Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Eka Putri
"ABSTRAK
Perilaku kekerasan (PK) adalah respon kemarahan maladaptif dalam bentuk perilaku menciderai diri,
orang lain dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran Pengaruh Rational Emotive
Behaviour Therapy terhadap penurunan perilaku kekerasan di ruang rawat inap RSMM Bogor. Desain
?Quasi Experimental Pre-Post Test with ?Control Group? dengan intervensi Rational Emotive
Behaviour Therapy (REBT). Sampel penelitian adalah 53 klien skizoprenia paranoid dengan PK,
terdiri atas 25 kelompok intervensi dan 28 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan respon kognitif dan sosial serta penurunan respon emosi, perilaku dan fisiologis secara
bermakna (P-value 0,05) pada klien yang mendapatkan REBT. REBT direkomendasikan untuk
diterapkan pada klien PK bersama dengan tindakan keperawatan generalis.

ABSTRACT
Violent behavior is a maladaptive anger response, which is shown by the People whom treated
themselves, others and the environment. The study aims to get the explanation of the effect rational
emotive behavioral therapy in reducing violent behavioral in Bogor RSMM hospital. Design with
?Quasi-Experimental design Pre-Post Test with Control Group? and the intervention of rational
emotive behavior therapy (REBT). The samples of this research are 53 clients with paranoid
schizophrenia who has violent behavior, consisted of 25 clients as intervention group and 28 clients as
control group. The Results of this research show the increasing response of cognitive, social and
reducing of emotional response, behavioral, and physiological significantly, at (P-value 0,05) on the
clients who get REBT. In 2 times frequency treated associated with the client's social response
increased. REBT are recommended to provide to the clients with REBT critical nursing generalist;Violent behavior is a maladaptive anger response, which is shown by the People whom treated
themselves, others and the environment. The study aims to get the explanation of the effect rational
emotive behavioral therapy in reducing violent behavioral in Bogor RSMM hospital. Design with
?Quasi-Experimental design Pre-Post Test with Control Group? and the intervention of rational
emotive behavior therapy (REBT). The samples of this research are 53 clients with paranoid
schizophrenia who has violent behavior, consisted of 25 clients as intervention group and 28 clients as
control group. The Results of this research show the increasing response of cognitive, social and
reducing of emotional response, behavioral, and physiological significantly, at (P-value 0,05) on the
clients who get REBT. In 2 times frequency treated associated with the client's social response
increased. REBT are recommended to provide to the clients with REBT critical nursing generalist"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28458
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Eka Putri
"Perilaku kekerasan adalah respon kemarahan maladaptif dalam bentuk perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran Pengaruh Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). terhadap penurunan
perilaku kekerasan. Desain penelitian ini adalah quasi experimental pre-post test with control group. Sampel penelitian adalah
53 klien skizoprenia paranoid dengan perilaku kekerasan, terdiri atas 25 kelompok intervensi dan 28 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan respon kognitif dan sosial serta penurunan respon emosi, perilaku, dan fisiologis
secara bermakna (p< 0,05) pada klien yang mendapatkan REBT. REBT direkomendasikan untuk diterapkan pada klien perilaku
kekerasan bersama dengan tindakan keperawatan generalis.
Violent behaviour is a maladaptive anger response, which is shown by people whom treated themselves, others and the
environment. The study aimed to explain the effect rational emotive behavioural therapy (REBT) in reducing violent behavioural.
This research design was quasi-experimental using pre-post tests with control group. The samples of this research were 53
clients with paranoid schizophrenia who showed violent behavior, consisted of 25 clients as intervention group and 28 clients
in control group. The Results showed significant increased cognitive as well as social responses and reduced emotional
behavioural and physiological responses (p< 0.05) on the group who get REBT. REBT is recommended to be given to clients
with violent behaviour together with general nursing inverventiont."
