Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Susilowati
"Pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai menyangkut aspek fisik, mental dan sosial, tidak terbatas pada kemampuan bereproduksi saja, tetapi juga termasuk keamanan dan keberhasilan reproduksi. Wanita sebagai pelaku reproduksi mempunyai tugas khusus yang berbeda dengan pasangannya, yaitu mengaudung dan melahirkan. Keadaan ini berisiko terhadap kesehatan fisik dan mental. Sampai saat ini aspek kesehatan mental pada ibu dan anak masih sangat sedikit diperhatikan. Salah satu gangguan mental yang mengancam wanita pascapersalinan adalah depresi pascapersalinan. Gangguan ini berdampak negatif pada kehidupan pribadi wanita tersebut maupun perkawinannya serta hubungan dengan anaknya sehingga terjadi gangguan perkembangan emosional dan tingkah laku anak di kemudian hari.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa angka kejadian depresi pascapersalinan berkisar antara 10% - 15% atau 20% - 25% pada penelitian lain. Di Indonesia penelitian tentang hal ini lebih banyak dilakukan di rumah sakit dibandingkan di masyarakat. Pada masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler kota Bandung yang penduduknya padat dengan jumlah persalinan pada tahun 1999 sebesar 3161 orang, belum diketahui data tentang depresi pascapersalinan. Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengetahui kasus depresi yang terjadi pada ibu pascapersalinan 4 minggu - 12 bulan serta beberapa variable yang berhubungan dari faktor psikologik-edukasional, faktor sosiocultural dan faktor obstetrik-ginekologik.
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode potong lintang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode klaster 2 tahap. Pengumpulan data terhadap 210 responden dibantu oleh 10 orang kader yang sudah dilatih terlebih dahulu. Analisis data terhadap variabel yang diteliti menggunakan perangkat lunak C-Sampel pada Epi Info 6.04.
Berdasarkan uji univariat dan bivariat diperoleh gambaran tentang karakteristik ibu yaitu sebagian besar responden berusia antara 20 - 30 tahun, berpendidikan rendah, sebagai ibu rumah tangga, menginginkan anaknya, memiliki dukungan sosial yang cukup, status sosial ekonomi rumah tangganya rendah, multipara, saat bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, dan kondisi bayi saat dilahirkan baik. Angka kejadian depresi pascapersalinan (DPP) di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah 15,7% dengan estimasi interval sebesar 9,37 % - 22, 06 % pada tingkat kepercayaan 95 % dan variabel yang berhubungan dengan DPP yaitu usia, status sosial ekonomi rumah tangga, dukungan sosial, keinginan punya anak, jenis persalinan dan persepsi ibu terhadap kondisi bayinya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko depresi pascapersalinan melalui peningkatan pelayanan kesehatan berupa promosi kesehatan tentang usia kehamilan dan persalinan yang aman, pendidikan kesehatan bagi suami dan anggota keluarga lain, pelayanan ANC dan kunjungan rumah pada ibu nifas serta mempeluas informasi tentang DPP. Bagi ibu, perlu pembiasaan diri dalam pemeriksaan kesehatan selama kehamilan dan masa nifas secara teratur dengan memperhatikan juga faktor usia serta berusaha mencari aktivitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga selain kesibukan di rumah-taggga. Bagi suami dan anggota keluarga, perlu mengupayakan dukungan sosial-spiritual yang memadai bagi ibu hamil/nifas. Dan dibuatkannya program promosi, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang memadai terhadap depresi pascapersalinan, oleh penentu kebijakan kesehatan di tingkat pusat maupun daerah.

Postpartum Depression and It?s The Related Factors at Bojongloa Kaler District in Bandung, 2001Reproductive health services included physical, mental and social aspects are not merely reproductive ability, but safety and success of reproduction as well. Woman as a reproductive subject has a special task which differs from her spouse, those are pregnant and child bearing. These conditions have a risk to physical and mental health. The problem of mental health is still ignored up to now. One of Psychiatric disturbances after delivery is postpartum depression (PPD). This disturbance may have a long-term negative impact on her family and her personal life besides she interacts with her infant who might cause her child's emotional development and behavior deviation in the future.
