Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 236172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Mochamad Adas
"Kesehatan manusia tidak hanya meliputi kesehatan raga atau badan, tetapi juga kesehatan jiwa (Joint ILO/WHO Committee on Occupational Health 12th session in 1995). Hasil penelitian dari ILO (lntemational Labour Office) tahun 2000 mengenai program dan kebijakan kesehatan jiwa pada angkatan kerja di Amerika Serikat dan Eropa, menunjukkan kasus gangguan jiwa meningkat, dimana satu orang dari sepuluh pekerja mengalami kecemasan, stres, kehilangan semangat, bahkan depresi. ILO begitu peduli dengan stres yang berhubungan dengan pekerja ini, karena berhubungan dengan aspek kepentingan bisnis perusahaan dan kesejahteraan pekerja. Dampak dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan (occupational stress) telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. ILO memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi stres pekerjaan adalah Iebih dari 200 milyar dolar per tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk didapatkannya gambaran stres dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan aspek bahaya psikososial kerja pekerja migas lepas pantai di pulau Pabelokan tahun 2006.
Desain penelitian adalah cross-sectional dengan metode kuesioner, populasi sampel adalah pekerja di Pulau Pabelokan, besar sample sejumlah 100 orang dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan bermakna antara faktor perusahaan tempat bekerja dengan stres kerja pada pekerja di Pulau Pabelokan.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan rekomendasi kepada perusahaan untuk membuat program manajemen stres kerja dengan mengacu kepada aspek bahaya psikososial kerja."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Utomo Putro
"Angka kematian akibat lift di dunia pada 1999-2009 sebesar 263 orang yang disebabkan 57% terjatuh, 18% terjepit, 17% tertimpa benda, dan 9% penyebab lainnya. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan dengan menganalisis faktor psikososial yang mengakibatkan stres kerja dan perilaku berisiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor psikososial terhadap stres kerja dan perilaku berisiko karyawan di PT. X. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif, desain studi cross-sectional, dengan sampel 200 orang. Faktor psikososial yang berhubungan yaitu beban kerja dan kecepatan kerja, pengendalian, fungsi organisasi, hubungan interpersonal, peran organisasi, pengembangan karir, hubungan antara pekerjaan dan rumah, tuntutan psikologis, partisipasi atau pengawasan, perundungan dan kekerasan. Terdapat hubungan antara stres kerja dan perilaku berisiko. Perilaku yang sering muncul ketika karyawan mengalami stres kerja yaitu terburu-buru saat bekerja. Keluhan stres kerja paling tinggi terkait keluhan fisiologis yaitu konsumsi obat penghilang sakit kepala; keluhan perilaku yaitu menyela dan memotong kalimat orang lain; keluhan emosional yaitu enggan pergi kerja. PT X sebaiknya melakukan risk assesment lebih komprehensif, memperjelas pengembangan karir, dan perhitungan ulang terkait beban kerja, efektifitas dan efisiensi agar tidak berdampak buruk terhadap work-life balance karyawan.

The death rate due to elevators in the world at 1999-2009 was 263 people, caused by 57% falling, 18% being pinched, 17% falling by objects, and 9% other causes. One of the efforts to prevent accidents was to analyze psychosocial factors that caused work stress and at-risk behavior that can lead to work accidents. The purpose of this study was to determine the relationship of psychosocial factors to work stress and at-risk behavior of employees at PT. X which is engaged in the elevator and escalator sector. This research method was descriptive quantitative, cross-sectional study, with a sample of 200 people. Psychosocial factors related to workload and work speed, job control, organizational function, interpersonal relationships, organizational roles, career development, home-work interface, psychological demands, participation or supervision, bullying and violence. There is a relationship between work stress and at-risk behavior. Behaviors that often arise when employees experience work stress are rushing at work decisions. The highest work stress complaints were related to physiological complaints, namely the consumption of headache relievers; behavioral complaints, namely interrupting and cutting other people's sentences; emotional complaints, namely refusal to go to work; Cognitive complaints are difficulty thinking clearly and concentrating. PT X should conduct a more comprehensive risk assessment, clarify career development, and recalculate the workload, effectiveness and efficiency to prevent negative impact on employees' work-life balance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Algavusada Fesya Yemix
"ABSTRAK
Stres kerja adalah respons disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dan sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan adanya stres kerja pada pekerja hulu minyak bumi di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra dan faktor-faktor terkait stres kerja. Faktor-faktor yang diteliti adalah faktor individu (usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan penilaian diri), faktor pekerjaan (unit kerja, status kepegawaian, masa kerja, jadwal kerja, dukungan sosial, konflik interpersonal, tuntutan pekerjaan, dan beban kerja), dan faktor lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan instrumen kuesioner. 68 pekerja berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,9% responden mengalami stres kerja. Ditemukan pula hubungan antara area kerja dengan stres kerja, dan hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja.

