Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205561 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vitalia Susanti
"Tesis ini bertujuan mengetahui tingkat disahilitas penduduk lanjut usia di Indonesia Serta menguji pengaruh status sosio-demograii, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronik/degeneratif terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia, berdasarkan data Susenas dan Riskesdas 2007. Sebanyak 79.445 penduduk berusia 60 tahun keatas menjadi sampel penelitian.
Hasil analisis deskriptif dan inferensial (regresi logistik multinomial) menyatakan bahwa status sosio-demogmfi, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronilddegeneratif berpengaruh terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia. Peningkatan pendidikan, pembangunan pedesaan, penerapfan perilaku hidup sehat serta pencegahan penyakit kronik/degeneratif adalah beberapa hal yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian.

The goals of this study are to find out the level of disability among older persons in Indonesia and also test the impact of socio-demographic status, physical environment, healthy behavior and several chronic/ degenerative diseases to the level of disability among older persons in Indonesia., based on Susenas and Riskesdas 2007 data. The sample of this study is 79.445 people aged 60 and over.
The results show that socio-demo graphic status, physical environment, behaviour and several clironicfdegenerative diseases determine the level of disability among older persons in Indonesia. Raising the education and rural development, practicing healthy behavior and prevent chronic/degenerative diseases are recommended based on the results of this study.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Meutia
"Permasalahan disabilitas terus meningkat seiring dengan bertambahnya beban penyakit. Peningkatan jumlah penduduk yang mengalami disabilitas telah menyebabkan kekhawatiran terhadap beban sosial dan ekonomi, yang diakibatkan karena menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang disebabkan karena penyakit. Secara global, pada tahun 2017 terdapat sekitar 2,4 milyar penduduk di dunia yang mengalami disabilitas. Peningkatan disabilitas tersebut, 80% disebabkan penyakit tidak menular. Sindrom metabolik menjadi salah satu fokus dalam berbagai penelitian tentang faktor risiko disabilitas. Hal ini disebabkan karena sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik dan vaskular yang menjadi sinyal dini terhadap peningkatan potensi terjadi disabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian disabilitas pada penduduk usia produktif (18-59) tahun di Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 19250 responden yang telah diwawancara dalam Riskesdas 2018, dan dianalisis dengan metode kompleks survey. Responden dalam penelitian ini mayoritas berusia dewasa antara 26-59 tahun, dengan responden berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pria. Responden terbanyak adalah responden yang bekerja, dan jarang mengkomsumsi makanan berisiko. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas adalah 25% dan prevalensi sindrom metabolik 27,3%. Prevalensi sindrom metabolik yang mengalami disabilitas adalah 27,4%. Selanjutnya diketahui bahwa sindrom metabolik berhubungan signifikan dengan kejadian disabilitas tanpa ada variabel kovariat yang dapat mengganggu efek tersebut. Untuk mencegah terjadinya disabilitas, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian timbulnya berbagai komponen sindrom metabolik pada usia produktif perlu lebih diperhatikan, sehingga dapat ditingkatkan kualitas penduduk usia produktif yang menjadi harapan bahkan tulang punggung baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Permasalahan disabilitas terus meningkat seiring dengan bertambahnya beban penyakit. Peningkatan jumlah penduduk yang mengalami disabilitas telah menyebabkan kekhawatiran terhadap beban sosial dan ekonomi, yang diakibatkan karena menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang disebabkan karena penyakit. Secara global, pada tahun 2017 terdapat sekitar 2,4 milyar penduduk di dunia yang mengalami disabilitas. Peningkatan disabilitas tersebut, 80% disebabkan penyakit tidak menular. Sindrom metabolik menjadi salah satu fokus dalam berbagai penelitian tentang faktor risiko disabilitas. Hal ini disebabkan karena sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik dan vaskular yang menjadi sinyal dini terhadap peningkatan potensi terjadi disabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sindrom metabolik dengan kejadian disabilitas pada penduduk usia produktif (18-59) tahun di Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan terhadap 19250 responden yang telah diwawancara dalam Riskesdas 2018, dan dianalisis dengan metode kompleks survey. Responden dalam penelitian ini mayoritas berusia dewasa antara 26-59 tahun, dengan responden berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pria. Responden terbanyak adalah responden yang bekerja, dan jarang mengkomsumsi makanan berisiko. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi disabilitas adalah 25% dan prevalensi sindrom metabolik 27,3%. Prevalensi sindrom metabolik yang mengalami disabilitas adalah 27,4%. Selanjutnya diketahui bahwa sindrom metabolik berhubungan signifikan dengan kejadian disabilitas tanpa ada variabel kovariat yang dapat mengganggu efek tersebut. Untuk mencegah terjadinya disabilitas, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian timbulnya berbagai komponen sindrom metabolik pada usia produktif perlu lebih diperhatikan, sehingga dapat ditingkatkan kualitas penduduk usia produktif yang menjadi harapan bahkan tulang punggung baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

