Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yantie Andhariswari
Abstrak :
Tugas akhir ini bcrtujuan untuk mengetahui pengaruh program intervensi Self-Instruction Trabzing (SIT) untuk meningkalkan fickuensi penyelesaian PCk€lj88Il Rumah (PR) dan ketelitian kexja yang ditcrapkan pada anak underachiver (anak laki-laki, 8 tahun). Hasil intervensi menunjukkan subjek mampu mengikuri keenam tahap SIT, memahami verbalisasi yang digunakan, dan menerapkannya dalam menyelesaikan PR selama program intenlensi ini berlangsung. Kendala yang dialami selama pelaksanaan intervensi adalah kemerbatasan wakru yang tidak memungkinkan subjek menerapkan SIT menyelesaikan PR di situasi yang sebenamya. Seat intervensi dilakukan, subjek F sedang libur untuk menghadapi ulangan akhir sehingga F tidak memiliki PR Hal itu menyebabkan tujuan akhir dari intervensi ini belum tercapai scpcnuhnys. Berdasarkan hasil intcrvensi, pelaksana progmm menyarankan agar pelaksanaan program SIT menggunakan lebih dari satu jenis PR sehingga penerapan SIT lebih luas pada mata pelajaran lain dan menyempai situasi yang sebenamya dihadapi olch F. Selain itu, pemantauan tcrhadap penggunaan SIT hendaknya tetap dilakukan ketika subjek memasuki tahun ajaran baru dengan menggunakan monitoring book yang melibatkan orangtua untuk tunrt mcmantau subjek dalam menyelesailcan PR. ......The aim of this study is to know the effect of Self-Instruction Training (SIT) intervention program to increase homework completion frequency and work precision for undcrachiever child (a boy, 8 years old). The results show that subject able to follow six steps of SIT, understand the verbalization that being used, and apply it in completing the homework during intervention sessions. The obstacles during the intervention was time limitation therefore the SIT can not be applied in the real situation when the subject has a homework from the school. When the intervention is running, subject was not have any homework tasks because there was a holiday that caused the ultimate goal of this intervention cannot be achieved. This intervention result suggests using more than one homework that has to be completed. Besides that, it is better to used monitoring book that involve parents to monitor the used of SIT when subject complete the homework.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34192
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Hermosa
Abstrak :
ABSTRAK Kemampuan mengenali huruf pada siswa sekolah dasar dan menengah di DKI Jakarta ternyata tidak diikuti dengan pemahaman terhadap materi bacaan yang disajikan. Hal tersebut disimpulkan berdasarkan penelitian Dakhidae (1997, dikutip oleh Purnawan, 2001) terhadap sejumlah penduduk DKI Jakarta yang berusia 10 tahun ke atas. Sementara kemampuan tersebut sangat dibutuhkan pada pendidikan tingkat universitas, mengingat literatur kuliah banyak berisi konsep-konsep abstrak yang membutuhkan proses berpikir yang mendalam untuk memahaminya. Selain itu, tema-tema bacaan yang beredar di masyarakat memang membutuhkan kejelian pembaca untuk memilah dan memilih bacaan yang argumennya layak dipercaya. Mengingat kemampuan pemahaman bacaan yang masih minim di kalangan siswa SMU, maka peneliti merasa perlu mengajarkan serangkaian strategi membaca yang dinamakan membaca kritis yang bertujuan meningkatkan kejelasan dan pemahaman bacaan. Strategi-strategi yang dimaksud adalah skimming, marking dan annotating, outlining dan mapping, analyzing dan evaluating argument, serta making inference yang disampaikan melalui metode ceramah dan praktek langsung melalui bacaan yang diberikan. Penelitian ini merupakan kegiatan penerapan strategi membaca yang dilakukan selama lima hari berturut-turut dengan jumlah subyek sebanyak tujuh orang. Efektivitas kegiatan diukur dengan memberikan tes pemahaman bacaan yang item-itemnya merupakan representasi dari materi yang diajarkan. Tes pemahaman bacaan ini berfungsi sebagai alat pengumpul data utama, disamping hasil integrasi keterampilan, hasil observasi, serta evaluasi peserta mengenai manfaat kegiatan yang berfungsi sebagai data tambahan. Pengolahan data utama dilakukan dengan pengujian statistik non parametrik melalui metode Wilcoxon Signed-Rank Test, dan uji signifikansi pada level 0,05 untuk one tailed test. Untuk mengetahui proses berpikir dalam menjawab setiap item tes, peneliti juga melakukan analisis kualitatif terhadap jawaban subyek. Analisis kualititatif tersebut merupakan pendukung data kuantitatif yang diperoleh melalui pengujian statistik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : strategi membaca kritis tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan pada siswa SMU. