Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasmine Syifa Nabila Budi
"Latar Belakang: Reaksi transfusi adalah reaksi yang disebabkan oleh banyak hal. Reaksi yang paling sering ditemukan adalah reaksi yang berbentuk alergi pada pasien karena ada perbedaan jenis antigen dan antibodi yang ditransfusikan kepada pasien tersebut. Hal ini dapat terjadi karena alasan seperti: kontaminasi virus, bakteri dan juga kesalahan dalam menjaga produk sampai ke tangan pasien. Selain itu faktor yang dapat membuat hal ini terjadi dapat ditemukan dari perbedaan produk pemakaian dan juga kondisi pasien yang sudah ada sebelum pasien di transfusi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah perbedaan jenis dan juga penggunaan produk platelet dapat menimbulkan reaksi transfusi.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik. Hal ini dilakukan dengan pemberian questionnaire kepada 82 pasien di ruang transfusi dan ruang perinatologi RSCM . Penelitian ini adalah penelitian analitik untuk melihat apa yang menimbulkan reaksi transfusi pada pasien jika ada.
Hasil: Reaksi akut adalah reaksi yang paling sering terjadi pada pasien di dalam ruang transfusi dan ruang perinatologi RSCM, dengan gejala yang paling sering terjadi adalah reaksi alergi. Insiden terbanyak adalah terkait dari pemakaian produk TC
Kesimpulan: Reaksi transfusi adalah sebuah reaksi yang mungkin terjadi pada setiap episode transfusi. Reaksi dapat terjadi karena adanya reaksi antara antigen dan antibodi pasien yang mungkin saja tidak sesuai dengan produk itu sendiri. Hal seperti kontaminasi dan kelalaian saat memberikan produk juga adalah salah satu faktor resiko adanya kejadian reaksi transfusi ini. Pada 82 pasien yang menggunakan produk platelet ditemukan reaksi akut yang terjadi kepada 59,8% dari keseluruhan pasien transfusi. Pemakaian yang paling sering menimbulkan reaksi adalah produk TC dari seluruh derivatives platelet.

Background: Transfusion reaction is one of the problems that are most commonly found in hospital setting after the process of transfusion. The occurrences are still present after several preventive measures, transfusion reaction is usually elicited because the product is contaminated by virus, bacteria and also the mismanagement of the product. Other factors that could elicit such reaction varies from the kind of blood product that the patient acquired, how many times the patient have undergone the procedure and also their own diagnosis.
Method: Use of questionnaires that are given to 82 pediatric patients in the transfusion ward and perinatologi ward. This is an analytical research that dwells into finding out the causes and also the risk factor of transfusion reaction.
Result: Acute reaction is the most common type of reaction happening after the use of platelet product, with the symptoms similar to those of allergic reaction (urticaria, pruritus and rashes). The most common type of product used in RSCM is Thrombocyte Concentrate.