Many researches in overseas reported that incidence of postpartum depression ranges from 10% to 25%. In Indonesian, many postpartum depression studies have been done, but those studies are more based on hospital than community oriented. Bojongloa Kaler district with it?s densely population and the amount of childbirth is 3161 per people in 1999, has not been known with the case of postpartum depression. Therefore the objectives of the study are to know depression prevalence among mothers who were at 4 weeks to 12 months postpartum, and also its factors such as psychological educational, social cultural and obstetric gynecological factors.
This research design is observational study with a cross sectional method. Using a two-stage cluster sampling. Data were collected by ten cadres who were trained before. Data analysis used a software C-Sample on Epi Info 6.04.
The description of respondents are at the mean of age 20 to 30 years old, low educated, being a housewife, wanted to have child, have a good social support, low social economic status, multiparity, most were assisted by health staff when they delivered their babies, and they perceived then new babies were are bad condition. It was shown that among 210 subjects, proportion of postpartum depression in Bojongloa Kaler District was 15.7% (95 % CI was 9.37% to 22.06%. More as, variables related to postpartum depression were age, household sock) economic status, social support, wanted to have child, type of childbirth, and mother perception on her infant condition as well.
Accordingly, the risk to postpartum depression can be prevent and reduced by intervention such as increasing health care through health promotion especially on age of pregnancy and safe childbirth, health education for husband and family, ante natal care services and home visit to postpartum mother due to enhance the information about postpartum depression. Regarding the pregnancy, mother should concern on her age, despite doing regular ante natal and post natal care. They were expected to find a positive activity in addition to their domestic task, particularly which could also increase their welfare. The husband and family were required to give social and spiritual support for pregnant and postpartum mother. Nevertheless, health policy maker at central and regional level need to make interesting promotion, education and services of health programs to postpartum depression."
2001
T8440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvana Evawani
"Gangguan fungsi kognitif pada gangguan afektif bipolar timbul bersamaan dengan gejala episode mood dan diharapkan dapat pulih seiring remisi gejala episode mood. Penelitian-penelitian menemukan fungsi kognitif yang menetap pada fase remisi gejala dan diduga dapat memengaruhi fungsi psikososial. Salah satu fungsi kognitif yang terganggu selama fase remisi adalah memori verbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan antara fungsi memori verbal dengan fungsi psikososial pada pasien dengan gangguan afektif bipolar fase remisi dan nonremisi. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Poli Psikiatri Dewasa RSCM. Subyek yag digunakan sebanyak 64 orang, terdiri atas 32 pasien fase remisi dan 32 pasien fase nonremisi. Memori verbal diukur dengan Rey Auditory Verbal Learning Test (RAVLT), fungsi psikososial diukur dengan The World Health Organization Disability Assessment Schedule 2.0 (WHODAS 2.0). Kedua kelompok tidak memerlihatkan perbedaan performa fungsi memori verbal, kecuali pada performa fungsi pemanggilan kembali segera (p 0,046). Tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara memori verbal dengan fungsi psikososial pada pasien dengan gangguan afektif bipolar fase remisi dan nonremisi. Performa memori verbal yang sama antara kelompok pasien remisi dan nonremisi menunjukkan bahwa memori verbal pada gangguan afektif bipolar dapat terganggu meskipun gejala mood sudah remisi. Fungsi psikososial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor selain fungsi memori verbal yang perlu diteliti lebih lanjut.

