Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Darmayanti
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi psikologis, yang pada umumnya dilakukan secara tatap muka dalam laboratorium, kelas atau Iingkungan lain, dapat dilakukan melalui jarak jauh. Intervensi psikologis pada penelitian ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi belajar dari mahasiswa tahun pertama pada pendidikan jarak jauh. Dalam konteks sistem pendidikan jarak jauh formal, mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri dan menghadapi lingkungan belajar yang berbeda dengan sistem pendidikan tatap muka yang selama ini mereka kenal. Mahasiswa pendidikan jarak jauh diharapkan untuk mampu belajar mandiri jika mereka ingin sukses dalam belajarnya. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen lapangan dan dilakukan untuk menjawab dua hipotesis utama, yaitu: (1) intervensi akan meningkatkan secara signifikan kemampuan belajar mandiri dari mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh, (2) intervensi akan meningkatkan secara signifikan prestasi belajar dari mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh. Intervensi yang diberikan kepada mahasiswa dan khusus dikembangkan pada penelitian ini adalah keterampilan Self Regulated Learning (SRL) (dengan judul ?Strategi Belajar CERDAS pada Pendidikan Jarak Jauh?) dan keteladanan dari mahasiswa pendidikan jarak jauh yang berhasil (dengan judul ?Di Balik Toga Universitas Terbuka?). Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Terbuka dari Program Administrasi Publik yang mclakukan registrasi pertama pada semester awal tahun 2004. Sampel penelitian di bagi dengan cara random assignment dalam tiga kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Analisis hipotesis dilakukan dengan Mulfivariate Analysis of Variances (MANOVA). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan belajar mandiri yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,028). Namun, tidak ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis lebih detail menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari salah satu komponen kemampuan belajar mandiri, yaitu komponen kebutuhan belajar, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,005). Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa intervensi psikologis yang biasanya diberikan pada pendidikan tatap muka ternyata dapat efektif digunakan pada pendidikan jarak jauh. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi secara signifikan meningkatkan kebutuhan belajar yang kemudian meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa. ...... This research was conducted to investigate whether psychological interventions, which usually are provided in face-to-face manners within laboratories, classrooms or other environments could also be given at a distance. The given psychological interventions were aimed at enhancing first year distance education students? self-directed learning abilities and achievement Within the context of formal distance education system, the first year students have to adapt to and to cope with the learning environment that is diiferent from that in the face-to-face educations system they are familiar with. The distance education students were expected to be self-directed learners to succeed in their studies. This research was a field experimental research and was conducted to answer two main hypotheses as follows: (1) the interventions would significantly increase the first year distance education students?self-directed learning abilities, and (2) the interventions would significantly increase the first year distance education students? achievement. The interventions provided to the students were Self-Regulated Learning Skills (the title was ?Strategi Belajar CERDAS pada Pendidikan Jarak Jauh?) and Modeling of successful distance education learners (the title was ?Di Balik Toga Universitas Terbuka?). The research subjects were students of Universitas Terbuka?s Public Administration Program, who were first registered in the first semester of 2004. The sample, were randomly assigned into three experimental groups and one control group. The hypotheses were tested using Multivariate Analysis of Variances (MANOVA). The analysis results show that there was a significant diiference in self-directed learning abilities between the experimental groups and the control group (p = 0.028). However there were no significant diference between the experimental groups and the control group?s achievement. Further analysis also show that there was a significant gained scores of one of the self-directed learning skill components, namely the awareness of the need for learning between the experimental groups and the control group (p = 0.005). In summary, this research proves that psychological interventions that are usually used in face-to-face education could effectively be used in distance education context as well. As the findings show that the interventions signiticantly increase students? awareness of the need to team that leads to the increase in their self-directed learning abilities.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
D686
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santy Yanuar Pranawati
Abstrak :
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang bagaimana dinamika keterlibatan remaja perempuan dalam prostitusi, melalui kajian teori pengambilan keputusan terbatas. Keterlibatan remaja di sini, bukan karena dipaksa atau di bawah ancaman pihak lain, terlibat prostitusi sebelum usia 18 tahun, dan berasal dari keluarga yang tidak mengalami kesulitan ekonomi saat terlibat prostitusi. Studi pendahuluan dilakukan menggunakan pendekatan etnografi, dengan pengumpulan data melalui observasi partisipatif selama lebih kurang 3 bulan dan wawancara mendalam terhadap 3 remaja perempuan yang terlibat prostitusi. Selain itu peneliti juga hidup bersama dengan partisipan dalam satu kamar kos selama 1 bulan. Hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya gambaran yang kompleks pada remaja dalam dunia prositusi, khususnya terkait interaksi dengan keluarga, lingkungan temannya, juga kondisi psikologis yang membuat remaja rentan terlibat prostitusi. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam tentang dinamikan keterlibatan remaja ke dalam prostitusi, maka dilakukan studi utama dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Pada studi utama dilakukan wawancara mendalam terhadap 5 remaja perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki beberapa kondisi yang membatasi rasionalitasnya dalam proses mengambil keputusan sehingga rentan untuk terlibat prostitusi. Kondisi-kondisi tersebut adalah pengalaman hidup remaja, karakteristik tahapan usia remaja, dan kondisi tidak perawan pada remaja perempuan.
