Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Agus Purnomo Raharjo
"ABSTRAK
Penulisan Tesis ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan kualitatif
deskriptif. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kedudukan bank sebagai
agen penjual Reksa Dana; bagaimana hubungan antara bank dengan nasabah
pembeli Reksa Dana serta pengaturan dan pengawasan yang dilakukan oleh
otoritas pengawas bank dan pasar modal; serta bagaimana perlindungan hukum
terhadap konsumen pembeli Reksa Dana melalui bank? Untuk meningkatkan fee
based income, Bank sebagai lembaga intermediasi selain mengembangkan
pelayanan produk perbankan, bank juga mengembangkan pelayanan produk non
perbankan yang salah satunya adalah bank bertindak sebagai agen penjual Reksa
Dana. Reksa Dana sebagai bentuk investasi yang saat ini sedang bergairah, selain
memberikan tingkat keuntungan yang kompetitif, juga mengandung risiko
sehingga nasabah perlu memininalisir risiko dengan cara meminta informasi secara
lengkap dan transparan kepada bank. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
interaksi yang demikian intensif antara bank sebagai agen penjual Reksa Dana
dengan nasabah pembeli Reksa Dana, da pat menimbulkan sengketa. Untuk itu
maka otoritas pengawas perbankan dan pasar modal telah mengeluarkan berbagai
ketentuan terkait perlindungan nasabah bank dan mengawasi implementasi
ketentuan tersebut agar tercipta sistem perbankan yang sehat dan mampu
melindungi kepentingan nasabah dengan baik. Perlindungan hukum yang
ditekankan dalam Tesis ini adalah perlindungan hukum secara implisit (implicit
deposit protection ) melalui pengetatan pengaturan dan pengawasan terhadap bank
yang bertindak sebagai agen penjual Reksa Dana agar menerapkan prinsip kehatihatian
(prudential banking principles) sehingga kepentingan nasabah dapat
terlindungi. Terkait hal tersebut, maka bank perlu menginformasikan kepada
nasabah antara lain mengenai manfaat, risiko dan biaya-biaya yang melekat pada
produk Reksa Dana serta pemberian sanksi yang lebih tegas terhadap bank yang
tidak prudent terhadap ketentuan yang ada.

ABSTRACT
This Thesis is written by using normative and descriptive-qualitative legal research
methods. Problems arise as objects in this Thesis are; how is the legal position of
bank as an agent of Mutual Fund; how is the relation between bank and customer
of Mutual Fund; how banking regulations are regulated and how is the supervision
conducted by the banking and capital market authority; and how is the legal
protection prevailed for customer who purchase Mutual Fund from the bank. To
increase its fee based income, bank as an intermediation institution besides
developing its banking product services, also develop services for its non-banking
products such as providing services as agent of Mutual Fund. Mutual Fund, as an
investment that is now booming, offers a very competitive profit, but also contains
high risks of which customer should be aware and minimize those risks by asking
the bank to provide complete and transparent information. However, it cannot be
avoided that during intensive interaction between bank, as an agent or a seller of
Mutual Fund, and customer, the dispute may arise. With regards to that, banking
and capital market authority have enacted various regulations that aim to protect
customers and also supervise the implementation of such regulations in order to
create a sound banking system so that would enable to protect customers. The legal
protection that is emphasized in this Thesis is the implicit deposit protection
through tightening regulations and supervision to the banks as agents of Mutual
Fund in order to ensure their compliance of prudential banking principles so the
protection to customers could be established. In relation to that, ba nk needs to
inform customer on, among others, the benefits, risks, and costs of Mutual Fund.
