Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nata Pratama Hardjo Lugito
"ABSTRAK
Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, masalah kesehatan yang dialami juga semakin banyak, salah satunya malnutrisi. Studi di luar negeri menunjukkan malnutrisi pada pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit menurunkan kesintasan. Pasien usia lanjut di Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pasien usia lanjut di luar negeri. Di Indonesia belum ada studi tentang status nutrisi pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan pengaruhnya terhadap kesintasan.
Tujuan. Mengetahui pengaruh status nutrisi terhadap kesintasan 30 hari pasien usia lanjut yang dirawat di ruang rawat akut geriatri dan ruang rawat penyakit dalam rumah sakit.
Metodologi. Penelitian kohort retrospektif, dengan pendekatan analisis kesintasan, dilakukan terhadap 177 pasien geriatri yang dirawat di ruang rawat akut geriatri dan ruang rawat penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama bulan April–September 2011. Data demografis, diagnosis medis, kadar albumin, indeks ADL Barthel, geriatric depression scale, status nutrisi dengan mini nutritional assessment (MNA) dikumpulkan, dan diamati selama 30 hari sejak mulai dirawat untuk melihat ada tidaknya mortalitas. Perbedaan kesintasan kelompok pasien dengan status nutrisi baik, berisiko malnutrisi dan malnutrisi ditampilkan dalam kurva Kaplan-Meier, diuji dengan uji Log-rank, serta analisis multivariat dengan Cox proportional hazard regression model untuk menghitung adjusted Hazard Ratio dan interval kepercayaan 95% terjadinya mortalitas 30 hari dengan memasukkan variabel-variabel perancu sebagai kovariat.
Hasil. Kesintasan antara subyek yang status nutrisinya baik, berisiko malnutrisi dan malnutrisi ialah 94,7% dengan 89,0% dan 80,7%, namun perbedaan kesintasan 30 hari tak bermakna dengan uji Log-rank (p=0,106). Pada analisis multivariat didapatkan adjusted HR setelah penambahan variabel perancu sebesar 1,49 (IK 95% 0,29 – 7,77) untuk kelompok berisiko malnutrisi dan 2,65 (IK 95% 0,47 – 14,99) untuk kelompok malnutrisi dibandingkan dengan pasien nutrisi baik
Simpulan. Perbedaan kesintasan 30 hari pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit yang menderita malnutrisi dan berisiko malnutrisi dibandingkan dengan status nutrisi baik pada awal perawatan belum dapat dibuktikan.

ABSTRACT
Background. Increasing number of older population will also increased its health problems. Studies in foreign countries shown that poor nutrition worsen survival of geriatrics admitted to hospitals. Geriatric patients in Indonesia have different physical, psychological, social economic and cultural characteristics. There has been no study in Indonesia on role of nutritional status on survival in hospitalized geriatric patients.
Objective. Investigating the impact of nutritional status on 30 days survival of geriatric patients hospitalized in geriatric and internal medicine ward
Methods. Retrospective cohort study and survival analysis approach was conducted to 177 geriatric patients hospitalized in geriatric and internal medicine ward of Cipto Mangunkusumo from April – September 2011. Demographic data, albumin level, ADL Barthel, geriatric depression scale, nutritional status according to mini nutritional assessment (MNA) were collected. Patients were observed during 30 days since hospitalized. Difference in survival is shown in Kaplan-meier curve dan difference in survival between groups were tested with Log-rank test, and multivariate analysis with Cox proportional hazard regression to calculate adjusted HR of mortality and confounding variables as covariates.