This qualitative study was conducted to investigate the dynamics of female adolescents in prostitution through the bounded rationality model of decision-making theories. These girls were not subject to threats or pressure from any party upon entering the world of prostitution, who were involved in prostitution before the age of 18, and whose parents were not financially insufficient when the girls entered prostitution. We used the ethnographic research approach in the preliminary study, conducted participatory observation for 3 months and in-depth interviews with 3 prostituted adolescents. In addition, researchers stayed with participants in a boarding room for a month. The preliminary study uncovered a certain complexity, specifically related to interactions with family, friends, and psychological conditions that catalyzed adolescents vulnerability toward being prostituted. Consequently, in order to obtain a more comprehensive understanding of the dynamics of prostituted adolescents, we conducted in-depth interviews with 5 prostituted adolescents in the main study, and using a case study approach. Results of this study showed that the girls had several conditions that bounded their rationality in their decision-making processes, so they were vulnerable to being prostituted. These conditions included adolescent life experiences, characteristics of the adolescent developmental phase, and the chastity value internalized by girls.
2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Primana
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa baru Universitas Indonesia angkatan 2013 berjumlah 726 dan bertujuan untuk menjawab pertanyaan peneliti mengenai ?Apakah dukungan makna belajar dari dosen, motivasi intrinsik, self-efficacy, dan pandangan mahasiswa terhadap dosen sebagai otoritas sumber informasi berpengaruh terhadap keterlibatan belajar mahasiswa dalam perkuliahan??. Untuk meneliti dan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan belajar mahasiswa dalam aktivitas perkuliahannya, peneliti menggunakan sudut pandang antropologi untuk menjelaskan dinamika yang terjadi dalam diri mahasiswa dan sudut pandang epistemologi untuk menjelaskan proses pembentukan pengetahuan dalam belajar. Berdasarkan analisis literatur Perspektif Self Determination Theory dan Epistemological Beliefs Theory peneliti membangun Model Persamaan Struktural Keterlibatan Belajar. Hipotesis penelitian ini adalah "Model persamaan struktural keterlibatan belajar sesuai dengan data penelitian". Variabel-variabel penelitian dalam model persamaan struktural keterlibatan belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah dukungan makna belajar dari dosen, motivasi intrinsik, selfefficacy, pandangan otoritas sumber informasi, dan keterlibatan belajar. Pengujian hipotesis dilakukan dalam dua tahap penelitian. Pada tahap penelitian pendahuluan dilakukan penelusuran prioritas kebutuhan dasar psikologik dan pada penelitian utama dilakukan pengujian model persamaan struktural keterlibatan belajar. Hasil utama penelitian mengungkap bahwa dukungan makna belajar dari dosen dan pandangan mahasiswa terhadap dosennya sebagai otoritas sumber informasi secara signifikan memengaruhi keterlibatan belajar melalui self-efficacy dan motivasi intrinsik. Artinya, dukungan makna belajar dari dosen dan pandangan mahasiswa terhadap dosennya sebagai otoritas sumber informasi dapat meningkatkan kualitas keterlibatan belajar mahasiswa dalam perkuliahan. Peneliti memaparkan keterbatasan, implikasi dan saran penelitian sehubungan dengan hasil penelitian. ...... The study is focused on University of Indonesia Freshman of 2013 to answer the research question "How students perceive this lectures and student's engagement in class". To get a complete understanding of the factors that influence students engagement, anthropological and epistemological views are used. Based on Self Determination Theory and Epistemological Beliefs Theory this study constructs a Structural Model of Student Engagement and suggests the hypothesis that "Student engagement structural model fits with the data". Variables in this study are lecturer's support in making learning meaningful, intrinsic motivation, selfefficacy, students? perceived epistemic authority, and student engagement. The hypothesis is tested in 2 stages. In the first stage, a mixed methods study is used to discover priority of students basic psychological needs. In the second stage of the study, The Structural Equation Model is used to test the student engagement theoretical model. Overall, results of statistical testing accepted the hypothesized structural model, fitting with the observed data. The researcher also discusses the limitation of the study.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
D2043
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Djuwita