Disability problems continuing to increase along with the increasing burden of disease. The increase in the number of people with disabilities has caused concern about the social and economic burden, which is caused by the decline in the quality of public health caused by disease. Globally, in 2017 there are around 2.4 billion people in the world who experience disabilities. 80% of the increase in disability is due to non-communicable diseases. Metabolic syndrome has become one of the focuses in various studies on risk factors for disability. This is because the metabolic syndrome is a group of metabolic and vascular disorders which are an early signal of an increased potential for disability. The purpose of this study was to see the relationship between metabolic syndrome and the incidence of disability among the productive age population (18-59) years in Indonesia. This cross-sectional study was conducted on 19,250 respondents who had been interviewed in the 2018 Riskesdas, and analyzed using the complex survey method. The majority of respondents in this study were adults aged between 26-59 years, with more female than male respondents. Most respondents are work, and rarely consume risky foods. The results of the analysis show that the prevalence of disability is 25% and the prevalence of metabolic syndrome is 27.3%. The prevalence of metabolic syndrome with disabilities is 27.4%. Furthermore, it is known that metabolic syndrome is significantly related to the incidence of disability without any covariate variables that can interfere with this effect. To prevent the occurrence of disability, various efforts to prevent and control the occurrence of various components of the metabolic syndrome at productive age need to be given more attention, so that the quality of the productive age population can be improved, which is even the backbone of both themselves and their families."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Susilowati
"Studi ini menganalisis determinan pengakuan kebahagiaan lansia di Indonesia dengan menggunakan data kor Susenas triwulan 3 dan MSBP tahun 2012. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor penentu utama pembentukan kebahagiaan bagi lansia di Indonesia adalah status kawin, tingkat pendidikan, keaktifan mengikuti kegiatan di masyarakat, kemudahan mendapatkan bantuan, dan pengeluaran rumah tangga lansia.
Hasil temuan ini mendukung teori kebahagiaan dari Maslow dan Hurlock yang mengatakan bahwa faktor penentu kebahagiaan lansia adalah kasih sayang, penerimaan, dan prestasi/pencapaian. Apabila ketiga hal tersebut terpenuhi, lansia akan mengalami ketenangan, kebajikan dan kesenangan. Namun, status bekerja dan daerah tempat tinggal bukan faktor yang menjelaskan perbedaan pengakuan kebahagiaan lansia.

This research aims to study determinants of happiness stated by Indonesian's older people using data Susenas and modul of Social, Culture, Education on 2012. The results show that the main determinants of happiness statement of elderly are marital status, level of education, participation in social activities, social support, financial support, and household expenditure.
The results of this study are consistent with the theory of elderly happiness from Hurlock which states that the determinants of happiness elderly are affection, acceptance, and achievement. If those three things are fulfilled, it would raise tranquility, virtue and enjoyment in among the elderly. Nevertheless, working status and area of residence do not explain the differences in the statement of happiness elderly.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Afiqotul Azqiyah
"Tesis ini membahas status gizi anak bolita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis regresi logistik dengan efek random digunakan untuk mempelajari determinan status gizi secara hirarki. Sebanyak 23,4% anak balita usia 6-59 bulan di Pulau Kalimantan mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan bahwa provinsi, tingkat pendidikan ibu dan pengeluaran rumah tangga per kapita merupakan determinan sosial ekonomi (distal factors) yang signifikan mempengaruhi status gizi anak usia balita. Faktor lingkungan dan matemal (intermediate factors) yang mempengaruhi status gizi anak usia balita adalah jumlah anggota rumah tangga, jenis kakus, umur ibu dan IMT (lndeks Massa Tubuh) ibu. Umur dan jenis kelamin anak merupakan faktor individual (proximal factors) yang signifikan mempengarubi status gizi anak usia balita. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat interdependensi keluanm (outcome) status gizi antaranak balita usia 6-59 bulan dari ibu yang sama.