Results. The survival of well nourished, in risk of malnutrition and malnourished group was 94,7%, 89,0% and 80,7%, but non significant with Log-rank test (p=0,106). After multivariate analysis (Cox proportional hazard regression model), the adjusted HR was 1.49 (CI 95% 0.29 – 7.77) for group in risk of malnutrition and 2.65 (CI 95% 0.47 – 14.99) for malnourished group compared to well-nourished group
Conclusion. Thirty days survival difference of hospitalized geriatrics with malnutrition and in risk of malnutrition compared to well-nourished have not been proved."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T32750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmala Dian Mulyaningsih
"Penelitian pemanfaatan enzim urikase dari Lactobacillus plantarum Mar 8 dan KMar C2 sebagai probiotik dalam cokelat untuk mendegradasi asam urat. Tujuan penelitian mengetahui cara pembuatan mikrokapsul, menguji viabilitas L. plantarum dalam mikrokapsul dan cokelat, serta menganalisis penurunan kadar asam urat sebelum, selama dan sesudah mengkonsumsi cokelat probiotik. Bakteri L. plantarum disalut menggunakan susu skim 10% dan lemak cokelat 3% dibuat menjadi mikrokapsul dengan metode spray drying. Viabilitas L. plantarum diukur pada kondisi sebelum enkapsulasi, setelah enkapsulasi, setelah penyimpanan dan cokelat itu sendiri. Cokelat probiotik digunakan untuk terapi responden dengan kadar asam urat 4,0-10,0 mg/dL untuk perempuan dan 5,0-10,0 mg/dL untuk laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan pembuatan mikrokapsul berhasil dengan jumlah rendenem 45,21% dan penurunan viabilitas 1 log dari 1,04 x 10 cfu/g menjadi 1,925 x 10 cfu/g. Hasil viabilitas mikrokapsul dalam cokelat 1,7 x 10 cfu/g sehingga konsentrasi probiotik 3,4 x 10 cfu/g, memenuhi syarat sebagai probiotik. Aktivitas enzim urikase pada L. plantarum campuran Mar8+KMar C2 sebesar 0,567 U/mL. Asam urat pada responden intervensi mengalami penurunan setelah mengkonsumsi cokelat probiotik sebanyak 74% total responden. Kadar asam urat mengalami penurunan secara signifikan pada responden intervensi dan konsumsi makanan dengan purin tidak memengaruhi proses penurunan kadar asam urat selama responden mengkonsumsi cokelat probiotik.

The research using uricase enzymes from Lactobacillus plantarum Mar 8 and KMar C2 as probiotics in chocolate to degrade uric acid. The research purpose study of maked microcapsules, viability of L. plantarum in microcapsules and chocolate, analyze the decreased in uric acid levels before, during and after consuming probiotic chocolate. L. plantarum bacteria was coated using 10% skim milk and 3% chocolate fat made into microcapsules with spray drying method. The assay used in viability research in conditions before encapsulation, after encapsulation, after storage and in chocolate. Probiotic chocolate is used for respondent decreased with uric acid levels 4.0 - 10.0 mg / dL for women and 5.0 - 10.0 mg / dL for men. The result making a microcapsule was successful, proved performed with the acquisition of 45.21% rendenam and viability decreased by 1 log from 1.04 x 10 cfu g to 1.925 x 10 cfu/g. The result in chocolate is 1.7 x 10 cfu/g and concentration for probiotic is 3.4 x 107 cfu/g, so that chocolate can be used as a probiotic. The uricase enzyme activity in L. plantarum mixed Mar 8 + KMar C2 was 0.567 U/mL. Uric acid in respondents increased 74% of the total intervention respondents. Uric acid levels increased a significant decreased in the intervention respondents and consumption of food with purines did not affect the process of decreasing uric acid levels during the respondents consuming chocolate probiotics.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christi Giovani Anggasta Hanafi
"Salah satu karakteristik klinis yang sering diamati pada TB paru adalah adanya kavitas paru pada pemeriksaan radiologis dada. Kavitas paru akan menyebabkan prognosis lebih buruk akibat keterlambatan konversi kultur sputum, hasil klinis yang buruk, dan penularan infeksi yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang telah ditemukan berkaitan dengan kavitas paru adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, penyakit penyerta diabetes mellitus, dan malnutrisi. Prevalensi malnutrisi pada pasien dengan TB diperkirakan berkisar antara 50% sampai 57%, dan malnutrisi dikaitkan dengan dua kali lipat risiko kematian. Telah lama diketahui bahwa terdapat hubungan antara TB dan malnutrisi, tetapi dampak malnutrisi terhadap derajat keparahan TB, yang dilihat dari adanya kaviats paru, masih kurang diketahui dan data yang telah ada masih saling bertentangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Sebanyak 134 pasien yang memenuhi kriteria menjadi subjek penelitian di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Pasien pada penelitian ini umumnya berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dan berusia 18-59 tahun (92,5%). Mayoritas subjek penelitian termasuk dalam kategori status gizi SGA B (malnutrisi ringan-sedang) sebanyak 77 orang (57,5%), SGA A (status gizi baik) sebanyak 35 orang (26,1%), dan SGA C (malnutrisi berat) sebesar 22 orang (16,4%). Proporsi kavitas paru pada pasien TB paru dalam penelitian ini sebanyak 42 orang (31,3%). Penelitian ini mendapatkan hubungan bermakna secara statistik antara status gizi berdasarkan SGA dan kavitas paru (OR=6,933; 95%CI=1,986-24,205; p=0,002; aOR=7,303 (95%CI=2,060-25,890; p=0,002). Variabel lain yang mempengaruhi terbentuknya kavitas paru adalah pemeriksaan bakteriologis (p=0,016), TB resisten obat (p<0,001), dan perubahan BB (p=0,033). Analisis multivariat mendapatkan bahwa pemodelan dapat memenuhi 29,3% faktor prediktor kejadian kolonisasi dan setelah dimasukkan ke dalam perhitungan, maka probabilitas seorang pasien yang mengalami TB resisten obat dan malnutrisi untuk pembentukan kavitas paru adalah sebesar 95,16%. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dan kavitas paru pada pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.

