Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reta Dwi Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan sikap asertif pada siswa SMAN 74 Jakarta. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi yang diambil secara cross sectional. Studi dilakukan di SMAN 74 Jakarta dengan kriteria inklusi adalah siswa yang tinggal bersama orang tua, terdaftar di SMAN 74 Jakarta serta bersedia menjadi responden.
Hasil studi menunjukkan adanya hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan sikap asertif dengan p value yang didapatkan adalah 0.000 dan odds ratio adalah 6,026. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 67,4% responden yang memiliki pola komunikasi fungsional ternyata memiliki sikap asertif. Penelitian ini merekomendasikan penerapan pola komunikasi keluarga fungsional untuk mengembangkan sikap asertif pada remaja agar dapat menghindari diri dari perilaku negatif dalam pergaulan.

The aim of this study was to identify the relationship between communication pattern in the family and assertiveness in SMAN 74 Jakarta's pupils. This study used descriptive correlation method with cross sectional approach. The study took places in SMAN 74 Jakarta with the inclusion were the pupils who listed in the SMAN 74 Jakarta, lived with parents, and voluntary agree to participated in the study.
The result shows that there are relationship between communication pattern in the family and assertiveness. Studies find that 67.4% pupils who are using functional communication in their family are assertive. The studies recommend the application of functional communication pattern in the family to develop assertiveness among adolescent to protect themselves from negative behaviors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5645
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riyantina Herlita
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada remaja yang memiliki kecenderungan berperilaku
agresif seperti berkelahi, memukul, mencubit, mendorong, menendang,
mengancam, mengejek, memberi sebutan buruk dan menyindir orang lain, dan
bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pola komunikasi keluarga
dengan perilaku agresif remaja. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif
dengan desain deskriptif korelatif. Data didapat dengan membagikan kuesioner
mengenai perilaku agresif dan pola komunikasi keluarga kepada 100 siswa
SMAN 4 Bekasi yang berkecenderungan atau pernah melakukan perilaku agresif.
Dari analisa bivariat menggunakan chi-square test didapatkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga dengan perilaku
agresif remaja. Hasil penelitian ini berbeda dengan beberapa teori dan penelitian
sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena terdapat beberapa faktor yang juga
mempengaruhi perilaku remaja.