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah membuktikan model konseptual yang menjelaskan bagaimana peranan orientasi nilai, kebahagiaan psikologis dan keyakinan efikasi dalam perilaku menolong saksi perundungan. Pertanyaan penelitian ini dijawab melalui perhitungan struktural dari dua model konseptual. Responden penelitian adalah siswa dan orang dewasa misalnya guru, orang tua siswa . Penelitian dilakukan melalui dua studi. Pada studi pertama didapatkan 2.765 kuesioner dan pada studi dua didapatkan 2.387 kuesioner yang dapat diolah. Selain penyebaran kuesioner, juga dilakukan FGD untuk memperkaya hasil penelitian. Hasil perhitungan SEM menunjukkan model konseptual 2 lebih baik daripada model konseptual 1. Terbukti bahwa orientasi nilai, kebahagiaan psikologis, keyakinan efikasi komunitas dan keyakinan efikasi diri berperan bersama-sama dalam perilaku menolong saksi. Keyakinan efikasi diri ditemukan memediasi kebahagiaan psikologis dan keyakinan efikasi komunitas. Dari analisa kualitatif diketahui bahwa saksi bersedia membela korban, namun ragu untuk bertindak. Salah satu kekhawatiran saksi adalah ia tidak didukung komunitas sekolah dan dianggap ingin muncul sebagai pahlawan sendiri. Implikasi untuk intervensi perundungan dibahas.
The purpose of this research is to prove the conceptual model, that explains the role of value orientation, psychological well being, and efficacy beliefs on bullying bystander rsquo s helping behavior. The research question is being obtained through structural equation modeling SEM of two conceptual models. The research respondents are students and adults such as teachers, parents . Two studies were completed, with 2.765 questionnaires from the first study and 2.387 questionnaires from the second study. Besides using questionnaires, FGD was executed to enrich the results of the research.The result of SEM rsquo s showed that the second conceptual model is a better fit than the first conceptual model. It is proved that value orientation, psychological well being, collective efficacy and self efficacy beliefs have a role together in determining the bystander rsquo s helping behavior. Self efficacy has been found to mediate psychological well being and collective efficacy. Based on the qualitative analysis, it has been known that the bystanders would defend the victim, but hesitated in taking actions. One of the bystander rsquo s concern was whether he she is supported or not by the school community and was judged as being a ldquo single hero rdquo . Implications for bulying intervention are discussed.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2276
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Latifah
Abstrak :
Keterampilan membaca untuk tujuan memahami materi bacaan merupakan faktor penting dalam pembelajaran dan keberhasilan siswa di sekolah. Membaca bukan sekedar aktivitas menyimpan informasi dalam ingatan, namun lebih dari itu, merupakan proses membangun pengetahuan yang melibatkan pengolahan informasi pada tingkat yang lebih tinggi dari sekedar merekam informasi. Untuk membangun pemahaman, diperlukan strategi metakognitif yang berfungsi memfasilitasi proses pemahaman siswa. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan strategi metakognitif dalam pemahaman bacaan pada siswa-siswa sekolah menengah pertama di wilayah Jawa pesisir dan Jawa pedalaman. Penelitian ini menggunakan mixed methods research design, yang melibatkan 61 siswa dari wilayah pesisir dan 55 siswa dari wilayah pedalaman. Penelitian menggunakan prosedur think-aloud untuk mengetahui jenis-jenis strategi metakognitif yang digunakan selama proses memahami bacaan. Hasil penelitian menemukan tiga hal. Pertama, ada perbedaan penggunaan strategi metakognitif dalam membaca antara siswa di wilayah Jawa pesisir dan pedalaman. Siswa pedalaman terbukti menggunakan strategi lebih sering dari siswa pesisir. Akan tetapi, jenis strategi yang digunakan siswa di pesisir cenderung lebih beragam dan lebih berkualitas. Kedua, penggunaan strategi metakognitif dalam membaca terbukti berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa. Ketiga, masing-masing wilayah penelitian Jawa pesisir dan Jawa pedalaman memiliki jenis-jenis strategi metakognitif khas. Strategi metakognitif khas yang dimiliki siswa di Jawa pesisir lebih banyak dan lebih menyebar di wilayah jenis strategi metakognitif yang lebih tinggi kualitasnya. Sebaliknya, strategi metakognitif khas siswa Jawa pedalaman jumlahnya lebih sedikit dan lebih menyebar di wilayah jenis strategi metakognitif yang lebih rendah. Implikasi dari penelitian ini adalah keterampilan metakognitif siswa SMP dalam pemahaman bacaan perlu ditingkatkan. Untuk itu, perlu dirumuskan suatu model pelatihan perancah metakognitif bagi guru agar mereka dapat melatih keterampilan metakognitif siswa-siswanya. ...... Reading skills for understanding reading materials are important factors in student learning and success in school. Reading is not just an act of storing information in memory, but more than that is a process of building knowledge that involves information processing at a