One of the clinical characteristics that is often found in pulmonary TB is the presence of lung cavities on chest radiological examination. Lung cavities will lead to a worse prognosis due to delayed sputum culture conversion, poor clinical outcome, and higher transmission of infection. Several factors that have been found to be related to the lung cavity are elder age, male gender, comorbid diabetes mellitus, and malnutrition. The prevalence of malnutrition itself in patients with TB is estimated to range from 50% to 57%, and malnutrition is associated with a twofold risk of death. It has long been known that there is a relationship between TB and malnutrition, but the impact of malnutrition on the severity of TB, which is observed from lung cavity presence, is still poorly understood and the available data are conflicting. This study aims to determine the relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital. This research is a cross-sectional study. A total of 134 patients who met the criteria became research subjects at the Outpatient and Inpatient Department at the Persahabatan General Hospital. Patients in this study were generally male (61.9%) and aged 18-59 years (92.5%). The majority of research subjects were included in the SGA B (mild-moderate malnutrition) category of 77 people (57.5%), SGA A (good nutritional status) of 35 people (26.1%), and SGA C (severe malnutrition). by 22 people (16.4%). The proportion of lung cavities in pulmonary TB patients in this study were 42 people (31.3%). This study found a statistically significant relationship between nutritional status based on SGA and lung cavities (OR=6.933; 95%CI=1.986-24.205; p=0.002; aOR=7.303 (95%CI=2.060-25.890; p=0.002). Variables Other factors that influenced the formation of lung cavities were bacteriological examination (p=0.016), drug-resistant TB (p<0.001), and changes in weight (p=0.033). Multivariate analysis found that modeling could fulfill 29.3% of the predictors of colonization and after taken into account, the probability of a patient with drug-resistant TB and malnutrition for lung cavity formation is 95.16%. Conclusion: There is a relationship between nutritional status and lung cavity in pulmonary tuberculosis patients at Persahabatan General Hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hanindio Suryokusumo
"The incidence of type 2 diabetes mellitus increase each year in Indonesia. A good nutritional status in patients with type 2 diabetes may improve their quality of life and avoid the complications that may arise in type 2 diabetes mellitus. This study aims to find the factors that can affect nutritional status of type 2 diabetes mellitus patients. A cross ndash sectional study was conducted on 57 patients rsquo medical records obtained from Husada Hospital. The result showed that patients with type 2 diabetes mellitus who have the nutritional status of obese commonly found in women 94.1 , aged 50 64 years 64.7 , active physical activity 52.9 , currently on pharmacological treatment 100 , with the intake of nutrients such as low energy intake 64.7 , high fat consumption 58.8 , and adequate carbohydrates 100 and protein consumption 100 . No association was found statistically significant between the sexes, energy intake, carbohydrates intake, fat intake, protein intake, physical activity, and currently on pharmacological treatment on the nutritional status of patients with type 2 diabetes p 0.05 . A statistically significant relationship was found between age p 0,011, fisher test on the nutritional status of patients with type 2 diabetes. In conclusion, only age of patient is found significant to the nutritional status of type 2 diabetes mellitus patient."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Carmen M.