ABSTRACT
Occupational stress is response caused by an imbalance between perceived demands and available resources with individual abilities to cope with those demands. The aim of this study is to explain an occupational stress condition within upstream oil workers in Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra. Observed factors are individual factors (age, marriage status, education level, and self-assessment), occupational factors (work unit, employment status, work period, work schedule, social support, workplace conflict, job demand, and workload), and environmental factors. This is a cross-sectional study using self-reported questionnaires as an instrument. 68 workers participated in this study. The result of this study reports that 52,9% of respondents experience occupational stress. The result also shows a relationship between work unit and occupational stress, and relationship between social support and occupational stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastasia
"Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian tentang stres yang dialami pengasuh di panti jompo di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh, karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dari bulan Desember 2012 - Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1% dan rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
Kesimpulannya, stres pengasuh di panti jompo cukup tinggi dan berhubungan dengan kepuasan bekerja.

Stress has become a global health problem because of its impact on health. Research on the stress experienced by caregivers in nursing homes has not been done. The purpose of this research is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design used was cross sectional from December 2012 - January 2013. Research using total sampling amounted to 57 people.
Research shows the prevalence of stress amounted to 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%), living in Jakarta (68,4%), living in their own home (23%), finished high school (64,9%), married (75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high-income and high expenses (50.9%), do adaptive coping strategy (94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1%, caring ≥ 4 hours per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work schedule (68,4%) and never follow a special training in caring for the elderly (50.9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1% and the average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, elderly dementia who the most widely taken care of are elderly dementia with age > 70 years and women are the most. While factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working (p = 0.05).
In conclusion, the stress of caregivers in nursing homes is quite high and is associated with the satisfaction of working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnamia Sugianti
"Penelitian ini membahas tentang stress dan strategi coping pada tenaga kerja komuter (penglaju) pengguna transportasi busway TransJakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 7 tenaga kerja komuter, 9 orang informan pendukung seperti keluarga, teman dan rekan kerja, 1 orang petugas busway dan 1 orang supervisor tiketing busway serta observasi di lokasi penelitian. Hasil penelitian ini didapat Bahwa hampir semua tenaga kerja komuter mengalami stress dalam menjalani aktifitas penglajunya dikarenakan permasalahan manajemen transportasi Busway TransJakarta yang masih buruk dan kemacetan yang dianggap sebagai sumber pembangkit stress (stressor). Disamping itu, adanya perbedaan karakteristik dan persepsi invidu saat berinteraksi dengan stressor yang ada, menyebabkan pula adanya perbedaan pada respon stress dan pemilihan strategi coping yang dilakukan oleh tenaga kerja komuter dalam mengatasi stress mereka.

This research discusses stress and coping strategies of commuters using public transportation “Busway TransJakarta”. This study used qualitative method such as in-depth interviews with 7 commuters, 9 supporter informans like family, friends and co-workers, 1 officer and 1 supervisor of busway ticketing and observations at the sites. The results are obtained that almost all commuters feel stress in doing their commuting activities due to problems of transportation management of Busway TransJakarta that is still bad and congestion are considered as a source of stress. In addition, the differences of individual characteristics and perceptions when interact with the existing stressors, also leading to the differences of response stress and coping strategies that choosen by commuter to overcome their stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Gita Wulansaris
"Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari adanya tantangan dan perubahan, termasuk ketika seseorang memasuki dunia perkuliahan. Untuk dapat mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan coping stress yang efektif. Kehadiran kedua orang tua berperan dalam membantu anak menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan coping stress pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia.
Peneliti mengukur keterlibatan ayah untuk domain afektif dengan menggunakan Nurturant Fathering Scale dan domain perilaku dengan Reported Father Involvement Scale, sementara coping stress dengan Brief COPE. Dengan partisipan sebanyak 584 orang responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah pada domain afektif dan domain perilaku dengan coping stress.