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya peningkatan skor tes pemahaman bacaan yang signifikan setelah mengikuti kegiatan ini. Disamping itu, analisis jawaban kualitatif menunjukkan bahwa tidak ada item yang dijawab dengan tepat oleh seluruh peserta. Namun dari segi penguasaan strategi membaca yang diajarkan, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh strategi dikuasai oleh peserta. Hal ini disimpulkan dari penilaian terhadap hasil integrasi keterampilan dan observasi terhadap performa peserta selama kegiatan. Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil tersebut peserta selama kegiatan. Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil tersebut adalah perlunya dikonstruk suatu instrumen ukur yang merepresentasikan secara langsung strategi-strategi membaca yang diajarkan, pemilihan subyek yang lebih mewakili populasi, dan durasi kegiatan yang lebih lama sehingga memungkinkan penguasaan strategi yang diajarkan secara lebih baik.
2002
S2882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Imelda Indri
Abstrak :
Kesejahteraan remaja perlu mendapat perhatian, agar tercapai sosok remaja yang sehat secara fisik dan psikologis, berprestasi, dan bermoral, sehingga mereka siap menghadapi masa depannya dengan l^k. Para ahli mengatakan tahap perkembangan penting untuk dilewati dengan baik karena beipengaruh pada tahap selanjutnya. Masa remaja menipakan periode *i>adai dan tekanan" masa yang stressful!, karena ada perubatian fisik d^ biologis serta penibafaan tunohitan dari lingkvmgan, sehingga ^'perlukan suatu proses penyesuaian diii dari remaja. Remaja mengalami perubahan secara primer (menarche pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki) dan perubahan secara sekunder (perubahan suara, tinggi badan, otot tubuh, dan Iain-lain). Perubahan primer yang dialami remaja menghasilkan efek psikologis, sepeiti adanya efek psikologis daii menarcAe (Sprinthall, 1995). Remaja periu memberikan peihatian teihadap kesehatan leproduksinya dan mengenal tubuhnya sejak dini. Kesehatan reproduksi menipakan satu keadaan di mana lisik, mental, dan sosial berlangsung baik, serta tidiik hanya absennya penyakit namun berhubun^n dengan sistem reproduksi beserta fimgsi dan prosesnya. Dengan demikian dihi^kan dapat mencegah penlaku-peiilaku kenakalan remaja (seks bebas,aborsi,d!l). Selain kasus-kasus kenakalan remaja yang b^yak teij^ pada remaja puteri, para ahli juga berpendapat bahwa salah satu ciri khas wamta adalah sistem reproduksinya. Seorang anak perempuan yang memasuki masa lemaia akan ditandai dengan menarche, dan temyata ada penghayatan emosionil dari remaja puteri terhadap hal itu. Penelitian terhadap reaksi [»ikologis dan remaja puteri teihadap menarche banyak dilakukan di luar Indonesia dan dan salah satu penelitian diketahui gadis-gadis mengalami menstruasi pertamanya sebagai peristiwa yang menggangpf Han menakutkan serta memalukan (Atwater, 1983). Untuk itu penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang ingin menggali perasaan dan harapan remaja puteri saat memasnki menarche. Penelitian ini menggunakan Focus Group Discussion (diskusi kelompok terarah) karena remaja sudah terbiasa dengan metode diskusi yang informal dan sikap merefca untuk lebih terbuka kepada kelompok-kelompok teman sebaya. Dengan menggunakan Focus Group Discussion selama I jam, dimana jumlah subyek dalam penelitian adalah 18 remaja puteri dari SLTP Charitas (Jakarta) yang berusia 12-13 tahun dan mengalami haid pertama tidak lebih dari 6 bulan, maka diperoleh basil sebagai berikut, bahwa sebelum mengalami haid pertama, sebagian dari subyek belum mendapatkan persiapan sebelumnya; perasaan negatif (takut, panik, kaget, sedih, marah, bingung dan merasa direpotkan) lebih banyak ditampilkan oleh subyek. dlhandingkan dengan perasaan posirif saat memasuki menarche; remaja puteri juga mengalami kee«nasan selelah pengjdanian menarche-nya (terhadap tingkat pemerkosaan, perilaku Ictrmn-tcman dan lawan jenis terhadap keadaan saat menstruasi. sikap keluarga terhadap mereka, dan adanya ketidaknormalan saat mengalami menstruasi); subyek juga memiliki harapan-harapan setelah mengalami menarche (terhadap orang tua, diri sendiri, dan pentingnya