Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulan Tetris Lucas Sibatuara
"Dalam kehidupan sehari - hari, kita sering melakukan perpindahan dari satu tempat menuju tempat lain. Dalam perpindahan tersebut, ada sesuatu yang kita tandai sebagai bukti bahwa kita sudah melakukan perpindahan. Sesuatu ini dapat berupa aspek fisik dan non fisik yang memiliki liminalitas dan akhirnya membentuk ruang liminal.. Oleh karena itu, karakteristik ataupun kualitas ruang liminal menjadi hal yang cukup penting untuk diwadahi pada area yang memiliki mobilitas tinggi seperti area transit. Fokus pembahasan pada skripsi ini adalah peranan dan identitas stasiun sebagai ruang liminal. Hal ini dilihat melalui konteks dan eksistensinya terhadap lingkungan sekitarnya.
Studi kasus dilakukan terhadap stasiun Jakarta kota sebagai stasiun akhir dan city centre terminal. Stasiun sebagai ambang terlihat melalui hubungan antara stasiun dan kota Jakarta terkait dengan migrasi dari daerah Jawa dan juga konteksnya terhadap kawasan kota Tua dan daerah perdagangan serta pusat bisnis Jakarta. Selain itu, akan dibahas pula mengenai liminalitas stasiun Jakarta kota sebagai medium melalui foto - foto perkembangan stasiun Jakarta Kota dan sekitarnya dan melalui pengalaman yang dialami penulis ketika berada di dalam dan di sekitar stasiun kota. Temuan skripsi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mendesain area transit sebagai salah satu ruang liminal, dimana aspek liminalitas ruang turut diperhatikan di samping aspek fungsional dan estetika.

We often move from one place to another place. In that movement, there is something marked as a proof that we have been doing it. These things can be physical and non physical aspects that have liminality and they will form a liminal space. Therefore, it's important to contain the characteristics or quality of the liminal spaces in areas that have high mobility, such as transit area. The focus of this study is the role and the identity of station as a liminal space. It will be seen by its context and its existence with the surroundings area.
The object study of this study is Jakarta Kota station as the ending station and the city centre terminal. Station as threshold can be seen through the connection between station and the city influenced the migration from the area of Java and it also can be seen by its context with the area of Kota Tua and by its context with the centre of trade and business of Jakarta. In addition, it will be discussed about the liminality of Jakarta Kota station as a medium through the photographs showing the development of Jakarta Kota station and its surrounding and through the experience that the writer felt when she was at the station and when she walked around the building of station. Finally, this study provides suggestion for designing the transit area as one of liminal spaces, the aspects of liminality should become the focus attention beside functional and aesthetic aspects.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S900
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Kusuma
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan studi mengenai peran tata cahaya pada fasad restoran dan pengaruhnya terhadap citra restoran. Fasad pada bangunan restoran merupakan elemen pada bangunan yang pertama kali dilihat dari para pengunjung. Elemen pada fasad diharapkan mampu menarik perhatian orang di sekitar dan juga calon pengunjung sehingga bersedia berkunjung ke tempat itu. Selain itu fasad menjadi
bagian yang dapat mengkomunikasikan citra yang ingin ditampilkan oleh pemilik restoran. Lalu bagaimana peran tata cahaya sebagai elemen pada fasad. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memahami tentang peran tata cahaya pada fasad terhadap citra sebuah restoran. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
kajian teori, kajian literatur, dan observasi lapangan pada studi kasus. Observasi dilakukan dengan wawancara dengan pihak pengelola restoran dan rekaman foto. Wawancara dan izin observasi dilakukan kepada pengelola toko sebagai narasumber.