Life is an unending challenges and changes, so as when someone enters college life. To overcome that, they need effective coping stress. The presence of both parents help children to overcome various problems in their lives. The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and coping stress among Universitas Indonesias first year college students.
Affective domain of father involvement was measured using the Nurturant Fathering Scale, behavior domain of father involvement was measured by the Reported Father Involvement Scale, and coping stress was measured by Brief COPE. This study was conducted on 584 participants, and the result showed that there were positive and significant relationship between affective and behavior domain of father involvement with coping stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Zuldh Fermana
"Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber stres yang dirasakan dan dialami oleh anggota Reskrim, mengidentifikasi dan menganalisis agresivitas yang dilakukan oleh anggota Reskrim, menjelaskan kaitan antara stres dan agresivitas, serta membuat rumusan mengenai strategi penanganan stres oleh organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode campuran, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada 30 anggota Reskrim. Metode Kualitatif dilakukan dengan mewawancarai narasumber sebanyak 7 orang yang kesemuanya adalah anggota reskrim. Teori yang digunakan dalam tesis ini yaitu teori coping stres dan teori agresivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber stres yang dirasakan oleh anggota ada 3 yaitu stres pribadi, stres kerja, serta stres organisasi. Dari ketiga sumber stres tersebut, ditemukan bahwa sumber stres kerja dan stres organisasi adalah yang paling dominan dirasakan oleh anggota. Apabila stres tidak segera ditangani, anggota reskrim memiliki kerawanan untuk melakukan agresivitas. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada 4 bentuk agresivitas yang dilakukan anggota Reskrim yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan (anger), serta kebencian (hostility). Untuk mencegah terjadinya Agresivitas tersebut perlu dilakukan upaya Coping Stress oleh anggota, hal ini dapat dilakukan dengan problem-focused coping secara individu, emotion-focused coping secara individu, problem-focused coping organisasi, dan emotion-focused coping organisasi. Hasil penelitian menemukan bahwa upaya coping stres dari organisasi sangat jarang didapat oleh anggota. Diperlukan adanya mekanisme yang jelas yang dibuat oleh organisasi untuk mengatasi stres anggota agar terhindar dari perilaku Agresivitas.

This thesis aims to identify and analyze the sources of stress felt and experienced by members of the Criminal Investigation Police, identify and analyze the aggressiveness carried out by members of Criminal Investigation Police, explain the relationship between stress and aggressiveness, and formulate a strategy for handling stress by the organization. In this study, researchers used mixed methods, namely quantitative and qualitative. The quantitative method is carried out by distributing questionnaires to 30 members of the Criminal Investigation Unit. Qualitative methods are carried out by interviewing as many as 7 people who are all members of the Criminal Police Reskrim. The theory used in this thesis is stress coping theory and the theory of aggressiveness.
The results showed that there were 3 sources of stress felt by members, namely personal stress, work stress, and organizational stress. Of the three sources of stress, it was found that the sources of work stress and organizational stress were the most dominant felt by members. If stress is not immediately addressed, reskrim members have the vulnerability to aggressiveness. From the results of the study it was found that there were 4 forms of aggressiveness carried out by members of the Criminal Investigation Unit, namely physical aggression, verbal aggression, anger (hostility), and hostility. To prevent the occurrence of aggressiveness, Coping Stress is needed by members, this can be done by problem-focused coping individually, emotion-focused coping individually, problem-focused coping organizations, and emotion-focused coping organizations. The results of the study found that stress coping efforts from organizations were very rarely obtained by members. There is a need for a clear mechanism made by the organization to deal with members' stress to avoid aggressiveness.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T55481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margie Ervita
"Produktivitas kerja menjadi hal penting bagi setiap organisasi perusahaan tidak terkecuali yang bergerak dalam bidang sosial khususnya tim penyelamat atau biasa dikenal pekerja sosial bencana. Di Indonesia sendiri, sebagai negara rawan bencana, pekerja sosial bencana dibawahi dua organisasi yaitu dari pemerintah yang dikenal dengan Badan SAR Nasional (BASARNAS) dan swasta yang membawahi para relawan. Namun, dalam praktek kerjanya, produktivitas menjadi permasalahan dikarenakan adanya risiko stres kerja yang dimiliki para pekerja sosial bencana dikarenakan beban dan lingkungan kerja dengan tekanan tinggi.Maka dari itu, diperlukan penanganan permasalahan dari segi ergonomi kognitif terkait stres kerja dan faktor kognitif yang dimiliki para pekerja sosial bencana di Indonesia untuk penanganan risiko dan pencegahan gangguan mental yang dapat mempengaruhi performa dan produktivitas. Faktor kognitif yaitu empati dengan tiga sub-skalanya dan faktor stres kerja yaitu post-traumatic stress responses (PTSR) dan general psychological distress (GPD) akan dinilai melalui tiga jenis kuisioner dan kemudian dievaluasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor kognitif empati dan demografi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor stres kerja. Terdapat tiga jenis pengolahan data untuk mendukung hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh antara faktor kognitif empati dengan faktor stres kerja yang kemudian dapat menjadi acuan untuk perbaikan pada sistem organisasi maupun individu pekerja sosial bencana untuk mengantisipasi risiko stres kerja.