Conclusion: Transfusion reaction is a reaction that may occur in every transfusion episode. The reaction could occur due to a reaction between the patient's antigen and antibodies which may not be compatible with the product. Matters such as contamination and negligence when providing products are also one of the risk factors for the occurrence of this transfusion reaction. In 82 patients using platelet products, it is found that acute reaction was the most common reaction in patients from the RSCM transfusion ward with a prevalence of 59.8% of all transfusion patients. The most common product that caused reaction was TC with prevalence causing transfusion reaction as much as 64.2% of all TC product usage. In RSCM, platelet and plasma products used are at TC = 64.6%, Pooled TC = 26.8% and Apheresis Platelet along with other products at 8.5%. In short using platelet product can be deemed as safe since the risk outweighs its benefit.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayu Ramadhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran respon Thematic Apperception Test (TAT) pada pelaku perselingkuhan yang mencakup kebutuhan-kahutuhan utama, pandangan atau konflik-konflik yang dirasakan, kecemasan dan defense, terutama yang berkaitan dengan relasi interpersonal dengan lawan jenis, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rnenggunakan TAT sebagai alat utama dan wawancara, serta observasi. Metode anatisis hasil TAT yang digunakan adalah metode Bellak (1993). Hasil penelitian terhadap 3 orang subyek (28-42 tahun) memperlihatkan bahwa tema yang banyak muncul dalam respon adalah mengenai kekecewaan, kesedihan, serta ketidakpuasan yang dirasakan terutama kepada pasangan. Mereka memiliki pandangan yang negatif terhadap pasangan, dimana pasangan dilihat sebagai orang yang tidak dapat rnemenuhi dan memahami kebutuhan dirinya. Lingkungan dianggap sebagai tempat yang menekan, mengabaikan dirinya serta mengecewakan. Konflik yang banyak muncul adalah antara harapan dan kenyataan dimana pelaku ingin rnemenuhi kebutuhan mereka tetapi terbentur oleh situasi yang tidak memungkinkan mereka memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan-kebutuhan yang banyak muncul adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang perhatian, dan komunikasi. Ketidakmampuan untuk mengatasi konflik membuat mereka merasa tidak berdaya. Mekanisme pertahanan diri yang rnenonjol adalah rasionalisasi dan represi yang menandakan kurangnya kemampuan mereka untuk memecahkan permasalahan.

The aim of this study is to have a profile of persons who's engaged in extramarital relationships through Thematic Apperception Test (TAT) analysis. It consist their main needs) conception about the world, conflicts, anxiety dan defences especially in their relation with their spouse. This study use qualitatitative method with TAT as a main tools. The analysis of TAT use Short Fonn method from Bellak. Responses from three participants (28-42) who's engaged in extrrunarital relationship shows that dominant theme of their stories are about their dissapointment and dissatisfaction with their spouse and their life. They have a negative conceptions about the world, where spouse is seen as a person who can not fulfill and understand their needs. The world is seen as a place that ignoring, pressing, and disappointing. The main conflict is conflict between expectancy and reality, where a person who's engaged in extramarital relationships can not fulfill their needs because of the situation. They all have main needs, such as need for love, attention) and communication. Their inability to cope with the conflict create a situation that lead them to state of anxiety. They show helplessness and despair. The main defences are rationalization and repression, that show their inability to cope with the problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T33686
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Gemala
"Masa dewasa muda ditandai dengan tugas perkembangan intimacy vs isolation, yaitu individu membuat komitmen yang mendalam dcngan orang lain agar mereka tidak terisolasi (Enikson, dalam Papalia et al., 2001). Menurut Erikson, mengembangkan hubungan intim merupakan tugas yang krusial pada masa ini. Bagi sebagian besar manusia, pernikahan merupakan ekspresi utama/ultimate expression dalam suatu hubungan intim ( Brehm, 1992).
Pria dan wanita biasanya menikah atas dasar cinta dan memiliki anak adalah ekspresi dari cinta mereka kepada satu sama lainnya (Duvall & Miller, 1985). Cinta adalah kombinasi atau gabungan dari emosi atau perasaan, kognisi, dan perilaku yang terdapat dalam hubungan intim (Baron & Bymc, 2000).
Stcrnberg mendefinisikan cinta terdiri dari tiga komponen, yaitu intimacy, commitment, dan passion (Stemberg & Barnes, 1988). Intimacy, yang merupakan komponen emosional, adalah perasaan dekat, terikat yang dirasakan seseorang dalam hubungan cinta. Passion, yang merupakan komponen motivasional, adalah dorongan-dorongan yang mengarah pada percintaan, ketertarikan iisik, dan seksual. Komponen yang terakhir yaitu commiirnenl yang merupakan komponen kognitif, adalah keputusan untuk mencintai seseorang (jangka pendek) dan komitmen untuk mempertahankan cinta tersebut (iangka panjang).