Sanction will be given to banks which are not comply with the prevailed
regulations"
Universitas Indonesia, 2010
T28539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Yuliansyah
"Pada awalnya leasing merupakan kegiatan pembiayaan perusahaan untuk penyediaan barang modal, namun dalam perkembangannya dapat juga diberikan kepada individu dengan peruntukan barang yang belum tentu untuk kegiatan usaha misalnya mobil, motor. Hal tersebut dikarenakan belum ada pegaturan yang jelas dan rinci mengenai apa yang dimaksud barang modal dalam leasing. Kegiatan leasing pada PT. Federal International Finance dituangkan dalam suatu Perjanjian Pembiayaan Konsumen, dalam perjanjian tersebut terdapat pencantuman klausula-klausula baku yang dirasa memberatkan konsumen antara lain mengenai pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, pemberian kuasa kepada pelaku usaha untuk melakukan tindakan sepihak, mengatur pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa, mengurangi manfaat jasa atau harta kekayaan konsumen, menyatakan tunduknya konsumen kepada aturan baru dan/atau tambahan, pemberian kuasa kepada pelaku usaha untuk melakukan pembebanan hak atas barang yang dibeli konsumen secara angsuran bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang membatasi pencantuman klausula baku dalam perjanjian mengenai isi, bentuk dan letaknya. Upaya hukum bagi konsumen apabila menemukan hal tersebut berdasarkan UUPK ada dua yaitu: penyelesaian melalui pengadilan atau penyelesaian di luar pengadilan. Dan akibat hukumnya apabila terdapat klausula baku yang bertentangan dengan Pasal 18 UUPK , maka klausula baku tersebut batal demi hukum. Hingga saat ini pencantuman klausula baku yang bertentangan dengan Pasal 18 UUPK masih tetap ada, bahkan pelaku usaha menerapkan prinsip ?take it or leave it? terhadap konsumen atas pencantuman klausula baku tersebut."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S21213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Belatrix Esternella
"Hubungan antara perusahaan induk dan anak perusahaan mencerminkan dinamika kompleks yang dipengaruhi oleh perbedaan sistem hukum dan regulasi di setiap negara. Di Indonesia, hubungan ini diatur oleh Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, yang menegaskan prinsip pemisahan kepribadian hukum dan tanggung jawab terbatas. Regulasi ini memberikan landasan hukum yang kokoh untuk memastikan kepastian hukum dalam hubungan antara induk dan anak perusahaan. Namun, kelemahannya terletak pada keterbatasan fleksibilitas untuk menangani kasus tertentu, seperti penyalahgunaan kekuasaan oleh perusahaan induk yang merugikan anak perusahaan, kreditur, atau pemangku kepentingan lainnya. Sebaliknya, di Amerika Serikat, pendekatan hukum yang berbasis preseden memungkinkan fleksibilitas lebih besar dalam menentukan tanggung jawab perusahaan induk. Doktrin seperti piercing the corporate veil memberikan pengadilan wewenang untuk mengesampingkan batas hukum antara induk dan anak perusahaan dalam kasus-kasus khusus, seperti penipuan atau kontrol dominan yang tidak wajar. Pendekatan ini memberikan ruang untuk adaptasi terhadap kasus spesifik, tetapi juga menghadirkan tantangan berupa inkonsistensi antar negara bagian akibat otonomi masing-masing yurisdiksi dalam menetapkan aturan. Perbandingan ini menunjukkan bahwa kedua sistem hukum memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi. Pengaturan ideal untuk hubungan antara induk dan anak perusahaan perlu mengintegrasikan kepastian hukum yang tegas seperti di Indonesia dengan fleksibilitas hukum seperti di Amerika Serikat. Regulasi ideal harus melibatkan perlindungan bagi pemangku kepentingan, transparansi dalam tata kelola perusahaan, dan pengawasan yang efektif. Selain itu, kerangka hukum yang dirancang untuk mendukung inovasi dan sinergi antara induk dan anak perusahaan dapat menciptakan hubungan yang berkelanjutan dan kompetitif dalam lanskap bisnis global yang semakin dinamis. Dengan pendekatan ini, hubungan antara induk dan anak perusahaan dapat dikelola secara efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal maupun internasional.