Cognitive impairment in bipolar affective disorders happens during mood epsisode symptoms and are expected to recover within remission of mood episode symptoms. Studies have found cognitive functions that settled during remission phase of symptoms and are thought to affect psychosocial function. One of the impaired cognitive functions during the remission phase is verbal memory. The purpose of this study was to prove the relationship between verbal memory and psychosocial function is patients with bipolar disorder currently in remission and nonremission ones. This study was a cross-sectional study conducted at Adult Psychiatry Policlinics at Ciptomangunkusumo Hospital. The subjects were 64 patients, consisting of 32 remitted patients, and 32 nonremitted patients. Verbal memory is measured using Rey Auditory Verbal Learning Test (RAVLT). Psychosocial functions were measured by the World Health Organization Disability Assessment Schedule 2.0 (WHODAS 2.0). The two groups showed no differences in the performance of verbal memory, eccet for immediate recall function (p 0,046). There was no statistically significant relationship between verbal memory and psychosocial function in both groups. Verbal memory performnace may still impaired bipolar disorder during remission. Psychosocial functions can be influenced by various factors other than verbal memory fucntion and need to be investigated further."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Primaciptadi
"Tesis ini membahas pemanfaatan neurofeedback (NF) pada anak dengan gangguan spektrum autisme (GSA) di Indonesia, yang selama ini pemanfaatannya masih sangat terbatas, karena terdapat aspek yang belum jelas seperti belum adanya panduan atau konsensus terkait kriteria anak GSA yang mendapatkan manfaat dari NF, jumlah sesi latihan yang optimal, jenis protokol latihan yang optimal serta evaluasi yang perlu dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode delphi. Telah dilakukan penyusunan kuesioner yang didasarkan pada telaah literatur dan diskusi dengan pembimbing penelitian. Kuesioner yang disusun terdiri dari tujuh bagian dan tiga puluh sembilan pertanyaan. Kuesioner dibagikan kepada enam orang psikiater anak dan remaja yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang terkumpul dari kuesioner metode Delphi dianalisis dengan metode kualitatif, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam pemanfaatan NF pada anak GSA perlu memperhatikan karakteristik anak dengan GSA, riwayat kondisi medik dan psikiatrik, kemampuan berbahasa dan komunikasi, serta tingkat kecerdasan. Selain itu pengaturan ruangan latihan NF, edukasi keluarga, asesmen awal, penyusunan rencana terapi, sesi latihan yang terstruktur dan proses evaluasi yang komprehensif juga perlu diperhatikan untuk optimalisasi hasil tatalaksana NF pada anak GSA. Berdasarkan hasil penelitian, protokol latihan NF pada anak GSA telah berhasil disusun.

This thesis discusses the utilization of neurofeedback (NF) in children with Autism Spectrum Disorder (ASD) in Indonesia, where its application has been very limited. This limitation arises due to unclear aspects such as the absence of guidelines or consensus regarding the criteria for children with ASD who benefit from NF, the optimal number of training sessions, the optimal type of training protocol, and the necessary evaluations. The research employed a qualitative approach using the Delphi method. A questionnaire was developed based on literature reviews and discussions with the research supervisor. The questionnaire consisted of seven sections with thirty-nine questions. It was distributed to six child and adolescent psychiatrists who met the inclusion criteria. Data collected from the Delphi method questionnaire were analyzed qualitatively using data reduction, data display, and conclusion drawing/verification methods. The research findings suggest that the utilization of NF in children with ASD should consider the child's characteristics, medical and psychiatric history, language and communication abilities, as well as intelligence level. Additionally, aspects such as the arrangement of the NF training room, family education, initial assessment, therapy plan development, structured training sessions, and a comprehensive evaluation process need attention to optimize the management outcomes of NF in children with ASD. Based on the research results, a successful NF training protocol for children with ASD has been formulated."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Florensa
"Tujuan
Untuk mendapatkan data metastasis KGB retrofaring pada penderita KNF dengan
pemeriksaan CT nasofaring di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Metode
Penelitian studi deskriptif analitik dari data sekunder CT nasofaring penderita
KNF yang belum mendapatkan terapi radiasi dan kemoterapi. Penilaian metastasis
KGB retrofaring dengan diameter aksial minimal ≥ 5 mm yang berada di level
atlas dekat arteri karotis interna. Penilaian massa tumor menurut TNM AJCC edisi
ke-7 tahun 2010. Dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan
metastasis KGB retrofaring dengan massa tumor, tipe histopatologi, invasi lateral,
dan massa tumor melewati midline.