Dalam suatu hubungan, tidak selalu terdapat keseimbangan dalam ketiga komponen cinta sebagaimana yang diketemukakan oieh Stemberg. Geometri pada segitiga cinta tergantung pada intensitas dan keseimbangan dari cinta (Stemberg &. Bames, 1988). lntensitas cinta dalam suatu hubungan dapat dilihat dari area atau ukuran dari segitiga cinta, yakni semakin besar intensitas cinta yang dirasakan seseorang terhadap orang lain maka scgitiga cintanya pun akan semakin besar. Sedangkan keseimbangan cinta dalam suam hubungan dapat dilihat dari bentuk segitiga cinta. Hubungan yang seimbang (dalam ketiga komponen cinta) akan dipresentasikan dalam segidga yang seirnbang. Sedangkan hubungan yang tidak seimbang direpresentasikan dalam bentuk segitiga yang tidak sama sisi, yang didalamnya terdapat salah satu komponen yang paling besar atau dominan.
Dalarn suatu hubungan, tidak hanya terdapat segitiga yang
menggambarkan cinta terhadap orang lain (bentuk nyata), namun juga merepresentasikan bcntuk yang ideal dalam hubungan terscbut (bentuk ideal). Semakin besar perbedaan pada ukuran maupun bentuk dari segitiga cenderung diasosiasikan dengan rendah atau berkurangnya tingkat kepuasan dalam suatu hubungan (Stemberg & Bames, 1988).
Dalam rangka membantu pasangan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam hubungan mereka terkait dengan komponen-komponen cinta, maka Stemberg mcngembangl-can suatu skala yang disebut The Triangular Love Scale (Stemberg, 1988). Skala ini ditujukan untuk mengukur masing-masing komponen dari cinta, namun juga memiliki dua aplikasi praktis. Pertama, dengan adanya skaia ini, dapat membantn pasangan mendapatkan basil yang lebih baik dalam hubungan mereka. Kedua, skala ini juga merumuskan perbedaan-perbedaan di antara pasangan sehingga dapat disarankan perubahan-perubahan apa yang mungkin diperlukan untuk membuat hubungan menjadi Iebih berhasil Pasangan juga dapat mcnjadi lebih dekat atau setidaknya mereka dapat memahami dan menghargai perbedaan yang ada di antara mercka satu sama lain.
Melihat kedua fungsi dari Stemberg's Triangular Love Scale. maka dirasakan sangat bermanfaat bila skaia ini diaplikasikan dalam penelitian mengenai gambaran cinta terkait dengan keseimbangan ketiga komponen cinta Stemberg. Dengan mengetahui gambaran dan keseimbangan dari komponen cinta Sternberg, maka dapat juga diiihat bagaimana kepuasan yang dirasakan oleh individu tersebut akan hubungan yang rnereka jalani dengan pasangan. Karena keterbatasan waktu, penelitian dilakukan sebagai pengembangan alat tes psikologi, yaitu dengan melakukan validasi alat tes hanya pada individu dewasa muda. Validasi yang dilakukan adalah dengan meiihat validitas dan reliabilitas dari Slemberg’s Triangular Love Scale. Selain validasi alat tes, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat gambaran cinta pada individu dewasa muda yang menikah, dengan memberikan skala pada sampel yang cukup bcsar, yaitu 100 subjek yang terdiri dari 50 pria dan 50 wanita. Sebagai ilustrasi akan dilakukan wawancara dengan sepasang suami istri dewasa muda untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara segitiga cinta mereka dengan kepuasan dalam hubungan mereka.
