Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Pujawidayanti
Abstrak :
Program perbaikan kampung yang telah dilakukan sejauh penulis amati, selalu memberikan prioritas kepada pembangunan sarana infrastruktur kampung, dan kurang memberikan pertalian pada sektor sosial ekonomi masyarakat. Hal tersebut kerap kali terjadi, karena pemerintah selalu menyeragamkan bentuk kegiatan program pada setiap kampung, padahal masing-masing kampung memiliki karakteristik, masalah dan pontensi yang berbeda. Untuk itulah penulis bertujuan mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bisa dikembangkan untuk pelaksanaan program perbaikan kampung tersebut. Konsep yang menjiwai penelitian ini adalah bahwa kaum marjinal yang miskin sekalipun, memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk perbaikan kondisi kehidupan masyarakat sendiri. Terutama pada kampung di perkotaan yang mengalami proses marjinalisasi, dari perkembangan lingkungan sekitarnya yang menjadi sebuah kota. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan realitas yang ada di Kampung Bulakambing. Populasi pada penelitian ini adalah kepala keluarga yang ada di Kampung Bulakambing, dengan mengambil 60 kepala keluarga sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan kombinasi data kuantitatif dan data kualitalif. Data kuantitatif didapatkan dari hasil menyebarkan kuesioner, sedangkan data kualitatif didapatkan berdasarkan hasil observasi serta wawancara mendalam terhadap 9 orang informan, yaitu 7 orang dari masyarakat Kampung Bulakambing serta 2 orang pejabat Pemerintah Kota Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi sosial masyarakat kampung Bulakambing yang dapat dijadikan aset bagi pelaksanaan program perbaikan kampung, dapat terlihat dari homogenitas masyarakatnya, kuantitas usia produktif, bentuk masyarakat yang masih gemeinschaft, yang masih memiliki solidaritas diantara warga masyarakat yang cukup kuat serta hubungan sosial dan kerja sama yang baik diantara warga masyarakat. Temuan lain memperlihatkan bahwa, potensi masyarakat amat rendah pada aspek tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jenis keterampilan, serta pendapatan, sehingga hal tersebut merupakan masalah yang harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan program perbaikan kampung. Akan tetapi pada tataran implementasi justru aspek tersebut, kurang serius dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tangerang. Besarnya dominasi pemerintah daerah yang tidak menyerap aspirasi masyarakat mewarnai pelaksanaan program perbaikan kampung di kampung Bulakambing tersebut. Sebagai rekomendasi, penulis menyarankan untuk pelaksanaan program perbaikan kampung hendaknya dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat, dad mulal identifikasi masalah dan potensi yang ada pada masyarakat, pengembangan program, sosialisasi program, implementasi program, sosialisasi implementasi program serta evaluasi program. Tentu saja pelaksanaan program tersebut melibatkan pemerntah daerah, masyarakat setempat serta stake holder lain. Adapun program pengembangan potensi sosial ekonomi masyarakat hams menempati prioritas utama dad pelaksanaan program perbaikan kampung tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Inprasno Survianto
Abstrak :
Konsep yang mendasari penulisan tesis ini adalah adanya pergeseran kebijakan pemerintah dalam pembangunan dari konsep penyediaan (providing) ke arah pemberdayaan (enabling) masyarakat, dengan menempatkan peran sentral masyarakat sebagai subjek dari pembangunan dan bukan sekedar alat dari pembangunan itu sendiri. Dengan kata lain, pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development atau community based development) menekankan pada partisipasi masyarakat yang didasarkan pada prakarsa (keinginan/kemauan) masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik. Dalam konsep tersebut, RT/RW sebagai organisasi komunitas dan wujud pemberdayaan masyarakat lokal dengan melalui pengorganisasian kelompok-kelompok warga setempat, diharapkan dapat mempunyai peran yang penting dalam pengembangan komunitas (community development), terlebih dalam tatanan kehidupan komunitas di permukiman vertikal yang mempunyai keterkaitan yang erat karena permasalahan, kondisi fisik gedung dan karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di