pendidikan seks bagi mereka serta terhadap perilaku teman-teman sebaya); variabel lainnya adalah subyek juga merasakan adanya perubahan terhadap fisik, perilaku dan lingkungan setelah mengalami menstruasi; selanjutnya subyek merasakan adanya efek mentruasi terhadap risik, emosi dan perilaku mereka; dan dari hasil penelitian diketahui pula kurangnya pengetahuan subyek mengenai menstruasi. Melihat dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan hendaknya untuk penelitian selanjutnya Jumlah sampel yang digunakan lebih banyak perlunya memberikan pendidikan seks secara dini kepada remaja, perlunya memb^ konseling kepada anak-anak perempuan sebelum menarche serta penyuluhan bagi orang tua dan guru serta pihak-pihak yang teikait agar mereka mampu membantu petmasalaihan yang dihadapi remaja selama masa perkembangannya; dan dapat pula dilakukan penelitian terhadap usia yang lebih awal dari pada usia yang digunakan dalam penelitian ini, mengingat sekarang ini usia anak perempuan yang kurang dari 12 tahun j uga telah mengalami menarche.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Adityasanti
Abstrak :
Salah satu dari sekian banyak masalah yang biasanya dialami oleh remaja adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan seksualitasnya seperti faktor. Pertama, remaja mengalami perubahan fisik yang melibatkan perubahan bentuk tubuh, perubahan hormonal yang mendorong munculnya perilaku seksual, serta kematangan organ-organ reproduksi yang membuat individu telah mampu untuk mftnghasilkfln keturunarL Selain faktor kematangan biologis yang terjadi dalam dirinya, perilaku seksual remaja juga dipicu oleh ekspose media cetak dan elektronik yang kurang memberikan informasi mengenai konsekuensi negatif dari hubungan seksual pranikah. Di samping itu, berkembang pula keyakinan-keyakinan remaja yang salah seperti keyakina bahwa mereka tidak akan hamil bila melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya atau bila hanya menempelkan alat kelamin dengan lawan jenis (Sarwono, 1991). Faktor pemicu lain yaitu saat ini terjadi pergeseran norma yang membuat remaja cenderung bersikap permisif dan bebas dalam melakukan hnhiingan seksual (Dacey 1982). Hal ini sekali lagLtidak dibarengi dengan pengetahuan seksual yang memadai. Data penelitian juga menunjukkan peningkatan jumlah kehamilan remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta aborsi (Hayes, 1987; WHO, 1993; LDUI, 1999). Beberapa hal tersebut di atas cukup untuk menekankan perlunya remaja putri memiliki pengetahuan seksual yang memadai. Pengetahuan seksual yang baik berperan penting sebagai alat kendali bagi remaja untuk mempertimbangkan sebelumnya konsekuensi dari suatu hubungan seksual sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum bertindak lebihjauh. Pengetahuan seksual yang diperoleh remaja tidak terlepas dari sumber informasi pengetahuan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa remaja memperoleh pengetahuan seksual mereka dari teman sebaya, sekolah, majalah, orang tua, film dan televisi (David & Harris, 1982; Syartika, 1998). Namun, tidak semua sumber informasi memberikan informasi yang akurat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran pengetahuan seksual remaja putri yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui gambaran sumber informasi subyek dalam memperoleh pengetahuan seksual tersebut. Sehingga kemudian dapat diketahui sumber informasi tnana yang memberikan informasi yang benar dan yang memberikan-informasi yang salah. Penelitian ini dilakukan pada siswi kelas II dan III SMU Tarakanita I, yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah, dengan menggunakan tehnikpurposive sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini mendapatkan kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner pengetahuan seksual beserta pemilihan sumber informasi dan kiipginner pada asuli untuk memperoleh gambaran pola asuh subyek yang akan digunakan sebagai salah satu data kontrol untuk memperkaya hasil penelitian. Data yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan seksual diolah dengan menggunakan SPSS for Windows Release 9.01. Sedangkan data yang diperoleh dari knpginnftr pada asuli dinlah Hpingan menggunakan perhitungan semi-interquartile secara manual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan (64,11%), penyakit menular seksuaL (79,69%), HIV/AIDS (56,25.