The focus of this study is to asses the nutritional status and to determine potential risk factors of malnutrition in children 6-59 months of age in Kalimanlan. The hierarchical logistic regression analysis was used to study relationship between potential determinants of malnutrition, 23,4% of children (6-59 months) in Kalimantan were underweight. The results of analysis show that province, mother's education and per capita family expenditure were the socioeconomic determinants (distal factors) of nutritional status. The environment and maternal factors (intermediate factors} that was associated with children's nutritional status were household size, kind of latrine, mother's age and mother's BMl (Body Mass Index). Children's age and sex were the individual factors (proximal factors) that was significantly related to underweight. There was also outcome interdependency of nutritional status runong children 6M59 months of age with the same mother."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33555
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maylan Wulandari
"Tingginya presentase keluhan kesehatan pada lansia di Indonesia pada tahun 2014 yaitu52,67 . Hal tersebut menunjukkan bahwa keluhan kesehatan di Indonesia masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat. Adanya penurunan fungsi berbagai sistemorgan pada lansia dan akibat dari faktor lain memperburuk keluhan kesehatan pada lansia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankeluhan kesehatan pada lansia di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut data sekunder Susenas Kor 2015. Desain studi yang digunakan adalahcross sectional dengan jumlah sampel 94.326 lansia. Sampel diambil secara totalsampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui lansia yang mengalami keluhankesehatan sebesar 46.202 lansia 49. Faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kesehatan pada lansia yaitu usia ge; 80 tahun POR=1,17, usia 70-79 tahun POR=1, 18; jenis kelamin perempuan POR=0,82, status perkawinan hidup tanpa pasangan POR=1,08; pendidikan tidak pernah bersekolah/tidak tamat SD POR=1,68, pendidikan rendah POR=1,41, pendidikan sedang POR=1,12; sudah tidak bekerja POR=1,38; daerah tempat tinggal perdesaan POR=1,04 ; merokok POR=0,89 danmemiliki jaminan kesehatan POR=1,24. Status ekonomi tidak berhubungan denganterjadinya keluhan kesehatan pada lansia. Nilai EF tertinggi pada faktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 38,56 dan berpendidikan rendah 26,78 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,78. Sedangkan nilai PF tertinggi padafaktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 59,65 dan berpendidikanrendah 35,02 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,38.

The high percentage of health complaints in Indonesian elderly in 2014 is 52.67 .This shown that health complaints in Indonesia still be a public health problem.Decreased of multiple organ systems in the elderly and the consequences of other factorsmaked health complaints increased in the Indonesian elderly. The purpose of this studywas to determine the factors associated with health complaints in the Indonesian elderlyviiiUniversitas Indonesiain 2015. This study was analyze the secondary data of Susenas Kor 2015. This study useda cross sectional design with 94,326 sample. Samples were taken in total sampling.
The result showed that 46,202 elderly 49 the elderly had health complaints. Factorsassociated with the incidence of health complaints in the elderly are age ge 80 years POR 1.17, age 70 79 years POR 1.18 sex female POR 0.82, life without spouse POR 1.08 education never attended school did not complete primary school POR 1.68, low education POR 1.41, medium education POR 1.12 is not working POR 1.38 rural area POR 1.04 smoking POR 0.89 and have health insurance POR 1.24. Economic status is not related to the occurrence of health complaints inthe elderly. The highest EF were education factor never attended school or did notcomplete elementary school 38.56 and low educated 26.78 and work factor notworking 14.78. While the highest PF were education factor never attended schoolor did not complete primary school 59.65 and low education 35.02 and work factors already not working 14.38.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharti
"Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui determinan diabilitas pada lanjut usia di Indonesia, khususnya mengenai ketidakmampuan melakukan kegiatan membersihkan seluruh tubuh seperti mandi dan mengenakan pakaian, dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan disabilitas pada lanjut usia di Indonesia adalah tempat tinggal, umur, status kawin, pendidikan, penyakit jantung, diabetes, gangguan sendi, hipertensi, merokok, status ekonomi, dan aktifitas fisik.
Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian disabilitas pada lanjut usia adalah aktifitas fisik. Untuk meningkatkan aktifitas fisik lanjut usia disarankan untuk aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok lanjut usia seperti kegiatan olahraga, pertemuan kekeluargaan dan rekreasi.