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Peneltian: Malnutrisi merupakan gejala yang sering dijumpai pada pasien kanker kolorektal. Pada penderita sering terjadi anoreksia, mual, muntah yang dapat menyebabkan asupan makanan berkurang, disamping adanya peningkatan kebutuhan energi dan gangguan metabolisme. Adanya hubungan berbagai faktor dapat menyebabkan malnutrisi. Transferin merupakan salah satu parameter sensitif untuk menilai adanya perubahan status nutrisi pada pemberian tunjangan nutrisi. Yoghurt merupakan susu yang telah mengalami fermentasi menjadi komponen-komponen yang lebih mudah dicerna, mudah diabsorpsi, mempunyai nilai gizi tinggi dan tidak menimbulkan laktosa intolerans. Telah dilakukan penelitian experimental pada pasien kanker dengan pemberian yoghurt 3 x 160g/hari + gula 3 x 20g/hari dibandingkan dengan tunjangan nutrisi susu 3 x 200 ml/hari + gula 3 x 20 g/hari selama 7 hari. Pada awal dan akhir pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan antropometrik dan kadar transferin serum.
Hasil menunjukkan bahwa :
Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker cukup tinggi (76.74%). Dengan pemberian tunjangan nutrisi yoghurt didapatkan kenaikan transferin dan berat badan bermakna (p<0.05). Sedangkan pada kelompok susu kenaikan'transferin dan berat badan tidak bermakna (p > 0.05). Respon penderita kanker terhadap pemberian tunjangan nutrisi tidak selalu lama, tergantung dari_ penyebab malnutrisi. Akan tetapi dapat disimpulkan dengan pemberian nutrisi adekuat pada penderita kanker masih dapat ditingkatkan dan dipertahankan status nutrisi penderita, sehingga status nutrisinya tidak bertambah buruk."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Prabowo Irianto
"Pendahuluan: Insiden kanker kolorektal di Indonesia mencapai 12,8 setiap 100.000 penduduk usia dewasa dan merupakan penyebab dari 9,5% kematian akibat kanker. 40–80% dari semua pasien kanker kolorektal mengalami malnutrisi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi status nutrisi pada kanker kolorektal dan hubungan karakteristik klinis kanker kolorektal dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah pasien kanker kolorektal yang dilakukan tindakan operatif di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan dilakukan admisi pada September-Desember 2022 dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan. Instrumen yang digunakan adalah Mini Nutritional Assessment (MNA). Analisis data bivariat menggunakan Chi-square dilanjutkan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Terdapat 71 pasien dengan diagnosis kanker kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada periode September-Desember 2022 yang akan menjalani operasi. Karakteristik subjek pada pasien kanker kolorektal sendiri didapatkan sebagian besar pasien memiliki usia 64-78 tahun(57,7%), berjenis kelamin laki-laki (52,1%). Untuk stadium klinis, terlihat sebagian besar pasien memiliki stadium III, IV (78,9%), dengan panjangtumor 1-10,9 cm (76,1%), dan lokasi kanker berada di rectum (59,2%). Untuk hasil kadar CA19-9, terlihat bahwa sebagian besar pasien dengan kadar CA19-9 normal (62,0%) dan kadar CEA meningkat (66,2%). Sedangkan status nutrisi pada kanker kolorektal sebagian besar memiliki status berisiko mengalami malnutrisi (52,1%) diikuti memiliki status malnutrisi (43,7%). Hasil uji bivariat didapatkan karakteristik klinis kanker kolorektal yang bermakna adalah panjang tumor dengan nilai p < 0,05. Hasil multivariat didapatkan variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini hanya memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap status nutrisi.
Kesimpulan: Kebanyakan kanker kolorektal memiliki risiko malnutrisi dan terdapat hubungan secara statistik dan paling kuat antara panjang tumor dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.

Introduction: The incidence of colorectal cancer in Indonesia reaches 12.8 per 100,000 adult population and is the cause of 9.5% of cancer deaths. 40–80% of all colorectal cancer patients are malnourished. This study aims to determine the prevalence of nutritional status in colorectal cancer and the correlation between clinical characteristics of colorectal cancer and nutritional status in patients undergoing surgery.
Methods: This research is an observational study with a cross sectional method. The reachable population of this study were colorectal cancer patients who underwent surgery at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and admission will take place from September-December 2022 with predetermined inclusion and exclusion criteria. The instrument used is the Mini Nutritional Assessment (MNA). Bivariate data analysis using Chi-square followed by multivariate logistic regression test.
