Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Dwiyanti
"Rasa takut dan cemas terhadap berbagai jenis perawatan gigi banyak ditemukan pada anak usia remaja awal. Adanya rasa takut dan cemas ini akan mempengaruhi usaha program perawatan gigi yang optimal. Rasa takut dan cemas dipengaruhi oleh asumsi pribadi yang disebabkan adanya ketidaktahuan akan kesehatan gigi dan perawatan yang dilakukan. Selain itu rasa takut dan cemas dipengaruhi pula oleh tumbuh kembang anak serta faktor pelayanan yang didapat saat pertama kali berobat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran yang jelas tentang perawatan kedokteran gigi jenis apa yang paling menakutkan terutama pada anak usia remaja awal. Disamping itu pula apakah ada perbedaan rasa takut dan cemas sebelum, pada saat, dan setelah perawatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa jenis perawatan kedokteran gigi yang paling menakutkan adalah penyuntikan, pencabutan, dan pengeboran. Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna sebelum, pada saat, dan setelah perawatan pada jenis perawatan penyuntikan. Sedangkan pada jenis pencabutan dan pengeboran didapat perbedaan tidak bermakna sebelum dan pada saat perawatan. Akan tetapi pada saat dan setelah dilakukan pencabutan dan pengeboran didapat hasil berbeda bermakna.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rasa takut dan cemas pada anak usia remaja awal ditemukan tinggi terutama pada perawatan penyuntikan kemudian diikuti oleh pencabutan dan pengeburan. Dengan ditemukan adanya rasa takut dan cemas terhadap jenis perawatan tersebut maka perlu kiranya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa takut dan cemas terutama untuk mendapatkan usaha program kesehatan gigi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T1496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Marlinah
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pentingnya tindakan keperawatan untuk
menurunkan kecemasan suami yang merawat istrinya dengan kanker serviks. Tindakan
keperawatan ini disusun dalam satu “Paket Tegar” yang meliputi terapi informasi, terapi
imaginary dan terapi musik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Paket
Tegar terhadap tingkat kecemasan suami yang merawat istrinya dengan kanker serviks.
Penelitian ini melibatkan 61 suami sebagai responden yang terbagi dalam dua kelompok.
Masing-masing kelompok penelitian terdiri dari 34 responden yang istrinya dirawat di
rumah sakit Cipto Mangunkususmo Jakarta dan 27 responden, istrinya dirawat di rumah
sakit kanker Dharmais Jakarta yang didiagnosis kanker serviks dan memenuhi kriteria
inklusi. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan rancangan pre and
post test whith control group. Intervensi “Paket Tegar” diberikan selama 60 menit
dengan tiga kegiatan yaitu terapi informasi, Terapi imaginary pemandangan alam dan
terapi musik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan Paket Tegar pada kelompok
intervensi (P < 0,001) serta adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Selanjutnya disimpulkan, hasil penelitian ini mengindikasikan
pentingnya memberikan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien khususnya suami
yang secara langsung terlibat dalam pemberian perawatan terhadap pasien yang
memiliki kebutuhan yang berbeda dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan kanker serviks.

ABSTRACT
This study was proposed in relationnto the importance of nursing interventions in
reducing the husbands’ anxiety while taking care of their wives with cervical cancer.
This nursing interventions are packed into a ‘Tegar Package’that includes information,
guided imaginary and musical therapy. The aim of this study was to identify the
effectivness of ‘Tegar Package’ in reducing anxieties of husbands who taking care of
wives with cervical cancer. Sixty one respondens participated in this study. The
respondens were devided into two groups. Each groups consisted of 34 respondens from
Cipto Mangunkusumo Hospital and 27 respondens from Dharmais Cancer Hospital. This
research use a quacy axperimental method using pre and post test with a control group.
The intervenstion was applied within 60. The results showed that there was a significant
difference of the level of anxiety before and after intervenstions in the intervention
group (p<0,001) and there are a significant difference of the level of anxiety between
control and interventions group. This study suggested the importance of involvement of
spouse (husband) in nursing interventions in order to enhance the quality of life of
patients with cervical cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutji Nuraini
"Kebersihan mulut dan gingivitis merupakan faktor langsung yang kuat untuk menilai kesehatan gigi anak. Selain itu pula faktor tidak langsung yang cukup berpengaruh adalah sikap serta pengetahuan orang tua terhadap kesehatan tinggi anak.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan keadaan gigi dan mulut anaknya,
Untuk melihat hubungan di atas digunakan ORI -- C untuk menilai kesehatan gigi dan mulut anak Serta Hiroshima University Dental Behaviour index yang telah dimodifikasi untuk menilai sikap orang tua terhadap kesehatan gigi. Dari hasil ditemukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan keadaan kesehatan gigi dan mulut anaknya."
