Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laras Mira Safitri
"ABSTRAK
Prehipertensi pada remaja berperan penting terhadap peningkatan risiko kejadian hipertensi pada masa dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan dominan terhadap prehipertensi pada remaja usia 14-17 tahun di SMA Al-Azhar 3 Jakarta berdasarkan jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi IMT/U , aktivitas fisik, asupan natrium, durasi tidur, dan kebiasaan merokok. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan melibatkan 142 responden kelas X dan XI. Instrumen yang digunakan, yaitu kuesioner, sfigmomanometer merkuri dan stetoskop, timbangan digital, dan microtoice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi prehipertensi sebanyak 40,8 . Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi IMT/U , asupan natrium, dan durasi tidur. Status gizi IMT/U terutama status gizi gemuk merupakan faktor dominan kejadian prahipertensi dengan odds ratio sebesar 5,998. Dianjurkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain penelitian yang berbeda, sampel yang lebih banyak, dan variabel lainnya yang belum pernah diteliti pada penelitian yang serupa.

ABSTRAK
Prehypertension among adolescenses plays important role on raising the risk of hypertension among adults. The purpose of this study is to know the related and dominant factors of prehypertension among 14 17 years old adolescence in SMA Al Azhar 3 Jakarta based on sex, family history of hypertension, nutritional status BMI , physical activiy, sodium intake, and sleep duration, and smoking habit. This study used cross sectional design. Total of 142 respondents from grade X and XI were included in this study. Instruments used are questionnaires, mercury sfigmomanometer, stethoscope, digital scales, and microtoice The result of study shows that prehypertension prevalence is 40.8 . There is significant correlation in sex, family history of hypertension, nutritional status BMI , sodium intake, and sleep duration. Nutritional status BMI , especially overweight, is the dominant factor of prehypertension with odds rasio of 5.998. It is suggested to measure other variables that have not been measured in similiar research."
2017
S67067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Vitria Camelia
"ABSTRAK
Pengukuran tekanan darah menjadi sangat penting, karena banyak kasusnya yang tidak terdeteksi sehingga pengukuran tekanan darah secara rutin. Kasus pre hipertensi pada remaja cukup tinggi berdasarkan hasil dari Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 5,3 . Diperlukan pengukuran pengganti yang akurat dan mudah sebagai pengganti alat pengukur tekanan darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui ukuran pengganti yang memiliki korelasi dan validitas optimal untuk mendeteksi kasus pre hipertensi pada siswa-siswi SMA Islam Al-Azhar 3 Jakarta berserta cut-off point nya. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel metode stratified random sampling. Penelitian dilakukan terhadap 180 siswa dan siswi kelas X dan XI yang terdiri dari 109 laki-laki dan 71 perempuan. Kesimpulannya IMT menurut umur menjadi ukuran antropometri pengganti terbaik untuk memprediksi prehipertensi pada remaja remaja dengan cut off point yang dapat digunakan yaitu 0,880 SD untuk remaja laki-laki dan 0,325 SD untuk perempuan.

ABSTRACT
Blood pressure measurement becomes very important, because many cases are not detected so that the blood pressure measurement routinely. Pre hypertensive cases in adolescents are quite high based on the results of Riskesdas in 2013 of 5.3 . An accurate and easy replacement measurement is needed instead of a blood pressure measuring device. The purpose of this research is to know the size of the substitution that has the correlation and the optimal validity to detect pre hypertension cases in the Islamic high school students of Al Azhar 3 Jakarta along with its cut off point. The research design was cross sectional with stratified random sampling method. The study was conducted on 180 students and students of class X and XI consisting of 109 men and 71 women. The IMT conclusion by age has been the best anthropometric replacement measure for predicting prehypertension in adolescent adolescents with cut off points that can be used ie 0.880 SD for male adolescents and 0.325 SD for women."
2018
S69831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Gerriananta
"Diagnosis dini diabetes merupakan kunci untuk mencegah mortalitas dan morbiditas akibat diabetes. Hal tersebut dapat dilakukan jika individu melakukan pemantauan gula darah secara rutin. Namun diperkirakan sebanyak 85% penduduk Indonesia tidak pernah memeriksakan gula darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara akses ke fasilitas kesehatan primer terhadap pemanfaatan pemeriksaan gula darah pada individu usia ≥18 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel dari penelitian ini adalah penduduk Indonesia yang berumur ≥18. Hasil penelitian menunjukkan akses memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pemeriksaan gula darah setelah dikontrol variabel kovariat, meski hubungan yang ditemukan tidak terlalu besar. Akses ke fasilitas kesehatan primer dapat mempengaruhi individu untuk melakukan pemeriksaan gula darah, meski pengaruhnya tidak terlalu besar.

