Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72057 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sally Pratiwi
"Pelayanan kesehatan dapat berupa kemudahan dalam melakukan pembayaran atau bertransaksi di rumah sakit, dimana pihak rumah sakit telah bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu seperti perusahaan asuransi, rumah sakit, yayasan serta dinas kesehatan. Maka dari itu bagian pemasaran RSCM merupakan kekuatan yang mempunyai peranan penting dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan. Untuk mengimplementasikannya maka bagian pemasaran haruslah mempunyai program yang dapat mewujudkan kekuatan tersebut salah satunya yaitu bekerjasama dengan pihak ketiga. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien yang sedang berjalan dan menjalin hubungan erat antara penjamin seperti rumah sakit, yayasan, perusahaan asuransi dan dinas kesehatan, di RSCM kegiatan ini disebut dengan Ikatan Kerjasama (IKS).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih banyak pihak yang belum mencapai kesepakatan didalam pelaksanaan IKS ini, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran input, proses dan output dalam pelaksanaan IKS bagian pemasaran RSCM dengan pihak ketiga di tahun 2012. Jenis penelitian adalah kualitatif deskriptif, dimana peneliti ingin mendapatkan gambaran pelaksanaan IKS dengan wawancara mendalam serta didukung dengan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukan gambaran input belum optimalnya kuantitas pegawai dengan kualitas pekerjaan yang ada, didalam gambaran proses negosiasi untuk mencapai kesepakatan tersebut kedua belah pihak harus bisa saling menyesuaikan satu dengan yang lainya, dimana RSCM tidak menerima cost sharing dalam IKS dan pada gambaran outputnya data hasil monitoring masih banyak pihak ketiga belum difollow up padahal kontrak IKS sudah habis masa berlakunya. Untuk evaluasi bagi yang ingin memperpanjang kontrak IKS, beberapa pihak ketiga juga harus menyelesaikan kewajibanya dahulu seperti hutang piutang. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan ada penambahan pegawai dibagian pemasaran agar pekerjaan menjadi lebih optimal, segera memfollow up pihak yang sudah habis masa berlakunyaagar dapat mengetahui pihak ketiga yang ingin memperpanjang kontrak IKS nya kembali.

Health services may be the ease in making payments or transactions in the hospital, where the hospital has been working with third parties such as insurance companies, namely, hospitals, foundations, and public health .. Therefore the marketing RSCM is a force that has an important role in all activities related to customer service. To implement the marketing department must have a program that can realize the power of the one that is working with a third party. This activity is intended to improve services to patients and ongoing close relationship between the guarantor such as hospitals, foundations, insurance companies and the health department, in RSCM activities called Cooperation Institute (IKS).
Research background by many parties have not reached an agreement in implementing this IKS, therefore this study aims to see the picture of input, process and output in the implementation of the marketing IKS RSCM with third parties in 2012. This type of research is a qualitative descriptive, where researchers want to get an overview of the implementation of IKS and supported by in-depth interviews with document review.
The results showed picture yet optimal input quantity with quality employees who work there, in the description of the process of negotiation to reach agreement both parties must be mutually adjust to each other, which did not receive a cost-sharing RSCM in IKS and output image data of monitoring there are many third parties have not been followed up IKS contract when it expires. For the evaluation of those who want to extend the contract IKS, some third party must also complete the obligations were as accounts payable. Based on the findings, the researcher recommends the addition of personnel marketing section in order to work more optimally, immediately follow up parties expired berlakunyaagar can find a third party who wants to extend his contract again IKS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mutsla
"Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.

Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year.
The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively.
Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashita Elvira
"Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) DR. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit tertua yang terdapat di Indonesia dengan status Rumah Sakit Kelas A Pendidikan dan memiliki jumlah tempat tidur sebesar 1.220. Sebagai rumah sakit rujukan nasional, tentunya RSUPN DR Cipto Mangunkusumo menghasilkan limbah baik dari limbah padat medis maupun non- medis dari aktivitas pelayanannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah padat medis di RSUPN DR Cipto Mangunkusumo dengan studi kasus di Central Medical Unit 1. Metode penelitian ini adalah peneltian kualitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi partisipatif pasif dan wawancara mendalam. Sedangkan untuk data sekunder menggunakan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan limbah padat medis CMU 1 RSUPN DR Cipto Mangunkusumo telah memenuhi persyaratan pengelolaan limbah medis yang terdapat di KepMenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, seperti pemberian label dan pewadahan yang telah sesuai dengan jenis limbah padat medis yang dihasilkan, memiliki alat pengangkut yang berbeda untuk limbah medis dan non-medis, memiliki TPS untuk limbah padat medis tersendiri, dan pembakaran dengan menggunakan insinerator dilakukan kurang dari 24 jam. Namun ada beberapa kejagalan yang ditemui dilapangan seperti masih ada limbah non-medis yang masuk ke dalam tong sampah untuk limbah medis, tidak adanya identitas limbah padat medis pada kantung sampah medis, dan pengangkutan limbah medis dan non medis ke TPSS dalam satu wadah pengangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki permasalahan tersebut seperti dilaksanakan supervisi terhadap petugas pengelolaan limbah padat medis yang terdapat di CMU 1 RSUPN DR Cipto Mangunkusumo.

RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo hospital is the oldest in Indonesia. RSUPN DR. Cipto mangunkusumo, a hospital of class A education with a bed of 1.220 bed. He referral hospitals national of course RSUPN DR Cipto Mangunkusumo create waste better of medical waste and non-medis of the activities of his service.
This research aims to know the description of medical solid waste management at the Cipto Mangunkusumo DR. RSUPN with case studies at Central Medical Unit 1. The method of this research is qualitative peneltian. Primary Data in the study gained through participatory observation and in-depth interview passive. As for the secondary use of data review documents.
Results of the study showed that solid waste medical management CMU 1 DR. RSUPN Cipto Mangunkusumo has fulfilled the requirements of the management of medical waste in KepMenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, such as labelling and shelter were in accordance with the type of medical solid waste generated, have the means to transport the waste to a different medical and non-medical, have the TPS to its own medical solid waste, and burning using incinerators is done less than 24 hours. But there are some problems encountered in field as there are still non-medical waste that goes into the trash bin for medical waste, the absence of identity of medical solid waste in garbage bags, medical and transport medical and non medical waste into containers in one carriage of TPSS.
Based on the results of the above research, then there are several things that can be done to fix these problems such as supervision is exercised against the officers of the medical management of solid waste in the CMU 1 RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Lisna
"Penelitian ini membahas mengenai Pengorganisasian akreditasi JCI pengelolaan akreditasi JCI di RSUP Nasional Dr Cipto Magunkusumo Jakarta Tahun 2012. Pengorganiasaian akreditasi JCI berdasarkan pada standar pelaksanaan akreditasi JCI yaitu tahap Initial Assessment, Preparation, Tracer, Implementasi, Evaluasi, Milestone, Mock Survey, Survey akreditasi dan Keputusan akreditasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah data sekunder.
Penelitian menunjukkan bahwa pengorganisasian akreditasi JCI di RSCM sudah berjalan cukup optimal. Walaupun dalam Penatalaksanaannya penyelenggara menghadapi banyak tantangan seperti kurangnya dukungan dari Depkes dalam hal pendanaan, besarnya kapasitas dan ruang lingkup rumah sakit, budaya organisasi yang belum sepenuhya berubah dan kurangnya dukungan dari SDM lain diluar kepanitiaan.

This study discuss the organization overview of JCI accreditation in Dr. Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta 2012. This JCI accreditation organization based on the JCI standard of organizing which start with Initial assessment, Preparation process, Tracer Method, Implementation of the program, Evaluation, Mock survey and survey accreditation / full survey, the milestone, the decision of accreditation . This study uses qualitative research methods with in-depth interviews, observations, and review of the secondary data.