This research used cross-sectional design that aimed to identify disability determinants in Indonesia, in relation with inability for bathing and dressing, by using Basic Health Research Data in 2007.
The results of study showed that determinants of disability among elderly in Indonesia were urban and rural, age, marital status, education, heart disease, diabetes, musculoskeletal disorders, hypertension, smoking habit, economic status and physical activity.
The most dominant determinants of disability among elderly were lack of physical activity. To increase physical activity is recommended for elderly people active in participating in the elderly group activities such as sports activities, family meetings and recreation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Haryanty
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas penduduk lansia di Indonesia. Status kesehatan buruk ditunjukkan oleh apakah memiliki efek negative pada kegiatan lansia (aktifitas terganggu) dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa faktor demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan terganggu pada lansia. Selain itu, faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi risiko kesehatan terganggu lansia. Lansia dalam kelompok umur tua, berstatus tidak kawin/lainnya, tidak bekerja, pengeluaran menengah keatas, tinggal di kota, mengkonsumsi lainnya air bersih, menggunakan mck tidak sendiri, menggunakan bukan listrik PLN dan mempunyai disabilitas, memiliki peluang lebih tinggi terhadap risiko mengalami kesehatan terganggu.

This study aimed to determine the demographic, social, economic, environmental, behavioral and disability of elderly health status in Indonesia. Poor health status is indicated by whether is has negative effect on elderly activities (activitas terganggu) is using Susenas 2012 Data. The results of binary logistic regression showed that demographic factors, social, economic, environmental , behaviors and disabilities have a significant influence on poor health of elderly. In addition, these factors also affect the risk of impaired health of the elderly. Elderly in older age groups, status not married / other, not working, middle and upper expenditure, live in cities, consuming more water, using MCK did not own, using instead PLN and have disabilities, have the opportunity higher against the risk of having poor health."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni Yusup
"Status gizi lebih merupakan salah satu masalah gizi yang sedang dialami Indonesia. Overweight dan obesitas merupakan masalah gizi lebih. Didunia pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight. Dari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami obesitas. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan gizi lebih. Dengan mulai adanya kecendrungan pola konsumsi ke arah makanan yang berisiko di daerah pesisir Indonesia, keadaan ini memungkinkan untuk meningkatnya risiko masalah gizi lebih yang akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi lebih pada penduduk dewasa umur > 18 di daerah pesisir Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional dari data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Tahun 2013. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi, analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 26,3 penduduk pesisir di Indonesia memiliki status gizi lebih. Determinan status gizi lebih didaerah pesisir adalah umur OR=1,372; 95 CI 1,330-1,415, jenis kelamin OR=1,594; 95 CI 1,532-1,660, tingkat pendidikan OR=0,879; 95 CI 0,847-0,912, status perkawinan OR=2,571; 95 CI 2,464-2,684, status sosial ekonomi OR=0, 377; 95 CI 0,356-0,400 dan OR=0,673; 95 CI 0,646-0,700, tempat tinggal OR=1,252; 95 CI 1,201-1309, aktivitas fisik OR=0,862; 95 CI 0,799-0,930, perilaku sedenter OR=1,061; 95 CI 1,008-1,118 dan OR=1,028; 95 CI 0,991-1,067, kebiasaan merokok OR=0,743; 95 CI 0,710-0,777, konsumsi buah dan sayur OR=0,742; 95 CI 0,480-1,146 dan konsumsi makanan berisiko OR=1,074; 95 CI 0,978-1,179. Dianjurkan kepada penduduk dewasa umur > 18 tahun di daerah pesisir Indonesia untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan aktivitas fisik, mengurangi perilaku sedenter dan rutin memantau berat badan.