Hasil dan diskusi
Sebanyak 85 penderita KNF dengan subyek terbanyak laki-laki, umur rerata 43,2
tahun, metastasis KGB retrofaring sebanyak 81 subyek, dan metastasis KGB
servikal level II merupakan metastasis KGB terbanyak.
Kesimpulan
Metastasis KGB retrofaring adalah metastasis KGB terbanyak kedua setelah KGB
servikal level II. Kedua metastasis KGB ini merupakan drinase pertama metastasis
KGB pada KNF.

Objectives
To get the data retropharyngeal lymph node metastatic in NPC patients with
nasopharyngeal CT examination in Dharmais Cancer Hospital.
Methods
Analytic descriptive study using secondary data from nasopharyngeal CT
examination of NPC patients who had not received radiation therapy and
chemotherapy. Assessment of retropharyngeal lymph node metastatic with
minimal axial diameter ≥ 5 mm at the level of the atlas near the internal carotid
artery. Tumor mass assessed according to the AJCC TNM 7th edition in 2010.
Performed statistical tests to determine the relationship retropharyneal lymph
node metastatic with tumor mass, histopathologic type, lateral invasion, and
tumor mass through the midline.
Result and discussion
A total of 85 patients with NPC most male subjects, mean age 43.2 years, 81
patients with retropharyngeal lymph node metastatic, and level II cervical lymph
node metastatic is the highest.
Conclusion
Retropharyngeal lymph node metastatic is the second highest after level II
cervical lymph node metastatic. Both of these lymph node metastatic is the first
drainage lymph node metastastic in NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Dhestiana
"Latar Belakang: Paparan terhadap pengalaman buruk seperti pelecehan dan pengabaian memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosio-emosional anak. Orang dengan disabilitas intelektual memiliki kualitas kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak berkebutuhan khusus. Anak dengan disabilitas intelektual rentan mengalami pengucilan sosial, diskriminasi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga maupun lingkungan dan kualitas kesehatan yang kurang baik. Hingga saat ini, di Indonesia, belum ada instrumen yang valid dan reliabel untuk menilai pengetahuan dan mencegah terjadinya kekerasan maupun pelecehan seksual pada remaja perempuan dengan disabilitas intelektual ringan. Hal ini membuat perlunya ada instrimen khusus yang valid dan reliabel. Dalam hal ini, dipilih instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” oleh Wen-Ying Lou. Instrumen tersebut merupakan salah satu ukur yang mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik untuk mengetahui pengetahuan pencegahan kekerasan seksual pada siswa perempuan sekolah menengah dengan disabilitas intelektual.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” pada populasi siswi perempuan dengan disabilitas intelektual di Indonesia. Proses penelitian ini terdiri dari tahap penerjemahan instrument ke dalam Bahasa Indonesia, uji coba dengan sepuluh responden, penyempurnaan terjemahan, penilaian validitas isi oleh sepuluh pakar Kesehatan Jiwa.
Hasil: Pada uji validasi, didapatkan bahwa validitas isi instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” berada pada tingkatan baik, yaitu dengan nilai I-CVI sebesar 0.70 – 1.00 dan nilai S-CVI sebesar 0.87. Hasil uji coba terhadap sepuluh orang anak dengan disabilitas intelektual ringan diperoleh bahwa instrument dapat dipahami dan diterima. Instrumen ini secara isi valid untuk digunakan oleh pemeriksa sebagai alat bantu untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak perempuan dengan disabilitas intelektual tentang pencegahan kekerasan seksual.
Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan validasi isi, dapat disimpulkan bahwa instrumen “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” versi Bahasa Indonesia merupakan kuesioner yang memiliki validitas isi yang baik dengan hasil uji coba yang mudah dipahami oleh sampel responden. Namun, untuk memastikan validitas, perlu dilakukan kembali uji reliabilitas serta uji validitas lainnya.
Kata kunci: kekerasan seksual, remaja perempuan, disabilitas intelektual, An Illustrated Scale Measuring

Background: Exposure toward awful events, such as abuse and neglection may produce negative influences to children’s social and emotional development. People with intellectual disabilities also possess lower quality of health compared to people without any special needs. Children with intellectual disabilities are more prone to experience social isolation, discrimination, sexual abuse, domestic / environmental violence, and loqwquality of health. To date, in Indonesia, there is no valiable and reliable instrument to assess knowledge and prevent sexual abuse in female teenager with mild intellectual disabilities. Therefore, it is necessary to have a specific, valid, and reliable instrument. In this matter, this study choose an instrument named “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” by Wen-Ying Lou. This instrument is one of the measuring tools that have good validity and reliability to obtain knowledge of sexual abuse prevention in female teenagers with intellectual disabilities.
Methods: This study aimed to obtain the validity and reliability of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” in a population of female teenagers with intellectual disabilities in Indonesia. This study process consists of translating the instrument into Bahasa Indonesia, testing with 10 respondents, finalizing the Indonesian version of the instrument, and content validity by 10 experts in Psychiatry.
Results: In the validity test, it is obtained that the content validity of the instrument “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” is considered to be valid, with the score of I-CVI within the range of 0.70 – 1.00 and S-CVI score at 0.87. From the trial test ton ten girls with mild intellectual disability, it showed that this instrument can be easily understood and accepted. The instrument is valid in the content and can assist clinician to assess the knowledge about sexual abuse prevention of children with mild intellectual disability.
Conclusion: From the content validity testing, “An Illustrated Scale Measuring the Sexual-abuse Prevention Knowledge” – Indonesian has acceptable content validity. The trial test also shows that the instrument is easily understandable for respondents. But, for futher usage, this instrument needs to have reliability test or other validity tests
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nazli Mahdinasari
"Latar Belakang : Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas merupakan gangguan neurodevelopmental dengan prevalensi global sekitar 5-12%. Anak dengan GPPH sering menghadapi masalah dalam fungsi akademik dan sosial, yang dapat memicu gangguan lainnya. Karena prevalensinya yang cukup tinggi dan dampaknya yang signifikan, penegakan diagnosis yang akurat merupakan hal yang penting. Secara umum, diagnosis ditegakkan melalui wawancara psikiatri, observasi, dan skala penilaian oleh orang tua atau guru. Namun, laporan dari orang tua atau guru cenderung bersifat subjektif, dan gejala mungkin tidak selalu muncul saat pemeriksaan status mental tergantung kepada adaptasi anak terhadap dokter dan pengamatan yang berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, banyak studi telah mengeksplorasi penggunaan teknologi untuk menghasilkan tes diagnostik yang objektif. Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah alat diagnostik berbasis Virtual Reality (VR). Saat ini sudah mulai dikembangkan alat diagnostik GPPH berbasis VR. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana performa diagnostik alat diagnostik GPPH berbasis VR yang ditelaah melalui tinjauan sistematik. Metode : Penelusuran artikel dilakukan sesuai dengan alur pada bagan PRISMA melalui tujuh mesin pencarian data yaitu : Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, Proquest, Sage Journals, Scopus dan Emerald Insight. Hasil : Hasil penelusuran mendapatkan 510 artikel yang kemudian dilakukan penapisan dan telaah didapatkan tiga artikel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penilaian hasil kualitas studi pada ketiga artikel tersebut didapati risiko bias yang rendah. Kualitas studi terhadap domain seleksi pasien didapatkan dua artikel dengan risiko rendah dan satu artikel dengan risiko tinggi. Penilaian hasil kualitas studi pada uji indeks, refrensi standar, alur dan waktu didapatkan risiko rendah. Pada poin “Penerapan” ketiga artikel didapatkan risiko yang rendah. Melalui tinjauan sistematik, alat diagnostik GPPH berbasis VR memiliki nilai sensitivitas berkisar 68% hingga 80% (dengan tingkat yang sedang) dan spesifisitas berkisar 75% hingga 100% (dengan tingkat yang baik). Kesimpulan : Melalui tinjauan sistematik ini, alat diagnostik GPPH berbasis VR merupakan alat penunjang yang baik dalam membantu menegakkan diagnosis GPPH pada anak dan remaja.