Abstract
The study focused on adolescents who have a tendency to aggressive behavior
such as fighting, hitting, pinching, pushing, kicking, threatening, taunting, giving
a bad name and insinuated other people. The aims of this study is to determine the
relationship between family communication patterns with aggressive behavior in
adolescents. This is a quantitive research mode which is use correlative
descriptive design. Data was collected by distributed questionnaires of aggressive
behavior and family communication pattern to the 100 students of SMAN 4
Bekasi, who is prone to or have had aggressive behavior. From the bivariate
analysis using chi-square test, found that there was no significant relationship
between family communication patterns with aggressive behavior in asolescents.
These results contrast to some previous theory and research. This can happen
because there are several factors that also affect the behavior of adolescents."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43585
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Szasza Hervanovriza
"Sekolah merupakan institusi pendidikan formal yang melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa. Tidak hanya sebatas pada transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sekolah juga merupakan agen sosialisasi yang membentuk perilaku siswa seperti yang diinginkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara sosialisasi pendidikan di sekolah dan sosialisasi pendidikan dalam keluarga terhadap perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pengertian dari perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi itu sendiri adalah tindakan siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara berulang. Penggunaan ini sendiri akan efektif jika siswa memanfaatkan teknologi tersebut untuk keperluan akademis dengan porsi yang lebih besar daripada kepentingan lain.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulam data melalui survey yang dilakukan di SMAN ?X? Jakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 165 yang terdiri dari siswa kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Teknik penarikan sampel menggunakan stratified random sampling non-proporsional sehingga dapat melihat gradasi jawaban responden berdasarkan tingkatan kelas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel sosialisasi pendidikan di sekolah dan variabel sosialisasi pendidikan dalam keluarga berpengaruh terhadap perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan kekuatan hubungan yang lemah. Di dalam variabel sosialisasi pendidikan di sekolah terdapat empat dimensi yang juga diuji pengaruhnya yaitu peran guru, kurikulum tertulis, hidden curriculum, dan peer group. Dari keempat dimensi tersebut dimensi kurikulum menjadi dimensi yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi siswa. Berbeda dengan tiga dimensi lain, hasil pengujian statistik mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dimensi peer group dengan perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Pada variabel sosialisasi pendidikan dalam keluarga, lemahnya hubungan antara sosialisasi pendidikan dalam keluarga disebabkan oleh lemahnya kontrol orang tua terhadap perilaku penggunaan teknologi informasi dan komunikasi siswa yang kecendrungannya disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua dalam mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Schools are educational institutions that conduct formal transfer of science and technology to student. Not only limited to the transfer of science and technology, but the school is also an agent of socialization that shape student behavior as desired by the community. This study aims to see how the relationship between the socialization of education in schools and educational socialization in the family of the behavior of the use of information and communication technology. Understanding of the behavior of the use of information and communication technology itself is the act of the students in using information and communication technology repeatedly. Use of this alone would be effective if student utilize these technologies for academic purpose with a larger portion than other interests.
This study uses quantitative methods with survey techniques in SMAN "X" Jakarta. The number of sample in this study is 165 which consists of grade X, XI and XII classes. Technique sampling using a stratified random sampling nonproportional in order to see the gradations of respondent's answer based on grade level.
The result of this study indicate that the variable socialization of education in schools and education in the family socialization variables influence the behavior of the use of information and communication technology with the strength of weak ties. In socialization variable of education in school there are four dimensions that also tested the effect of the role of teachers, written curriculum, hidden curriculum and peer group. From the fourth dimensions, the dimensions of the curriculum is the most powerful in influencing the behavior of the use of information technology and communications students. Unlike the three other dimensions, the statistical tests revealed result that there is no relationship between the dimensions of the peer group with the behavior of the use of information and communication technology. Family socialization show low influence towards information technology usage behavior. It was because parents could not follow the technology development.which have progressive development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hiryadi
"Sikap asertif menjadi penting pada masa remaja, karena pada masa ini remaja sudah mulai memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana teman dan lingkungan sosial sangat berpengaruh. Masa remaja merupakan proses dimana mulai senang berkelompok dan melakukan kegiatan bersama-sama dengan teman-teman, dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya remaja kadang menghadapi tekanan-tekanan. Tekanan ini biasa berupa ajakan, rayuan bahkan paksaan untuk melakukan sesuatu yang sebetulnya tidak ingin dilakukan. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan remaja, termasuk sikap asertif. Penelitian ini merupakan penelitian dcngan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk menguji hubungan karakteristik orang tua dan pola asuh keluarga dengan sikap asertif siswa SMA di Kota Banjarmasin. Populasi penelitian adalah siswa yang tercatat di sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Banjarmasin tahun ajaran 2006/2007. Jumlah sampel pada penelitjan ini sebanyak 99 siswa yang dilakukan dengan teknik multistage sampling. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik orang tua yang berhubungan dengan sikap asertif siswa SMA kota Banjarmasin adalah pendidikan ayah (p =0,001), pendidikan ibu (p = 0,000), pekerjaan ayah (p = 0,000), pekerjaan ibu (p= 0,001), dan tipe keluarga (p = 0,008). Sedangkan analisis korelasi pola asuh juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan sikap asertif siswa (p=0,002). Hasil analisis multivariat didapal 3 variabel yang berhubungan dengan sikap asertif yaitu pendidikan ayah, pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu, dimana pekerjaan ayah merupakan variabel yang paling dominant berhubungan dengan sikap asertif siswa. Perawat komunitas diharapkan memberikan infonnasi kepada remaja, orang tua tentang sikap asertif dan orang tua meningkatkan komunikasi dan interaksi yang terbuka dan jujur dengan siswa."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Istiana
"Identitas diri adalah tugas utama remaja untuk pertumbuhan dan perkembangan. Keluarga merupakan salah satu faktor pembentukan identitas diri remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan pembentukan identitas diri remaja.Desain penelitian menggunakan deksripsi korelasi. Sampel penelitian adalah sebanyak 75 orang di SMAN 29 Jakarta. Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji chi square (11 = 0,1 da CI = 90%). Hasil penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara pola asuh Orang tua dengan pembenlukan identitas diri pada remaja SMAN 29 Jakarta (p value = 0,078). Penelitian ini dapat menjadi dasar pada penelitian selanjutnya dan dikembangkan menjadi lebih komprehensif dan mampu digeneralisasi.