ABSTRACT
This thesis is a study about role of lighting on the restaurant?s facade and its influence on the image of the restaurant. The facade of the restaurant is an element of the building that first seen by the visitors. Facade is expected to attract the attention of people around and also attract potential visitors to visit the place. Facade can be the way to communicate the image of the restaurant to potential visitors. Then what about the role of lighting as an element in the facade. This scientific writing aimed at understanding the role of lighting on the facade and its influence to the image of a restaurant. The method used in this research is the study of theory, literature review, and field observations on a case study. Observations carried out with an interview
with the manager of the restaurant and recorded images. Interviews and observations conducted permit the managers of the store as a resource."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fritz Rendy Octavianus
"Secara umum rutinitas kehidupan manusia itu sama. Manusia beristirahat di rumah kemudian bekerja atau menjalani pendidikan maupun pekerjaanya. Hal itu menjadi firstplace ('tempat pertama') dan secondplace ('tempat kedua') dalam kehidupan manusia. Lalu apakah third place ('tempat ketiga')? 'Tempat ketiga' adalah tempat bersosialisasi yang dibutuhkan manusia setelah mengalami kondisi formal yang dialami di 'tempat pertama' dan 'tempat kedua'. Tempat ini menuntun pada keadaan di mana manusia bisa mengekspresikan diri, berkumpul dengan komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama, melepas lelah, refreshing, dan kegiatan sosial lainnya. Tempat ini menjadi penting karena pada tempat ini manusia mencoba merelaksasikan dirinya dari kelelahan ataupun kehomegenisan kegiatan yang dialami setiap harinya. Taman Fatahillah sebagai kawasan bersejarah yang ada di Kota Tua, merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan 'tempat ketiga'. Dalam skripsi ini penulis mengambil salah satu komunitas yang berada di Taman Fatahillah, yaitu street-squad yang merupakan salah satu komunitas streetdance. Mereka menjadikan Taman Fatahillah sebagai 'tempat ketiga'. Melalui skripsi ini diharapkan dapat terlihat ciri-ciri dari suatu 'tempat ketiga' dan proses placemaking yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di Fatahillah.

Human routines are generally the same. They rest, work, and study things. Those were the first and second place in a man's life. So what is third place? Third place is a socializing place that man needs after having formal condition at firstplace and secondplace. This place leads human to a condition where they can express themselves, gather with communities (people who have sama interests), have a rest, refreshing, and other social activities. This place will be very important for it's the place where people try to relax themselves for tiring or monotonous things everyday in their life. By the existence of this third place, people have the opportuniy to excite themselves before going back to the first or second phase. Fatahillah Park, as one of historical places in Kota Tua area, is a place that people can consider as third place. In this thesis, writer takes one of the communities in Fatahillah Park: Street-Squad, a streetdance community. They consider Fatahillah Park as their third place. By this thesis, writer hopes that the characterictics of third place and the proces of placemaking that is done by people at Fatahillah will be explained."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S931
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reyni Rahmadhani
"Keberadaan Museum Taman Prasasti sebagai sebuah ruang publik yang merepresentasikan suatu budaya dengan cara mengkoleksi berbagai objek untuk disajikan kepada publik. Pemilihan prasasti, khususnya batu nisan, sebagai koleksi museum merupakan representasi Pemakaman Kebon Jahe Kober pada abad 18 di Batavia. Sejak ditutup sebagai pemakaman pada tahun 1975, pemerintah mulai mengadakan pengangkatan seluruh jenazah yang ada untuk dimakamkan kembali di Pemakaman Tanah Kusir, Menteng Pulo dan pemakaman lainnya yang ada di Jakarta. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pemugaran serta penataan ulang pada batu nisan. Perubahan identitas Museum Taman Prasasti dari makam menjadi museum merupakan pertanyaan besar, bagaimana konstruksi identitas tempat dapat terjadi, apa saja yang membentuk identitas tersebut serta apa yang dapat direpresentasikan berdasarkan faktor - faktor pembentuk identitas tersebut. Dalam penulisan ini, penulis mencoba melakukan perbandingan mengenai identitas Kebon Jahe Kober namun pada zaman yang berbeda, yaitu pada masa kolonial Belanda di Batavia dan masa modern di Jakarta dengan studi literatur serta pengamatan langsung. Setelah membandingkan faktor - faktor pembentuk identitas pada lokasi yang sama berdasarkan waktu yang berbeda, maka penulis mencoba untuk menganalisa representasi yang terdapat dari kedua identitas tempat tersebut.

