Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vitalia Susanti
"Tesis ini bertujuan mengetahui tingkat disahilitas penduduk lanjut usia di Indonesia Serta menguji pengaruh status sosio-demograii, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronik/degeneratif terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia, berdasarkan data Susenas dan Riskesdas 2007. Sebanyak 79.445 penduduk berusia 60 tahun keatas menjadi sampel penelitian.
Hasil analisis deskriptif dan inferensial (regresi logistik multinomial) menyatakan bahwa status sosio-demogmfi, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronilddegeneratif berpengaruh terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia. Peningkatan pendidikan, pembangunan pedesaan, penerapfan perilaku hidup sehat serta pencegahan penyakit kronik/degeneratif adalah beberapa hal yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian.

The goals of this study are to find out the level of disability among older persons in Indonesia and also test the impact of socio-demographic status, physical environment, healthy behavior and several chronic/ degenerative diseases to the level of disability among older persons in Indonesia., based on Susenas and Riskesdas 2007 data. The sample of this study is 79.445 people aged 60 and over.
The results show that socio-demo graphic status, physical environment, behaviour and several clironicfdegenerative diseases determine the level of disability among older persons in Indonesia. Raising the education and rural development, practicing healthy behavior and prevent chronic/degenerative diseases are recommended based on the results of this study."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"As a country with increasing life expectancy, information on disability becomes important as one of several indicators of healt status..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatini Dini Novitasari
"Salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yakni menurunkan prevalensi stunting pada baduta menjadi 14% di tahun 2024. Namun, hingga kini prevalensi stunting di Indonesia masih jauh dari target dan upaya yang dilakukan khususnya skrining stunting belum melibatkan deteksi faktor risiko stunting. Di sisi lain, fase seribu hari pertama kehidupan sangat esensial bagi kehidupan anak kedepannya, termasuk status kesehatan dan gizinya. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara status kesehatan dan gizi selama seribu hari pertama kehidupan dan stunting pada anak usia 0-23 bulan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 pada 6554 anak usia 0-23 bulan dan ibunya yang terbagi menjadi 3 kelompok, yakni usia 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan dan dianalisis menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa BBLR dan riwayat IMD berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 0-5 bulan, sedangkan usia gestasi dan waktu pertama MP-ASI berhubungan signifikan stunting pada anak usia 6-11 bulan (p-value <0,05). Di sisi lain, faktor yang berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 12-23 bulan yakni BBLR dan panjang lahir (p-value <0,05). Selanjutnya, faktor yang paling dominan mempengaruhi stunting pada anak usia 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan secara berturut-turut yakni BBLR (OR 2,557; 95%CI: 1,126 – 5,806), usia gestasi ketika lahir (OR 1,485; 95%CI: 1,048 – 2,104), dan panjang lahir (OR 1,692; 95%CI: 1,323 – 2,165). Jadi, BBLR, prematur, dan lahir pendek menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan dan sebaiknya skrining/deteksi stunting dilakukan secara berkala dengan melibatkan berbagai faktor risiko tersebut.

One of the priorities of the 2020-2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN) is to reduce the prevalence of stunting in under-fives to 14% in 2024. However, until now the prevalence of stunting in Indonesia is still far from the target and the efforts being made specifically for stunting screening have not involved risk factor of stunting. On the other hand, the phase of the first thousand days of life is essential for children's future life, including their health and nutritional status. For this reason, this study aims to identify the relationship between health and nutritional status during the first thousand days of life and stunting in children aged 0-23 months. This study used a cross-sectional design to analyze secondary data from the Basic Health Research (Riskesdas) 2018 on 6554 children aged 0-23 months and their mothers divided into 3 groups of age, such as 0-5 months, 6-11 months, and 12-23 months and analyzed using multiple logistic regression analysis. The results of this study indicate that LBW and history of early initiation of breastfeeding are significantly related to stunting in children aged 0-5 months, while gestational age and the time of first complementary breastfeeding are significantly related to stunting in children aged 6-11 months (p-value <0.05). On the other hand, factors that are significantly related to stunting in children aged 12-23 months are LBW and birth length (p-value <0.05). Furthermore, the most dominant factors influencing stunting in children aged 0-5 months, 6-11 months, and 12-23 months respectively are LBW (OR 2,557; 95% CI: 1,126 – 5,806), gestational age at birth (OR 1,485; 95% CI: 1,048 – 2,104), and birth length (OR 1,692; 95% CI: 1,323 – 2,165). So, LBW, premature and short birth length are the factors that most influence the incidence of stunting in children aged 0-23 months and the screening of stunting should be carried out regularly by involving these various risk factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alin Fadhlina Hayati
"Peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu telah mendorong munculnya dominasi peran warganya untuk bekerja di sektor informal. Pekerja informal di Indonesia mampu menyerap lebih banyak angkatan kerja sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, program perlindungan terhadap pekerja informal khususnya jaminan kesehatan belum optimal dan berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan kepesertaan jaminan kesehatan pada pekerja informal. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status ekonomi, karakteristik sosial demografi, akses media, akses fasilitas kesehatan, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial (Regresi Multinomial Logistik) dengan sumber data Susenas 2016 dan Podes 2014.