Self identity is prime task adolescene for growth and development. Family as one factor for self identity formation. The research purpose is to explore the correlation between parenting and self identity formation. This research design is a descriptive correlation. This samples are 75 student from SMAN 29 Jakarta. Data were univariat and bivariat analyzed using chi-square test (a= 0,1 and Cl = 90%). The result of the research conclude that there are a correlation between pmenting and self identity fomiation adolescene in SMAN 29 Jakarta (p value = 0,078). This result can be foundation research furthermore and can to expand be more comprehensive and can to generalization."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5876
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
"Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat
dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk
mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support
dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian
ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi.

During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This
research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation
dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social
support that teachers needed in this pandemic situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Chairiah
"ABSTRAK
Remaja berada pada rentang usia 11-21 tahun. Remaja putri lebih merasakan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya daripada remaja putra. Penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara body image dan pola makan remaja putri di SMAN
38 Jakarta. Penelitian deskriptif korelasi sederhana dengan tehnik simple random
sampling sebanyak 160 responden. Didapatkan 66.3% siswi mempunyai
gambaran body image positif yang diikuti dengan pola makan baik. Didapatkan
hubungan antara body image dengan pola makan siswi (p=0.000). Nilai
OR=53.229, dengan arti bahwa siswi dengan body image positif mempunyai
peluang 53.23 kali untuk berpola makan baik. Peneliti merekomendasikan agar
dilakukan penelitian lebih spesifik mengenai hubungan body image dan pola
makan remaja putri

Abstract
Adolescents are in the age range 11-21 years. Young women feel more body
dissatisfaction than boys. This study examined the association between body
image and eating teenage girls in SMAN 38 Jakarta. Descriptive study with a
simple correlation technique of simple random sampling of 160 respondents.
66.3% students have obtained a picture of positive body image that followed a
good diet. Obtained the relationship between body image with eating pattern girls
(p = 0.000). OR = 53.229 values, with the sense that students with a positive body
image have a chance to 53.23 times both ate. The researcher recommends that
more specific studies on the relationship of body image and eating teenage girls."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43102
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto
"Berbagai kasus remaja seperti tawuran, pencurian, narkoba, dan sex bebas yang terjadi tahun 2011 menunjukan bahwa banyak sekali remaja Indonesia yang memiliki pengendalian stress yang tidak tepat. Pengendalian diri terhadap stress yang disebut koping, dibentuk oleh lingkungan yang mendominansi remaja seperti akademik dan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dan kemampuan akademik terhadap pemilihan koping pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan potong lintang serta menggunakan 108 sampel siswa SMAN 14 Jakarta.
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik responden tidak ada hubungan dengan kemampuan interaksi sosial, akademik, dan pemilihan mekanisme koping kecuali variabel suku (p value 0.028; α 0.05). selain hal tersebut tidak ada hubungan antara kemampuan akademik dan interaksi sosial terhadap pemilihan mekanisme koping individu.