Background : Attention Deficit Hyperactivity Disorder is a neurodevelopmental disorder with a global prevalence around 5-12%. Children with ADHD have difficulties in academic and social functioning, which can lead to other mental disorders. The high prevalence rate and the resulting impact necessitate an accurate diagnosis. Generally, diagnosis is established through psychiatric interviews, observations, and rating scales by parents or teachers. However, reports from parents or teachers tend to be subjective, and symptoms may not always appear during mental status examinations, depending on the child's adaptation to the doctor and the observation process. Therefore, the use of technology is needed to produce objective diagnostic test. One such technology being developed is Virtual Reality diagnostic tools. Objective : This study aims to evaluate the diagnostic performance of virtual reality diagnostic tool for ADHD through a systematic review. Method : The article search was conducted following the PRISMA flowchart through seven data search engines: PubMed, Cochrane, EBSCOhost, ProQuest, Sage Journals, Scopus, and Emerald Insight. Result : The search results yielded 510 articles, which were then screened and reviewed, resulting in three articles that met the research objectives. The quality assessment of these three studies showed a low risk of bias. In the domain of patient selection, two articles had a low risk and one article had a high risk. The quality assessment for the index test, reference standard, flow, and timing showed a low risk. On the “Applicability concern”, all three articles had a low risk. Through a systematic review, virtual reality diagnostic tool for ADHD have shown a sensitivity ranging from 68% to 80% (with a moderate level) and a specificity ranging from 75% to 100% (with a good level). Conclusion : Virtual reality diagnostic tool for ADHD is an assessment tool to adjunct ADHD diagnosis in children and adolescent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvie Dominic Teh
"ABSTRACT
Bipolar didefinisikan oleh ICD-10 sebagai sebuah gangguan mental afektif atau emosial. Dalam praktik klinik, tahap pertama dalam segala tindakan yang hendak diambil adalah diagnosis. Diagnosis krusial dalam menentukan ketepatan tahap penanganan selanjutnya. Dalam menyimpulkan diagnosis, salah satu metode penggalian informasi adalah dengan praktik anamnesis. Pada pasien anak dan remaja, metode alloanamnesis umum dipakai untuk melengkapi autoanamnesis, mempertimbangkan kompetensi anak dan remaja dalam memberikan informasi yang terpercaya. Penelitian ini secara spesifik mengkaji hubungan subjek alloanamnesis sebagai sumber informasi anamnesis dengan ketepatan diagnosis. Pengambilan data akan dilakukan dari rekam medis pasien, dan ketepatan diagnosis akan dinilai dengan cara membandingkan catatan dokter dalam rekam medis dengan kriteria diagnosis bipolar ICD-10. Pengambilan data dilakukan dengan cara total sampling pada keseluruhan populasi pasien bipolar berusia 0-24 tahun di Poli Jiwa Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa mayoritas subjek alloanamnesis berupa keluarga inti. Selain itu, ditemukan pula bahwa masih terdapat diagnosis bipolar yang kurang tepat. Secara statistik, hasil uji menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak signifikan, sehingga hubungan antara variabel subjek alloanamnesis dengan ketepatan diagnosis belum dapat disimpulkan, walaupun terlihat bahwa sebanyak 18 kasus dengan subjek alloanamnesis berupa keluarga inti di antara 26 subjek penelitian menunjukkan diagnosis yang tepat.

