Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171469 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sischa Maulana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara job insecurity dan work engagement pada dosen non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) Universitas Indonesia. Pengukuran job insecurity menggunakan alat ukur Ashford, dkk (1989) dan pengukuran work engagement menggunakan alat ukur UWES-9 (Schaufeli dan Bakker, 2006). Partisipan berjumlah 52 dosen non-PNS UI, yaitu dosen dengan status BHMN dan dosen dengan status lain-lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara job insecurity dan work engagement pada dosen non-PNS Universitas Indonesia. Selain itu, masing-masing data demografis juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan job insecurity dan work engagement.

ABSTRACT
This research is aimed to get the describtion about the relationship between job insecurity and work engagement among non-Civil Servant Lecturer in University of Indonesia. The measurment of job insecurity uses Ashfrod and friend?s measuring instrument (1989), while the measuring of work engagement uses UWES-9 (Schaufeli dan Bakker, 2006). The total number of partitipants are 52 non-civil servant lecturers, who has BHMN status and others.
The result of this research shows that there has no significant relation between job insecurity and work engagment at non-Civil Servant Lecturer in University of Indonesia. Besides that, every singgle demographic datum also does not have significant relation with job inseciruty and work engagement."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kholisah Safria
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada meningkatnya jumlah PHK pada karyawan dan kebijakan rasionalisasi lainnya, hal tersebut mungkin dapat memengaruhi tingkat ketidakaman kerja (job insecurity), kegigihan (grit), dan keterikatan kerja pada karyawan (work engagement). Karyawan milenial menjadi generasi yang paling terdampak dari adanya situasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran dari grit dalam memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement pada karyawan milenial di Indonesia. Grit dinilai dapat menjadi kunci kesuksesan seseorang dan merupakan faktor internal yang memengaruhi job insecurity dan work engagement karyawan. Partisipan direkrut secara daring dan melibatkan 222 karyawan yang memenuhi karakteristik penelitian, yaitu; karyawan milenial berusia 20-38 tahun, memiliki pengalaman bekerja minimal 1 tahun di tempat kerjanya saat ini, dan sedang mengalami kebijakan rasionalisasi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketiga variabel ini adalah Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, dkk, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), dan Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa grit tidak memoderasi hubungan antara job insecurity dan work engagement. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain selain grit. Kemudian, mayoritas partisipan ini memiliki nilai job insecurity yang rendah, work engagement yang tinggi, dan grit yang tinggi. Penelitian ini juga menunjukkan job insecurity berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan work engagement, dan grit berkorelasi secara positif dan signifikan dengan work engagement. Sementara job insecurity tidak berkorelasi secara signifikan dengan grit.

The COVID-19 pandemic has a major impact on increasing the number of employee layoffs and other rationalization policies, this may affect the level of job insecurity, grit, and work engagement on employees. Millennial employees are the most affected generation that affected by this situation. This research was conducted to find out whether there is a role of grit in moderating the relationship between job insecurity and work engagement among millennial employees in Indonesia. Grit is considered to be the key to a person's success and is an internal factor that affects job insecurity and employee work engagement. Participants were recruited online and involved 222 employees who met the research characteristics, that is; millennial employees at aged 20-38 years, having at least 1 year of work experience at their current job, and undergoing a rationalization policy. The measuring instrument that are used to measure these variables are Utrecht Work Engagement Scale 9 Item (Schaufeli, et al, 2006), Job Insecurity Scale (Pienaar, 2013), and Short Grit Scale (Duckworth & Quinn, 2009). The main results of this research showed that grit did not moderate the relationship between job insecurity and work engagement. This could be due to other factors besides of grit. Furthermore, the majority of these participants had low job insecurity, high work engagement, and high grit of scores. This study also showed that job insecurity was significantly negatively correlated with work engagement, and grit was significantly positively correlated with work engagement. Meanwhile, job insecurity was not significantly correlated with grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Putri Amalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mediasi organizational identification terhadap hubungan antara qualitative job insecurity, OCB, dan job performance pada Pegawai Non-PNS di Direktorat Jenderal PPMD Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Responden pada penelitian ini adalah 129 orang pegawai di kantor Direktorat Jenderal PPMD. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif dan menggunakan structural equation modeling SEM.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa qualitative job insecurity memiliki pengaruh negatif terhadap OCB dan job performance, qualitative job insecurity memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap organizational identification, organizational identification memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB dan job performance, serta peran organizational identification memediasi secara penuh full mediation pengaruh dari qualitative job insecurity pada OCB dan job performance terbukti.