Research shows that the organization of JCI accreditation already been running optimally, even though in conducting the organization of JCI accreditation, the organizer faced many challenges. Some of these challenge being the obstacles for the success of this program. Research result seen from the result of in-depth interviews, all the tables which indicates factual data, and guidelines for review of secondary data.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kirana Widowati
"Penyebaran wabah COVID-19 yang cepat dan terus bertambah menjadikan perawat dan tenaga kesehatan lain sebagai populasi berisiko tinggi penularan COVID-19. Kepatuhan penggunaan APD menjadi kunci utama pemutus rantai penyebaran wabah virus yang menular melalui airborne. Namun dari sudut pandang pasien yang mendapatkan perawatan di unit isolasi COVID-19 mengatakan bahwa berhadapan dengan petugas kesehatan dengan penggunaan hazmat sedikit menimbulkan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran komunikasi terapeutik perawat terhadap pasien COVID-19 di ruang isolasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah 148 perawat di ruang khusus COVID-19 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang diambil dengan teknik random sampling. Hasil uji univarian didapatkan 95,3% perawat di ruang isolasi COVID-19 melakukan komunikasi terapeutik dengan baik. Penelitian ini merekomendasikan program pelatihan komunikasi teraputik bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien.

The rapid and growing spread of the COVID-19 outbreak has made nurses and other health workers a high-risk population for COVID-19 transmission. Compliance with the use of PPE is the main key to breaking the chain of virus outbreaks that are transmitted through airborne. However, from the point of view of patients receiving treatment in the COVID-19 isolation unit, they said that dealing with health workers with the use of hazmat caused a bit of anxiety. This study aims to find out how the description of nurse therapeutic communication with COVID-19 patients in the isolation room. This research uses descriptive research method. The sample of this study was 148 nurses in the COVID-19 isolation room at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo taken by random sampling technique. The results of the univariant test showed that 95.3% nurses at COVID-19 isolation room had good therapeutic communication. This study recommends a therapeutic communication training program for nurses to improve good therapeutic communication skills to patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primageny Fawdy
"Insentif merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan dengan berbagai standar produktivitas dan profitabilitas perusahaan yang di berikan secara periodik. Insentif adalah balas jasa yang diberikan perusahaan kepada pegawai yang berprestasi di atas standar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian insentif pegawai di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dimana peneliti menggali informasi pada beberapa informan yang telah ditentukan.
Dari hasil penelitian diketahui pelaksanaan pemberian insentif di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan pada kompetensi dan kinerja, selain itu juga mempertimbangkan jabatan pegawai, resiko kerja pegawai serta nominal rumah sakit. Pemberian insentif juga meningkatkan produktivitas pegawai, karena semakin baik kinerja pegawai maka semakin besar pula nominal yang diterima. Namun peningkatan produktivitas tidaklah signifikan.

Incentives are reward given to employees with a variety of standar productivity and profitability of a company that is given periodically. Incentives is the company remuneration is given to employees who perform above standard.
The aims to study is ti reveal the incentives employees in the department of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2012, the method used was qualitative research, where researchers gather information on some predetermined informants.
The survey result revealed the implementation on incentives in the RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo based on competency and performance, while also considering the position of employees, as well as the risk of employee par hospital. Providing incentives also increase employee productivity, because the better the performance of the employee, the greater thr nominal received. But the increase in productivity is not significant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hapsari Abriana
"Globalisasi menuntut rumah sakit agar mampu bersaing dengan pesaing lokal, nasional maupun internasional. Pemasaran diharapkan dapat membantu RS mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya. Pemasaran RSTI pun telah melakukan upaya pemasaran untuk meningkatkan jumlah pasien dari pihak ketiga. Perbandingan pendapatan pasien umum dan jaminan tahun 2008 67% dan 33%, tahun 2009 65% dan 35%, dan tahun 2011 66% dan 34% dimana jumlah pihak ketiga secara berurut adalah 111, 124 dan 128. Peningkatan jumlah pihak ketiga tidak disertai dengan peningkatan pendapatan pasien jaminan. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak semua pihak ketiga memberikan jumlah pasien yang banyak bagi rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, observasi dan wawancara mendalam kepada 6 orang informan.