Universitas Andalas. Fakultas Kedokteran ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Setiawan
"Angka perilaku kekerasan cukup tinggi pada klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa. Dampak perilaku kekerasan dapat berakibat mencederai orang lain. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas Terapi Musik dan rational emotive cognitive behaviour therapy (RECBT) terhadap perubahan tanda gejala dan kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan. Desain penelitian quasi eksperimental, jumlah sampel 64 responden dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan penurunan tanda gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan mengontrol perilaku kekerasan lebih besar pada kelompok yang mendapatkan terapi daripada yang tidak mendapatkan. Terapi Musik dan RECBT direkomendasikan sebagai terapi keperawatan pada klien perilaku kekerasan.

Prevalence of violence is highly occur in mental disorders clients at psychiatric hospitals. The impact is injure to others. This research aims to examine the effectiveness of music therapy and RECBT to sign and symptom and ability to control violent behaviour. Quasi-experimental research design with a sample of 64 respondents. The study found a decrease symptoms of violent behaviour, ability to control violent behavior include relaxation, change negative thingking, irational belief, and negative behavior have increased significantly than the clients that did not receiving therapy. Music therapy and RECBT is recommended as a therapeutic nursing at the client?s violent behaviour."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cup Santo
"Peristiwa bunuh diri, melukai diri, pelselisihan atau perkelahjan sesama tahanan, dan pelanggaran tata tertib sebagai akibat kebingungan tahanan baru, yang membawa konsekwensi pemberian sanksi pada tahanan yang melakukannya, pada umumnya terjadi pada satu bulan pertama tahanan menjalani penahanan dalam Lapas (lihat halaman 3 - 5 dan 35-37). Perilaku yang ditampilkan tahanan pada awal penahanannya dalam Lapas, dimulai dari ketika pertama kali mereka memasuki Lapas sampai dengan beberapa minggu/ bulan kemudian, memperlihatkan perilaku yang "bermasalah" (lihat halaman 2). Menu:-ut beberapa pendapat ahli, perilaku-perilaku tersebut merupakan simtom-simtom kecemasan (lihat halaman 2 dan 38).
Perilaku kecemasan yang ditampilkan tahanan, dan herbagai kejadian yang dilakukan atau dialami tahanan, pada umumnya terjadi pada awal mereka menjalani penahanan dalam Lapas. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi tahanan pada awal penahanan, atau satu bulan pertama mereka menjalani pertahanan.
Kecemasan yang dialami tahanan pada awal penahanan dcngan berbagai perilaku yang menycrtainya, merupakan kondisi yang mengganggu keamanan dan ketertiban Lapas. Kondisi kamtib yang terganggu merupakan hambatan pada perwujudan situasi kondusif bagi pelaksanaan perawatan dan pembinaan yang efektif, dengan dampak lebih lanjut, terganggunya pencapaian visi Lapas dalam membangun manusia mandiri.
Periode awal penahan dalam Lapas, merupakan masa transisi kehidupan bagi seorang tahanan, transisi dari kehidupan bebas di masyarakat kepada kehidupan sebagai terhukum/terpenjara dalam Lapas dengan segala perubahan pada aspek fisik lingkungan, sosial, dan psikologisnya. Perubahan ini merupakan masa krusial bagi seorang tahanan, sehingga dipandang perlu adanya dukungan dan bimbingan pada talnanan dalam menjalani perubahan tersebut, sehingga terhindar dari kemungkinan munculnya perilaku-perilaku maladaptif dan deslruktifi Di dalam sistem pemasyarakatan terdapat program Mapenaling, yang ditujukan untuk rnembantu tahanan baru agar dapat mengenal/menyesualkan diri dengan Iingkungan dan pelayanan Lapas/ Rutan (lihat lampiran 20). Program Mapenaling yang dilaksanakan dapat "dilengkapif ditunjang" dengan pendekatan psikologis, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
Salah sam pendekatan psikologis yang dapat dilaksanakan di lingkungan Lapas adalah Konseling. Kecemasan ditimbulkan oleh adanya pikiran, keyakinan, atau pemyataan yang tidak rasional (lihat halaman 18). Pikiran, keyakinan, atau pernyataan yang tidak rasional pada diri tahanan, dimungkinkan bersumber dari adanya pengalaman traumatik, persepsinya tentang Lapas sebagai tempat yang "menakutkan" dan interprclasinya terhadap kondisi fisik, sosial, dan psikologis lingkungan Lapas (Lihat halaman 5 - 7 dan 41).
Untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan merubah atau menerralisir pikiran, keyakinan, atau pemyataan yang tidak rasional, dengan pikiran, keyakinan, atau pemyataan yang rasional dan realistik (lihat halaman 27). Upaya yang dapat dilakukan unfuk merubahnya, adalah dengan menggunakan pendekatan Rational Emorive melalui kegiatan konseling (lihat halaman 28, 29 dan 31). Agar konseling dalam lingkungan Lapas dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan beljangka panjang, maka diperlukan adanya tenaga-tenaga konselor yang terlatih dan profesional pada Lapas yang bersangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka program intervensi yang ditawarkan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah Pelatihan Konseling Rational Emotive bagi Petugas Lapas. Uraian lengkap mengenai program intervensi, dapat dilihat pada Bah IV halaman 46 - 57 dan lampiran 1 - 19. 12 Setelah dilaksanakan pelatihan konseling Rational Emotive, diharapkan petugas yang bersangkutan dapat memberikan bimbingan atau konseling kepada tahanan bam yang mengalami kecemasan. Apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka kecemasan yang dialami tahanan dengan berbagai perilaku yang menyertai (diakibatkannya), dapat diatasi. Dengan teratasinya masalah tersebut, akan menghasilkan kondisi Lapas yang kondusif bagi pelaksanaan perawatan dan pembinaan warga binaan, sehingga memungkinkan bagi pencapaian visi lapas dalam membangun manusia mandiri.
Demikian kandungan- pokok-pokok pikiran yang dapat disampaikan dari penulisan Tugas Akhir ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Rahmah Utami
"Anak middle childhood yang memiliki kondisi Alopecia, atau kondisi medis yang membuat seseorang tidak dapat memiliki rambut di kepala dan/atau di bagian tubuh lainnya, akan sulit menerima kekurangan dirinya. Terlebih, ketika anak sering terpapar dengan reaksi lingkungan yang negatif terhadap penyakitnya, membuat anak rentan mengalami kemarahan. Ketika rasa marah belum dapat diregulasi dengan baik, maka muncul perilaku agresif sebagai bentuk dari ungkapan rasa marah tersebut. Partisipan pada penelitian merupakan seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang memiliki kondisi alopecia, memiliki masalah pada rasa marah dan melakukan perilaku agresif, serta memiliki irrational belief mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ia beranggapan bahwa setiap orang yang bertanya mengenai topi yang ia kenakan pasti ingin mengejek kepalanya yang botak. Oleh karena itu, partisipan perlu mendapatkan suatu intervensi dengan menggunakan pendekatan kognitif untuk mengajarkan anger management dengan menggunakan prinsip Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk mengelola rasa marah dan mengurangi perilaku agresifnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan Anger Management berdasarkan prinsip REBT untuk menurunkan perilaku agresif pada anak alopecia menggunakan metode penelitian kuasi eksperiman single subject design. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah terbukti efektif.