2000
T5147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Yuliawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh kombinasi teknik relaksasi sistematik dan terapi analgesik terhadap rasa nyeri pasien pasca bedah abdomen di RS Haji Jakarta. Disain penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan pendekatan pretest posttest group design. Sampel berjumlah 46 orang yang diambil secara purposive sampling. Kelompok intervensi menerima terapi analgesik dan teknik relaksasi sistematik dan kelompok kontrol menerima analgesik standar. Peneliti mengajarkan teknik relaksasi sistematik lewat walkmann kepada pasien kelompok intervensi dan pasien mempraktikkan teknik tersebut pada periode preoperasi.
Setelah pembedahan pasien mendengarkan instruksi relaksasi melalui walkmann selama 15 menit, dua kali sehari selama dua hari. Pasien diinstruksikan untuk tidur telentang dalam posisi yang nyaman di tempat tidur, menutup kedua mata dan melemaskan bagian-bagian tubuh yang dimulai dari kaki, tungkai, paha dan terus bergerak ke bagian tubuh bagian atas hingga kepala. Pasien diajarkan untuk megendalikan nafas dan bersikap pasif agar merasakan relaksasi pada setiap langkah relaksasi. Pada akhir sesi, pasien diminta membuka mata dan tetap berbaring selama beberapa menit. Rasa nyeri diukur dengan menggunakan visual analogue scale (VAS). Evaluasi penelitian dilakukan pada hari kedua setelah intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata rasa nyeri sebelum intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah berbeda tapi tidak bermakna (p=0,40), namun setelah intervensi terlihat berbeda secara bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,004). Umur tidak mempengaruhi rasa nyeri pada pasien pasca bedah abdomen setelah mendapatkan intervensi analgesik ditambah teknik relaksasi sistematik (p=0,97), jenis kelamin berpengaruh terhadap rasa nyeri (p=0,008) dan jenis kelamin laki-laki merasakan nyeri lebih sedikit dibandingkan perempuan dan letak insisi mempengaruhi nyeri pasca bedah abdomen (p=0.09).
Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat sebaiknya memberikan edukasi tentang cara mengatasi nyeri pasca pembedahan abdomen pada periode pre operasi agar pasien dapat melakukannya secara mandiri.

The aim of this study was to describe the effects of systematic relaxation technique combined to analgesic therapy on postoperative pain in post abdominal surgery patient in Haji Hospital. The design was an quasi-experimental with pretest-posttest group design. The subjects were forty six (n=46) patients undergoing abdominal surgery. The sampling methode was purposive sampling, a non probability sampling. The intervention group received analgesic and relaxation systematic technique. The control group was given analgesic routine. In the preoperative surgical ward, the researcher taught systematic relaxation to the subjects in intervention group with an introductory walkmann. Subjects practiced using the technique in the preoperative periode.
After surgery, subjects listened to relaxation technique on the walkmann during 15-minutes, two times a day for 2 days postoperatively. Patients were directed by walkmann instruction to lie down in comfortable position in bed, close their eyes, and relax each part of the body, starting with the feet, lower legs, hips and moving up to the head. Patient taught to control their breathing and to maintain a passive attitude and allow relaxation occuring at its own pace. At the end of the session, subjects were asked to open their eyes and lie quitely for a few minutes. Sensation of pain was assessed before and after the test on visual analogue scale (VAS).
No difference was found for pain before treatment using between the intervention group and control group (p=0,40). Changes in pain sensation after the test indicated significantly greater relief in the intervention group compared to the control group. Posttest pain scores were significantly lower in the treatment groups than in the control group (p=0,004). Age did not affect pain sensation in post abdominal surgery patient after given anelgesic intervention combined with systematic relaxation technique (p=0,97). Sex affected pain sensation (p=0,008) and men may be less postoperative pain compared to women, and incisions site did not affected post abdominal surgery pain (p=0,09).