permukiman horisontal. Pendekatan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini merupakan perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif, yang lebih tampak lebih dominan dalam penelitian ini, dilakukan untuk melihat fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam komunitas rumah susun Tebet Barat. Sedangkan untuk memperoleh gambaran umum dipergunakan pendekatan kuantitatif, yang dilakukan dengan melalui survei terhadap 98 orang responden. Temuan dari penelitian ini adalah bagaimana RT/RW di rumah susun Tebet mampu berperan dalam kehidupan sosial komunitas rumah susun dengan beragam fungsi yang dijalankannya, namun demikian, meskipun di sisi lain upaya pemerintah menjadikan RT/RW sebagai organisasi komunitas mandiri belum sepenuhnya menghilangkan kesan organisasi RT/RW sebagai "mobilization type organization" atau imperatif dengan birokrasi sebagaimana dipraktekkan di masa demokrasi terpimpin dan (terlebih) di masa rezim orde baru. Sedangkan rekomendasi yang diajukan dalam upaya pemberdayaan komunitas adalah melalui 2 pendekatan; (1) pendekatan makro, melalui penerapan kebijakan pemerintah terhadap komunitas yang lebih mengedepankan pemberdayaan (empowerment) dan pemberian kemudahan (facilitating), dan (2) pendekatan mikro adalah upaya untuk menjadikan RT/RW sebagai organisasi yang mandiri, demokratis, dan mempunyai legitimasi di kalangan anggotanya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustini Rahayu
Abstrak :
Penelitian terhadap tata ruang publik di seputar Bundaran HI, Jakarta Pusat dengan menggunakan analisis semiotik adalah sebuah wacana untuk mengungkapkan atau melakukan dekonstruksi pemikiran terhadap arti dan fungsi tata ruang publik dalam proses pemaknaan yang diberikan oleh masyarakat pemakai / pengguna. Dalam konteks produksi budaya, tata ruang publik, salah satu karya arsitektur tidak hanya mampu memenuhi hasrat dasar berkegiatan manusia dalam batas ruang yang dihasilkannya, tetapi juga mampu menyampaikan makna. Permasalahannya selama ini di dalam proses pemaknaan terhadap tata ruang publik seringkali terdistorsi oleh berbagai kepentingan penguasa yang lebih mendominasi daripada kepentingan publik. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa tata ruang publik, acap kali mengalami pergeseran makna. Padahal secara jelas tata ruang publik itu dilihat dari fungsi tradisionalnya dasar perancangan dan pembentukannya adalah untuk kepentingan publik dengan penonjolan identitas ataupun keunikan ekologinya. Di tengah permasalahan yang telah terkonstruksi, perkembangan Jakarta sebagai sebuah kota megapolitan telah membawa perluasan terhadap fungsi dan peranan ruang publik. Sebelumnya ruang publik diandaikan sebagai ruang terbuka, kini ruang publik memiliki makna kultural dan politiknya sekaligus. Ruang publik di Jakarta tidak terlepas dari berbagai kepentingan. Berangkat dari permasalahan yang memiliki kompleksitas tinggi, pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimanakah masyarakat memaknai tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia sebagai penentuan identitasnya? Sejauh mana proses pemaknaan tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia dapat merepresentasikan gaya hidup dan pola komunikasi masyarakat urban? Sejauh mana tata ruang publik sebagai produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan ditentukan oleh budaya dominan? Dengan menggunakan paradigma kritis, lebih spesifik lagi melalui pendekatan post strukturalis peneliti berusaha melakukan dekonstruksi dengan tujuan untuk mengungkap cara-cara pemaknaan masyarakat terhadap tata ruang publik di dalam menentukan gaya hidup dan pola komunikasi para pengunjungnya. Dari analisis semiatik terhadap ruang publik Plaza Indonesia Entertainment X'nter (Plaza eX) di Jakarta Pusat yang mengasumsikan representasi identitas Masyarakat Urban, maka dapat disimpulkan bahwa : Bangunan berfungsi sebagai cermin, yang merefeksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Bangunan Plaza eX memiliki nilal intensional, untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Masyarakat pengguna terlibat dalam proses pemaknaan, masyarakat masuk pada tahapan kognisi dengan mengkonstruksi makna lewat karya arsitektur melalui gaya hidup dan pola komunikasinya. Ada