Children in middle childhood stage who has an Alopecia condition, or a medical condition of someone can never have hair on the head and/or on other parts of body, it will be difficult to accept their shortcomings. Moreover, when children are often exposed to negative environmental reactions to their illness, making children vulnerable to anger. When anger cannot be regulated properly, aggressive behavior emerges as a form of expressing anger. Participant in this study was a nine-year-old boy who had alopecia, had a problem with anger and carried out aggressive behavior, and had an irrational belief about those around him. He assumed that everyone who asked about his hat that he was wearing certainly want to taunt his bald. Therefore, participant need to get an intervention using a cognitive approach to teach anger management. The principles of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) used in this research to manage anger and reduce aggressive behavior. The aim of this study was to determine the effectiveness of the implementation of Anger Management based on the REBT principle to reduce aggressive behavior in alopecia children using the quasi-experimental method of single subject design. The results obtained from this study are proven effective."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Citra Setiarini
"Prokrastinasi merupakan masalah yang berawal dari kesulitan emosional, di mana individu enggan atau tidak tahan berhadapan dengan situasi yang dianggap aversif, yang kemudian termanifestasi dalam perilaku menunda atau menghindari tugas hingga mendekati batas waktu. Jika prokrastinasi akademis dibiarkan bertahan, maka hal tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi para pelakunya. Peneliti bertujuan untuk melihat efektivitas dari penerapan teknik-teknik Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) yang dikembangkan oleh peneliti dalam mengatasi prokrastinasi akademik. Penelitian ini terdiri dari empat sesi pertemuan dan dua kali pengukuran. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Partisipan adalah tiga orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang sudah melewati masa studi normalnya, memiliki perilaku prokrastinasi tingkat tinggi berdasarkan Tuckman Procrastination Scale-16.
Dampak intervensi dilihat dari perubahan skor prokrastinasi dengan menggunakan alat ukur Tuckman Procrastination Scale-35 (TPS-35), dan perubahan intensitas emosi negatif dan pikiran irasional partisipan dengan menggunakan metode wawancara. Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh, satu orang partisipan mengalami penurunan skor TPS-35, sementara satu orang lagi tidak. Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh, kedua partisipan mengalami perubahan intensitas emosi negatif dan pikiran irasional. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik REBT yang disusun oleh peneliti tidak mampu mengatasi perilaku prokrastinasi akademik. Namun demikian, intervensi ini mampu mengubah intensitas emosi negatif dan pikiran irasional kedua partisipan.

Procrastination is a problem that starts from emotional difficulties, in which individuals are reluctant or can not bear to deal with situations that are considered aversive, which is then manifested in the behavior of delaying tasks or avoiding to approach deadlines. If academic procrastination allowed to persist, then it can negatively impact the procrastinators. The aim of this research is to measure the impact of Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) techniques, which was developed by researcher, in overcoming academic procrastination. The study consisted of four sessions and two measurements. The research design is quasi-experimental with pre and post test. The participants are three undergraduate students of the Faculty of Psychology at University of Indonesia who have passed their normal study time, have high levels of procrastination behavior measured by Tuckman Procrastination Scale-16.
The impact of this intervenstion is measured by Tuckman Procrastination Scale-35 (TPS-35), and changes in the intensity of negative emotions and irrational thoughts participants are measured by using interview. Based on the quantitative data obtained, one participant experienced a decrease in score of TPS-35, while the other is not. Based on qualitative data obtained, the two participants experienced a change in the intensity of negative emotions and irrational thoughts. This study showed that REBT techniques, which was developed by researcher, unable to overcome academic procrastination behavior. However, these intervention is able to change the intensity of negative emotions and irrational thoughts both participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ary Nurani
"Defisit empati dianggap sebagai faktor penting yang berperan dalam penyerangan seksual oleh remaja. Mereka mengalami defisit dalam empati, terutama empati terhadap korban spesifik mereka (victim empathy). Atas dasar tersebut, sebagian besar intervensi bagi pelaku kekerasan seksual mengikutsertakan empati dalam programnya. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa empati pelaku kekerasan seksual terhadap korbannya terhambat oleh distorsi kognitif sehingga pelaku mengalami defisit pada victim empathy (Barnett dan Mann, 2013b). Salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk menyasar distorsi kognitif adalah rational emotive behavioral therapy (REBT). Dalam penelitian ini, REBT bertujuan mengidentifikasi dan mengubah irrational belief pada remaja pelaku penyerangan seksual yang menghambat proses victim empathy mereka. Dengan demikian, mereka diharapkan mampu mengidentifikasi emosi dan kognisi secara lebih tepat sehingga mereka mampu melihat pengalaman orang lain secara tepat. Partisipan yang terlibat adalah dua orang tahanan remaja pria berusia 17 dan 19 tahun. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi. Kedua partisipan mengalami peningkatan victim empathy dan general empathy, diketahui dari perbaikan skor victim empathy, interpersonal reactivity index (IRI), dan evaluasi kualitatif. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa irrational belief yang melandasi kekerasan seksual yang dilakukan oleh kedua partisipan adalah low tolerance belief dan selfdepreciation/other-depreciation belief.