Productivity is one of most important factors in every organization, including those engaged in the social sector, especially rescue teams or commonly known as disaster social workers. Indonesia as a disaster-prone country assign disaster social workers under two organizations, namely from the government as National SAR Agency (BASARNAS) and the private sector which oversees the volunteers. Currently, there is a growing concern regarding social workers’ productivity. This concern is due to the nature of disaster workers, which has high exposure to high mental workload and harsh work environment.
Therefore, it is important to assess the disaster workers’ condition in terms of cognitive and work stress factor in order to maintain good productivity. Work stress problems are suffered by disaster social workers in Indonesia. The assessment can be used to produce recommendation for handling risk and preventing mental disorders that can affect performance and productivity. Two main factors which are cognitive is assessed as variable of empathy with three sub-scales. Work stress factors are assessed as variables of post-traumatic stress responses (PTSR) and general psychological distress (GPD). These three variables are rated using three types of questionnaires and then evaluated. This study aims to determine relationships of cognitive factor and demographic attributes that have significant effect on work stress factors.
There are three types of data analyses performed to support the results of this research. Results show relationship of cognitive between work stress. Finally, research findings can be used as a reference for improvement for both organizational and individual systems. Recommendations are proposed for disaster social workers to increase productivity by anticipating the risk of work stress.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Dian Astari
"Latar belakang. Bidang kerja sosial merupakan salah satu pekerjaan yang rentan terhadap stres kerja. Hal ini karena tugas pekerja sosial adalah untuk membantu orang lain dalam mengatasi masalah ataupun pemberdayaan individu untuk meningkatkan kesejahteraan diri. Dalam menjalankan pekerjaannya, terkadang kesejahteraan pribadi mereka terlupakan sehingga muncul stres kerja. Stres kerja dapat berdampak pada banyak hal, misalnya kesalahan pada pekerjaan, tingginya tingkat absensi, terganggunya hubungan sosial, dan bahkan depresi. Untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan intervensi manajemen stres terhadap pekerja sosial tersebut.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain before-after dengan jenis penelitian kualitatif yang ditunjang dengan kuantitatif. Intervensi didasarkan pada modul manajemen stres kerja dari Davis, Eshelman dan M?Kay (2008) yang diadaptasi sehingga sesuai bagi partisipan penelitian. Partisipan penelitian ini adalah pekerja sosial yang berasal dari staf pengasuhan Yayasan Kampus Diakonea Modern (KDM). Manajemen stres dilakukan dengan intervensi kelompok karena diharapkan tiap individu dapat berbagi informasi maupun rasa empati satu sama lain. Penelitian ini dijalani oleh tiga orang partisipan dengan rangkaian intervensi sebanyak empat pertemuan.
Hasil. Berdasarkan wawancara dan hasil alat ukur, diketahui bahwa intervensi manajemen stres ini dapat menurunkan tingkat stres dua dari tiga partisipan yang mengikuti program. Terdapat beberapa perubahan positif yang muncul, misalnya mulai digunakannya komunikasi asertif dengan anak-anak penghuni KDM, digunakannya skala prioritas untuk menyelesaikan masalah, atau munculnya kemampuan mengatasi kecemasan ketika menghadapi atasan. Akan tetapi satu partisipan mengalami peningkatan stres setelah mengikuti rangkaian program ini.

Background. Social work is a field that is vulnerable to occupational stress. The social work profession promotes social change, problem solving in human relationships and the empowerment of people to enhance well-being, while their own well being is sometimes left behind and creates occupational stress There are some effects from occupationnal stress: mistakes when doing tasks, abseenteism, high alcohol consumtion, disruption of social relationship, and it can lead to depression. Stress management is considered as an effective way to defeat occupational stress.
Method. The research design is before-after with qualitative - quantitative approach. This intervention is based on occupational stress management invented by Davis, Eshelman and M?Kay (2008) that was modified and added with materials that suits the demand of participants. The study involved 3 parenting staffs from Yayasan Kampus Diakonea Modern (KDM) and will be done with group intervention. Participants underwent 1 pre assessment meeting, 4 group intervention sessions, and 1 post assessment meeting along the program.
Result. Measurement using observation and interview shows that stress management intervention (assertive communication, priority scale as one way to solving problems, or handling anxiety provoking thoughts) gives additional information and behavior changes in 2 participants, Unfortunately, 1 participant report a raise in occupational stress after the intervention.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30584
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Karin T.
1997
S2474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>