Results: There were 71 patients with a diagnosis of colorectal cancer at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in the September-December 2022 period who will undergo surgery. Clinical characteristics of colorectal cancer patients themselves showed that most of the patients were 64-78 years old (57.7%), male (52.1%). For clinical stages, it can be seen that the majority of patients have stages III, IV (78.9%), with a large tumor mass of 1-10.9 cm (76.1%), and the location of the cancer is in the rectum (59.2%) ). For the results of CA19-9 levels, it can be seen that most of the patients with normal CA19-9 levels (62.0%) and CEA levels were increased (66.2%). While the nutritional status in colorectal cancer most of them have at risk of malnourished (52.1%) followed by having malnourished(43.7%). The results of the bivariate test showed that the length of tumor was significant a p value <0.05. The multivariate results showed that the independent variables examined in this study only had a 16.9% correlation on nutritional status.
Conclusion: Most colorectal cancers are at risk of malnourished and there is a statistically strongest correlation between tumor mass and nutritional status in patients undergoing surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Salsabila
"

Konstipasi fungsional (KF) adalah gangguan pencernaan yang disertai dengan kesulitan defekasi yang persisten atau tidak tuntas serta jarangnya pergerakan usus dan tidak disertai dengan penyebab sekunder. KF kerap diasosiasikan dengan status nutrisi pada anak-anak. Jika tidak diobati, dapat berujung pada rendahnya kualitas hidup. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat mengubah kualitas hidup anak menjadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data 292 subjek dari SMP Labschool Jakarta pada Maret 2018. Umur subjek berkisar antara 11 hingga 14 tahun. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang pola makan, aktifitas fisik, dan evaluasi KF yang menggunakan ROME III criteria, serta pengukuran tinggi dan berat badan untuk penilaian status nutrisi (klasifikasi menggunakan Waterlow criteria). Prevalensi KF dan asosiasinya terhadap status nutrisi dan karakteristik lainnya (jenis kelamin, kelas, pola makan, dan aktifitas fisik) didapatkan dengan Chi Square Test, sementara Mann-Whitney U Test untuk asosiasinya dengan umur. Dari 292 subjek yang dievaluasi, KF ditemukan pada 57 subjek (19,5%), di mana 34 dari mereka adalah perempuan (59,4%). Berdasarkan status nutrisi mereka, 29 subjek (50,9%) normal, 20 subjek (35,1%) memiliki gizi lebih, sementara 8 lainnya (14,0%) gizi kurang. Terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara status nutrisi gizi lebih dengan KF (p=0,011), studi ini sependapat dengan studi-studi yang telah dilakukan. Namun, tidak terdapat adanya hubungan bermakna lain antara jenis kelamin (p=0,398), kelas (p=0,480), umur (median=13,0, p=0,658), pola makan (tidak sarapan, konsumsi sayur dan buah), dan aktifitas fisik (p=0,699) dengan KF.


Functional constipation (FC) is a gastrointestinal disorder often characterized by persistent or incomplete difficult defecation with infrequent bowel movements and absence of secondary causes. FC is often associated with nutritional status among children. If left untreated, it can lead to a decreased in quality of life. Hence why, this study is essential to improve the children’s quality of life. This research used a cross-sectional method by analyzing a total of 292 subjects from SMP Labschool Jakarta on March 2018. The subjects ranged from 11 to 14 years old and were asked to fill in the questionnaire for dietary pattern, physical activity and FC assessment using ROME III criteria, along with their body height and weight measurement for nutritional status (classified using Waterlow criteria). The prevalence of FC and its association with nutritional status and other characteristics (gender, grade, dietary pattern, and physical activity) is acquired by using Chi Square Test, while Mann-Whitney U Test is for its association with age. Out of 292 subjects that were evaluated, FC is found in 57 subjects (19.5%), in which 34 of them are female (59.4%). Based on their nutritional status, 29 subjects (50.9%) are normal, 20 subjects (35.1%) are overweight or obese, while the remaining 8 subjects (14.0%) are malnourished. A meaningful association (p<0.05) is found between overweight or obese nutritional status and FC (p=0.011), which is in concordance with previous findings. However, no other meaningful association is found between gender (p=0.398), grade (p=0.480), age (median=13.0, p=0.658), dietary pattern (skipping breakfast, intake of vegetables and fruits), and physical activity (p=0.699) with FC."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Supriyadi Bektiwibowo
"Upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal sangat diperlukan dalam menunjang tumbuh kembang seorang anak, sehingga seorang yang profesional dalam pelayanan kesehatan anak perlu memperhatikan dan memahami masalah gizi anak terutama dalam hal diagnosis dan penanganannya.
