beberapa kebutuhan pekerja sesuai dengan kemampuan perusahaan. Dengan begitu, ibu bekerja di Divisi Redaksi PT. X merasa mampu menjalankan kedua perannya, memenuhi kebutuhannya, serta memiliki perasaan positif terhadap perannya yang didukung oleh sistem penghargaan yang diberikan dalam bentuk kompensasi. Kemampuan menjalankan peran tersebut tidak terbatas hanya karena kompensasi finansial, tetapi juga kompensasi non finansial yang mendukung. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa ibu bekerja tetap mempertahankan pekerjaannya di PT. X.

This research discusses the social functioning of working mothers in the Editorial Division of PT. X, with a reward system comprising financial and non-financial compensation provided by PT. X. The research is conducted at one of Indonesia's largest media industries, currently undergoing digital disruption, and is carried out in 2024. This study uses a qualitative approach with descriptive research to clearly depict the social functioning of working mothers at PT. X, given the reward system despite the challenges faced. The results show that PT. X has changed its reward system due to digital disruption, leading to a decline in the company's financial condition. However, PT. X still ensures that some worker needs are met according to the company's capabilities. Thus, working mothers in the Editorial Division of PT. X feel capable of fulfilling both their roles, meeting their needs, and having a positive feeling towards their roles supported by the reward system in the form of compensation. The ability to fulfill these roles is not limited to financial compensation but also supported by non-financial compensation. This is one reason why working mothers continue to maintain their jobs at PT. X."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S7188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widjajanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hyacintha Susanty Yahya
"ABSTRAK
Kebutuhan dan kelangkaan karyawan bertalenta bagi pertumbuhan perusahaan kini semakin dirasakan perusahaan-perusahaan di dunia. Pengembangan karyawan bertalenta pun kini menjadi pokok perhatian utama perusahaan, khususnya pada jenjang eksekutif sebagai pimpinan tingkat tinggi perusahaan. PT X pada dasarnya telah memiliki sistem pengembangan manajemen talenta yang baik, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan dalam tataran praktek implementasinya. Tinjauan dan analisis tesis terbagi menjadi tiga: proses identifikasi, pengembangan dan evaluasi terhadap hasil pengembangan eksekutif bertalenta pada PT X. Dalam penelitian kualitatif diperoleh beberapa temuan menarik yang berasal dari responden dari peserta, observer dan penanggung jawab pelaksana. Dalam proses identifikasi eksekutif bertalenta, ditemukan bahwa proses seleksi yang ada ternyata belum mampu menghasilkan talent pool executive yang sesungguhnya. Dalam proses pengembangan ditemukan walau pengembangan secara in-class telah dilakukan dengan sangat baik, namun ternyata efektifitas pengembangan eksekutif justru terletak pada pengembangan non-in-class. Dan dalam proses evaluasi ditemukan bahwa eksekutif bertalenta yang dihasilkan selama ini ternyata belum memenuhi harapan manajemen terhadap mereka. Di akhir penulisan, integrasi dan penyempurnaan program-program pengembangan menjadi usulan rekomendasi terhadap pengembangan eksekutif bertalenta pada PT X.

