Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riris Himawati
Abstrak :
Latar belakang. Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis kolitis adalah enema barium kontras ganda dan kolonoskopi. Beberapa kepustakaan menyatakan enema barium dan kolonoskopi merupakan dua modalitas pemeriksaan kolon yang saling melengkapi dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Dengan adanya kolonoskopi, saat ini penderita dengan kecurigaan kolitis jarang dikirim ke bagian Radiologi RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk pemeriksaan enema barium kontras ganda. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk menilai tingkat keselarasan hasil pemeriksaan enema barium kontras ganda (EBKG) dengan kolonoskopi dan mengevaluasi apakah EBKG dapat menjadi modalitas diagnostik alternatif pada penderita dengan gejala kolitis. Bahan dan Cara kerja. Penelitian dilakukan pada kelompok penderita dengan diagnosis kecurigaan kolitis selama periode Juni 1998 sampai dengan Oktober 1998 diteruskan Februari 1999 sampai dengan April 1999. Sesuai dengan perhitungan jumlah sampel minimal didapatkan 20 penderita yang mendapat perlakuan pemeriksaan EBKG dan kolonoskopi masing-masing dibagian radiologi dan di sub bagian gastroenterologi penyakit dalam RSUPNCM. Hasil. Pada pemeriksaan EBKG didapatkan 40% penderita kolitis dan 60% bukan kolitis sedangkan dengan kolonoskopi didapatkan penderita kolitis dan bukan kolitis sama banyak. Hasil kedua pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan menggunakan rumus Kappa, dan diperoleh nilai K 0,78. Kesimpulan. Terdapat keselarasan yang cukup baik antara EBKG dengan kolonoskopi. Sedangkan pada kasus kolitis lanjut yang lokasi kelainannya di caecum dan appendiks pemeriksaan EBKG lebih unggul.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syaifuddin
Abstrak :
Latar belakang: Insidens pasien anak dengan kecurigaan refluks gastresofageal cukup tinggi. Distribusi alat skintigrafi di Indonesia lebih banyak dari alat pH metri, oleh karena itu kami melakukan penelitian ini untuk membandingkan hasil pemeriksaan skintigrafi refluks gastroesofageal dengan monitoring pH 24 jam dalam mendeteksi refluk gastroesofageal dan hubungannya dengan aspirasi para. Metode dan material: dalam kurun waktu september 2003 - februari 2004 dilakukan pemeriksaan skintigrafi refluks gastroesofageal, skintigrafi aspirasi pare menggunakan radiofar maka 99D1Tc Sulfur Koloid dan monitoring pH 24 jam pada 9 anak dengan kecurigaan klinis penyakit refluks gastroesofageal. Hasil Fenelitian: dari 9 anak yang diperiksa didapatkan 7 anak dengan hasil positif pada skintigrafi refluks dan 3 anak dengan hasil positif monitoring pH 24 jam, sehingga didapatkan sensitifitas 100% dan spesifisitas 33,33% tidak didapatkan hasil positif pada hasil skintigrafi aspirasi para. Kesimpulan: monitoring pH 24 jam adalah baku emas dalam mendeteksi penyakit refluks gastroesofageal, tapi dalam keadaan tertentu dimana monitoring pH 24 jam sulit dilakukan maka skintigrafi refluks gasroesofageal dapat dipakai sebagai alternatif pemeriksaan.
Background: Gastroesopliageal refluks (GER) disease in children is quite high. But distribution of pH metri apparatus is not widely distributed than nuclear scintigraphy, therefore we perform this study to compare nuclear scintigraphy examination with 24 hours pH monitoring and the relationship with pulmonary aspiration in children. Method and materials: Between September 2003 until February 2004 we performed GER and pulmonary aspiration nuclear scintigraphy with 9 Tc sulfur coloid and 24 hours pH monitoring in 9 patient with clinical suspicious of GER. Result: From 9 patients, there are 7 patients have positive diagnosis on refluks scintigraphy and 3 patients positive on 24 hours pH monitoring. Sensitivity is 100% and spesificity is 33,33% respectively. No positive result on aspiration scintigraphy. Conclusion: 24 hours pH monitoring is a golden standard to detect GER disease, but in a few case where this examination difficult to performed, GER nuclear scintigraphy is an alternative examination that should be considered.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T20864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa P. Surbakti
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan : Dispepsia merupakan keluhan yang diperkirakan mencapai lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke dokter umum dan lebih dari setengah penderita yang datang ke klinik gastroenterologi. Penyebab terjadinya keluhan pada dispepsia non ulkus khususnya sampai sekarang belum jelas, tapi dikatakan 30 - 80% diantaranya ditemukan perlambatan waktu pengosongan lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan motilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga pengobatan yang diberikan dapat lebih tepat. Bahan dan Cara : Dilakukan pemeriksaan waktu pengosongan lambung dengan makanan padat pada 21 orang penderita dispepsia dengan menggunakan skintigrafi dan ditentukan derajat dispepsia pada kelompok ini dengan menggunakan skor Talley. Pemeriksaan kelompok kontrol dilakukan pada 10 ~rang normal yang sudah dilakukan peneliti sebelumnya dengan cara yang sarna. Hasil : Waktu pengosongan lambung pada kelompok kontrol adalah 75,34 K 25,87 sedang pada kelompok dispepsia 77,80 K 39,42 waktu pengosongan lambung pad a laki-Iaki adalah 69,29 K 21,88 dan perempuan 86,38 K 45,78. Waktu pengosongan lambung pada dispepsia derajat ringan 67,44 K 29,85 dan pada derajat sedang 84,18 K 44,21. Usia rata-rata adalah 37,03 K 7,08 tahun, berat badan rata-rata 56,90 K 8,48 kg. Secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok dispepsia dan kontrol (p > 0,05) dan tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara waktu pengosongan lambung dengan usia, jenis kelamin, berat badan, dan derajat dispepsia (p > 0,05). Kesimpulan : Tidak ditemukan perlambatan waktu pengosongan lambung pada kelompok dispepsia dibanding kontrol. Tidak terdapat korelasi antara waktu pengosongan lambung dengan usia, jenis kelamin, berat badan, dan derajat dispepsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library