Hasil penelitian dari input menunjukkan SDM sudah cukup, hanya pelaksanaan belum optimal, pelatihan yang tidak merata, belum memiliki SPO tentang kerjasama, tidak memiliki anggaran khusus per kerjasama, dan penggunaan sarana penunjang masih bentrok dengan bagian lain. Dari proses analisis pasar dilakukan dengan melihat data sekunder dan asumsi, penetapan kriteria pihak ketiga dengan melihat background, track record, perusahaan BUMN, lokasi dekat, pendekatan kepada pihak ketiga melalui komunikasi dengan contact person, pihak ketiga yang mengajukan pelayanan yang diinginkan, perumusan program dilakukan dengan menyamakan 2 kebijakan, monitoring dilakukan dengan kerjasama kepada pihak admission, evaluasi dilakukan per tahun.
Dari output target yang ditetapkan sesuai renstra RSTI, pembayaran melalui transfer, lama waktu 1 bulan kecuali inhealth dan jamsostek hampir 2 bulan, pengajuan tagihan setiap hari, 2x tagihan, dan 1x tagihan, untuk rajal ada 8 perusahaan yang jumlah kunjungannya <10, tahun 2009 ada 17 perusahaan dan tahun 2011 ada 18 perusahaan, sedangkan untuk rawat inap tahun 2008 ada 45 perusahaan, tahun 2009 ada 50 perusahaan dan tahun 2011 ada 45 perusahaan. Namun ada juga perusahaan yang tidak memberikan kunjungan sama sekali pada pelayanan rawat jalan pada tahun 2008 ada 52 namun 24 diantaranya hanya kerjasama untuk pelayanan rawat inap jadi total nya ada 28 perusahaan yang tidak memberikan kunjungan sama sekali, tahun 2008 ada 24, dan tahun 2009 ada 21. Sedangkan untuk rawat inap tahun 2008 ada 38, tahun 2009 ada 42 dan tahun 2011 ada 55 perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kerjasama selama ini.

Globalization requires hospitals to compete with local competitors, nationally and internationally. Marketing is expected to help the hospital to get customer as much as possible. Marketing RSTI has done marketing efforts to increase the number of patients from a third party. Comparison revenue of general patient and assurance in 2008 is 67% and 33%, 2009 65% and 35%, and 2011 66% and 34% with the sequential number of the third party is 111, 124 and 128. An increasing number of third parties are not accompanied by an increase of revenue from assurance patient. One reason is because not all of third parties provide high patient loads for the hospital. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data was collected through document review, observation and in-depth interviews to 6 people informant.
The results from input showed the adequacy of human resources, but the implementation is not optimal, such as training, do not have the SOP on cooperation, not have a specific budget activities, and transportation facilities are less supportive activities. From the process, market analysis done by looking at secondary data and assumptions such as the setting of criteria, company profile, track record, the company is BUMN, location close to the hospital. The company has a contact person as the person responsible for the activity and the expected forms of cooperation, in coordination with the admission, monitoring and evaluation is per yearly.