The relationship between a parent company and its subsidiaries reflects the complex dynamics influenced by the different legal and regulatory systems in each country. In Indonesia, this relationship is governed by the Law on Limited Liability Companies, which emphasizes the principle of separation of legal personality and limited liability. This regulation provides a solid legal foundation to ensure legal certainty in the relationship between parent and subsidiary. However, its weakness lies in the limited flexibility to deal with specific cases, such as abuse of power by the parent company to the detriment of the subsidiary, creditors or other stakeholders. In contrast, in the United States, the precedent-based approach of the law allows for greater flexibility in determining the parent company's liability. Doctrines such as piercing the corporate veil give courts the authority to waive the legal boundary between parent and subsidiary in special cases, such as fraud or unreasonably dominant control. This approach provides room for adaptation to specific cases, but also presents the challenge of interstate inconsistencies due to each jurisdiction's autonomy in setting the rules. This comparison shows that both legal systems have complementary strengths and weaknesses. The ideal regulation for the relationship between parent and subsidiary needs to integrate strict legal certainty as in Indonesia with legal flexibility as in the United States. The ideal regulation should involve protection for stakeholders, transparency in corporate governance, and effective oversight. In addition, a legal framework designed to support innovation and synergy between parent and subsidiary can create a sustainable and competitive relationship in an increasingly dynamic global business landscape. With this approach, the relationship between parent and subsidiary can be effectively managed to support economic growth at both local and international levels."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanathifal Salsabila Anggraeni
"Perkembangan teknologi blockchain salah satunya smart contract pada platform Ethereum, yang tersedia pada website Etherscan sering kali memuat klausula baku, salah satunya klausula baku pilihan hukum atau choice of law, yang menetapkan hukum dan yurisdiksi sesuai preferensi pengembang. Apabila terjadi sengketa, klausula baku choice of law ini menjadi tantangan sebab sering kali tidak mengakomodasi kepentingan pengguna dari yurisdiksi berbeda. Di Indonesia, Pasal 18A UU No. 1 Tahun 2024 menetapkan bahwa kontrak elektronik internasional harus tunduk pada hukum Indonesia. Penelitian ini mengkaji bagaimana UU No. 1 Tahun 2024 memberikan pelindungan hukum dalam sengketa terkait klausula baku choice of law dalam smart contract serta bagaimana UU No.1 Tahun 2024 memberikan pelindungan konsumen atas penggunaan klausula baku choice of law yang tidak selaras dengan asas kebebasan berkontrak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian doktrinal dengan sumber data sekunder serta analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan UU No. 1 Tahun 2024 perlu adanya peraturan tentang proses pelaksanaan sengketa mengetahui benturan yurisdiksi yang sering terjadi dalam sengketa lintas negara, yang berujung tidak pulihnya hak konsumen. Penelitian ini menemukan bahwa implementasi dari UU No. 1 Tahun 2024 dalam melindungi konsumen pada dasarnya tepat sasaran, asas kebebasan berkontrak yang sejatinya dibatasi harus dapat diterima oleh konsumen Indonesia.

The development of blockchain technology, one of which is the smart contract on the Ethereum platform, which is available on the Etherscan website, often contains standard clauses, one of which is the choice of law standard clause, which determines the law and jurisdiction according to the developer's preferences. If a dispute occurs, this standard choice of law clause becomes a challenge because it often does not accommodate the interests of users from different jurisdictions. In Indonesia, Article 18A of Law no. 1 of 2024 stipulates that international electronic contracts must comply with Indonesian law. This research examines how Law no. Law No. 1 of 2024 provides legal protection in disputes related to standard choice of law clauses in smart contracts and how Law No. 1 of 2024 provides consumer protection for the use of standard choice of law clauses that are not in line with the principle of freedom of contract. This research uses doctrinal research with secondary data sources and qualitative descriptive data analysis. The research results show that Law no. 1 of 2024, it is necessary to have regulations regarding the dispute implementation process, recognizing the clash of jurisdictions that often occur in cross-border disputes, which result in consumer rights not being restored. This research found that the implementation of Law no. 1 of 2024 in protecting consumers is basically right on target, the principle of freedom of contract which is actually limited must be accepted by Indonesian consumers."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Intan Soraya
