Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pujo Harinto
"ABSTRAK
Sistem Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tidak lagi sekedar mengandung aspek penjeraan semata, tetapi juga merupakan suatu upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan, yaitu pulihnya kesatuan hubungan Warga Binaan Pemasyarakatan, baik sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun sebagai insan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam sistem ini, narapidana tidak lagi dipandang sebagai obyek dan pribadi yang inheren dengan tindak pidana yang dilakukan, tetapi dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, itikad baik dan potensi positif yang dapat digali dan dikembangkan dalarn rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Khusus terhadap narapidana anak yang dikenal dengan istilah Anak Didik Pemasyarakatan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dilakukan usaha yang lebih mengarah pada upaya memberikan bekal keterampilan hidup (life skill) sehingga diharapkan mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan.
Penulis mencoba mengajukan program intervensi dalam bentuk pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skill) bagi Anak Didik sehingga diharapkan mereka dapat kembali berintegrasi dengan masyarakatnya secara sehat dengan bekal keterampilan yang dimiliki.
Diakhir pelatihan, anak didik diharapkan dapat mengenali kelemahan dan kekuatan atau potensi yang ada pads dirinya, sehingga is dapat mempersiapkan diri guna menyusun rencana pengembangan din dan strategi dalam usaha mewujudkan cita-citanya."
2007
T17661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirinah
"Penelitian mengenai ketangguhan khususnya mengenai remaja yang tangguh sudah beberapa kali diteliti, akan tetapi sangat jarang ditemukan penelitian yang membahas mengenai ketangguhan pada anak atau remaja yang mengalami pemenjaraan/pemidanaan khususnya tahanan atau narapidana anak yang berada di lingkungan penjara orang dewasa. Teori yang dirujuk sebagai dasar dalam pembuatan rancangan program pelatihan adalah teori belajar,konsep remaja dan dewasa menengah,teori ketangguhan dan teori pelatihan.
Penelitian ini mencoba memahami proses ketangguhan yang terjadi pada remaja yang berada di lingkungan tahanan atau narapidana dewasa dengan berbagai tindak kriminal yang pemah dilakukan seperti pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan tindak kekerasan lainnya. Dimensi ketangguhan yang akan dijelaskan terdiri dari problem solving skill (kemampuan memecahkan masalah) dan dimensi positive feelings (kemampuan seseorang dalam mempertahankan perasaan positif pada dirinya. Selanjutnya akan dikembangkan sumber ketangguhan yang terdapat dalam diri anak yaitu "I have", "I am ", "I can "(Grotberg,1998).
Ketangguhan sebagai hasil dari karakteristik personal yang dibawa sejak lahir (Garmezy dalam Kosteck 2005) pada dasarnya dapat dipelajari dan dibentuk. Hasil penelitian menemukan tiga faktor yang mendukung berkembangnya ketangguhan, yaitu karakteristik ketangguhan pada remaja, kualitas pendidik yang responsif serta jaringan organisasi yang efektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ratu Rosari
"Penulisan tugas akhir ini mengenai program pelatihan bagi narapidana dalam hal tehnik meningkatkan rasa percaya diri narapidana menjelang bebas di Lapas Terbuka. Minat untuk memilih judul tulisan ini berawal dari kenyataan bahwa pada dasarnya narapidana yang kurang percaya diri itu enggan untuk bergaul, tidak mempunyai gairah untuk menghasilkan karya sendiri. Di samping itu khususnya narapidana yang akan bebas, mereka tidak mempunyai pandangan atau cita-cita setelah bebas nanti. Kurang percaya ini disebabkan karena adanya sikap pesimis, mereka masih khawatir atau ragu kalau tidak diterima di lingkungan masyarakat. Apalagi stigma masyarakat masih bersifat negatif. Berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner, diperoleh hasil bahwa mereka berkeinginan untuk melakukan usaha setelah bebas nanti, akan tetapi mereka masih kurang percaya diri, apakah bisa terlaksana dengan baik. Sedangkan masyarakat mungkin sebagian belum percaya dengan eks narapidana. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut maka menurut penulis, program untuk meningkatkan rasa percaya diri terhadap narapidana yang akan bebas menjadi penting untuk dilakukan. Hal tersebut didasari oleh pandangan bahwa dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka akan menjadi manusia yang kreatif, akan dapat menciptakan sendiri lahan kerja bagi dirinya dan bahkan mungkin bagi orang lain. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis memilih pelatihan tehnik meningkatkan rasa percaya diri sebagai upaya memberikan bekal mental bagi narapidana yang akan bebas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri M
"ABSTRAK
Program intervensi sosial ini bertujuan umtuk membendayakan komunitas
melalui pendidjkan informal keluarga dalam pendidikan dan pelatihan
komunikasi pengasuhan anak pada ibu-ibu di RW 20 kampung Lio Depok. Tujuan
utama dari intervensi ini adalah merubah kualitas hidup warga RW 20 Kampung
Lio Depok, yang di0nal kamna permamlahan sosialnya terutama kcmiskinan.