%), serta kontrasepsi (91,19%). Dalam hal sumber informasi, sebagian besar subyek dengan proporsi sebanyak 70,31% mendapatkan pengetahuan ssk&ual dari sekolah sebagai sumber informasi utama mereka Sedangkan proporsi kedua terbanyak sebesar 15,63%, mendapatkan pengetahuan seksualnya dari majalah. Dari hasil tamhahan yang diperoleh dari penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua jenis pengetahuan seksual yang diperoleh dari sumber informasi yang berbeda. Selain itu juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki subyek dengan pola asuh antnritarian aiitnritatif maiipiin perrpisif. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar orangtua dapat menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak serta menambah pengetahuannya mengenai masalah-masalah seksual, sehingga dapat memberikan informasi yang akiirat kepada remaja Selain itu disarankan juga agar sekolah dalam memberikan materi pendidikan seksual turut memperhatikan perkembangan kognitif remaja, sehingga dapat meminimalkan kesalahan remaja dalam menginterpretasi informasi yang diberikan. Penelitian ini dapat diperluas dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perhandingan antara pengetahuan seksual serta sumber informasi pengetahuan seksual pada remaja yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah dan yang tidak mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Purbani Widya Mahati
Abstrak :
Masa remaja suatu tahap dalam perkembangan manusia, merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang diawali dengan pubertas. Pubertas ditandai dengan perubahan besar pada biologis yang menjadikan remaja makhluk seksual dan mampu bereproduksi. Pada remaja pria, perubahan yang terjadi adalah peristiwa ejakulasi pertama (spermarche) dan juga perubahan seks sekunder, seperti kumis, suara yang menjadi lebih besar dan dalam, rambut di kemaluan, wajah, dan ketiak, kulit berminyak, dan sebagainya. Pubertas merupakan periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja di masa selanjutnya. Sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Di Indonesia, pentingnya pemberian pendidikan seks pada remaja masih dipengaruhi mitos tradisional yaitu dapat meningkatkan perilaku seksual. Sedangkan Kuther (2000), menyatakan persiapan secara psikologis yang diberikan pada remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas menentukan sikap dan perasaan mereka terhadap peristiwa yang teijadi pada masa tersebut. Selain itu, ketika kita membicarakan pubertas, anak perempuan cenderung untuk memperoleh perhatian yang lebih besar. Ini terlihat dari penelitian ataupun pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pubertas remaja pria yang hampir tidak ada tidak ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan informasi sebagai persiapan memasuki pubertas yang tepat dan sesuai kebutuhan remaja, perlu diketahui perasaan dan harapan yang timbul pada mereka saat memasuki pubertas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perasaan dan harapan remaja pria yang timbul saat mereka memasuki pubertas. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode wawancara. Subyek penelitian adalah remaja pria yang telah memasuki usia pubertas dalam kurun waktu hingga dua tahun, sehingga diharapkan mereka telah mengalami spermarche dan perubahan seks sekunder. Selain itu subyek mendapat pendidikan seks, sebelum ataupun setelah memasuki pubertas. Pada umumnya, selain terjadi perubahan biologis dan fisik, terjadi juga perubahan psikologis, yaitu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka (Sprinthall, 1995). Selain itu perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh perasaan yang timbul dalam diri mereka mengenai peristiwa yang dialami saat memasuki pubertas, seperti perasaan yang positif, negatif, ataupun gabungan dari kedua perasaan tersebut. Setelah memasuki pubertas, dalam diri mereka juga timbul harapan, yang merupakan keinginan untuk mencapai tujuan atau keadaan tertentu. Hasil penelitian ini secara umum, meskipun subyek telah mendapat pendidikan seks, pengetahuan mereka tentang seksualitas remaja kurang. Subyek juga merasa kurang dipersiapkan sebelum memasuki pubertas. Perasaan yang timbul terhadap spermarche pada setengah jumlah subyek adalah perasaan negatif berupa perasaan takut, bingung, dan cemas. Sedangkan pada sebagian subyek lainnya adalah perasaan positif, karena tanda mulai dewasa. Subyek merasakan adanya perubahan sikap dan perilaku setelah memasuki pubertas. Pada umumnya perubahan sikap dan perilaku yang terjadi timbul karena dipengaruhi oleh perubahan perlakuan yang diterima subyek dari lingkungan sekitar mereka. Subyek juga tidak merasa terganggu dengan keadaan mereka yang early atau late maturers, seperti yang dikemukakan dalam beberapa literatur, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja pria di luar Indonesia. Harapan yang dikemukakan oleh sebagian besar subyek lebih berorientasi pada diri sendiri dan lingkungan terdekat mereka seperti keluarga, teman dan sekolah. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk memberikan pendidikan seks pada remaja pria, sebelum mereka memasuki pubertas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pemberian penyuluhan pada orangtua dan pendidik dalam memberikan pendidikan seks pada remaja pria juga disarankan agar mereka mengetahui pentingnya pendidikan seks dan dapat memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan remaja. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat perasaan dan harapan orangtua saat anak memasuki pubertas dan persiapan mereka menghadapi pubertas anak. Penelitian juga dapat diperluas dengan membandingkan remaja pria dari tingkat sosial ekonomi yang berbeda, serta meneliti cara remaja pria mengatasi dorongan seks yang timbul dan perilaku seksnya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Dwi Larasati
Abstrak :
Idiom Barat populer seperti there is strength in numbers bersama prinsip dasar di psikologi sosial menyarankan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang mudah terpengaruhi oleh kelompok-kelompok di lingkungannya. Penelitian ini menguji perspektif tersebut kepada intergroup sensitivity effect ISE, yang mengemukakan bahwa kritik dari seorang outgroup cenderung ditolak dibandingkan kritik yang datang dari seorang ingroup. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah jumlah orang yang memberi sebuah kritik dapat secara langsung mengurangi sikap defensif terhadap kritik yang timbul dari luar kelompok. Dengan menggunakan desain 2x3 between subject, 162 partisipan dari Australia diberikan wacana berisi kritik tentang masyarakat Australia. Kritik tersebut akan diberi oleh seorang individu, tiga individu atau satu kelompok orang Australia atau orang yang tidak berasal dari Australia. Penelitian ini menemukan bahwa kritik yang diberi oleh orang non-Australia cenderung ditolak dibanding kritik yang diberi oleh orang Australia, walaupun isi dari kritik tersebut sama. Intergroup sensitivity effect nampaknya tidak terpengaruh oleh jumlah pemberi kritik, dimana kritik yang bersumber dari anggota outgroup memiliki kemungkinan kecil untuk diterima oleh sebuah kelompok. ...... The popular idiom there is strength in numbers embodies the central idea in social psychology that groups are more powerful and more influential than a lone individual. The current study tested this perspective on the intergroup sensitivity effect ISE, which dictates that people are more resistant to criticism made by an outgroup than if it came from an ingroup, and aimed to assess whether the number of people making the criticism would reduce the defensiveness towards outgroup critics. In a 2x3 between groups design, 162 Australians were exposed to criticisms about Australians from either an individual, a group or from multiple individuals who were either Australian or non Australian. Results revealed that criticisms from non Australians aroused more defensiveness than if the same criticism was made by Australians and that the effect was not changed by whether the criticism was made by one person or multiple people. Perhaps the lure of social pressure and group influence do not apply to the ISE as criticism is distinct from other forms of persuasion. Theoretical implications and direction for future research are also discussed.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Patricia
Abstrak :
Skripsi ini membahas karakteristik guru yang baik menurut siswa sekolah dasar. Penelitian ini melibatkan 179 siswa sekolah dasar. Mereka diminta untuk mendeskripsikan karakteristik guru yang baik dengan memberi nilai pada suatu pernyataan mengenai karakteristik guru yang baik pada skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 karakteristik utama guru yang baik yang dipersepsikan oleh siswa sekolah dasar. Hasil dari penelitian ini menambahkan data mengenai karakteristik guru yang baik, terutama berdasarkan person perception siswa sekolah dasar.