Overnutritional status is one of the nutrient problems in Indonesia. Overweight and obesity are classified as overnutritiona problem. In the worldwide, 2016, more than 1.9 billion adults about 18 years old and above are overweight. On that population, over 650 million people are obese. Dietary patterns have shifted to high risk food consumption in Coastal area in Indonesia. This condition leads to an increased risk of overnutrition problems that will lead to degenerative diseases. The study aimed to the determinants of overnutritional status in Adult Population Age 18 Years Old In Coastal Area of Indonesia. This Study used a cross sectional design with the source of data used is Riskesdas 2013. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution, bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables and Multivariate analyisis using Logistic regression technique.
The results shows that 26,3 of Population In Coastal Area of Indonesia were overnutrition. Determinants of overnutritional status in coastal area ere age OR 1,372 ; 95 CI 1,330 ; 1,415, sex OR 1,594; 95 CI 1,532 1,660, level of education OR 0,879 95 CI 0,847 ; 0,912, marital status OR 2,571 ; 95 CI 2,464 2,684, social economic status OR 0,377 95 CI 0,356 ; 0,400 dan OR 0,673 95 CI 0,646 ; 0,700, residence OR 1,252 ; 95 CI 1,201 ; 1309, physical activity OR 0,862 ; 95 CI 0,799 0,930, sedentary behavior OR 1,061 95 CI 1,008 ; 1,118 dan OR 1,028 ; 95 CI 0,991 ; 1,067, smoking status OR 0,743 ; 95 CI 0,710 ; 0,777, and food and vegetable consumption OR 0,742 ; 95 ; CI 0,480 ; 1,146, and risk food consumption OR 1,074 ;95 CI 0,978 ; 1,179. Thus, it is recommended for adult aged 18 years in coastal area of Indonesia to increase fruit and vegetable consumption, increase doing physical activity, reduce sedentary behavior and routine to monitoring body weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Kindri Bahar
"Penelitian ini merupakan studi yang membahas determinan kemiskinan dengan menggunakan data Susenas 2012 dan kemudian akan dilihat hubungan antara variable karakteristik rumah tangga tersebut serta dibandingkan dampak masing masing variabel di masing masing wilayah tersebut terhadap kemiskinan Penelitian ini menggunakan metode logistik pada data cross section Hal ini memiliki tujuan dan harapan agar kemiskinan semakin dapat diatasi serta Indonesia akan semakin membaik dalam jangka panjang Kata kunci Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Karakteristik Socio economic dan Susenas 2012.

This study is a study that addresses the determinants of poverty using data Susenas 2012 Study aims to know the factors that affect poverty in urban and rural household level This study using logistic method on cross section data Demographic characteristics of households indicates the direction of education in accordance with previous studies while the manufacturing and agricultural sectors shows the probability to be poor compared to the trade and educational services Keywords Poverty Urban rural Household Characteristics and Susenas 2012.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Nurul Ihsani
"Minimum dietary diversity (MDD) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur densitas gizi mikro dari makanan anak berusia 6 – 23 bulan, yang dapat digunakan juga sebagai prediktor kegagalan indikator antropometri. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan yang berhubungan dengan ketidaktercapaian Minimum Dietary Diversity (MDD) pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 10.800 anak yang didapatkan dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar 2018. Hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara usia anak (p < 0,0005), usia ibu (p = 0,01),tingkat pendidikan ibu (p < 0,0005), tingkat pendidikan ayah (p < 0,0005), frekuensi ANC (p < 0,0005), tempat persalinan (p < 0,0005), pelayanan PNC (p < 0,0005), tempat tinggal (p < 0,0005), dan pemantauan pertumbuhan anak (p < 0,0005) terhadap ketidaktercapaian MDD anak usia 6-23 bulan. Sementara hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor paling dominan dari ketidaktercapaian MDD yaitu usia anak dengan nilai p < 0,0005 (aOR = 2,762, 95% CI: 2,507 – 3,043). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai evidence based dalam penyusunan kebijakan dan program gizi khususnya terkait dengan PMBA.
.....Minimum dietary diversity (MDD) is an indicator to measure the micronutrient density of children aged 6-23 months, which can also be used as a predictor of anthropometric failure. This study aims to analyze the determinants of not meeting the criteria of Minimum Dietary Diversity (MDD) in children aged 6 – 23 months in Indonesia. The design used in this study was cross sectional with a total sample of 10,800 children obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria using secondary data from the Riskesdas 2018. The results of bivariate analysis showed a significant association between children's age (p < 0.0005), mother’s age (p = 0,01), mother's education level (p < 0.0005), father's education level (p < 0.0005), ANC frequency (p < 0.0005), place of delivery (p < 0.0005), PNC services (p < 0.0005), place of residence (p < 0.0005), and monitoring of children's growth (p < 0.0005) on MDD in children aged 6-23 months. Meanwhile, the results of the multivariate analysis showed that the most dominant factor in the achievement of MDD was the age of the child with p value < 0.0005 (aOR = 2.762, 95% CI: 2.507 – 3.043). The results of this study are expected to provide benefits as evidence based in the formulation of nutrition policies and programs, especially those related to IYCF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>