It's recommended to give education technique to alleviate pain in preoperative periode thus the patient can perform it independently after abdominal surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sila Dewi Anggreni
"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot jantung yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penyakit ini akan mempengaruhi arteri koroner yang memberi suplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot miokardium. Infark miokard merupakan nekrosis dari miokard yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah lewat koroner tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen. Untuk mencapai proses penyembuhan dan pemulihan yang baik pada pasien infark miokard perlu adanya manajemen nyeri yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri pada pasien infark miokar di RS. Dr. M. Djamil Padang.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment, khususnya non-equivalent control group dengan pre dan post test. Sampel berjumlah 30 orang (15 orang kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik yang diberikan selama 3 hari dan 15 orang kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri, yang diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Evaluasi tingkat nyeri dilakukan setiap hari baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Hasil penelitian diperoleh adanya penurunan tingkat nyeri setiap harinya, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok intervensi (p=0,000), artinya terapi musik pada pasien infark miokard dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri. Pada penelitian ini karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien infark miokard. Rekomendasi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam menangani nyeri pada pasien infark miokardan perlu adanya penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih lama agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

Coroner heart diseases is a heart sickness which is caused by decreasing blood of supply to cardiac muscle that happening of imbalance between supplies and oxygen needs. This disease will effect the artery coronary which provide blood supply, oxygen and nutrition to myocardium muscle. Infark miokard is necrosis from miokard that happened because of insufficiency blood stream through coroner can not fulfill oxygen needs. To reach good curative process and curing at patient with infark miokard, it needs good pain management. The research a purpose is to identifying the effect of music therapy on the level of pain perception with infark miokard at Dr. M. Djamil Hospital in Padang.
This research used a quasi experiment design by control group approach with pre and post tested. Research has been done at Dr. M. Djamil Hospital Padang. 30 samples of patient with infark miokard divided into 2 groups, 15 people of intervention group which were given by pain degradation therapy and music therapy and 15 people of control group which were only given by pain degradation therapy, taking sample by non probability sampling type of consecutive sampling.
Statistic test result of dependent t-test indicated that there was meaning difference between pain degradation at group which was given by music therapy and pain degradation at group which was not given by music therapy before and after intervention. This research of age characteristic, gender and pain experience don't have an effect on pain level degradation of patient with infark miokard. The research concluded that degradation on pain perception level of patient with infark miokard was higher at group which was given by music therapy Recommendation of this research result, music therapy has to be applied as one of nursing intervention on handling pain of patient with infark miokard and it is important to be done a continue research which has more specific sample criterion and longer research to get better research result.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setyawati
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Jamilah
"Skripsi ini membahas mengenai persepsi ibu terhadap kesehatan gigi mulut dan status kesehatan gigi mulut anak prasekolah. Penelitian ini adalah deskriptif analitik potong lintang. Data persepsi ibu tentang kesehatan gigi dan mulut diambil dengan pengisian kuesioner Hiroshima University Dental Behaviour Inventory (HU-DBI) yang dimodifikasi. Data status kesehatan gigi mulut anak diambil menggunakan oral rating index dan oral debri. Hasil penelitian menunjukkan status kesehatan gigi mulut anak lebih baik dibandingkan dengan ibunya dan ditemukan hubungan yang bermakna antara beberapa persepsi ibu mengenai kebiasaan ibu dalam menjaga kesehatan gigi mulut anaknya dengan status kesehatan gigi mulut anak.