Hasil uji validitas per item menunjukkan bahwa hampir semua item memiliki korelasi yang tinggi dengan skor total dimensinya, kccuali pada item no.2 dan 5 pada dimensi intimacy, yang memiliki tingkat korelasi lebih tinggi dengan komponen passion (item no.2) dan komponcn commilmem (item 1105). Kedua item ini tidak valid karena saling tumpang tindih antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain, dan hal ini dapat dilihat dari tingkat korelasi yang signifikan antar dimensi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nurhayati
"ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penyakit jantung, stroke dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Keberadaan penyakit ini seringkali tidak disadari oleh penderita sehingga dikenal sebagai pembunuh diam-diam (silent killer). Jumlah penderita hipertensi setiap tahun semakin meningkat, sehingga dibutuhkan suatu program untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh mengukur tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi tentang definisi, gejala, penyebab, akibat yang ditimbulkan, dan cara pengobatan hipertensi sebagai upaya untuk mengembangkan media promosi kesehatan bagi pasien penderita hipertensi. Penelitian ini bersifat deskriptif.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi digunakan
kuesioner Pengetahuan Hipertensi. Penelitian dilakukan di Poliklinik Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam, RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Jumlah sampel penelitian adalah 77 orang terdiri dari 37 orang wanita dan 40 orang pria. Berumur antara 43-63 tahun, berasal dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, 03 dan S I.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang hipertensi berada pada kategori Sedang. Sehingga kesimpulan yang bisa diambil adalah masih dibutuhkan promosi kesehatan tentang hipertensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi. Media promosi kesehatan yang akan dikembangkan, memuat informasi mengenai definisi hipertensi, gejala, pencegahan, pengobatan dan penyakit lain yang diakibatkan oleh hipertensi. Media promosi kesehatan yang akan dikembangkan adalah berbentuk leaflet.

ABSTRACT
Hypertension or high blood pressure is a risk factor for heart disease, stroke, and the leading cause of death in the world. Most people are not aware that they have hypertension because of a general lack of symptoms until major complications arise. Hypertension is a silent killer because it is deadly and has no early significant symptoms. Each year the number of patients with hypertension increase significantly. So, it needs a program to increase people awareness and knowledge about hypertension.
The aim of this study is to asses patients knowledge in definitions, symptoms, causes, effect ilness, and treatment for hypertension disease. Those information can be use for developing health promotion for hypertenssive patients. This study using descriptive study.
The Hypertension Knowledge questionaire used to measure the level of patients knowledge about hypertension. This study was conducted in RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. The sample of this study were 77 hypertensive patients (37 female and 40 male), with age between 43-63 years old, and education from SD, SMP, SMA, D3, and S1.
The level of patients knowledge about hypertension is in average level. The patients need health promotion's media that can be practical, easy to read, and include some information about definitions, symptom, causes, effect ilness, and treatment about hypertension. The result from this study is a hypertension leaflet for health promotion's media to hypertensive patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marianne Wiguna
"[ABSTRAK
Perwujudan kesehatan masyarakat Indonesia melibatkan berbagai profesional kesehatan di antaranya apoteker Apoteker dituntut untuk memiliki keahlian dan kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian Di samping pekerjaan kefarmasian yang dilakukan diperlukan adanya suatu pengawasan terhadap produk obat dan makanan yang beredar terkait mutu keamanan dan manfaat produk Badan POM memiliki tugas untuk melakukan pengawasan di bidang obat dan makanan Peranan tugas dan tanggung jawab apoteker di Badan POM adalah melakukan pengawasan obat dan makanan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku mulai dari produksi hingga distribusi produk terapetik narkotika psikotropika zat adiktif obat tradisional kosmetik produk komplemen dan pangan baik penilaian pre market maupun pengawasan post market ABSTRACT The manifestation of Indonesian public health involves many health professionals including pharmacist Pharmacist is insisted to have specialty and authority in implementing the pharmacy jobs Aside from doing pharmacy jobs there is a needed to control the marketed drugs and foods related to product quality safety and benefit Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls have duty to control the marketed drugs and foods The roles and responsibilities of pharmacist in Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls are to control the drugs and foods start from therapeutic drugs production until the distribution narcotics phycotrophics addictive substances traditional dugs cosmetics complement product dan foods either pre market approval or post market surveillance ;The manifestation