ABSTRACT
ICD-10 defined bipolar as an affective or emotional mental disorder. In clinical practice, the first step preceeding any action is diagnosis. Diagnosis is crucial in determining the next step needed. In concluding a diagnosis, acquiring information could be done by the practice of anamnesis. In children and adolescent, alloanamnesis method is usually used to complete information acquired from autoanamnesis, considering their competence in giving accountable information. This research studies the correlation between the alloanamnesis subject as the source of information with the accuracy of diagnosis. Data is taken from medical records, and the diagnosis accuracy is rated by comparing the doctors notes in the medical records with ICD-10s diagnosis criteria for bipolar. Data retrieval is conducted by total sampling the whole population of 0-24 years old bipolar patients in Cipto Mangunkusumo Hospitals Psychiatric Policlinic. The result shows that main family is the majority alloanamnesis subject. The result also shows the existance of inaccurate bipolar diagnosis. Statistically, the results are insignificant, and thus the correlation between alloanamnesis subject and diagnosis accuracy could not be concluded, although it is shown that 18 cases with main family as the alloanamnesis subject shows accurate diagnosis from the total study sample of 26."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Williams Harli Kianjaya
"ABSTRAK
Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan adanya fase manik dan depresif yang bergantian dan membentuk satu siklus bipolar. Dalam kepustakaan ditemukan pasien gangguan bipolar dengan penyakit komorbid ditemukan mengalami penurunan kualitas hidup, prognosis, dan angka harapan hidup dibandingkan pasien tanpa komorbiditas, dan pada dewasa ditemukan 20% mengalami bipolar dengan penyakit komorbid dan pada geriatri ditemukan 28% mengalami bipolar dengan penyakit komorbid. Didasari hal tersebut, peneliti bermaksud untuk mendapatkan hubungan antara usia dengan kejadian penyakit komorbid pada gangguan bipolar. Dilakukan studi cross-sectional dengan sampel berupa rekam medis seluruh pasien yang pernah berkunjung ke Poli Jiwa Anak dan Remaja dan Poli Jiwa Dewasa RSUPN Cipto Mangunkusumo dan mendapat diagnosis bipolar (kode ICD F31) dalam periode 2008 hingga 2018. Terdapat 122 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Dalam studi ditemukan 122 pasien, dengan 47 diantara 122 kasus mengalami penyakit komorbid. Dalam analisis tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian penyakit komorbid (p = 0,766).

ABSTRACT
Bipolar disorder is a mental disorder presenting as a cycle of manic and depressive episode. In previous studies, patients with bipolar disorder with comorbidities were found to have lowered quality of life, prognosis, and life expectancy compared to those without, and the incidence of bipolar disorder with comorbidities in adult and geriatric patients were 20 and 28 percent, respectively. Based on these studies, a study is conducted to research the possibility of age playing a role in the incidence of comorbidity in bipolar disorder. A cross-sectional study was performed on the medical record of all patients diagnosed with bipolar disorder (ICD code F31) whom visited the Children and Adolescent Psychiatric Clinic and Adult Psychiatric Clinic RSUPN Cipto Mangunkusumo in the period of 2008 to 2018. 122 samples were found after taking inclusion criteria and exclusion criteria into account. This research measured 122 cases, in which 47 out of 122 cases were presented with comorbidities. Analysis of the data shows insignificant correlation between age and the incidence of comorbid diseases in bipolar disorder (p = 0,766)."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arundhati Nugrahaning Aji
"ABSTRAK
Adanya anak dengan skizofrenia dapat mempengaruhi sistem relasi keluarga, termasuk relasi orangtua terhadap anak mereka. Tujuan: untuk melihat pengaruh adanya anak dengan skizofrenia terhadap pola relasi orangtua dan untuk mendapatkan gambaran pola relasi orangtua yang mempunyai anak dengan skizofrenia. Metode: penelitian ini merupakan studi kasus kontrol. Pola relasi orangtua diukur menggunakan Family Adaptability and Cohesion Evalution Scale (FACES) IV. Hasil: sebesar 73,33% keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia mempunyai pola relasi orangtua yang sehat dan 26,67% mempunyai relasi orangtua yang tidak sehat, baik menurut ayah maupun menurut ibu. Keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia memiliki pola relasi orangtua yang tidak sehat sebesar 6,65 kali dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan skizofrenia (p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Kesimpulan: adanya anak dengan skizofrenia memberikan pengaruh terhadap pola relasi orangtua.