Early diagnosis of diabetes is the key to preventing morbidity and mortality related to diabetes. This can be done if the individual monitors blood sugar regularly. However, it is estimated that as many as 85% of Indonesia's population have never had their blood sugar checked. This study aims to determine the relationship between access to primary health facilities and the utilization of blood sugar checks in primary health service. This study used a cross-sectional design and used secondary data from Riskesdas 2018. The sample for this study was Indonesian residents aged ≥18. The results showed that access had a significant relationship with the utilization of blood sugar checks, although the relationship found was not too large. Access to primary health facilities can influence individuals to do blood sugar checks, although the effect is not too big"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Nova Malini
"ABSTRAK
Penyakit kardiovaskuler merupakan golongan penyakit tidak menular yangmenjadi penyebab kematian tertinggi. Persentase kejadian penyakit kardiovaskuler diKabupaten Bengkulu Utara selama tahun 2017 adalah 7,69 kasus dan 3,5 dari totalkematian yang aa di Provinsi Bengkulu. Upaya promosi kesehatan dalam rangkamemberikan edukasi bagi masyarakat dibutuhkan dalam upaya pencegahan danpengendalian penyakit. Dibutuhkan kreatifitas dan inovasi tertama dalam pemilihanmedia dan metode yang tepat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalampenyampaian informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas videopromosi kesehatan tentang penyakit kardiovaskuler yang diberi unsur budaya Rejangsebagai budaya yang dikenal oleh masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitianmenggunakan disain pra eksperimen dengan one group pre-test post-test. Subyekpenelitian adalah sebanyak 60 orang pasien penderita penyakit kardiovaskuler dipoliklinik Penyakit Dalam dan oliklinik Jantung RSUD Arga Makmur KabupatenBengkulu Utara. Penarikan sampel menggunakan non probablity sampling denganteknik kuota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesionersebelum dan sesudah pelakasanaan intervensi pemutaran video. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan subyek penelitiantenatng penyakit kardiovaskuler antara sebelum 61,67 dan sesudah 71,92 intervensidengan p-value 0,0001. Tingkat pendidikan, usia, dan pendapatan secara signifikanmemiliki hubungan dengan pengetahuan subyek penelitian p-value=0,001, 0,013 dan 0,004. Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan pengetahuan subyek penelitianberdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, danpengalaman memeroleh informasi. Video dengan unsur budaya Rejang tentang penyakitkardiovaskuler yang dihasilkan diduga efektif dalam meningkatkan pengetahuan tanpaspesifikasi karakteristik kelompok sasaran tertentu.

ABSTRACT
Cardiovascular disease is type of non communicable diseases which causehighest number of death. In North Bengkulu during 2017, percentage of cardiovasculardiseases incidents was 7.69 and cause 3.5 deaths from total case in BengkuluProvince. Health promotion efforts are needed in order to provide health education forcommunity to prevent and control the diseases. Creativity and innovation needed onchoosing the right method and media to improve effectiveness and efficiency ofinformation delivery. This study aim to determine the effectiveness of health promotionvideos about cardiovascular diseases which attributed with Rejang culture as a cultureknown in North Bengkulu Regency. Using a pre experimental design with one grouppre test post test. The subjects of study were 60 cardiovascular disease patients atpolyclinic of internal disease and cardiology of RSUD Arga Makmur. Sampling wasusing non probablity sampling with technique of quota sampling. Data collection wasdone by filling out the pre test and post test questionnaire. The results showed thatthere had been increase in the knowledge rsquo s average of research subjects regardingcardiovascular disease prevention between before 61,67 and after 71,92 interventionp value 0,0001. Education, age, and income also significantly influenced the knowledgeof research subjects p value 0.001, 0.013 and 0.004. Videos wich attributed withRejang culture that are produced may effective in increasing knowledge aboutcardiovascular disease prevention without characteristics specification."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Rosa Tiurma
"Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0%
dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas
sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum
terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut
prediabetes. prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensidiabetes mellitus.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi
prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar
10,2%. Sedangkan hipertensi secara substansial meningkatkan risiko morbiditas dari
beberapa penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes pada kelompok
hipertensi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan
data sekunder Riskesdas tahun 2018. Jumlah sampel 1678 orang yang menderita hipertensi
serta memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data
menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes pada penderita hipertensi di Indonesia
sebesar 61,14%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral tidak
mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes dengan nilai p=0,081 dan PR=1,121
(95% CI; 0,986- 1,274).

Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of
central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the
increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as
diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition
called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence.
The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was
almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile,
hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially
cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between
central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This
research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018.
The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion
and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes
prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this
research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of
prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyra Septi Diana
"Diabetes melitus tipe 2 meningkat pada usia 15-24 tahun akibat perubahan gaya hidup, pola makan yang cepat berkembang. Hal ini disebabkan oleh peningkatan glukosa darah akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas (International Diabetes Federation, 2023). Usia 15-24 tahun dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dan mempengaruhi kesehatan di usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun usia 15-24 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data SIPTM pada penduduk usia 15-24 tahun di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2022. Hasil: Prevalensi diabetes melitus pada usia 15-24 tahun di Provinsi DKI Jakarta tahun 2022 sebesar 2,0%. Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun adalah riwayat keluarga DM (AOR = 8,171). Faktor-faktor terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 15-24 tahun adalah hipertensi (AOR=5,227), konsumsi gula berlebih (AOR=1,342), merokok (AOR=1,327), indeks massa tubuh (AOR= 1,303), obesitas sentral (AOR=1,204), dan konsumsi buah dan sayur (AOR=0,854). Saran: Merencanakan program untuk meningkatkan dukungan keluarga dalam menerapkan pola hidup sehat sejak dini. Perlu memperdetail pertanyaan kuesioner pada variabel konsumsi buah dan sayur, konsumsi gula garam lemak berlebih dan aktivitas fisik. Penelitian dengan analisis lanjut diperlukan dalam penelitian ini.

Type 2 diabetes mellitus increases at the age of 15-24 years due to fast-growing changes in lifestyle and diet. This is caused by an increase in blood glucose due to a lack of insulin production by the pancreas (International Diabetes Federation, 2023). Ages 15-24 with type 2 diabetes have a higher risk of complications and affect health in adulthood. This study aims to determine the risk factors related to type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years and 15-24 years in DKI Jakarta Province. Methods: This study used a cross-sectional design using SIPTM data in the population aged 15-24 years at the DKI Jakarta Provincial Health Office in 2022. Results: The prevalence of diabetes mellitus at the age of 15-24 years in DKI Jakarta Province in 2022 was 2.0%. The most dominant risk factor for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years was a family history of DM (AOR = 8.171). Results: The prevalence of diabetes mellitus at the age of 15-24 years in DKI Jakarta Province in 2022 was 2.0%. The most dominant risk factor for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years was a family history of DM (AOR = 8.171). The factors for the incidence of type 2 diabetes mellitus in the age group of 15-24 years were hypertension (AOR=5.227), excess sugar consumption (AOR=1.342), smoking (AOR=1.327), body mass index (AOR=1.303), central obesity (AOR=1.204), and fruit and vegetable consumption (AOR=0.854). Suggestion: Plan a program to increase family support in implementing a healthy lifestyle from an early age. It is necessary to detail the questionnaire questions on the variables of fruit and vegetable consumption, sugar consumption, salt, excess fat and physical activity. Research with further analysis is needed in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permata Hati Gea
"Pendahuluan. Kadar HbA1c tinggi berpotensi menimbulkan berbagai implikasi kesehatan, terutama berkaitan dengan penyakit metabolik dan kardiovaskular. Kualitas tidur buruk dinilai dapat meningkatkan risiko terjadinya HbA1c tinggi melalui berbagai mekanisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur terhadap kadar HbA1c tinggi di Indonesia. Metodologi. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Besar sampel berjumlah 4223 dengan metode total sampling. Data dianalisis secara deskriptif, serta estimasi menggunakan analisis multiple logistic regression. Analisis data menggunakan sofware STATA 13. Hasil Penelitian. Prevalensi kadar HbA1c tinggi sebesar 6,06%, sementara prevalensi kualitas tidur buruk adalah 15,16%. Sebesar 15,47% yang mengalami kadar HbA1c tinggi memiliki kualitas tidur buruk. Pada analisis model akhir menunjukkan bahwa mereka dengan kualitas tidur buruk terbukti secara statistik berhubungan signifikan (p<0,001) serta meningkatkan risiko terjadinya HbA1c tinggi sebesar empat kali lipat dibandingkan pada kelompok dengan kualitas tidur baik (PR= 3,99; 3,0563-5,2173). Tidak ditemukan adanya confounder yang dapat mengganggu hubungan kadar HbA1c tinggi dengan kualitas tidur buruk pada penelitian ini. Meski demikian, mereka yang berumur ≥45 tahun, perempuan, terdiagnosa hipertensi, dan memiliki IMT ≥23 kg/m2 memiliki risiko lebih besar terjadinya HbA1c tinggi pada kelompok kualitas tidur buruk. Kesimpulan. Kualitas tidur buruk terbukti berhubungan signifikan dengan kejadian kadar HbA1c tinggi. Hal ini mengharuskan adanya intervensi edukasi dan konseling kesehatan pada populasi usia produktif terkait menjaga kualitas tidur berdasarkan komponen-komponen kualitas tidur baik untuk mempertahankan kadar HbA1c normal.