of Indonesian public health involves many health professionals including pharmacist Pharmacist is insisted to have specialty and authority in implementing the pharmacy jobs Aside from doing pharmacy jobs there is a needed to control the marketed drugs and foods related to product quality safety and benefit Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls have duty to control the marketed drugs and foods The roles and responsibilities of pharmacist in Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls are to control the drugs and foods start from therapeutic drugs production until the distribution narcotics phycotrophics addictive substances traditional dugs cosmetics complement product dan foods either pre market approval or post market surveillance ;The manifestation of Indonesian public health involves many health professionals including pharmacist Pharmacist is insisted to have specialty and authority in implementing the pharmacy jobs Aside from doing pharmacy jobs there is a needed to control the marketed drugs and foods related to product quality safety and benefit Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls have duty to control the marketed drugs and foods The roles and responsibilities of pharmacist in Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls are to control the drugs and foods start from therapeutic drugs production until the distribution narcotics phycotrophics addictive substances traditional dugs cosmetics complement product dan foods either pre market approval or post market surveillance ;The manifestation of Indonesian public health involves many health professionals including pharmacist Pharmacist is insisted to have specialty and authority in implementing the pharmacy jobs Aside from doing pharmacy jobs there is a needed to control the marketed drugs and foods related to product quality safety and benefit Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls have duty to control the marketed drugs and foods The roles and responsibilities of pharmacist in Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls are to control the drugs and foods start from therapeutic drugs production until the distribution narcotics phycotrophics addictive substances traditional dugs cosmetics complement product dan foods either pre market approval or post market surveillance , The manifestation of Indonesian public health involves many health professionals including pharmacist Pharmacist is insisted to have specialty and authority in implementing the pharmacy jobs Aside from doing pharmacy jobs there is a needed to control the marketed drugs and foods related to product quality safety and benefit Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls have duty to control the marketed drugs and foods The roles and responsibilities of pharmacist in Indonesia National Agency of Drugs and Foods Controls are to control the drugs and foods start from therapeutic drugs production until the distribution narcotics phycotrophics addictive substances traditional dugs cosmetics complement product dan foods either pre market approval or post market surveillance ]"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mentari Namira Pertiwi Isma
"Tesis ini membahas peran trait kepribadian Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism serta kepuasan pernikahan dalam memprediksi sikap terhadap infidelity. Penelitian dilakukan pada 438 partisipan berusia 22-40 tahun M=31.02, SD=4.3 yang telah menikah. Pengukuran menggunakan NEO-FFI, ENRICH Marital Satisfaction Scale dan Attitudes towards Infidelity Scale menunjukkan bahwa sikap terhadap infidelity dapat diprediksi secara signifikan oleh trait Neuroticism dan Conscientiouness, serta kepuasan pernikahan dan jenis kelamin partisipan. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan gambaran bahwa infidelity dapat diprediksi melalui faktor demografis, intrapersonal, dan interpersonal.

This study investigates the role of personality traits Openness to Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, and Neuroticism and marital satisfaction in predicting attitudes toward infidelity. The participants of the study are 438 married 22 40 years old M 31.02, SD 4.3 men and women. The result from the NEO FFI, ENRICH Marital Satisfaction Scale and Attitudes towards Infidelity Scale indicates that Conscientiousness and Neuroticism, followed by marital satisfaction and gender, are significant predictors of attitudes towards infidelity. From this result, it can be concluded that attitudes towards infidelity can be predicted by the demographic, interpersonal, and intrapersonal factors.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Dita Esa Putri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang pemberdayaan kelompok penyandang disabilitas melalui olahraga, khususnya dalam hal ini adalah kelompok tenis lapangan kursi roda di NPCI Kabupaten Bogor. Pemberdayaan penyandang disabilitas melalui kegiatan olahraga didukung oleh tiga faktor, yaitu collective efficacy, iklim motivasi, dan identitas kelompok. Namun, intervensi untuk mendukung pemberdayaan tidak dapat menghasilkan prestasi yang optimal jika tidak didukung oleh pelatih yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup mengenai tenis lapangan kursi roda dan sesi-sesi latihan yang tepat sasaran bagi atlet tenis lapangan kursi roda tersebut.