This study aims to determine the mediating role of organizational identification in the relationship between qualitative job insecurity, OCB, and job performance among the Non Civil Servant at Directorate General PPMD Ministry of Village, Development of Disadvantaged Regions, and Transmigration. Respondents in this study were 129 employees in the office of the Directorate General PPMD. This research is quantitative descriptive design and using structural equation modeling SEM.
The results obtained from this study indicate that the qualitative job insecurity has a negative effect on OCB and job performance, qualitative job insecurity has a negative and significant effect on organizational identification, organizational identification has a positive and significant effect on OCB and job performance, as well as the role of organizational identification mediates the impact of qualitative job insecurity in the OCB and job performance is proven.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sere Eunice Kantate
"Maraknya berita PHK yang terjadi dari dampak Pandemi Covid-19 maupun efisiensi perusahaan sebagai langkah preventif dalam menghadapi resesi, tidak jarang memengaruhi pandangan individu terhadap keberlangsungan perusahaannya maupun keberlangsungan dirinya dalam perusahaan tersebut (job insecurity). Hal ini berdampak pada bagaimana keterlibatan individu dalam perusahaannya atau work engagement. Padahal, banyak penelitian sebelumnya yang menemukan pentingnya work engagement dalam bekerja. Diketahui bahwa beberapa variabel yang memengaruhi hubungan dari job insecurity dan work engagement adalah kepercayaan akan kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaannya (occupational self-efficacy) dan melakukan modifikasi pekerjaan (job crafting)  yang dilakukan individu. Sehingga, tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh mediasi dari occupational self-efficacy dan job crafting  pada pengaruh job crafting   terhadap work engagement. Penelitian ini memiliki 243 responden di Indonesia dan data yang didapat akan diuji dan dianalisis dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) Melalui pengolahan kuantitatif tersebut, ditemukan hasil yang signifikan bahwa variabel occupational self-efficacy dan job crafting memediasi pengaruh job insecurity terhadap work engagement. Dapat disimpulan bahwa tingkat ketidakamanan kerja yang rendah cenderung mendorong individu untuk lebih memiliki kemampuan diri dalam bekerja dan juga melakukan perubahan dalam pekerjaannya, yang berdampak pada meningkatnya keterlibatan kerja.

The current issue regarding the massive round of layoffs is influenced by two major factors: the spillover effect of the COVID-19 pandemic and the global recession forecast in the coming years. This issue might trigger another problem in the people management area, particularly regarding job insecurity. Previous studies found that job insecurity has a negative effect on work engagement. Furthermore, there are two mediating factors that affect work engagement, namely occupational self-efficacy and job crafting. The goal of this research is to better understand the role of occupational self-efficacy and job crafting as mediators of the effect of job insecurity on work engagement. This study involved 243 respondents who were Indonesian employees, and the data is being analyzed with the Structural Equation Modeling (SEM) method with Lisrel 8.80. The findings indicate that occupational self-efficacy and job crafting have a significant impact as mediators of the effects of job insecurity on work engagement. In conclusion, low job insecurity increased employees' occupational self-efficacy and job crafting, which in turn influenced overall work engagement."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga
"ABSTRACT
Mindfulness telah diketahui memiliki banyak manfaat, seperti salah satunya pada hubungannya yang negatif dengan counterproductive work behavior (CWB). Kondisi perekonomian saat ini yang penuh dengan ketidakpastian membuat peneliti melihat pentingnya meneliti job insecurity, sehingga penelitian ini bertujuan melihat job insecurity sebagai mediator dalam hubungan antara mindfulness dan CWB. Penelitian ini bersifat korelasional
dengan sampel karyawan penuh waktu berusia 20 sampai 39 tahun yang bertempat tinggal di Jabodetabek (N = 323). Ditemukan hubungan yang signifikan pada mindfulness dan CWB (r = -.38, p < .01) serta pada mindfulness dan job insecurity (r = -.19, p < .01). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara job insecurity dan CWB (r = .08, p > .05). Dengan demikian, disimpulkan bahwa job insecurity tidak memediasi hubungan antara mindfulness dan CWB. Peneliti melihat kemungkinan hal ini disebabkan oleh pemaknaan sebagian responden bahwa job insecurity merupakan stres yang membuat karyawan menampilkan lebih sedikit perilaku CWB agar mereka dapat mempertahankan pekerjaannya.