Hasil penelitian menunjukkan masih banyak pekerja informal yang tidak memiliki jaminan kesehatan yaitu sekitar 43,96% dari total responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara status ekonomi, sosial demografi, akses media, akses terhadap fasilitas kesehatan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional pada pekerja informal. Secara statistik, variabel status ekonomi memiliki korelasi yang paling tinggi dengan kepesertaan jaminan kesehatan. Hasil penelitian menujukkan bahwa karakteristik JKN PBI sudah sesuai dengan justifikasi kriteria penerima iuran jaminan kesehatan walaupun masih terdapat adanya inclusion error yang terlihat dari hasil deskriptif antara status ekonomi dan kepesertaan JKN PBI.
Kecenderungan kepesertaan jaminan kesehatan non subsidi lebih rendah pada laki-laki, status ekonomi rendah, berpendidikan rendah, berstatus cerai, berkerja di sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, tinggal di daerah perdesaan, tidak memiliki akses media. Aspek moral hazard yang dilihat dari faktor akses dan pemanfaatan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan yang relatif mudah, namun kecenderungan pekerja informal untuk menjadi peserta jaminan kesehatan justru lebih rendah. Sosialiasi melalui akses media perlu dilakukan untuk menambah informasi terkait program jaminan kesehatan nasional terutama pada karakteristik pekerja informal yang cenderung belum terproteksi.

Increasing in population over time has led to the dominance of the role of citizens to work in the informal sector. Informal workers in Indonesia are able to absorb more labor force so as to support economic growth. However, the program of protection against informal workers, especially health insurance is not optimal and sustainable. The aims of this study are to analyze the determinants of health insurance participation in informal workers. The independent variables in this study are economic status, social demographic characteristics, media access, access to health facilities, and utilization of health facilities. The method of analysis in this study is descriptive and inferential analysis (Multinomial Logistic Regression) with data source Susenas 2016 and Podes 2014.
The results showed there are still many informal workers who do not have health insurance that is about 43.96% of the total respondents. The results of this study indicate that there is a correlation between economic status, social demography, media access, access to health facilities and utilization of health facilities with the participation of National Health Insurance on informal workers. Statistically, economic status variables have the highest correlation with health insurance membership. The results showed that the characteristics of JKN PBI are in accordance with the justification of the criteria of recipients of health insurance contributions, although there is inclusion error that described in descriptive of economic status and national health insurance membership.
Most of the respondent who not participated in non-subsidized health insurance are men, low economic status, low education, divorced status, work in trade, hotels, and restaurants, living in rural areas, lacking media access. The moral hazard can be seen in the access and utilization of first-rate health facilities and advanced health facilities are relatively easy, but participation in health insurance is lower. Socialization through media access needs to add information related to the national health insurance program, especially on the characteristics of informal workers who tend to be uninsured.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Indra Sari
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun di Indonesia tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara karakteristik remaja, asupan zat gizi kebiasaan konsumsi sayur dan buah, aktifitas fisik olahraga, perilaku merokok, dan status gizi orang tua dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Status gizi remaja di ukur berdasarkan berdasrkan indeks antropometri yang disesuaikan dengan umur menurut baku standar CDC-NCHS (2000) dalam bentuk persentil.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2007 yang analisisnya dilakukan selama Oktober 2011Januari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi di Indonesia, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 12-15 tahun yang berjumlah 53.837.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9,2% remaja mengalami gizi lebih dan 90,8% gizi tidak lebih. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, asupan protein, perilaku merokok, aktivitas olahraga, status gizi orang tua (ayah dan ibu) dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun. Namun tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun.