From the output, the target set in accordance with the strategic plan RSTI, payment with transfer, long time 1 month except inhealth and jamsostek almost 2 months, submission of bill every day, once and twice, for outpatient care, there are 8 companies with the number of visits <10, 17 (2009), and 18 companies (2011). For inpatient 45 companies (2008), 50 (2009) and 45 (2011). There are still companies that don't contribute to outpatient services by 52 companies, 24 companies only to inpatient, so there are a total of 28 companies that don't contribute (2008), 24 companies (2008) and 21 (2009). For hospitalization, 38 companies (2008), 42 (2009) and 55 companies (2011). Therefore need to be evaluated against the implementation of the cooperation so far.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S45539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Trisnawaty
"Kemampuan makan dan menelan pada anak bersifat dinamis sejalan dengan proses tumbuh kembang anak. Struktur anatomi mengalami pertumbuhan yang selanjutnya berdampak pada kematangan fungsi menelan. Gangguan pada proses menelan menyebabkan disfagia. Tesis ini membahas mengenai gambaran proses menelan pada anak dengan kecurigaan disfagia, dengan menggunakan pemeriksaan menelan dengan endoskopi serat optik lentur, serta menilai karakteristik percontoh berdasarkan usia, masa kehamilan, pengasuh, gejala, komplikasi serta kelainan medis. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan desain deskriptif pada 54 subyek yang diambil secara berurutan. Hasil dari penelitian ini didapatkan prevalensi disfagia pada anak dengan kecurigaan kesulitan makan sebesar 63 . Gejala disfagia pada anak le; 6 bulan yang paling sering adalah apnea saat menyusu 7/34 . Sedangkan pada anak > 6 bulan adalah postur tubuh terganggu 10/34 , mengeces berlebih 6/34 , dan batuk saat makan 8/34 . Kelainan medis yang mendasari adalah kelainan struktural 25/34 , kelainan jantung / paru / laring 24/34 , dan kelainan neurologis 23/34 . Komplikasi yang terjadi adalah PRGE 12/34 , gagal tumbuh 10/34 , dan pneumonia aspirasi 3/34 . Pada pemeriksaan FEES didapatkan standing secretion 22/34 dan pergerakan lidah terganggu 20/34 adalah tanda yang sering ditemukan pada anak disfagia; dan residu sering terjadi pada konsistensi tim kasar 44,7 , penetrasi pada konsistensi air 44,2 , serta aspirasi pada konsistensi susu 34,8 .Kata kunci: aspirasi, disfagia, pemeriksaan menelan dengan endoskopi serat optik lentur, penetrasi, residu, sekret yang terkumpul di hipofaring.

Eating and swallowing ability in Children had dynamic characteristic and closely related with growth process in themselves. The anatomical structure underwent growth process, therefore had impact in the maturity of swallowing ability. Disruption of swallowing process may caused dysphagia. This study use Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing FEES and also assessed the characteristics of the subjects based on age, gestation age, caregivers, symptom, complication, and medical disorder. This study is a descriptive cross sectional design involving 54 subjects with consecutive sampling. The result of this study are prevalence of dysphagia is 63 in children with dysphagia suspicion. Dysphagia symptom in children 6 months, apnea while bottle breast feeding 7 34 . Meanwhile, in children 6 months, postural impairment 10 34 , drooling 6 34 , and cough while eating 8 34 . Underlying disease are structural anomaly 5 34 , cardiopulmonary larynx disorder 24 34 and neurological disorder 23 43 . The complication are GERD 12 34 , failure to thrive 10 34 , and aspiration pneumonia 3 34 . In FESS examination, standing secretion 22 34 and impaired tongue movement 20 34 are sign for dysphagia, and residue is more common in gastric rice consistency 44,7 while penetration in thin liquid 44,2 and aspirations is more common in thick liquid 34,8."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liestyaningsih Dwi Wuryani
"Latar Belakang: Status epileptikus (SE) merupakan salah satu kedaruratan neurologis dengan mortalitas yang tinggi. SE dengan gejala motorik yang menonjol dan gangguan kesadaran disebut sebagai status epileptikus konvulsivus (SEK). Tujuan tatalaksana SEK adalah menghentikan bangkitan secara cepat dan efektif karena pada SEK yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan neuron dan gangguan sistemik yang luas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tatalaksana farmakologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu terminasi SEK di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Desain penelitian dengan potong lintang pada 22 pasien SEK secara retrospektif. Data yang didapatkan merupakan data dari penelurusan rekam medik. Dilakukan pencatatan usia, jenis kelamin, komorbid, riwayat epilepsi, etiologi, bentuk kejang, kelainan metabolik, onset kejang, jenis, lini, dosis, dan jumlah obat anti kejang yang didapat. Kemudian dilakukan pencatatan waktu dari tatalaksana SEK hingga terminasi SEK.