ABSTRACT
Mindfulness have been known to have many benefit; the negative relationship with counterproductive work behavior (CWB) as one of them. The uncertainty of economic condition nowadays made job insecurity important for further research, so that this research
aim to study job insecurity as a mediator in the relationship of mindfulness and CWB. This research is a correlational study with sample of full-time employee ranging from 20 to 39 years
old living in Jabodetabek (N = 323). The study shows a significant correlation between mindfulness and CWB (r = -.38, p < .01) and between mindfulness and job insecurity (r = -.19, p < .01). Job insecurity and CWB shows no significant correlation r = .08, p > .05). Therefore, it is concluded that job insecurity does not mediate the relationship between mindfulness and
CWB. There is possibility that this result happens because respondents view job insecurity as stres that force them to show little CWB in order to maintain the current job"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina Adenia Ahmad
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan CWB dengan peran moderasi psychological capital. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat job insecurity yaitu Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). Kemudian, pengukuran CWB menggunakan alat ukur CWB dari Spector (2006) dan Psychological Capital dengan alat PCQ-24 (Luthans, 2006). Sampel penelitian merupakan 103 karyawan dari berbagai bidang pekerjaan yang didapatkan melalui metode convenience sampling, yaitu survey secara online. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan oleh psychological capital pada hubungan antara job insecurity dan CWB (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= 0.05 0.003). Peran psychological capital yang tidak signifikan diperkirakan terjadi karena karakteristik sampel dengan tingkat job insecurity yang rendah sehingga dinamika variabel tidak tergambarkan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih spesifik sehingga fenomena dapat dibuktikan. Limitasi lain juga didiskusikan pada penelitian ini.

This research aims to understand the relationship between job insecurity and CWB through the moderating role of psychological capital. Job insecurity levels were measured with Job Insecurity Questionnaire (De Witte, 2000). CWB measurement tool by Spector et al (2006) was used to measure CWB and PCQ-24, a tool to measure psychological capital by Luthans et al (2006), was also used. The sample of this study was 103 workers coming from various work industry, obtained from convenience sampling by online survey. Results show that psychological capital was not found to moderate the relationship between job insecurity and CWB significantly (bint= -.02, t= -1.77, p> 0.05, CI= -0.05 0.003). Insignificant moderator role of psychological capital might be caused by low level of job insecurity found in the sample of this study which in turn cannot predict changes in variables. Further research can use sample with specific level of job insecurity to validate different results. Other limitations are also discussed in this research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Tamara
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah locus of control kerja dapat menjadi moderator dari hubungan antara ketidakamanan kerja dengan kinerja kerja yang terdiri dari kinerja tugas dan perilaku warga organisasi (OCB). Pengukuran ketidakamanan kerja menggunakan alat ukur milik Sverke et al. (2004), pengukuran kinerja tugas menggunakan pengukuran kinerja penilaian sendiri dari Piccoli et al. (2017), pengukuran OCB menggunakan alat ukur milik Smith et al. (1983), dan lokus kerja kontrol pengukuran menggunakan Spector (1988) Lokus Kerja Skala Kontrol. Partisipan dalam penelitian ini ada 108 orang yang merupakan karyawan swasta berusia minimal 21 tahun dan telah bekerja setidaknya satu tahun di perusahaan saat ini. Sampel dipilih menggunakan teknik convenience sampling.
Hasil penelitian menunjukkan locus of control kerja tidak memoderasi hubungan antara ketidakamanan kerja dan kinerja tugas (βJIxWLC = 0,0062; p> 0,05) dan OCB (βJIxWLC = 0,0105; p> 0,05). Namun hasil juga menunjukkan bahwa locus of control kerja adalah prediktor dari kinerja tugas. Selain itu, peran lokus kerja tidak ditemukan kontrol yang signifikan antara hubungan ketidakamanan kerja dengan OCB. Dengan demikian dapat dijadikan input bagi perusahaan bahwa locus of control karyawan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan perlu diperhatikan dalam dunia kerja.