Penulis menyarankan bagi pihak instansi kesehatan untuk bekerjasama dengan instansi pendidikan dalam memberikan informasi tentang gizi seimbang dan perilaku beresiko pada remaja, bagi instansi pendidikan menambahkan kurikulum khusus tentang pola hidup dengan gizi seimbang dan pemantauan berat badan dan tinggi badan disekolah, bagi orang tua meningkatkan pengetahuan, mengupayakan anak mendapatkan pendidikan, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang, memantau berat badan anak, dan bagi remaja lebih terbuka terhadap informasi, mempraktekkan pola hidup dengan gizi seimbang antara lain dengan makan dengan variasi makanan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik dan memantau berta badannya.

This thesis discusses about factors related to adolescent nutritional status age 1215 years in Indonesia 2007. Objective of this study is to find out correlation between adolescent characteristic, nutritional intake of fruit and vegetable consumption, exercise activity, smoking behavior, parent nutritional status and adolescent one age 12-15 years. Measurement of it based on anthropometry index adjusted to standard of CDC-NCHS (2000) in percentile.
Study design using cross-sectional by secondary data of Riskesdas 2007 analyzed during October 2011 to January 2012. Population are all of household representing 33 provinces in Indonesia, and samples are household members age 12-15 years amounts 53.837. Study result shows that 9.2% of adolescent experiences more nutritional and 90.8% for poor one.
The result of statistical test shows that there are correlation between gender, education, protein intake, smoking behavior, exercise activity, parent nutritional status (father and mother) and adolescent nutritional status age 12-15.
The author recommends for the health agencies to cooperate with educational institutions in providing information on balanced nutrition and risk behavior in adolescents, for educational institutions to add a special curriculum on lifestyle with balanced nutrition and monitoring of weight and height at school, for parents enhance the knowledge, seeking children get an education, practice lifestyle with balanced nutrition, monitoring the child's weight, and for adolescents are more open to information, practice lifestyle with balanced nutrition, among others, by eating a varied diet, not smoking, physical activity and asked to monitor his body.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sugito
"Tujuan penelitian mempelajari pengaruh status kemiskinan terhadap perilaku pencarian pengobatan penyandang disabilitas dengan memperhitungkan faktor aksesibilitas dan faktor sosial demografi dengan menggunakan data Susenas 2013 dan Podes 2014. Hasil regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa status kemiskinan signifikan mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan penyandang disabilitas, baik tidak berobat, berobat sendiri maupun berobat jalan ke fasilitas kesehatan modern. Setelah memperhitungkan faktor aksesibilitas, penyandang disabilitas miskin memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk berobat ke fasilitas kesehatan modern jika memiliki jaminan kesehatan selain jamkesmas, memiliki kendaraan dan terdapat fasilitas kesehatan di daerah tempat tinggalnya. Setelah memperhitungkan faktor sosial demografi, faktor terkuat dalam menentukan pencarian pengobatan penyandang disabilitas adalah status bekerja, terutama untuk berobat menggunakan fasilitas kesehatan modern.

This study examines the effect of poverty status on health seeking behavior of persons with disabilities by controlling variables such as accesibility factor and social demography factor using Susenas 2013 and Podes 2014 data. Results of multinomial logistic regression analysis show that poverty status affect health seeking behavior of persons with disabilities, either no treatment, selftreatment, or outpatient treatment to modern health facilities. According to accessibility factor as control variables, if the poor persons with disabilities have the other health insurance besides Jamkesmas, have a vehicle and health facilities in the area where they lives, more likely to have outpatient treatment using modern health facilities. According to social demography factors, the strongest determinants of health seeking behavior of person with disabilities was work status, especially for outpatient treatment using modern health facilities."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Denny Marianty
"status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok.