"Pada era modern saat ini, masyarakat cenderung menggunakan pembayaran dengan metode dompet digital dibandingan dengan cara konvensional. Melihat fenomena ini, Bank Indonesia tengah mengembangkan Central Bank Digital Currency atau biasa disebut sebagai Digital Rupiah sebagai alternatif alat pembayaran yang diharapkan dapat menjadi pelengkap pilihan pembayaran. Lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai bagaimana pengaturan penggunaan Rupiah Digital sebagai alternatif alat pembayaran menurut UU P2SK serta bagaimana dampak dan peran dari penggunaan Rupiah Digital terhadap eksistensi uang kartal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penulisan hukum doktrinal dengan melakukan evaluasi normatif terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memberikan analisis lebih lanjut dan berkaitan dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan mengenai CBDC telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, pada Pasal 10 menjelaskan bahwa Rupiah Digital diakui dan berfungsi sama seperti rupiah kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Kemudian, penggunaan CBDC dapat menaikan jumlah transaksi internasional yang berpengaruh pada tingkat PDB maupun PNB suatu negara. Penggunaan CBDC sebesar sekian persen dari jumlah PDB suatu negara dapat menekan tingkat inflasi dan menaikan pendapatan negara. Akan tetapi, CBDC tidak semerta-merta menghapuskan penggunaan uang kartal sehingga penggunaan Rupiah Digital dan Uang Kartal harus dilakukan secara selektif, dominasi berlebih pada salah satunya dapat menimbulkan ketidakmaksimalan hasil yang diharapkan dalam kebijakan moneter yang dilakukan. Lebih lanjut, UU P2SK belum dapat menjadi landasan penerapan Rupiah Digital karena sifat dan muatannya sebagai undang-undang payung semata, sehingga diperlukan regulasi yang merinci yang mengatur mengenai Rupiah Digital di Indonesia serta diperlukan sosialisasi yang baik oleh pemerintah kepada masyarakat terkait peredaran dan penggunaan Rupiah Digital.

In today's modern era, people tend to use digital wallet payments compared to conventional methods. Seeing this phenomenon, Bank Indonesia is developing a Central Bank Digital Currency or commonly referred to as Digital Rupiah as an alternative payment method that is expected to complement payment options. Furthermore, this study aims to answer the formulation of the problem regarding how to regulate the use of Digital Rupiah as an alternative payment method according to the P2SK Law and the impact and role of the use of Digital Rupiah on the existence of paper money in Indonesia. This study uses a doctrinal legal writing method by conducting a normative evaluation of applicable laws and regulations that provide further analysis and are related to the topics raised in this study. The results of the study show that the regulation regarding CBDC has been regulated in Law Number 4 of 2023 concerning the Development and Strengthening of the Financial Sector, Article 10 explains that Digital Rupiah is recognized and functions the same as paper and metal rupiah as legal tender in Indonesia. Then, the use of CBDC can increase the number of international transactions that affect the GDP and GNP levels of a country. The use of CBDC of a certain percentage of a country's GDP can reduce inflation and increase state revenue. However, CBDC does not immediately eliminate the use of paper money so that the use of Digital Rupiah and Paper Money must be carried out selectively, excessive dominance of one of them can result in suboptimal results expected in the monetary policy carried out. Furthermore, the P2SK Law cannot yet be the basis for the implementation of Digital Rupiah because of its nature and content as an umbrella law alone, so that detailed regulations are needed that regulate Digital Rupiah in Indonesia and good socialization is needed by the government to the public regarding the circulation and use of Digital Rupiah."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Debora Marito
"Penelitian ini menganalisis ketidaksesuaian putusan pengadilan terkait pembatalan lelang eksekusi hak tanggungan dengan konsep parate eksekusi, khususnya dalam konteks Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam Nomor 26/Pdt.G/2018/PN Lbp, Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 169/Pdt/2019/PT Mdn, Putusan Mahkamah Agung Nomor 1569/K/Pdt/2020, hingga Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 598/PK/Pdt/2022. Fokus utama penelitian ini adalah mengevaluasi keabsahan prosedur pelaksanaan parate eksekusi, pertimbangan hukum terkait irah-irah "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam sertifikat hak tanggungan, serta implikasi hukum dari putusan yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif, analitis, dan evaluatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya inkonsistensi dalam pertimbangan hukum yang diambil oleh pengadilan pada beberapa tingkat. Meskipun parate eksekusi diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang memberikan hak kepada kreditur untuk menjual objek jaminan tanpa memerlukan fiat pengadilan, sejumlah putusan mengabaikan prinsip tersebut dengan menitikberatkan pada aspek prosedural, termasuk keabsahan irah-irah dan transparansi pelaksanaan lelang. Peninjauan kembali Mahkamah Agung akhirnya memutuskan bahwa lelang yang dilakukan adalah sah karena dokumen sertifikat hak tanggungan memenuhi syarat hukum. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sengketa dalam kasus ini menunjukkan kurangnya pemahaman yang konsisten terhadap konsep parate eksekusi. Hal ini menciptakan ketidakpastian hukum bagi para pihak yang terlibat. Penelitian ini merekomendasikan revisi regulasi untuk memperjelas prosedur parate eksekusi dan edukasi mendalam bagi para penegak hukum guna mengurangi potensi sengketa serupa di masa depan, serta memperkuat perlindungan hukum bagi kreditur dan debitur.