perbedaan orientasi nilai yang dianut oleh penguasa di dalam mempengaruhi dan menjelaskan sikap para arsitek dalam menangani suatu bangunan. Menitikberatkan sejarah ruang di atas sejarah waktu dalam merajut kembali hubungan karya arsitektur dengan keadaan politik dan sosiai budaya bangsa dan negara Indonesia, meletakkan bahasannya dalam ruang nyata, serta berucap melalui bangunan dart bingkaiannya. Kehidupan manusia berlangsung dalam ruang sarat raga yang dibingkai oleh arsitektur. Dengan memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian pembongkaran pemikiran ini, maka dapatlah dipahami bahwa tata ruang publik sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, di dalam prosesnya mendorong perilaku kehidupan sehari-hari pengunjung sebagai masyarakat urban Jakarta. Sementara proses enkulturasi (pembudayaan) dari nilainilai yang terlembaga melalui pemanfaatan jalan dan fasilitasnya sebagai tata ruang publik, maka di samping fungsi tradisionalnya sebagai tempat pertemuan, melalui ruang publik dapat merepresentasikan para pengguna yang mewakili warga kota ke arah identitas masyarakat urban. Sebagai rekomendasi akademis, bahwa konsep tata ruang publik yang menjadi perhatian dari displin arsitektur, di dalam masyarakat memiliki fungsi, tidak sekedar struktur fisik sebagai tanda yang memiliki makna tertentu. Tanda ini menyiratkan sikap dan perilaku, bahkan ekspresi dari seseorang. Dari elaborasi ini, maka secara kontekstual proses perubahan kognisi, sikap dan perilaku seseorang sangat terkait dengan disiplin komunikasi khususnya dalam mewujudkan representasi identitas masyarakat urban. Dengan demikian usaha untuk melihat bahwa ilmu komunikasi yang merupakan bagian dari disiplin yang berpijak pada persoalan sosial atau bagian ilmu sosial, bisa didekati melalui kajian budaya, sebagai sesuatu yang melekat dalam diri manusia sebagai mahluk sosial.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Irene Suparlan
Abstrak :
Poligami adalah isu yang sangat menarik bagi sebagian kalangan yang memiliki perhatian terhadap masalah-masalah sosial - termasuk masalah perempuan dan keluarga. Isu poligami selalu muncul dan menghilang dengan diiringi perdebatn yang seolah tidak ada habisnya. Faktor agama, sosial, budaya dan juga gender selalu menjadi Iandasan dari berbagai pendapat yang bersikap pro maupun kontra terhadap aktivitas poligami tersebut. Perdebatan masalah poligami dari sisi agama akan menimbulkan beberapa pendapat yang dapat saling bertentangan satu sama Iain. Perdebatan itu menyangkut masalah hukum-hukum Islam. Selanjutnya pembicaraan poiigami melebar ke masalah hak-hak perempuan dan kesetaraan gender dan bermunculan pendapat para pakar masalah-masalah perempuan dan poligami di media massa.

Perempuan menjadi fokus utama dari aklivitas poligami itu sendiri. Mengapa seorang perempuan bersedia dipoligami ? Benarkah semua perempuan menolak aktivitas poligami '? Benarkah perempuan merasa diperlakukan tidak adil bila tenjadi aktivitas poligami ? Dan benarkah perempuan menyetujui aktivitas poligami karena adanya ketergantungan secara ekonomi ??

Majalah-majalah wanita sebagai medium yang menyampaikan informasi kepada pembaca perempuan menampilkan peristiwa dan kajian seputar isu poligami ini dari berbagi sisi. Ada beberapa fenomena yang menarik untuk dikaji. Dua fenomena menarik itu adalah adanya perbedaan cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan juga adanya perbedaan sikap dan cara pandang para pengelola media terhadap isu poligami itu sendiri. Ada majalah wanita yang secara jelas menentukan sikap menentang aktivitas poligami dan ada majalah wanita yang memilih tidak mengambil sikap apapun.

Dari mengkaji beberapa fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan mengkaji alasan pemilihan frame tertentu dalam menyampaikan isu poligami. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk mengkaji kontribusi faktor ideologi dalam pemilihan sikap majalah wanita menanggapi isu-isu poligami yang sensitif bagi perempuan.

Majalah wanita yang dipilih dalam penelitian ini adalah majalah Femina dan majalah Ummi. Pemilihan ini didasari oleh perbedaan ciri dan sifat dari kedua majalah wanita tersebut sehingga dimungkinkan akan diperolch hasil yang lidak sama secara mutlak dalam memandang isu poligami.