ABSTRACT
This thesis describes about group empowerment of people with disabilities in sports, particularly on wheelchair tennis group of NPCI of Bogor District. Group empowerment of disabled persons in sports is consisted of collective efficacy, motivational climate, and group identity. Yet, the intervention of empowerment might not achieve optimally if it is not supported by coach who has enough experience and knowledge regarding wheelchair tennis and feasible practice sessions that are suitable for athletes rsquo needs in developing their tennis playing skills."
2017
T48294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyo Kadarisman
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola assessment dilakukan RZ untuk dapat menggali kebutuhan dari penerima manfaat dari sekolah juara dan agar program sekolah juara dapat menyasar ke penerima manfaat yang tepat. Assessment di organisasi berbasis agama biasanya tidak dilakukan dan hanya bergantung pada permintaan donatur. Namun, hal ini tidak dilakukan RZ. RZ melakukan assessment program sekolah juara langsung ke lapangan untuk melihat kebutuhan masyarakat dan siapa saja yang tepat menerima manfaat tersebut. Tulisan ini meneliti bagaimana pola assessment wilayah, calon siswa dan tenaga pengajar dalam menggali kebutuhan dari penerima manfaat sekolah juara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumen yang dianalisa untuk direduksi, disaji dan memperoleh hasil penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa RZ menggunakan beberapa tahapan dalam menjalankan pola assessment. Dalam assessment wilayah, RZ mengumpulkan data wilayah dan mengujinya dengan turun ke lapangan. Dalam assessment calon siswa, RZ melakukan tahapan sosialisasi, pendaftaran, seleksi administrasi, survey dan wawancara orang tua dan siswa. Dalam assessment tenaga pengajar, RZ melakukan rekrutment dan seleksi untuk calon guru bagi sekolah juara.

ABSTRACT
The objective of the research is to find out the assessment pattern conducted by RZ to explore the needs of the beneficiaries of sekolah juara. Assessment in faith based organizations is usually not done and depends only on donor demand. However, this is not done by RZ. RZ conducts assessment of sekolah juara directly to the field to see the needs of the community and beneficiaries. This paper examines how the assessment patterns of areas, prospective students and teachers in exploring the needs of beneficiaries of sekolah juara. This research uses descriptive qualitative research. The results of the study found that RZ used several stages to run an assessment pattern. In regional assessment, the RZ collects regional data and tests it down into the field. In the assessment of prospective students, RZ performs socialization, registration, administration selection, survey and parent and student interviews. In the assessment of teachers, RZ perform recruitment and selection for prospective teachers for the sekolah juara.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Saumi Imanta Putri
"Latar Belakang: Transfusi darah masih sering dilakakukan sekarang. Transfusi darah yang aman dan steril seharusnya dilakukan untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan untuk ada. Transfusi sel darah merah mempunyai insiden yang paling rendah. Walaupun dorongan dan praktik untuk memeriksa darah sebelum donor sudah dilakukan, reaksi transfusi tetap menunjukan angka kejadian yang tinggi terutama di negara dengan berpenghasilan rendah. Walaupun sebagian besar reaksi transfusi tidak mengancam, namun reaksi transfusi tetap menambah ketidaknyamanan pasien.
Metode: cross-sectional digunakan dalam riset ini. Data diambil secara primer dengan kuesioner yang diberikan kepada pasien anak berumur 0-18 tahun yang sedang di transfusi dengan sel darah merah. Kuesioner tersebut di isi sendiri oleh orang tua atau wali pasien. Kuesioner mencakupi ada atau tidaknya reaksi transfusi, diagnosis pasien, dan frekuensi transfusi pasien dalam satu bulan. Dibutuhkan 81 subyek untuk riset ini.
Result: Dari 83 pasien, ditemukan prevalensi reaksi transfusi di RSCM Kiara adalah 39.8%. Data yang diperolah sebagian besar adalah perempuan dan umur paling tinggi adalah 5-10 tahun. Hubungan signifikan antara diagnosis pasien dengan kemunculan reaksi transfusi ditemukan. Namun, signifikansi antara frekuensi transfusi dan reaksi transfusi tidak ditemukan di riset ini.