The focus of the study is characteristics of good teacher according to elementary school students. 179 elementary school students were participating in the present study. They were asked to describe good teacher characteristics by rating a statement concerning characteristics of a good teacher on a four-point Likert scale. The present study shows 10 main characteristics of a good teacher according to elementary school students?person perception. This finding adds evidence on good teacher characteristics, specifically according to elementary school students? person perception.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.2 YUL k
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afifaturrosidah
Abstrak :
Terdapat banyak cara untuk mengukur agresi. Tetapi, kebanyakan dari mereka sudah tidak dapat dipakai lagi dan tidak sesuai dengan kondisi pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan menilai validitas dan reliabilitas dari UQ Aggression scale. Kami mengevaluasi konsistensi internal untuk mengukur reliabilitas. Kami juga mengukur validitas dengan menilai perbedaan nilai agresi antara Buss-Perry Aggression Questionnaire dan Barratt Impulsiveness Scale. Seratus empat puluh dua mahasiswa fakultas psikologi di University of Queensland mengisi UQ Aggression scale. Hasil menunjukkan bahwa reliabilitas UQ Aggression scale tinggi dan indeks diskriminasi item cukup tinggi. UQ Aggression scale berkorelasi positif dengan Buss-Perry Aggression questionnaire. UQ Aggression scale berkorelasi positif dengan Barratt Impulsiveness scale. Terdapat dua pernyataan yang tidak mengukur aggression sepenuhnya. Dengan mengubah kata-kata di pernyataan tersebut dapat memperbaiki UQ Aggression scale secara keseluruhan. Secara keseluruhan, UQ Aggression scale memppunya validitas dan reliabilitas yang tinggi. Untuk penelitian selanjutnya, kami dapat mengembangkan populasi dan membuat proporsi yang seimbang antara gender. Kami juga dapat menghubungkan UQ Aggression scale dengan variabel yang lain untuk memperbaiki validitas. ......There were many ways to measure aggression. However, most of them were out of date and might not suitable to conditions in 2016. In the present study, the aim was to develop and assess the validity and reliability of UQ Aggression scale. We evaluated the internal consistency to measure the reliability. We also measured the validity by assessing differences in aggression scores between Buss-Perry Aggression questionnaire and Barratt Impulsiveness scale. One hundred forty two psychology students at University of Queensland filled the UQ Aggression scale. It was found that the reliability was high and the item discrimination indices were moderately high. UQ Aggression scale was positively correlated with Buss-Perry Aggression questionnaire. In addition, UQ Aggression scale was positively correlated with Barratt Impulsiveness scale. There were two items that might not measured aggressions. Re-wording those items might improve the overall UQ Aggression scale. Overall, these findings suggested that UQ Aggression scale had high validity and reliability. For future research, we can expand the population and make a balance proportion of gender. We can relate the UQ Aggression scale to another variable to improve the validity.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bernike Jacinta Effendi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan juga dilaksanakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur UQ Aggression Scale yang dikembangkan dari alat ukur Buss & Perry Aggression Scale dan Barrat’s Impulsiveness Scale. Alat ukur UQ Aggression Scale ini dikembangkan untuk mengukur sifat agresi. 142 partisipan dewasa muda berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, UQ Aggression Scale dinyatakan memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Sejumlah besar item dari UQ Aggression Scale memilki skor sedang dalam skala diskriminasi item. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pria dewasa muda memiliki tingkat agresi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa muda. UQ Aggression Scale dinyatakan memiliki korelasi yang signifikan dengan skala agresi Buss & Perry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala agresi UQ memiliki korelasi yang signifikan secara positif dengan skala Barrat’s Impusilveness. Saran untuk penelitian mengenai UQ Aggression Scale di masa depan adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas skala tersebut di populasi lain dan juga untuk menambahkan beberapa item di dalam skala agresi UQ yang bisa memperjelas tipe agresi mana (langsung atau tidak langsung) yang lebih representatif antara pria dewasa muda dan juga wanita dewasa muda. ...... The study aimed to develop a new measure and to examine the validity and reliability of a new measure, known as the UQ Aggression Scale. The UQ Aggression Scale was developed based on two previous aggression measures: Buss & Perry Aggression Scale and Barrat’s Impulsiveness Scale to measure the aggression trait. 142 participants (young adults) voluntarily participated in the study. Based on the results, the UQ Aggression Scale was declared to have a high validity and reliability. Most of the items on the UQ Aggresion Scale scored moderate on the item discrimination index. Young men were discovered to have a significantly higher aggression compared to young women. The UQ Aggression Scale was also discovered to have been significantly correlated with the Buss & Perry Aggression Questionnaire. The UQ Aggression Scale was also declared to be significantly correlated with the Baratt’s Impulsiveness Scale. Future study suggested that the scale should be tested in a new population to improve the validity and the reliability. It was also suggested to add more items to the scale that could differentiate which type of aggression (direct or indirect) is representative for young adults in both males and females.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherine Kamila Hassan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan skala baru dalam mengukur grit dengan mengacu pada skala grit yang dikembangkan oleh Angela Lee Duckworth dan rekan-rekan nya 2007 . Pada tepatnya, penelitian ini akan menjawab apakah skala grit yang baru dapat memperoleh hasil yang sama dengan skala grit s-grit yang dikembangkan oleh Duckworth 2007 dan menghasilkan nilai validitas dan reliabilitas yang sesuai. Untuk menguji validitas skala tersebut, tiga hipotesis empiris digunakan untuk menganalisis korelasi antara hasil yang diperoleh skala baru dan s-grit dengan menguji internal consistency dan item discrimination index, yang hasilnya juga digunakan untuk menguji validitas skala baru. Hasil yang ditemukan dari analisis validitas dan reliabilitas konsisten dengan tiga hipotesis empiris adalah korelasi positif antara skor dari skala baru dan s-grit, korelasi positif antara skor conscientiousness dari skala baru dan s-grit, dan korelasi positif antara skor work-ethics profile dari skala baru dan s-grit. Ini menunjukkan bahwa skala grit yang baru memiliki validitas yang cukup tinggi karena kesesuaiannya dengan validitas skala s-grit. Namun, berdasarkan hasil penelitian ini, penelitian kedepannya dapat meningkatkan nilai item discrimination index untuk meningkatkan validitas dan keumuman skala grit baru.
ABSTRACT
The aim of this study is to develop a new grit scale with reference to the established grit scale by Duckworth and colleagues 2007 . Specifically, the purpose of this study is to discover whether the redeveloped grit scale will yield the same outcome as the previous grit scale while maintaining validity and reliability. To establish the validity of the new grit scale, three empirical hypotheses are generated to examine the relationship between the scores on the new scale and scores on other measures, as well as identifying the sample characteristics of grit. Additionally, reliability analyses such as Internal Consistency and Item Discrimination Index were also conducted to strengthen the new scale rsquo;s validity. The new grit scale was high in internal consistency and most items had reasonable item discrimination indices. Results showed that that all hypotheses were supported such that a positive correlation was found between the scores of the new grit scale and short grit scale, scores of the new grit scale positively correlate to scores on conscientiousness and scores of the new grit scale positively correlate to scores on work ethics profile. This indicated that the new measurement scale has decent validity. However, further research should focus on improving item discrimination index to strengthen validity of the new grit scale and increase generalizability.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>