ABSTRACT
The needs and scarcity of talent employee to grow the company become urgent and important matters in the world. Nowadays talent development becomes the company focus in human resource area. Basically PT X already has a good talent development system, but there are some items to be improved according to the implementation practices. The analysis is divided into three process: identification, development, and evaluation to the executive development in PT X. Some interesting things were found in the qualitative research that has been done with the respondent from the participants, observers and person in charge for the development process. In the identification process, it was found that the current selection process still could not produce the real executive talent pool. In the development process, although PT X was already very good in running the in-class program approach, but the executive development effectiveness did not depend on the in-class program, but on the non-in-class program. In the evaluation process, it was found that the executive talent development result has not met management expectation. At the end, a systematic program integration approach was recommended for the improvement of the current executive talent development in PT X.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27207
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Faizin
"Direktorat Jenderal Pajak memiliki fungsi pengawasan dalam self assessment system. Fungsi tersebut dijalankan dengan berbagai kegiatan, diantaranya adalah penyidikan tindak pidana perpajakan. Penyidikan hanya dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Neri Sipil (PPNS). PPNS memiliki wewenang yang berbeda dengan PNS lainnya dilingkungan DJP sehingga rekrutmen, seleksi dan pengembangannya dilakukan secara terpisah oleh Direktorat Intelijen dan Penyidikan Pajak (Ditinteldik).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis proses rekrutmen dan seleksi PPNS, untuk mengetahui dan menganalisis program pengembangan PPNS, dan untuk menganalisis cara mengatasi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan rekrutmen, seleksi, dan pengembangan PPNS.
Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebelum adanya Dit Inteldik, rekrutmen dilakukan dengan penunjukkan langsung oleh pimpinan, tanpa proses seleksi yang jelas. Setelah menjadi Ditinteldik, rekrutmen dilakukan lebih terbuka dengan memanfaatkan media internal dan seleksi dilakukan dengan berbagai tahapan, namun belum berdasarkan analisis yang menyeluruh tentang kualifikasi yang ideal untuk PPNS dan jumlah yang paling tepat untuk kebutuhan PPNS.
Pengembangan PPNS telah dilakukan sejak awal adanya PPNS di lingkungan DJP, namun hanya diklat yang mendasar untuk membekali PPNS dengan pengetahuan berkaitan dengan wewenangnya. Pengembangan yang dilakukan belum didahului dengan analisis kebutuhan pengembangan, kebutuhan organisasi DJP dan juga pengembangan individu PPNS.
Permasalahan yang dihadapi dalam rekrutmen, seleksi dan pengembangan PPNS berawal dari belum adanya perencanaan dan analisis yang matang tentang pengelolaan kegiatan manajemen SDM, sehingga cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja untuk rekrutmen dan seleksi PPNS. DJP sebaiknya segera melakukan analisa jabatan dan analisa beban kerja agar dapat merencanakan pengelolaan PPNS yang lebih baik, mulai dari merekrut, menyeleksi, dan pengembangan yang sebaiknya dilakukan.
Untuk pengembangan diperlukan juga analisis kebutuhan pengembangan yang akan menghasilkan informasi tentang kebutuhan pelatihan dan pendidikan apa yang paling mendesak untuk dilakukan. Setelah 26 tahun berlakunya self assessment system, sudah saatnya DJP lebih meningkatkan law enforcement melalui penyidikan, agar dapat menimbulkan efek jera bagi Wajib Pajak.

Directorate General of Taxes (DJP) has the monitoring function in self assessment system. This function work with some activities such as investigating criminal action tax. The investigation can only be executed by PPNS. PPNS has difference authority with other PNS in DJP so the management of PPNS resource held by a directorate of Intelligence and Investigation Taxes (Ditinteldik). The wide authority for PPNS need the right person to execute this job. The process to recruit the qualify PPNS start from recruitment, selection, and development.
The purpose of this research are to know and analyst the recruitment and selection process, to know and analyst the development program of PPNS, and to analyst the method to solve the problem in executing the recruitment, selection and development of PPNS in the Directorate of Intelligence and Investigation in DJP.
The method used in this research is descriptive with the qualitative method. Before the project of Ditinteldik, recruitment was executed by direct appointment by the director without the selection process. After the project of Ditinteldik, recruitment is executed using the internal media and the selection process have some steps, but not using the comprehensive analysis of the ideal qualification for PPNS and the exact need of PPNS.
The development of PPNS already made from the beginning of PPNS, but only in the form of short course to provide basic knowledge that have a relation to their authority. After the Ditinteldik, the development made more intensive but doesn?t precede with the analyst of development needs, DJP organization needs, and also PPNS personal development. PPNS development should ideally cover the PPNS development as personal employee achievement, organization Ditinteldik development and common DJP.
The problem occured in recruitment, selection and development of PPNS in DJP started from no planning and proper assessment about management of human resources, so the problem solving of this case is to analyst the position and workload in the process of recruitment and selection of PPNS. The need assessment make the guided development, systematic and efficient. It's better for DJP to do the job analysis and workload analysis soon so that DJP can make plan to controll better PPNS.
For the development, it is also important to have needs assessment development that result the information about urgent training and education needs. The ideal development can develop the personal PPNS and also DJP organization. After 26 years if self assessment system, it's time for DJP to upgrade law enforcement through investigation to give someone?s lesson to the tax payer."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>