This research was conducted to determine whether the work locus of control can be moderator of the relationship between job insecurity with job performance consisting of tasks performance and organizational citizenship behavior (OCB). Job insecurity measurement using measuring instruments belonging to Sverke et al. (2004), task performance measurement using a self-rated performance measurement from Piccoli et al. (2017), measurement OCB uses a measuring instrument belonging to Smith et al. (1983), and work locus of measurement control uses Spector's (1988) Work Locus of Control Scale. Participant in this study there were 108 people who were aged private employees a minimum of 21 years and have worked at least one year in the company at this time. Sample chosen using convenience sampling technique.
The results showed work locus of control does not moderate the relationship between job insecurity and task performance (βJIxWLC = 0.0062; p> 0.05) and OCB (βJIxWLC = 0.0105; p> 0.05). However the results also showed that the work locus of control was a predictor from task performance. Besides that, the role of work locus is not found of significant control between the job insecurity relationship with OCB. With thus can be used as input for companies that employee locus of control is one factor that is quite important and needs to be considered in the world work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kholda Anastya Burhannudin
"Sumber daya manusia termasuk dalam salah satu aspek utama dalam sebuah perusahaan start-up yang dianggap sebagai investasi paling mahal dan aset berharga. Makalah ini menguji model integratif untuk peran mediasi work engagement pada pengaruh person-job fit, person-organization fit, job insecurity dan personal resources pada turnover intention. Data dikumpulkan dari 317 karyawan di perusahaan start-up di Indonesia melalui kuesioner online. Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menganalisis keseluruhan model dan kausalitas antara masing-masing konstruk. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa work engagement dapat memediasi pengaruh person-organization fit dan job insecurity terhadap turnover intention di kalangan karyawan start-up company secara keseluruhan. Dan juga work engagement secara parsial dapat memediasi pengaruh person-job fit dan job insecurity terhadap turnover intention. Sedangkan person-organization fit dan personal resources hanya mempengaruhi work engagement. Implikasi yang disarankan termasuk bahwa perusahaan harus memberikan keamanan posisi karyawannya dan memberi mereka kejelasan tentang pentingnya mereka di perusahaan. Selain itu, perusahaan dapat memberikan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi karyawannya.