Penclitian dilakukan pada tingkatan tekstual dengan analisis framing dan pada tingkatan intertekstual dengan wawancara mendalam serta penelusuran terhadap sejarah kedua majalah wanita tersebut. Analisis framing dilakukan terhadap artikel-artikel yang dianggap bisa menunjukkan sikap pengelola media terhadap isu poligami yang menjadi perdebatan. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pihak pengelola media yang berbicara mewakili majalah wanila tersebut untuk mengetahui sikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh pengelola media terhadap isu poligami.

Dari penelilian tersebut diambil kesimpulan bahwa majalah wanita memiliki frame yang tidak selalu sama dalam mengemas isu poligami. Poligami sebagai masalah yang menyangkut nasib perempuan yang terlibat didalamnya dilanggapi secara berbeda oleh majalah wanita yang berbeda. Walaupun didasari maksud yang sama untuk memberdayakan dan membela kaum perempuan ternyata majalah wanita menggunakan frame yang berbeda dalam membahas isu poligami dalam setiap artikelnya. Majalah Femina secara tegas menggunakan frame yang menolak poligami. Sedangkan majalah Ummi bisa dikatakan bersikap pro terhadap poligami . Anggapan ini didasarkan pada sikap majalah Ummi yang tidak menolak perkawinan poligami walaupun tidak ada pernyataan yang mendukung perkawinan poligami.

Faktor ideologi tampak memegang peranan penting dalam penentuan frame majalah wanita saal mengemas isu poligami karena ideologi merupakan faktor utama yang mendasari jalan pikiran para pengelola media ketika menentukan ke arah mana majalah wanita tersebut akan dibawa. Bagaimana ideologi yang mereka pegang memandang kaum perempuan ternyata memberi pengaruh besar pada bagaimana majalah wanila tersebut akan membawa pembaca perempuannya kepada suatu arah dan titik tertentu. Majalah Femina yang memegang ideologi cenderung ke arah liberal dalam arti menuntut suatu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan secara tegas menolak poligami karena kecenderungannya yang menimbulkan ketidakadilan bagi perempuan. Sedangkan majalah Ummi yang memegang ideologi Islam tidak mau mengambil sikap yang tegas menolak poligami karena memahami poligami sebagai satu perkawinan yang dibolehkan dalam Islam tetapi juga tidak mau mendukung karena memahami realita yang muncul berkaitan ketidakadilan bagi perempuan.

Dari sikap kedua majalah tersebut terhadap poligami dapat dilihat bahwa sikap kedua majalah ini dalam menentang satu ideologi yang tidak pro kepada perempuan ternyata juga berbeda.Walaupun kedua majalah sama-sama menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk dari satu pembelaan terhadap perempuan tetapi apa yang ditampilkan ternyata mempunyai sudut pandang berbeda. Sesuai ideologi yang dipegang, majalah Femina melihat pembelaan terhadap perempuan dilakukan untuk mencapai keadilan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan majalah Ummi melihat pembelaan perempuan dilakukan tetap dalam koridor nilai-nilai Islam yang dipegang.