Dalam mengupayakan pemutusan rantai kemiskinan ini, maka diperlukan suatu
intervensi, yaitu intervensi dini yang ditujukan pada anak-anak melalui ibu..
Pemilihan kornunikasi sebagai bagian dari parenting skill didasarkan atas dasar
bahwa komunikasi mennpakan dasar dalam hubungan anak dengan orang tua., dan
pengamatan lapangan menunjukkan banyak orang tua yang tidak sabar, kasar dan
sering mengeluarkan kata-kata yang mengancam, merendahkan anak , dan kotor
saat berkomunikasi dengan anak. Bahkan kondisi keuangan seringkali berdampak
pada emosi seat berkomunikasi.
Kegiatan intervensi diawali dengan aszsesmen yaitu kunjungan dan tatap muka
serta wawancara, diikuti engagemen bersama warga pada acara-acara warga,
dilanjutkan dengan persuasif melalui sosialisasi untuk menyadarkan akan
pentingnya bcrkomnmikasi yang benar, dan dilengkapi dengan edukasi dengan
metoda experiential learning. Target intervensi adalah ibu~ibu yang mempunyai
anak usia 3-6 tahun (tahap pcrkcmbangan bicaxa), dirnana anak-anaknya ada
dalam pendidkan TK atau TPA yang mendapat program intervensi pendidikan
anak usia
Hasil sosialisasi dan edukasi menunjuldcan sudah ada perubahan dalam
pengetahuan kormmikasi pengasuhan anak. Hasil perhitungan dengan SPSS untuk
pre dan pos! rest setiap modul dengan paired sampel 1 test . dan tingkat
kcpercayaan 95 % didapat pnobabilitas 0.000(< 0.05) . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemahaman komunikasi anak pada peserta peserta berbeda
secara signyicant sctelah mengikuti pelatihan.
Perlu adanya rangkaian kegiatan lain yang dapat meningkatkan parenting skill,
yang dapat dilakukan terintegmsi dengan kegiatan Posyandu, sehingga pada
akhirnya dapat mendul-cung terwuj udnya perubahan kualitas yang diharapkan.

ABSTRACT
The social intervension programme was designed primarily as thc
commencement for planing of social change in RW 20 kamprmg Lio Depok by
informal education in children communication. The objective of the intervension
was changing quality of life in RW 20, which known of social problem in
pavority. The community programme was developed in using early intervension
to the children through the mother.'l`he communication that part of parenting skill
was choosed because it is one of fundamental relation between parents and
children, and also the observation of the data showed that there were many
parents spoke unpatient, rough, Eightened, under estimating childrenalso dirty
words . Therefore reasons of economic condition could through raise pressure of
stress influencing the communication.
The intcrvcnsion activity started with assesment by visiting, meet directly into
person and interview, then followed engagement in special occation with the
people, and continued persuasively by sosialisation for giving foundation as how
important in good communication, also fully completed education with
experiential learning method.. The intervension target were The mothers which
have childem at 3-6 years old ( speak development stage), which their children
were studying in TPA and TK where the teacher got education interversion
programme at early education children..
The result of thc program showed that there are increasing in communication
knowledge of the participant . 'lhe result of pre and post twt calculated with SPSS
using paired sampel 1 test, by using 95% level of significant get result for
probability== 0.000( < 0.5), which means the conclusion of community education
significant for the parent alter following this programme.. However, in order to
maintain the sustainability of the achievements that would do integratedly by
social activities that linally this programme will much needed especially in
parenting skill to achieve the goal of lifequality change.