This study analyzes the inconsistencies in court decisions regarding the annulment of mortgage foreclosure auctions concerning the concept of parate executie, specifically focusing on the rulings of the Lubuk Pakam District Court No. 26/Pdt.G/2018/PN Lbp, Medan High Court No. 169/Pdt/2019/PT Mdn, Supreme Court No. 1569/K/Pdt/2020, and the Supreme Court Judicial Review No. 598/PK/Pdt/2022. The research primarily evaluates the validity of parate executie procedures, the legal considerations surrounding the preamble "For Justice Based on the Almighty God" in mortgage certificates, and the legal implications of the resulting decisions. Using a normative juridical method with descriptive, analytical, and evaluative approaches, this study reveals inconsistencies in the judicial reasoning across various levels of courts. While parate executie is established under Article 6 of Law No. 4 of 1996 on Mortgage Rights, allowing creditors to sell collateral without court authorization, several rulings overlooked this principle, emphasizing procedural issues such as the legitimacy of the preamble and auction transparency. The Supreme Court’s judicial review eventually ruled the auction valid as the mortgage certificate met legal requirements. The study concludes that the disputes highlight a lack of consistent understanding of the parate executie concept, creating legal uncertainty for the parties involved. It recommends regulatory revisions to clarify parate executie procedures and enhanced legal education for practitioners to minimize similar disputes in the future while ensuring robust legal protection for creditors and debtors."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesslin Guvani
"Fokus skripsi ini adalah untuk menelaah lebih jauh bagaimana impor paralel obat paten terjadi dan bagaimana peraturan-peraturan dari instansi terkait menerapkan perlindungan terhadap hak Pemegang Paten Obat tersebut. Dengan demikian, skripsi ini meneliti segala regulasi terkait isu impor paralel baik dari UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten serta peraturan-peraturan yang diterbitkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Bea Cukai, dan Badan Pengawas Obat Makanan. Sejauh ini, hanya BPOM dan Kemenkes saja yang sudah melindungi kepentingan Pemegang Paten terkait impor paralel obat paten, sedangkan instansi lainnya belum melihat urgensi dalam mengenali impor obat paten ini dan belum ada peraturan yang mengaturnya secara spesifik.

The focus of this thesis is to further evaluate parallel importation of patented drug and how regulation from related departments protect the drug Patent Holder's right. Thus, this thesis will refer to the issues of parallel importations in relation to Law no. 14 Year 2001 regarding Patents and other regulations published by the Minister of Trade, Minister of Health, Director General of Customs, and Food and Drug Supervisory Body. To date, only the Food and Drug Supervisory Body and Minister of Health have given adequate protection to the Patent Holder against parallel imports, while other governmental bodies have yet to recognize the urgency of acknowledging the importation of patented drugs therefore no such regulation has been specifically made upon it."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Indra Santoso A.
"Tesis ini membahas mengenai tinjauan yuridis terhadap tanggung jawab pelaku usaha terhadap iklan-iklan yang menyesatkan konsumen. Penelitian ini adalah penelitian normatif yang menggunakan deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah diperlukannya pengaturan yang lebih baik dalam hal mengatur usaha periklanan di Indonesia, khususnya terhadap perlindungan konsumen. Karena pengaturan usaha periklanan di Indonesia, masih merujuk kepada beberapa undang-undang dan etika periklanan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini menyarankan agar pemerintah dapat mengeluarkan hukum positif tentang periklanan, yang mengatur seluruh hak-hak, kewajiban-kewajiban dan tangung jawab dari pelaku usaha, pelaku usaha eriklanan dan konsumen.