Melihat perkembangan yang demikian perlu kiranya satu pembicaraan dan dialog yang panjang antara perempuan dalam hal ini untuk menyepakati satu nilai-nilai yang sama mengenai bentuk pemberdayaan perempuan yang sesuai untuk perempuan di Indonesia. Bagaimanapun nilai-nilai ?timur? dan nilai-nilai agama tidak bisa diabaikan sama sekali. Begitu juga fakta dan realita di masyarakat juga tidak bisa diabaikan. Karena pada saat sudut pandang yang berbeda justru akan membingungkan perempuan yang membutuhkan pandangan yang obyektif dan jernih dari semua pihak agar perempuan bisa benar-benar berdaya dalam memilih yang terbaik bagi dirinya.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakti Wira Yudha
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratomo
Abstrak :
Konsumsi telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat kelas menengah perkotaan yang ditujukan sebagai salah satu cara membentuk ruang gaya hidup yang diinginkan. Dewasa ini kalangan menengah perkotaan menghubungkan kegiatan konsumsi dengan kesadaran terhadap suatu barang bermerek (brand awareness) yang sekaligus menjadi sarana pembentukan identitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pembentukan identitas dan gaya hidup masyarakat perkotaan melalui pemaknaan terhadap produk sepatu kickers. Studi penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik melakukan wawancara mendalam terhadap tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan kesadaran terhadap brand awareness pada kelas menengah perkotaan ditujukan sebagai suatu kebutuhan bukan lagi mengikuti keinginan. ......Consumption has been the important part in life for middle class urban people, as a process of forming their own lifestyle based on their desire. At present the middle class urban people relate their consumption activity with the brand awarenes as a part of their identity. The purpose of this research is to find the identity and lifestyle of the urban people through their consumption of the kickers shoes. The qualitative methods was carried out with indepth interview to seven informants. The results revealed that the brand awareness among the middle class serves more as the answer to their need of quality in consumpted goods, rather than suply as a pure answer to their desires.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Suryani
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai fenomena perilaku 'ugal-ugalan' yang dilakukan oleh supir-supir bus Metromini sehari-hari. Perilaku 'ugal-ugalan' terjadi karena faktor yang melatarbelakanginya adalah masalah ekonomi, sehingga sistem-sistem transportasi informal lebih menjadi ukuran yang mereka gunakan dalam kegiatan transportasinya sehari-hari. Selain itu bagaimana hubungan yang terjadi antara supir-supir ini dengan penumpang, Provider Jasa, 'timer-timer', dan negara secara umumnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain eksplanatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dalam keseharian supir-supir pasti 'ugal-ugalan' atau melakukan penyimpangan selama perjalanan, hal ini mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan ekonomi, masalah politik, dan sosial yang berdampak terjadinya keresahan masyarakat, kemacetan, dll. Tetapi selain supir, ada pihak lain yang harus mempertanggungjawabkan mengapa supir-supir ini bertindak 'ugal-ugalan' yaitu, penumpangnya sendiri, PT Metromini sendiri, dan kebijakan-kebijakan dari negara yang dilihat tidak ada kontribusinya untuk memperbaiki sistem transportasi menjadi layak dan manusiawi. ......This thesis discusses the phenomenon of "reckless" behavior performed by the Metromini bus driver everyday. The factors behind this behavior is caused by a matter of economics, which later turns the informal transport systems as a system more often referred to be used in daily transportation. Furthermore, this study would look into the relationship that occurs between the driver with a passenger, Service Provider, timers, and the state generally. This study counts as a qualitative research designed to focus on explanative. The conclusion of this study is that a daily driver must be "reckless" and defy the road rules when they drive, in order to meet their basic needs such as the needs of economic, political, and social. Their 'recklessness' give impacts on public anxiety, traffic jams, etc.. Of course, other than the drivers themselves, there are other parties who contributes their own roles on this matter. The passengers themselves, PT Metromini, and the policies of the state does nothing to improve the transportation system in order to make it more feasible and humane.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Donny Mason
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang peran komunitas Suara Transjakarta dalam melakukan evaluasi Transjakarta Busway. Penelitian kualitatif dengan tipe deskripstif ini bertujuan untuk menjabarkan peran apa saja yang bisa diberikan oleh masyarakat melalui kekuatan-kekuatan kelompok terhadap program yang dilaksanakan Pemerintah, khususnya transportasi umum Transjakarta Busway. Peran serta masyarakat inilah yang dimanfaatkan komunitas Suara Transjakarta yang juga hadir sebagai stakeholder dari Transjakarta Busway sebagai pengguna. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Transjakarta Busway telah melibatkan masyakat dalam pelaksanaan program, yang mengarah pada tata kelola pemerintahan Governance. Komunitas Suara Transjakarta mampu menjalankan peran sebagai mitra kerja, kontrol, media sosialisasi ataupun sebagai inovator solusi masalah.