"
2007
T34141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Adwinia P. Hapsari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterlibatan ayah dalam pemberian ASI. Gambaran keterlibatan tersebut dapat dilihat dari penghayatan terhadap peran baru sebagai ayah, hal-hal yang mendukung dan menghambat keterlibatan ayah dalam kegiatan menyusui, serta bentuk-bentuk keterlibatan ayah dalam kegiatan menyusui. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat orang laki-laki yang baru menjadi ayah, memiliki anak berusia 4-6 bulan, berada pada tingkat sosial ekonomi menengah ke atas dengan pendidikan terakhir SMA, serta memiliki istri yang bekerja penuh waktu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara sebagai metode pengambilan data. Hal-hal yang teramati dalam wawancara juga dijadikan data pendukung penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ayah merasakan kegembiraan dan kesulitan yang dialami oleh orang yang baru menjadi ayah pada umumnya. Komponen keterlibatan ayah, yaitu interaction, availability, dan responsibility, dapat dilihat pada setiap subjek.

The objective of this study was to describe the father?s involvement in breastfeeding. It can be showed from what fathers feel about their new role as father, things that can support and discourage their involvement in breastfeeding, and any kinds of father's involvement. The participants of this study were four new fathers who have 4-6 months old infant, at middle-up social economic level, at least graduated from senior high school, and have wife who has a full-time job. Qualitative approach was used in this study with the use of interview as a tool to collect data. All of the things that were observed during the interview were also used as supporting data. This study has showed that the fathers felt both joys and difficulties as most new fathers did. The components of father?s involvement, which are interaction, availability, and responsibility, can be found in all of participants. Things that support father?s involvement in breastfeeding are knowledge about breastfeeding, the experience of having breastfed, belief that breast milk is the best food that can be given to the baby, facility that is given by the company, support from social network that fathers have (partner, family, and friends), and their culture. Time spent to work is one thing that menghambat father to involve further in breastfeeding."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kartika
"Teori objectified body consciousness dan teori objektifikasi diri mengungkapkan bahwa basil penelitian di budaya Barat mengobjektiifikasi perempuan melalui konstruksi bahwa tubuh perempuan yang sangat kurus adalah ideal. Bila perempuan tidak dapat mencapai ukutan ideal itu akan timbul ketidakpuasan dalam diri perempuan. Di Indonesia terdapat budaya yang majemuk, dimana kurus tidak sellllu menjadi acuan ukuran tubuh yang ideal. Budaya Jakarta, sebagaimana budaya Barat pada umumuya. mencitrakan tubuh perempuan kurus sebagai sesuatu yang ideal. Sebalikuya budaya Bugis menganut tubuh perempuan yang 'berisi' sebagai tubuh ideal.
Berdasarkan hal itu peneliti berpendapat bahwa petempuau yang berlatar belakang budaya Bugis dan tinggal di Jakarta diduga mengbedapi dua budaya yang menyangkutpautkan tubuh ideal yang bertolak belakang. Melalui studi kualitatif dengan mctode wawancara terhadap empat partisipan yang bersuamikan suku Bugis di Jakarta, penelitian ini mendapatkan bahwa keempat partisipan terbukti menghadapi dua budaya yang saling bertentangan di dalam kehidupau dewasa mudanya Sebagian besar partisipan menganut tubuh ideal kurus. Penemuan lainnya adalah perempuan yang berasal dari Bugis menunjukkan kepuasan atas tubuhnya, sebaliknya perempuan yang tidak berasal dari Bugis melapurkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. lni menunjukkan bahwa ketidakpuasan dapat dijelaskan dengan mengetahui budaya mana yang diinternalisasikan secara dominan oleh individu.

Objectified body consciousness and Self-objectification theory stated that many researches found that Western culture objectifies women by cons/meting super thinness as an ideal body for women Consequently, when women cannot meet the ideal, they probably fee/less satisfied with their awn body. However, Indonesia has many various cultures, and therefore every culture has their own body standard for woman. Culture in Jakarta, like any other cultures in big cities. set the very thin body as an ideal. On the other hand, in Bugis tradition, women are expected to have a more plump or fat body, specially the married women.