A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007.
The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrila Harmaini
"Latar Belakang. Kualitas hidup merupakan hal yang penting pada penyakit kronik, termasuk pada usia lanjut. Kualitas hidup yang dibahas di bidang kesehatan adalah kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life). Salah satu kuesioner untuk mengukur kualitas hidup yang banyak digunakan adalah formulir European Quality of Life - 5 Dimensions (EQ-5D). Di Indonesia belum ada suatu alat mengukur kualitas hidup terkait kesehatan pada usia lanjut yang sudah diuji keandalan dan kesahihan.
Tujuan. Membuktikan bahwa formulir EQ-5D merupakan alat pngukur yang andal dan sahib untuk menentukan kualitas hidup terkait kesehatan pada usia lanjut di Indonesia.
Metodologi. Dirancang suatu studi validasi. Prosedur yang dilakukan adalah pada hari pertama kunjungan, semua pasien melakukan pengisian formulir European Quality of life - 5 Dimensions (EQ-5D) dan Short Form - 36 (SF-36) dan pada hari ke 7-14 kunjungan dilakukan pengisian ulang formulir EQ-5D.
Hasil. Telah dilakukan pengambilan data terhadap 86 responden, nilai ICC EQ-5D masing-masing dimensi, EQ-5D indeks maupun VAS didapatkan sangat baik (>0,75), kecuali untuk rasa cemas/ depresi, dengan nilai ICC 0,611. Keandalan internal consistency penelitian ini didapatkan nilai Cronbach a 0,829. Uji kesahihan ekstemal EQ-5D-dibandingkan SF-36 dan dianalisis-dengan uji Pearson/ Spearman correlation coefficient. Terdapat hubungan bermakna (p<0,0I), yaitu antara dimensi EQ-5D, EQ-5D indeks, EQ-5D VAS dengan dimensi SF-36 maupun SF-36 nilai total, kecuali hubungan EQ-5D VAS dan kesehatan jiwa SF-36. Hasil uji kesahihan konstruksi EQ-5D, didapatkan semua dimensi berhubungan bermakna dengan EQ-5D indeks ( p<0,01).
Simpulan. Fornulir EQ-5D merupakan alat pngukur yang andal dan sahih dan dianjurkan dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup terkait kesehatan usia lanjut di Indonesia.

Background. Quality of life is an important issue in chronic disease and elderly population. Quality of life discussed here is Health Related Quality of Life (HRQOL). HRQOL is an abstract variable. It contents two dimensions, subjective or perception and objective component. One of the HRQOL instrument most commonly used is European Quality of Life - 5 Dimensions (EQ-5D) form. So far there isn't any tool to measure HRQOL in elderly population in Indonesia, which has been validated consistently.
Objectives. To verify that EQ-5D form is a reliable and valid instrument to measure health related quality of life in elderly population in Indonesia.
Methods. A validation study was arranged. On the first day of visit, all patients filled in EQ-5D form and Short Form - 36 (SF-36), which was repeated on day 7 through day 14 of visits.
Results. There were 86 respondents in this study. Interclass Correlation Coefficient (ICC) EQ-5D for each dimension, EQ-5D index and EQ-5D VAS were found to be excellent (>0.75) with the exception of anxiety/ depression with ICC 0.611. The internal consistency was found to have Cronbach a 0.829. Compared to SF-36, the external validity of EQ-SD was found to be significant (p<0.01) using Pearson/ Spearman correlation coefficient, except the correlation of EQ-5D VAS and mental health. The construct validity was found to be significant (p<0.01).