Kesimpulan: reaksi transfusi yang paling sering terjadi adalah gatal, kemerahan, dan nyeri. Dari penelitian, ditemukan bahwa pasien dengan diagnosis keganasan 6 kali lebih mungkin untuk mengidap reaksi transfusi dikarenakan keadaan kesehatan pasien tersebut. Frekuensi transfusi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan reaksi transfusi.

Background: Blood transfusion is a common practice done nowadays. Safe and sterile practice should be done to avoid any unwanted reaction that could happen. Red blood cell transfusion has the lowest incidence of transfusion reaction compared to other blood product. However, transfusion reaction is still happening despite the endorsement and practice of blood screening especially in some low income countries. The most common transfusion reactions are usually benign, however, it still adds to the patient’s discomfort.
Methode: This is a cross-sectional study. Primary data by a questionnaire given to pediatric patient undergoing RBC transfusion between 0-18 years old in RSCM Kiara transfusion ward. The questioner was completed by the parents or guardian of the patient. The questionare include the presence of transfusion recation, patient’s diagnosis, and the frequention of transfusion in one month. 81 subjects are needed for this research.
Results: From 83 patients that was included in this research, it was found that prevalence of transfusion reaction in pediatric patient is 39.8%. Most of the data was taken from female and most were between age 5-10 years old. There is a significant correlation between the recepient underlying diagnosis and the presence of transfusion reaction. However, there is no significant results in transfusion frequency.
Conclusion: The most common transfusion reactions found in this study are urticarial, rash, and pain. From this research, it was proven that patient with malignancy is 6 times more prone to transfusion reaction due to the patient’s condition. The frequency of transfusion does not significantly effect the possibility of developing transfusion reaction.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Eldad Frederich Lasanudin
"Latar Belakang Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pada arteri koroner jantung. Gejala utamanya adalah nyeri dada, yang disebut juga sebagai angina pektoris. TIMI risk score adalah suatu sarana penilaian risiko yang mengevaluasi berbagai faktor untuk menentukan prognosis pasien SKA. Namun, TIMI risk score tidak memperhitungkan tingkat transaminase aspartat serum dan transaminase alanina serum saat admisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apabila terdapat hubungan antara enzim tersebut dengan hasil TIMI risk score.
Metode Penelitian ini merupakan suatu studi cross-sectional analitik yang dilaksanakan melalui pengumpulan data rekam medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang meliputi TIMI risk score, tingkat transaminase aspartat serum saat admisi pasien, dan tingkat transaminase alanina serum saat admisi pasien. Terdapat 111 sampel dan data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Tingkat transaminase aspartate serum pada saat admisi tidak berhubungan dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,183). Tidak ditemukan hubungan statistik yang bermakna antara tingkat transaminase alanina serum pada saat admisi dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,835).

Background Acute coronary syndrome (ACS) is a disease caused by blockage in the coronary arteries. Its characteristic symptom is chest pain, also called as angina pectoris. TIMI risk score is a risk assessment method that evaluate various factors to determine the prognosis of ACS patients. However, it does not take into account admission serum AST and ALT levels of the patient. This research aims to see whether the said liver enzymes are associated with TIMI risk score results.
Method The research is an analytical cross-sectional research that is performed through data collection, which includes TIMI risk scores, admission serum AST levels, and admission serum ALT levels, from the medical records of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. There are 111 samples collected and the data that has been gathered is analysed using the SPSS program.
Results Admission serum AST levels are not associated with patients’ TIMI risk score results (p=.183). There is also no statistical significance between the patient’s admission serum ALT and his/her TIMI risk score result (p=.835).
Conclusion Data analysis show that there are no significant association between patients’ admission serum AST and ALT with their TIMI risk score. Thus, the use of admission serum AST and ALT are not able to assess prognosis of ACS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>