Dalam keadaan sakit status nutrisi memiliki pengaruh yang sangat bermakna karena selain untuk tumbuh kembang nutrisi juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah terjadinya malnutrisi dan mempersingkat masa rawat, dengan demikian status nutrisi ikut berperan dalam mempengaruhi perjalanan dan menentukan prognosis suatu penyakit. Malnutrisi yang dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit terjadi akibat pemenuhan zat gizi yang tidak optimal, terutama pada penderita penyakit yang berat. Pearce dkk, melaporkan malnutrisi dapat terjadi pada hampir 40-50 % pasien bedah dan umum yang dirawat di rumah sakit. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM diketahui bahwa hal yang sama juga telah terjadi terutama setelah perawatan selama 14 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan nutrisi belum diberikan secara memadai kepada pasien yang membutuhkan dan kurangnya perhatian tenaga kesehatan terhadap perbaikan masalah nutrisi.
Pada masa pasca operatif status metabolik akan meningkat 10 %, bila dukungan nutrisi tidak diberikan secara adekuat maka akan menimbulkan proses proteolisis dari otot tubuh secara berlebihan dan pada tahap lanjut akan terjadi proses katabolisme. Akibat trauma operatif pengeluaran energi juga akan meningkat sebagai akibat respons hormonal.
Beberapa penelitian mengenai pentingnya dukungan nutrisi pada masa pasca operatif menunjukkan dukungan nutrisi yang diberikan dapat mengurangi insiden terjadinya komplikasi infeksi pada masa pasca operatif dan memperbaiki proses penyembuhan luka operasi serta dapat memperpendek masa perawatan di rumah sakit, sehingga selain dapat meningkatkan kualitas hidup pasien juga dapat mengurangi beban biaya pasien yang dihubungkan dengan lamanya masa perawatan dan tingkat morbiditasnya.
Nutrisi enteral merupakan pilihan yang utama dalam memberikan dukungan nutrisi pada anak yang sakit, karena lebih mudah melakukannya, biaya lebih murah serta lebih fisiologis dan dapat menghindari komplikasi yang sering terjadi pada nutrisi parenteral. Sebuah meta-analisis yang membandingkan efikasi pemberian nutrisi enteral dan parenteral secara dini pada kasus bedah resiko tinggi menunjukkan bahwa pemberian nutrisi enteral dini lebih efektif dalam mengurangi kejadian sepsis dibandingkan dengan pemberian nutrisi parenteral pada masa pasca operatif.
Pengkajian status nutrisi harus dilakukan pada setiap anak yang dirawat di rumah sakit sehingga pertimbangan untuk melakukan dukungan nutrisi yang adekuat sudah diprediksi sejak awal. Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu cara penilaian status nutrisi dapat dipergunakan balk sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis, misalnya untuk memastikan adanya defisiensi nutrien yang ditemukan atau diduga masih subklinis pada pemeriksaan klinik, antropometrik maupun dietetik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Lestari
"[ABSTRAK
Masalah gizi kurang balita merupakan masalah aktual di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Penelitian ini menggunakan cross sectional, sampel balita 12-59 bulan sebanyak 155 orang. Data diperoleh melalui kuesioner, status gizi diukur dengan indeks Berat Badan/Umur. Hasil menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu, pola pengasuhan dengan status gizi balita. Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan. Diperlukan peran perawat komunitas dalam edukasi, pemberdayaan, dan kerjasama untuk meningkatkan status gizi balita.

ABSTRACT
Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child?s age, exclusife breastfeeding, child?s dietary intake, caregivers? practice and mother?s perception and child?s nutritional status. Child?s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership;Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child?s age, exclusife breastfeeding, child?s dietary intake, caregivers? practice and mother?s perception and child?s nutritional status. Child?s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership, Undernutrition in under five years old children is still a problem in Sentolo 1 Public Health Center, Yogyakarta. The purpose of this study was to determine the factors related nutritional status in children under five years. Cross sectional study was conducted to 155 children under five years old. Nutritional status was assessed using anthropometric measurement. There were significantly relationships between child’s age, exclusife breastfeeding, child’s dietary intake, caregivers’ practice and mother’s perception and child’s nutritional status. Child’s dietary intake was the most factor that significantly correlated. These findings indicate that the roles of community nurses are needed to improve children nutritional status by utilizing education, empowerment and partnership]"
2015
T44196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>