Hasil: Dari 22 subjek, 16 subjek dapat diterminasi <60 menit (72,7%). Kelompok terminasi <60 menit memiliki rerata usia lebih muda, memiliki riwayat epilepsi, dan sebagian besar tidak memiliki komorbid. Pada kedua kelompok terminasi etiologi tersering adalah etiologi akut. Seluruh subjek dengan semiologi SEK kejang konvulsif umum tonik klonik dan kejang umum tonik termasuk dalam kelompok terminasi <60 menit. Sedangkan bentuk kejang lainnya terdapat sebagian kecil subjek termasuk dalam kelompok terminasi >60 menit. Median onset kejang pada penelitian ini didapat lebih lama pada kelompok terminasi <60 menit. Kelainan metabolik hipoalbumin dan gangguan hepar didapatkan sedikit lebih banyak pada kelompok terminasi <60 menit. Sedangkan subjek dengan kelainan ginjal didapat persentase yang sama. Sebagian besar subjek cukup mendapat lini I, diazepam IV, dan 1 jumlah obat anti kejang dalam terminasi SEK. Pada subjek kelompok terminasi >60 menit mendapat dosis diazepam IV dan fenitoin IV lebih besar. Pada subjek yang mendapat levetiracetam oral dan midazolam IV seluruhnya terdapat dalam kelompok terminasi >60 menit.
Kesimpulan: Tatalaksana farmakologis SEK di RSCM sesuai dengan alogaritme SE dan sebagian besar dapat diterminasi <60 menit. Distribusi demografis dan klinis subjek penelitian seperti usia muda, riwayat epilepsi, dan tidak adanya komorbid serta kelainan metabolik hipoalbumin dan kelainan hepar distribusinya lebih banyak pada kelompok terminasi <60 menit.

Background: Status epilepticus (SE) is one of the neurological emergencies with high mortality. SE with prominent motor symptoms and impaired consciousness is called a convulsive status epilepticus (CSE). The goal of treatment for CSE is to stop seizures quickly and effectively because prolonged CSE will cause extensive neuronal damage and systemic disturbances. The purpose of this study was to determine the description of pharmacological management and the factors that influence the termination of CSE in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method: It was a retrospective cross-sectional study design in 22 CSE patients. The data was retrieved from medical records including age, sex, comorbid, history of epilepsy, etiology, form and onset of seizures, metabolic disorders, type, line, dose and amount of anti-seizure drugs were carried out. The duration from time-point of CSE management up to the CSE termination was recorded.
Result: Among 22 subjects, there were 16 subjects who had CSE termination <60 minutes (72.7%). The <60 minutes termination group had a younger age, had a history of epilepsy and most of them had no comorbidities. All three subjects with a history of epilepsy were also included in the <60 minutes termination group. In both groups the most common etiology of termination was acute. All subjects with the semiology convulsive generalized tonic-clonic seizures and generalized tonic seizures were included in the <60 minutes termination group. While other forms of semiology, a small proportion of subjects were included in the group termination >60 minutes. Median seizure onset in this study was longer in the termination group <60 minutes. Hypoalbumin metabolic and hepatic disorders were slightly more in the <60 minutes termination group. Among <60 minutes termination group, the most common anti-convulsant was first line drug which was Diazepam IV, wherease the most common one in >60 minutes termination group was second line drug which was Phenytoin IV. Subjects in the group terminated> 60 minutes received larger doses of IV diazepam and IV phenytoin. Subjects receiving oral levetiracetam and IV midazolam were all in the> 60 minutes termination group.
Conclusion: CSE management in Cipto Mangunkusumo Hospital was already in accordance with the SE management algorithm. Demographic and clinical distribution of study subjects such as younger age, history of epilepsy, absence of co-morbids and metabolic disorders of hypoalbumin and liver disorders were common in the <60 minutes termination group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>