Introduction. High HbA1c can potentially cause various health implications, primarily related to metabolic and cardiovascular diseases. Poor sleep quality increases the risk of elevated HbA1c levels through multiple mechanisms. This study aims to determine the association between sleep quality and high HbA1c levels in Indonesia's productive age population of 20-59 years. Methodology. This study was conducted cross-sectionally using Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 data in 2014. The sample size was 4223 using the total sampling method. Data were analyzed descriptively and estimated using multiple logistic regression analysis. The data were analyzed using STATA 13 software. Results. The prevalence of high HbA1c levels was 6.06%, while the prevalence of poor sleep quality was 15.16%. A total of 15.47% who experienced high HbA1c levels had poor sleep quality. The final model analysis showed that those with poor sleep quality were statistically significantly associated (p<0.001) and increased the risk of high HbA1c by four times compared to those with good sleep quality (PR= 3.99; 3.0563-5.2173). There were no confounders that could interfere with the association of high HbA1c levels with poor sleep quality in this study. However, those who were ≥45 years old, female, hypertension, and BMI ≥23 kg/m2 had a greater risk of high HbA1c in poor sleep quality. Conclusion. Poor sleep quality was shown to be significantly associated with the incidence of high HbA1c levels. Requires educational interventions and health counselling in the productive age population related to maintaining sleep quality based on the components of good sleep quality for maintaining normal HbA1c levels. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Listyandini
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini, berbagai studi berfokus pada indeks antropometri untuk obesitas seperti lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul (RLPP), dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (LP-TB) sebagai faktor prediksi sindrom
metabolik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cut-off points dengan sensitivitas
dan spesifistas optimal dari indeks antropometri untuk obesitas dalam mendefinisikan
sindrom metabolik menurut kriteria NCEP-ATP III pada pegawai di area Tanjung
Priok di Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional. Analisis data menggunakan
kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk mengindentifikasi cut-off
points optimal dari LP, RLPP, dan LP-TB dalam memprediksi sindrom metabolik.
Total sampel diperoleh sebanyak 256 responden (174 pria dan 82 wanita) berusia 20-
58 tahun, yang bekerja di instansi pemerintah di area pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan area under curve (AUC), didapatkan indeks antropomteri dengan angka
terbesar hingga terkcecil secara berurutan yaitu LP-TB, LP, dan RLPP. Didapati cutoff
point LP ≥88 cm pada pria dan ≥85 cm pada wanita. Cut-off points RLPP pada
pria ≥0,9 dengan sensitifitas 63% dan spesifisitas 60%, sedangkan RLPP pada wanita
≥0,83 dengan sensitifitas 73% dan spesifitas 62%. Didapatkan LP-TB dengan cut-off
points 0,5, dengan sensitivitas 66% (pria) dan 67% (wanita) serta spesifisitas 65%
(pria) dan 62% (wanita). Sebagai faktor prediksi sindrom metabolik, indeks
antropometri dapat dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengukuran. LP dinilai
lebih mudah dipraktikkan karena pengukuran tidak berbentuk rasio dan hanya
melibatkan satu pengukuran antropometri saja, sehingga bias pengukuran dapat
diminimalisir. Dibutuhkan studi longitudinal untuk memperkuat hasil penelitian ini.

ABSTRACT
Recently, many studies have focused on anthropometric indices for abdominal obesity
as waist circumference (WC), waist to hip ratio (WHR), and waist to height ratio
(WHtR) to define metabolic syndrome (MetS). This study aimed to compare WC,
WHR, and WHtR and define an optimal cut-off values, which is most closely
predictive of the components of the NCEP-ATP III MetS definition among employees
in Port of Tanjung Priok, Jakarta. This study was cross-sectional study. Receiver
Operating Characteristic (ROC) analysis was used to examine discrimination and
find optimal cut-off values of WC, WHR, and WHtR to predict components of MetS. It
included 256 subjects (174 men and 82 women) aged 20-58 years, who worked in
Port of Tanjung Priok. According to area under curve, we found WHtR with the
highest score, followed by WC, and followed by WHR with the lowest score. WC cutoff
points were ≥88 cm in men dan ≥85 cm in women. WHR cut-off points were ≥0,9
in men (sensitivity 63%; specificity 60%), ≥0,83 in women (sensitivity 73%;
specificity 62%). WHtR cut-off points was 0,5, in men and women (sensitivity 66%
and specificity 65% in men; sensitivity 67% and specificity 62% in women).
Anthropometric indices for metabolic syndrome prediction could be determined by
considering measurement complexity. WC was considered as an easy measurement
because it`s not in ratio and involved one measurement. Bias of measurement could
be minimized. Longitudinal studies is needed to evaluate the consistency of the
findings."
2016
T47064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library