Empathy deficit is considered as an important factor that contributes in juvenile sex offending. They have deficit in empathy, especially empathy for their specific victim (victim empathy). Recent research suggests that lack of victim empathy in them occur as a result of cognitive distortion (Barnett dan Mann, 2013b). One of the interventions that could be used to target cognitive distortions is rational emotive behavior therapy (REBT). In this study, REBT aims to identify and change the irrational belief in juvenile sex offenders which inhibit victim empathy. Thereby, they are expected to be able to identify their emotion and cognition accurately so that they are able to understand and feel others? experience appropriately. Participants involved were two adolescent male prisoners aged 17 and 19. Interventions conducted in 6 sessions. Result shows that both participants reported an increase in victim empathy and general empathy which is indicated by improvement in victim empathy score, interpersonal reactivity index (IRI) score, and qualitative evaluation. This research also found that irrational belief which underlies sexual offending for both participants is the low tolerance belief and self-depreciation/other-depreciation belief."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Winny
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi REBT dalam menangani perempuan yang mengalami kekerasan seksual dalam hubungan pacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain before-after within subject. Alat ukur Unconditional Self-Acceptance Questionnaire dan Hopkins Symptom Checklist-25 digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi. Pada akhir proses intervensi, empat partisipan perempuan yang mengikuti intervensi mengalami peningkatan tingkat self-acceptance dibanding sebelumnya. Mereka lebih menerima dan menghargai diri, mendapat pandangan baru terkait pengalaman kekerasan, serta memahami teknik-teknik yang aplikatif diterapkan untuk mengelola stres. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi REBT terbukti efektif untuk meningkatkan self-acceptance pada perempuan yang mengalami kekerasan seksual dalam hubungan pacaran.

ABSTRACT
This research aims to find out the effectivity of REBT in increasing self-acceptance for women who sexually abuse. The research was designed using one-group quasi experimental, before-after within subject. Unconditional Self-Acceptance Questionnaire and Hopkins Symptom Checklist-25 were used to measure the level of self-acceptance and psychological distress. This research found out the level of self-acceptance in all participants were increasing after intervention. The partisipants more able to unconditionally accept themselves, have more positive thoughts towards the past experience, and learn how to manage their stress."
2016
T46626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Sudiatmika
"Tesis ini bertujuan mengetahui efektivitas cognitive behaviour therapy (CBT) dan rational behaviour therapy (REBT) terhadap perubahan gejala dan kemampuan klien perilaku kekerasan dan halusinasi di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi eksperimental dengan jumlah sampel 60 responden.
Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi lebih besar pada klien yang mendapatkan daripada yang tidak mendapatkan CBT dan REBT (p value < 0.05). Kemampuan kognitif, afektif dan perilaku klien yang mendapatkan CBT dan REBT meningkat secara bermakna (p value < 0.05). CBT dan REBT direkomendasikan sebagai terapi keperawatan pada klien perilaku kekerasan dan halusinasi.

This thesis aims to examine the effectiveness of cognitive behaviour therapy (CBT) and rational emotive behaviour therapy (REBT) to changes in symptoms and the client's ability to violent behaviour and hallucinations at Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor. Quasi-experimental research design with a sample of 60 respondents.
The study found a decrease symptoms of violent behaviour and hallucinations greater gain than the clients that did not receiving CBT and REBT (p value < 0.05). Cognitive, affective and behavioral abilities the clients who receiving CBT and REBT have increased significantly (p value < 0.05). CBT and REBT is recommended as a therapeutic nursing at the client?s violent behaviour and hallucinations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Indrasto S.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>