This thesis discusses about juridical review concerning the responsibility from entrepreneur to advertisement which mislead the consumer. This research is a normative juridical research and analytical descriptive. The result of research is needs the better regulated in order to arrange the commercial business in Indonesia, especially concerning the consumer protection, because the regulation of commercial business in Indonesia still refer to several regulations and commercial ethics. This research suggest that overnment may legislated a regulation about commercial which arrange all rights, obligations and responsibility from the entrepreneur, advertising and consumer."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27447
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reski Damayanti
"Iklan merupakan salah satu strategi pemasaran guna menyampaikan informasi kepada konsumen. Namun sayangnya informasi yang disampaikan oleh pelaku usaha belum tentu sepenuhnya benar. Akibat yang timbul dari iklan yang menyesatkan tidak hanya merugikan konsumen tetapi juga pelaku usaha lainnya. Penelitian ini melihat peranan Pemerintah dan PPPI terkait permasalahan iklan yang menyesatkan. Metode penelitian yang dipergunakan bersifat yuridis normatif dengan menitikberatkan penelitian terhadap data sekunder. Dari hasil penelitian diharapkan Pemerintah dapat lebih berperan dalam menerapkan ketentuan hukum dalam bidang periklanan.

Advertisement is one of the marketing strategies with the aim to deliver the information to consumers. Unfortunately not all the information is true. The impact of misleading advertisement is not only causing loss to consumers but also to other business entity. This research will focus on government and PPPI's roles in relation to misleading advertisement. This research is based on juridicalnormative research, emphasizing on secondary data. From this research it is expected that the Government can have more role in implementing the regulation on advertisement."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27566
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Serena Claudia,author
"Tesis ini membahas perkembangan e-commerce yang telah mereformasi perdagangan konvensional di mana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung di dunia virtual, seperti situs airasia.com dan belibarang.com, yang mana kemungkinan lahirnya bentuk-bentuk kecurangan atau kekeliruan menjadi perhatian utama yang perlu penanganan lebih besar. Dampak negatif dari ecommerce itu sendiri cenderung merugikan konsumen, diantaranya dalam hal yang berkaitan dengan produk yang dipesan tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan, kesalahan dalam pembayaran, ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau pengiriman barang dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Oleh karena latar belakang tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana keabsahan suatu kontrak elektronik dalam transaksi yang terjadi melalui situs airasia.com dan belibarang.com dan bagaimana penerapan hukum perlindungan konsumen terhadap kejelasan informasi dalam situs airasia.com dan belibarang.com.
Permasalahan tersebut dibahas menggunakan metode penelitian kepustakaan, sehingga menghasilkan kesimpulan yaitu pada dasarnya kontrak yang terjadi dalam kedua situs tersebut dianggap telah memenuhi ketentuan-ketentuan mengenai keabsahan suatu kontrak berdasarkan KUH Perdata, dan kejelasan informasi di dalam situs airasia.com maupun belibarang.com dapat dikatakan cukup memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam UU ITE dan UUPK.

This thesis discusses about the development of e-commerce that has reformed the conventional trading where the interaction between consumers and companies that were previously carried out directly into the direct interaction in cyberspace, such as airasia.com and belibarang.com, that caused, that the possible of forms of fraud or error is a major concern that needs more handling. The negative impact of the e-commerce itself is likely harm the customers, such as the product that has been ordered is not the same as the product that has been offered, the errors in payment, error in the time of delivery of goods or the supply of goods and other things that are not in accordance with previous agreements. From the above background, this thesis concerns are the validity of the electronic contract in airasia.com and belibarang.com and the application of consumer protection regarding the information clarity in airasia.com and belibarang.com.
These problems are discussed using library research methods so as to produce a conclusion that basically the contract made in those two sites deems that it has fulfilled the provisions relating to the validity of a contract based on the Civil Code, and the clarity of the information in those two sites could be said sufficient to comply with the provisions stipulated in information and electronic transaction law (UU ITE) and consumer protection law (UUPK)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28038
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>