Conclusions. EQ-5D form is a reliable and valid instrument which is recommended to measure health related of life in elderly population in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wagito
"Masa bawah dua tahun (baduta) adalah masa yang panting, karena merupakan masa kritis dalam kesehatan dan masa emas dalam penumbuhan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan baduta di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007, menurut karakteristik baduta, karakteristik ekonomi rumah tangga, karalcteristik rumah tangga, perilaku ibu, dan sanitasi lingkungan. Data yang digunakan Susenas tahun 2007, dengan unit analisis baduta yang tinggal bersama ibunya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan tabulasi silang xmtara variabel terikat dan variabel bebas, odds ratio (OR), menerapkan model regresi logistik multinomial, tabulasi iwekuensi berdimensi N (N- way Tabularion), dan melakukan pengujian dengan statistik Chi-square. Veriabel terikat terdiri atas tiga kategori yaitu: (1) mengalami keluhan kesehatan dan terganggu kegiatan sehari - harinya, (2) mengalami keluhan kcsehatan tapi tidak terganggu kegiatan sehari - harinya, dan (3) tidak mengalami keluhan kesehatan (sehat).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 42,47 % baduta mengalami keluhan kesehatan. Baduta laki-Iaki yang mengalami keluhan kesehatan lcbih tinggi (43,12%) daripada baduta perempuan (4l,73%). Baduta berumur kur-ang dari 6 bulan lebih sedikit (24,72%) yang mengalami keluhan kesehatan daripada baduta berumur 6-23 bulan (48,50%). Baduta yang pernah mendapatkan air susu ibu (ASI) Iebih sedikit (42,07%) yang mengalami keluhan kesehatan daripada yang tidak pemah mendapatkan ASI(50,37%). Untuk baduta yang status imunisasinya belum lengkap justru paling sedikit (38,78%) yang mengalami keluhan kcsehatan dibandingkan baduta yang status imunisasinya lengkap (47,45%) atau tidak Iengkap (52,63%). Baduta yang tinggal di rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga (ART) lebih dari empat, derajat kesehatannya lebih baik (40,28%) daripada yang jumlah anggota mmah tangganya kurang dari empat (45,36%). Baduta yang tinggal bersama perokok mempunyai dcrajat kesehatan 1ebH1 rendah (56,67%) daripada yang tidak tinggal bersama perokok (58,92%). Baduta yang tidak pemah mcndapatkan ASI, resiko mengalami kcluhan kesehatan sebesar 1,60 kali, dan mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya sebcsar 1,31 kali baduta yang pemah mcndapatkan ASI. Baduta berimunisasi tidak lengkap beresiko 1,18 kali untuk sakit dan terganggu aktivitasnya dan 1,35 kali untuk sakit dibandingkan baduta yang bcrimunisasi lengkap. Baduta yang tinggal dengan Iebih dari 4 ART lebih rendah resikonya untuk mengalami keluhan dan gangguan daripada baduta yang tinggal dengan ART kurang dari 4 jiwa.

Under-two children was very important, there was health critical phase and gold phase of brain construct. This research was find out Central Java’s under-two child health status according under-two children characteristic, household economic characteristics, household characteristic, mother’s behavior, and environment sanitation. To 'rind out this goal, used Susenas 2007 in Central Java. The unit analysis is under-two children whos lives with their mother. Analysis method was descriptive analysis with cross tabulation independent and dependent variable, odds ratio (OR), applied multinomial logistic model, N-Way Tabulation, in order to testing the hypothesis with Chi-square statistic. The dependent variable was health status has three category, that is : (1) have health complaint and interrupted activity; (2) have health complaint and not interrupted activity; and (3) have no health complaint (health).
The results indicated that 42,47% under»two children in Central Java has health complaint. There were under-two male health complaint higher (43,l2%) than under-two female (41,73%). Under-two children who under 6 month old has less health complaint (47,45%) than 6-23 month old (52,63%). Under-two children who got ASI have less health complaint (42,07%)than the other (50,37%). Under-two children who get no complete imtmization yet have lowest health complaint than the others. Under-two children who lived with four or more number of household have higher health status (59,72%) than the other (54,64%). Under-two children who lived with smoker have lower health status (56,67%) than the other (58,92%). Under-two children who haven’t got ASI, health complaint risk 1,60 times and health complaint and interupted activity risk 1,31 times than under-two have got ASI. Under-two children who get no complete imunization, health complaint risk 1,35 times and health complaint and interupted activity risk 1,18 times than under-two have get complete imunization. Under-two children who lived with four or more number of household, health complaint risk and health complaint and interupted activity risk was lower than under-two have lived with four or less number of household.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>