Based on those facts. the researcher assumed that women with Bugis background and living in Jakarta face two cultures with contradictory body standard. By qualitative study and interview with four wives of Bugis husbands, this research found, as expected, that four participants are proved lo face the contradictory cultures in their young-adult life. Most of the participants adopted that thinness as their ideals body. Also, iJ is found that the wives from Bugis showed their body-satisfaction, hut the Non-Bugis wife did not report any body-satisfaction. This result shows us that body-dissatisfaction can be explained by finding out which culture is dominantly internalized by individuals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T33700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasti Rola
"Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa siswa yang menggunakan self regulated learning menunjukkan perilaku regulasi diri yang tampak pada pelibatan aktif proses metakognitif, motivasi dan perilaku yang ditunjukkan dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa yang melaksanakan self regulated learning akan melakukan empat proses yang saling berhubungan, yaitu evaluasi diri (self evaluation and monitoring), perencanaan tujuan dan strategi (gool setting andstrategicplanning), strategi pelaksanaan dan pengawasan (strategy-implementation monitoring), strategi pengawasan hasil belajar (strategic-outcome monitoring), (Zimmerman, Bonner & Kovach, 1996).
Program ini bertujuan melalui pengajaran orangtua, anak mampu melakukan regulasi diri dalam belajar dengan cara mampu melakukan evaluasi diri dalam belajar, mampu membuat tujuan dan strategi dalam pencapaian tujuan, mampu mengawasi diri dalam menjalankan strategi serta mampu mengetahui kesesuaian antara strategi yang digunakan dengan hasil yang diperoleh. Berdasarkan tujuan yang telah disusun, maka program ini dilakukan sebanyak lima pertemuan dimana setiap pertemuan dilakukan bersama dengan orangtua, yaitu ibu.
Hasilnya menunjukkan bahwa ibu Z mampu memberikan pembekalan self regulated learning kepada anak, sehingga anak mampu menjalankan tahapan regulasi diri dalam kegiatan belajar. Selain itu, dalam pelaksanaan intervensi menunjukkan beberapa hal yang bisa mempengaruhi intervensi seperti pengontrolan perilaku pada diri anak dan juga kemampuan orangtua dalam memahami pelaksanan intervensi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T38016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Mukhlasianti
"ABSTRAK
Perceraian orang tua merupakan salah satu peristiwa yang dapat menimbulkan stres bagi remaja dalam keluarga tersebut Untuk menghadapi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh perceraian orang tua, remaja akan melakukan coping. Salah satu sumber daya yang penting dalam coping adalah dukungan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat coping yang dilakukan oleh remaja dari keluarga bercerai serta dukungan sosial yang diterimanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan (fora yang digunakan adalah wawancara mendalam. Partisipan penelitian ini adalah anak dari keluarga bercerai yang berusia 11 hingga 23 tahun. Orang tua mendapat hak asuh juga belum menikah lagi. Jumlah partisipan penelitian ini adalah 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Dari analisis yang dilakukan terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa: 1) dampak perceraian yang terjadi sebelum orang tua bercerai bersumber dari konflik antara kedua orang tua; 2) setelah orang tua bercerai, semua partisipan menghadapi permasalahan yang berbeda, tapi berhubungan dengan hilangnya salah satu figur orang tua dari rumah; 3) setelah periode krisis, sebagian besar partisipan sudah mampu menyesuaikan diri dengan perubahan pasca perceraian; 4) jenis coping yang banyak digunakan adalah emolion-focused coping; 3) sumber dukungan sosial yang paling berperan adalah dari keluarga; 6) bentuk dukungan sosial yang penting bagi partisipan adalah dukungan emosional.

ABSTRACT
Parental divorce can be a very stressful event for adolescent children of the family. In dealing with divorce and its effects, adolescent will cope with it One important resource for coping is social support. So, this research is aim to see how does adolescent cope with parental divorce and the social support they get. This research applied qualitative method with in-depth interview for data collecting. Participants of this research are 11 to 23 years old children of divorce. Custodial parent of participant should not be remarried. The amount of participant is two women and a man. The following are the research results: 1) divorce effects before the actual divorce occurs are caused by parental conflict; 2) after parents are legally divorce, participants face different problems but most of them are come from parental loss; 3) after crisis period most of participant has adjusted to divorce effects; 4) emotion-focused coping is the most common used coping; S) family is the most important source of social support; 6) emotional support is the most important form of support."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>