The presence of Museum Taman Prasasti as a public space represents culture by collecting various objects to be presented to the public. Inscription, especially on tombstone, as museum collections represents Pemakaman Kebon Jahe Kober in the eighteenth century in Batavia. Since the closure as a cemetery in 1975, the Government of Jakarta started to had the bodies removed to some of the cemeteries for instance to Pemakaman Tanah Kusir, Menteng Pulo and other cemeteries in Jakarta. After removing the bodies, the government starts to undertake the restoration and re-settlement on tombstones. The changes of Museum Taman Prasasti's identity from a cemetery to a museum happen to be a big question, how the construction of identity of place could occur, and examples of factors that create the identity of place and what to represents from those factors. In this thesis, I try to make a comparison on the identity of Pemakaman Kebon Jahe Kober but at different times, at colonial times in Batavia and modern times in Jakarta with the study of literature as well as direct observation. And after that, I'll try to analyse the representation from those two identities. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S968
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Adria Setiawan
"ABSTRAK
Selling point merupakan kualitas yang harus dimiliki tiap ruang komersial untuk dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang bahkan menciptakan minat membeli. Aspek ini sangat dibutuhkan seiring bertambah banyaknya jenis dan jumlah ruang komersial khususnya di dalam pusat perbelanjaan. Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain yang penting dalam membentuk selling point ruang komersial dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli. Pencahayaan buatan dapat meningkatkan tampilan ruang, menambah kualitas penampilan produk, menciptakan suasana dan menarik perhatian pengunjung yang merupakan bagian dari selling point suatu tenant.
Tulisan ini akan memaparkan dan menganalisis, apa saja peran pencahayaan dalam membentuk selling point dalam tenant, bagaimana aplikasi pencahayaan buatan yang dapat menciptakan selling point tenant di pusat perbelanjaan serta seberapa besar peran pencahayaan tersebut di tiap tipe tenant. Kajian tenant akan dilakukan pada satu pusat perbelanjaan di Jakarta dengan tipe tenant berdasarkan jenis produk yang dijual.

ABSTRACT
Selling point is quality which must be owned by every commercial space to attract the consumers's attention even to make them have an interest in buying. As the increase of many types of commercial space, specifically those in the shopping center, this aspect become more and more crucial. Artificial lighting is one of the important aspects of design that could create a tenant selling point and affect consumer behavior in purchasing. Artificial lighting can enhance the image of the space, adding the quality of the product appearance, creating an atmosphere and attract the visitors which is part of the selling point a tenant.
This paper will describe and analyze, what are the lighting roles in shaping the selling points of the tenant, how the application of artificial lighting can create the selling point of the tenant in the shopping center as well as how large a role of lighting in every type of the tenant. The review will be conducted on a single shopping center in Jakarta with the type of tenant based on the type of products."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa Luthfya Nurifana
"ABSTRAK
Penderita demensia memiliki kebutuhan terhadap kualitas pencahayaan yang optimal di sekitar mereka karena kualitas cahaya yang diterima oleh tubuh mereka akan berdampak pada ritme biologis yang mana berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka. Dengan kebutuhan mereka yang lebih banyak dilakukan di fasilitas kesehatan, maka tata cahaya yang baik akan memudahkan mereka untuk beraktivitas dan menghindari ketidaknyamanan pada mata mereka. Faktor utama yang memengaruhi dan dibutuhkan pada ruang-ruang yang digunakan penderita demensia adalah intensitas dan warna cahaya yang akan memberikan efek kepada ruang interior. Kriteria untuk mendapatkan kualitas cahaya yang optimal pada fasilitas kesehatan adalah dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan visual penderita demensia pada ruang interior. Hal itu membantu menemukan jawaban terhadap dampak dari kualitas cahaya yang menentukan kualitas kinerja fasilitas kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita demensia.

ABSTRACT
People with Dementia have an innate need of optimal lighting quality around them because the intensity and quality of light perceived by their body affects their bodys circadian rhythm, which in turn plays a vital role in maintaining their physical and psychological well-being. They are likely to spend considerably longer period of time in healthcare facilities, so properly designed lighting aids them to enjoy their activities, thereby helps them to pursue a better quality of life. Assuming that factors affecting the amount of light appropriately needed in a location for People with Dementia are mainly defined by elements of intensity, color, and its effect to the spatial atmosphere, this paper compared one example of geriatric healthcare facility with the standardized criteria for People with Dementia by quantitative observation. Then, the observed criteria were analyzed to help in finding out the impact of light quality affecting the performance of healthcare facilities to promote well-being to People with Dementia."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library