Various juvenile cases such as brawl, theft, drugs, and free sex that occurred in 2011 showed that many Indonesian teenagers who have improper control stress. Stress self-control called coping, is formed by a teenager such environments mendominansi academic and social.
This study aims to determine the relationship between social interaction and academic skills to the selection of coping in adolescents. This study uses a descriptive correlational design with a cross sectional sample of 108 students and use SMAN 14 Jakarta.
Results of this study found that the characteristics of the respondents are not related to the ability of social interaction, academic, and coping mechanisms election unless the tribe variable (p value = 0.028; α 00:05). other than that there is no relationship between academic ability and social interaction for the selection of individual coping mechanisms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Arie Setiawati Gunawan
"Skripsi ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan dan pola sarapan, asupan energi, dan aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja. Penelitian ini dilakukan pada siswa dan siswi SMAN 39 Jakarta tahun 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas X yang sudah memenuhi kriteria penelitian sebanyak 115 responden yang dipilih dengan metode systematic random sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengukuran antropometri untuk tinggi dan berat badan, food recall 24 jam untuk asupan makanan, dan kuesioner untuk data karakteristik responden dan orang tua, kebiasaan dan pola sarapan, pengetahuan gizi, dan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh sebanyak 29,6% responden gemuk dan hasil uji bivariat menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan sarapan, pola sarapan, dan pengetahuan gizi dengan status gizi. Oleh karena itu, perlu diberikan edukasi atau penyuluhan mengenai gizi seimbang yang termasuk di dalamnya pesan tentang pentingnya sarapan setiap hari.

This research was a quantitative study with cross sectional study which obejctively investigated relationship between breakfast habit and pattern, energy intake, and physical activiy with nutritional status in adolescents. This research was done to student of 39 Senior High School Jakarta year 2013. Subject for this research are students in class X who meet the criteria of the research about 115 respondents. They were selected by systematic random sampling. Data for this research were obtained by antropometric measurement for height and weight, food recall 24 hours for food intake, and questionnaire for students and parents characteristic, breakfast habit and pattern, nutrition knowledge, and physical activity. Based on the result of this research, 29,6% respondents were overweight. Based on bivariate analysis, there were relationship between breakfast habit, breakfast pattern, and nutrition knowledge with nutritional status. Therefore, students had to be given education or guidance about nutritional balance that includes messages about the importance of breakfast everyday."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Zalikha
"Pola makan yang tidak baik pada remaja menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang berlangsung dengan pesat. Selain itu, remaja juga merupakan kelompok usia yang rentan memiliki pola makan tidak sehat. Pola makan pada seorang remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin, body image, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga. Untuk melihat hubungan berbagai faktor tersebut dengan pola makan, dilakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner secara daring yang melibatkan 207 responden dari SMAN 99 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81.2% siswa SMAN 99 Jakarta memiliki pola makan yang kurang baik. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value <0.05) antara lain adalah jenis kelamin, body image, dan pengaruh teman sebaya. Sementara itu variabel pengetahuan gizi, keterpaparan media sosial, dan pengaruh keluarga tidak berhubungan secara signifikan (p-value >0.05) dengan pola makan.

Poor eating pattern in adolescents cause disruption of the growth and development processes that are going rapidly. In addition, adolescents are also an age group that is prone to having unhealthy eating patterns. Eating patterns in an adolescents can be influences by various factors, such as gender, body image, nutritional knowledge, peer influence, social media exposure, and family influence. To see the relationship between these factors and eating pattern, a quantitative study was conducted using a cross-sectional study design. This study uses primary data obtained from filling out online questionnaires involving 207 respondents from SMAN 99 Jakarta. The results showed that 81.2% of SMAN 99 Jakarta students had a poor eating pattern. Variables that were significantly related (p-value <0.05) included gender, body image, and peer influence. Meanwhile, the variables of nutritional knowledge, social media exposure, and family influence were not significantly related (p-value >0.05) with eating patterns."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>