This undergraduate thesis examines the role of Komunitas Suara Transjakarta in the process of evaluation toward Transjakarta Busway. The research established based on qualitative approach, with a descriptive research, where the researcher tries to examine each roles of societies, in this case is a community, toward the implementation of Government?s programmed, especially in the transportation sector. The result of this research reveals that The DKI?s Department of Transportation by the Managing Unit Transjakarta Busway joint program with community, to reach a goal as a good governance. Transjakarta community have a capacity as partner, control, socialization media or innovator to give a problem solving to the Transjakarta Busway.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vany Arvindah
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini membahas sosiabilitas di kalangan generasi Z setelah e-commerce berkembang pesat di Indonesia. Penulis berangkat dari studi-studi sebelumnya yang membahas tentang perkembangan e-commerce di kalangan generasi Z serta kaitannya dengan trust dan mobile phone. Studi-studi tersebut fokus membahas e-commerce dari sisi konsumsinya saja. Oleh karena itu, penulis ingin melengkapi studi sebelumnya dengan mengaitkan kehidupan keseharian pengguna e-commerce dengan sosiabilitas dalam kelompok teman sebayanya. Penulis berargumen bahwa perkembangan e-commerce menyebabkan pergeseran sosiabilitas di kalangan mahasiswa. Dalam hal ini, interaksi di kalangan mahasiswa yang sudah sosiabel meningkat tetapi bergeser dari yang sifatnya interaksional menjadi transaksional. Hal tersebut didukung oleh penggunaan ponsel pintar di kalangan generasi Z. Artikel ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Subyek penelitian dalam artikel ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang sering melakukan transaksi e-commerce. Penelitian dilakukan sejak bulan September hingga November 2017.
ABSTRACT
This article discusses sociability among the Z generation after e commerce is growing rapidly in Indonesia. The author set out from previous studies that discuss about the development of e commerce among the Z generation and its relation to trust and mobile phone. The studies focus on e commerce in terms of consumption alone. Therefore the author would like to complete the previous study by linking the daily life of e commerce users with sociability in peer groups. This article argue that the development of e commerce causes the shifting of student rsquo s sociability. In this case, the interaction between sociabel students shifting from interactional to transactional. It supported by smartphone usage among the Z generation.This article uses qualitative methods. Data was collected by indepth interview, observation and literatur studies. The subject of this research is students from Faculty of Social and Political Science Universitas Indonesia who frequently conduct e commerce transactions. The study was conducted from September to November 2017.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ayu Paramitha
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini membahas bekerjanya modal budaya orang bukan dari kalangan selebritas dapat menjadi terkenal melalui Instagram selebgram dan memikat pengguna Instagram. Studi-studi sebelumnya membahas selebgram sebagai social media influencer dan modal budaya pada media baru. Berkaitan dengan kedua pemetaan tersebut, peneliti berargumen bahwa proses menjadi selebgram dilatarbelakangi oleh modal budaya selebgram dan pihak eksternal dan terjadi negosiasi modal budaya khususnya ide-ide dalam berpakaian untuk ditampilkan secara visual di akun instagram selebgram. Dalam upaya melengkapi studi-studi sebelumnya, artikel ini berfokus pada bekerjanya modal budaya dalam proses menjadi selebgram di bidang fesyen dan bagaimana negosiasi modal budaya yang dilakukan baik selebgram dengan pihak eksternal sebagai pihak yang memiliki intensitas tinggi dalam membantu selebgram sehingga tercipta kesepakatan yang di repsesentasikan melalui akun selebgram secara visual. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Adapun subyek penelitian dalam artikel ini adalah 1 selebgram yang terkenal di bidang fesyen, 2 memiliki jumlah pengikut instagram aktif diatas 3.000 followers 3 bekerjasama dengan korporasi sebagai endorser 4 tergolong kelas sosial tertentu 5 dan pihak eksternal yang membantu selebgram yaitu teman dan keluarga.
ABSTRACT
This article is discussing about how cultural capital, which can turn people from non ndash; celebrity background into celebrity in Instagram, or what people usually call selebgram and have successfully attracted Instagram users. Previous studies discussed selebgrams as social media influencer and cultural capital to new form of social media. Based on the said mappings, this study was conducted under the assumption that the process of being an Instagram celebrity and attracted Instagram users were based on the properly working cultural capital from celebgrams and external parties that assisted them and there was a negotiation of cultural capital between the celebgrams and the external parties in the self-celebrification process especially in the idea of dressing. In the effort to complement previous studies, this article is focusing on the work of cultural capital from the selebgrams and how it rsquo;s negotiation between selebgrams and external parties with high intensity, helped selebgrams to reach the agreement which is represented by the selebgrams account visually. This article uses qualitative methods by using in-depth interviews, observations and literature studies. The subjects of this research are 1 selebgrams who are most known on the field of fashion, 2 currently followed by more than 3.000 active followers, 3 currently co-operating with companies as an endorser, 4 belong to a certain social class 5 external parties who have helped the creation of such figure such as friends and family.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>