ABSTRACT
Children with schizophrenia can affect family relation system, including parental relationship
towards their children. Purpose: To evaluate the impact of children with schizophrenia to
parental relationship pattern and acquire description of relationship pattern of parents having
children with schizophrenia. Method: This research is a case control study. Parental
relationship pattern is measured usingFamily Adaptability and Cohesion Evalution
Scale (FACES) IV. Result: 73,33% of families of children with schizophrenia have a healthy
parental relationship pattern, and 26,67% have an unhealthy relationship according to the
fathers and the mothers. Families of children with schizophrenia have an unhealthy pattern of
parental relationship 6,65 times compare to families having no children with schizophrenia
(p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Conclusion: Children with schizophrenia in the family
have an impact towards parental relationship pattern."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Mariska
"Latar belakang: kecenderungan depresi yang berkaitan dengan dukungan purser, rekan kerja, beban kerja mental dan masa kerja pada pramugari akan mempengaruhi kinerja dan absen kerja. Tujuan penelitian ini membuktikan pengaruh dukungan purser dan faktor lainnya terhadap kecenderungan depresi pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dengan sampling purposif pada tanggal 12-28 Mei 2014 terhadap pramugari yang sedang melakukan pengujian kesehatan rutin di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Pengambilan data dengan kuesioner Beck inventory dan NIOSH generic job stress. Kecenderungan depresi dianalisis dengan menggunakan regresi linear.
Hasil: Jumlah total pramugari yang melakukan pengujian kesehatan rutin di Balai Kesehatan Penerbangan 242 orang, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi adalah 145 orang, kecenderungan depresi dipengaruhi oleh dukungan purser, dukungan di luar pekerjaan dan beban kerja mental. Beban kerja mental terbukti meningkatkan kecenderungan depresi [koefisien regresi (β) = 0,549; p = 0,045] sedangkan dukungan purser [(β) = 0,552; p = 0,033] dan dukungan di luar pekerjaan [(β) = -1,191; p = 0,000] terbukti menurunkan kecenderungan depresi.
Kesimpulan: Dukungan purser dan dukungan di luar pekerjaan menurunkan kecenderungan depresi, sedangkan beban kerja mental meningkatkan kecenderungan depresi.

Background: Depression is associated with a tendency purser support, co-workers support, and mental workload on the flight attendants working lives will affect the performance and absence from work. The purpose of this study demonstrate the influence of other factors support the purser and the tendency of depression in civil aviation flight attendants in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study with purposive sampling on 12-28 May 2014 at flight attendant who was doing a routine health examination in Aviation Medical Center, Jakarta. Questionnaire data retrieval Beck inventory and NIOSH generic job stress. The tendency of depression were analyzed using linear regression.
Results: The total number of flight attendants who perform routine health examination in aviation medical Center hall 242 flight attendent, but the inclusion and exclusion criteria in this study was 145 flight attendent, depression tendencies influenced by the purser support, support outside work and mental workload. Mental workload proved increase of depression (p = 0.045, β = 0.549). wheareas purser support (p = 0.033, β = 0.552) and support outside work (p = 0.000, β = -1.191) shown to reduce the tendency of depression.
Conclusion: Purser support and support outside work reduces the tendency of depression, whereas mental workload increases of depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>