The focus of this study is maternal perception of oral health and oral health status in preschool children. This research is cross-sectional analytic. Data about maternal perception of oral health was carried out by using Hiroshima University Dental Behaviour Inventory that has been modified. Data about oral health status was carried out by using oral rating index and oral debri. The results showed oral health status of children is better than their mother and found a significant association between some maternal perceptions about taking care their children`s oral health with oral health status of children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Yetti
"Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis tidak hanya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke namun juga dapat menjadi kondisi yang mendahului munculnya gagal jantung kongestif. penyakit pembuluh darah tepi kronis, aneurisma aorta dan gagal ginjal. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum diderita para lanjut usia (lansia). Pendekatan promosi kesehatan yang populer untuk menurunkan prevalensi hipertensi salah satunya dengan meningkatkan kepatuhan diit terutama kosumsi rendah garam, Kepatuhan diit lansia sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga, karena 50% lansia di Indonesia tinggal di rumah tangga bersama suami/istri dan anggota keluarga lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, dukungan keluarga dan hasil pendidikan kesehatan dengan kepatuhan dilt hipertensi lansia di kelurahan Paseban kecamatan Senen Jakarta Pusat setiap faktor dominan yang paling mempengaruhinya Penelitian ini menggunakan metodologi riset keperawatan dengan rancangan studi pOlong Hntang (cross sectional). Sampel penelitian sebanyak 109 responden dengan menggunakan teknik random sampling. Basil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (p=0,002) dan hasil pendidikan kesehatan (p=0,000) dengan kepatuhan diit hipertensi lansia, serta hasil pendidikan kesehatan merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan diit hipertensi lansia (OR=6,031), Kesimpulan penelitian ini adalah dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan merupakan dua hal penting yang sangat berpengaruh terhadap kepatuhan diit hipertensi lansia. Dan hasil penelitian ini disarankan lansia lebih membuka diri menerima informasi kesehatan yang diberikan terutama mengenal diit hipertensi dan keluarga memberikan dukungan yang lebih optimal kepada lansia untuk mematuhi diit hipertensi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T21856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Dhearine Pratiwi
"Talasemia beta mayor merupakan suatu penyakit darah yang ditandai dengan tidak ada atau menurunnya produksi rantai protein beta dalam globulin yang mengakibatkan anemia mikrositik dengan derajat keparahan yang bervariasi. Perawatan untuk penderita talasemia beta mayor adalah dengan melakukan transfusi darah secara rutin. Kondisi gingivitis kerap kali juga ditemukan pada anak talasemia beta mayor. Adanya produksi sIgA saliva merupakan suatu tanda aktifnya respons imun humoral dalam rongga mulut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva pada penderita gingivitis antara anak talasemia beta mayor dan anak normal. Subjek penelitian sebanyak 32 anak dengan gingivitis moderat berusia 5-8 tahun, 16 anak penderita talasemia beta mayor dan 16 anak normal. Sampel saliva yang diambil diukur kadar sIgA salivanya dengan menggunakan metode ELISA.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva anak talasemia beta mayor dan anak normal dengan hasil rerata pada anak talasemia beta mayor 186.136 ± 92.342 μg/mL dan anak normal 111.541 ± 71.000 μg/mL. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva penderita gingivitis antara anak talasemia beta mayor dan anak normal.

Thalassemia beta major is a blood disorder that is characterized by a decrease or absence of beta protein chain production in globulins, which caused various degree of microcytic anemia. People with thalassemia beta major require scheduled blood transfusion as treatment. Gingivitis is a common oral finding, especially in children with the disorder. The production of salivary IgA (sIgA) is a sign of active humoral immune response in the oral cavity.
The purpose of this research is to analyze the difference of salivary IgA between thalassemia beta major children and normal children, both having gingivitis. Thirty-two children aged 5-8 years old with moderate gingivitis were taken as subjects, consisting of 16 thalassemia beta major children and 16 normal children. The level of salivary IgA was measured with ELISA method.
The result showed a significant difference of salivary IgA levels between thalassemia beta major children (186.136 ± 92.342 μg/mL) and normal children (111.541 ± 71.000 μg/mL). In conclusion there is a significant difference of salivary IgA levels in thalassemia beta major children with gingivitis and normal children with gingivitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andya Karisaputri
"Asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronik yang menyerang terutama pada anak-anak. Anak asma memiliki resiko kejadian karies yang lebih tinggi dibandingkan anak normal. Penggunaan medikasi asma menyebabkan perubahan komposisi dan laju alir saliva. sIgA di dalam saliva berperan paling penting sebagai mekanisme pertahanan utama dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar sIgA saliva anak karies yang asma dan tidak asma. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak asma dan anak tidak asma. Seluruh subjek dinilai kadar sIgA saliva menggunakan uji ELISA. Hasil penelitian menunjukkan kadar sIgA saliva anak karies yang asma lebih rendah daripada anak karies yang tidak asma dan terdapat perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva anak karies yang asma dan tidak asma (p < 0.05).

Asthma is a chronic respiratory disease that attacks especially in childhood. Asthmatic children have higher caries risk than healthy children. The use of asthma medications cause changes salivary composition and flow rates. Salivary sIgA plays an important role as a first-line defense mechanism in oral cavity. The purpose of this study is to investigate salivary sIgA levels of caries children with asthma and without asthma. Saliva samples collected from 16 children with asthma and without asthma. Salivary sIgA levels of all subjects were assessed using an ELISA test. The results showed salivary sIgA levels of caries children with asthma lower than caries children without asthma and there is a significant difference of salivary sIgA levels between caries children with asthma and without asthma (p < 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>