Human resources are included in one of the main aspects in a start-up company which is considered the most expensive investment and valuable asset. This paper examined an integrative model for the mediating role of work engagement on the effect of person-job fit, person-organization fit, job insecurity, and personal resources on turnover intention. Data were collected from 317 employees in start- up companies in Indonesia through an online questionnaire. Structural Equation Modeling (SEM) was used to analyze the overall fitness of the model and the causality between each construct. The result of this study revealed that work engagement can mediate the effect of person-organization fit and job insecurity on turnover intention among start-up company employees in full. And also work engagement can partially mediate the effect of person-job fit and job insecurity on turnover intention. Suggested implications include that company must give the security of its employee position and give them clarity of their importance in the company. In addition, the company can give activities to improve their employee competencies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byarbreda Mahaputra
"Job insecurity seringkali diasumsikan dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja. Tetapi, penelitian menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut lebih rumit dibandingkan dengan asumsi. Beberapa studi sebelumnya gagal untuk menjelaskan hasil yang beragam mengenai kekuatan hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut mungkin dimoderasi oleh variabel lain. Dua variabel yang mungkin dapat menjelaskan hubungan job insecurity dan kepuasan kerja adalah employability -yang didefinisikan sebagai persepsi terhadap kemampuan karyawan untuk mencari pekerjaan baru atau tetap bekerja di pekerjaannya saat ini, dan perbedaan status kepegawaian karyawan -tetap dan kontrak. Penelitian ini memiliki hipotesis, employability dapat memoderasi hubungan job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap dan kontrak. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap 172 karyawan -yang terdiri dari karyawan tetap dan kontrak, perusahaan jasa logistik di Indonesia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa employability dapat memoderasi hubungan antara job insecurity dan kepuasan kerja pada karyawan tetap, tetapi tidak pada karyawan kontrak. Dampak Hasil penelitian ini terhadap pemahaman hubungan job insecurity dan kepuasan kerja, didiskusikan lebih lanjut.

People often assume that job insecurity will always lead to lower job satisfaction. However, research shoes that the relationship between these two variables is more complicated than that assumption. Previous studies fail to provide conclusive results, which indicate that the relationships between job insecurity and job satisfaction may be moderated by other variables. Two variables that are potential in explaining this relationship is employability, defined as employees perception of their abilities to find a new job, and work status differences (i.e., permanent and contract employees). Therefore, this study hypothesizes that employability will moderate the relationship between job insecurity and job satisfaction for permanent but not contract not contract employees. Adapting scales from previous research, this study conducted a crosssectional survey of 172 employees, comprised of permanent and contract employees, of a logistic services company. Results reveal that employability moderates the relationship between job insecurity and job satisfaction among permanent and contract employees. The implication of these results for the advancement of organizational behavior theory, especially for understanding the impact of job insecurity on job satisfaction, is discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uliyatun Nikmah
"Ketidakamanan atas pekerjaan dan konflik pekerjaan-keluarga semakin lazim dialami dalam lingkungan pekerjaan yang dinamis, dan penelitian terdahulu telah mendokumentasikan konsekuensinya terhadap luaran pekerjaan. Penelitian ini mengintegrasikan peran faktor psikologis dalam menjelaskan hubungan tersebut dengan menganalisis persepsi karyawan yang menjalani pengaturan kerja fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi ketidakamanan atas pekerjaan, konflik yang disebabkan gangguan pekerjaan terhadap keluarga dan gangguan keluarga terhadap pekerjaan terhadap keterikatan kerja karyawan dan kinerja mereka melalui peran mediasi kesehatan psikologis karyawan. Data dari 578 karyawan dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persepsi ketidakamanan atas pekerjaan, konflik yang disebabkan gangguan pekerjaan terhadap keluarga dan gangguan keluarga terhadap pekerjaan dapat menurunkan kesehatan psikologis karyawan yang selanjutnya dapat berdampak pada keterikatan kerja karyawan serta kinerja mereka. Peningkatan kesehatan psikologis karyawan juga ditemukan dapat meningkatkan kinerja mereka melalui keterikatan kerja karyawan.

Job insecurity and conflict between work and family are increasingly prevalent in dynamic work environments, and previous research has documented their consequences for work outcomes. This study integrates the role of psychological factors in explaining this relationship by analyzing the perceptions of employees who are implementing flexible work arrangements. This study aims to analyze the effect of job insecurity, work-family conflict, and family-work conflict towards work engagement and job performance through the mediation role of psychological well-being. Data from 578 employees were analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The results showed that increased perceptions of job insecurity, work-family conflict, and family-work conflict can reduce psychological well-being, which in turns can influence work engagement and job performance. Improved employees’ psychological well-being was also found to improve their job performance through work engagement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>