higher level than just recording information. The metacognitive strategy is needed to facilitate the process of understanding. This study was conducted to examine the use of metacognitive strategies in reading comprehension among junior high school students in coastal and upland Java areas. This research uses mixed methods research design, involving 61 students from coastal areas and 55 students from upland areas. The study used a think-aloud procedure to identify the types of metacognitive strategies used during the reading comprehension process. The results of this study found three things. First, there is a difference in the use of metacognitive strategies in reading between students in coastal and upland Java areas. Upland students use strategies more often than coastal students. However, the types of strategies used by students on the coast are more diverse and more qualified. Second, the use of metacognitive strategies in reading affected the level of students 39; reading comprehension. Third, each research group coastal Java and upland Java has typical types of metacognitive strategies. The typical metacognitive strategies of students in coastal Java are more and more widespread in areas of higher quality metacognitive strategies. In contrast, the metacognitive strategy typical of upland students is fewer and more widespread in areas of lower metacognitive strategy. The implication of this research is the junior high school students 39; metacognitive skill in reading comprehension need to be improved. Therefore, it is necessary to formulate a model of metacognitive scaffolding training for junior high school teachers so that teachers can train the metacognitive skills of their students. With this training, teachers can help students to improve their skills in using metacognitive strategies so that students 39; reading comprehension can be improved.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2491
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Septiana
Abstrak :
Kecurangan akademik merupakan fenomena yang dampaknya merugikan bagi pengembangan karakter mahasiswa karena akan memengaruhi perilaku mahasiswa selanjutnya di masyarakat. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh emosi moral yang terdiri dari emosi malu, emosi bersalah, dan emosi bangga hubris yang dimoderasi oleh identitas moral terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang melibatkan 189 mahasiswa dari seluruh fakultas di Universitas Indonesia. Partisipan diminta untuk mengisi emosi yang dirasakan setelah membaca skenario emosi malu, emosi bersalah dan emosi bangga hubris, Moral Identity Questionaire dan tugas matriks angka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi bersalah berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik, semakin merasa bersalah maka mahasiswa semakin tidak melakukan kecurangan. Hasil lain juga menunjukkan bahwa identitas moral berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki identitas moral yang tinggi, tidak akan melakukan kecurangan. Selain itu ditemukan hasil bahwa identitas moral berperan sebagai moderator pada pengaruh antara emosi bersalah terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Penelitian ini memiliki keterbatasan teoritik karena peneliti tidak memperhitungkan faktor eksternal yang memengaruhi kecurangan akademik. Padahal secara teori, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian ini memiliki implikasi praktis bahwa yang perlu didahulukan adalah pendidikan kepedulian dan empati. Dengan pendidikan ini sedari dini, bila keduanya hadir/bisa dididik, maka seseorang akan merasa bersalah bila melakukan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu nilai-nilai kejujuran, keadilan dan tanggung jawab juga perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan identitas moral yang kuat, individu akan menampilkan dirinya secara konsisten sebagai orang yang bermoral. Saran penelitian ini antara lain instansi pendidikan perlu memantapkan standar moral yang berlaku, kesamaan persepsi mengenai kecurangan akademik, penerapan peraturan tentang kecurangan akademik secara konsisten, penghargaan perlu diberikan pada mahasiswa yang menerapkan kejujuran, serta hukuman perlu mengandung aspek emosi bersalah, yang berisi nilai-nilai yang sudah terinternalisasi. ......Academic dishonesty is a phenomenon whose impact is detrimental to the development of student character as it will affect the behavior of subsequent students in the community. This study aims to examine the influence of moral emotions consisting of shame, guilt, and hubris pride emotions that are moderated by the moral identity of academic dishonesty on the college students. This research is an experimental research involving 189 students from all faculties at Universitas Indonesia. Participants were asked to fill the perceived emotion after reading the shame, guilt and hubris pride scenario, the Moral Identity Questionaire and the numerical matrix assignment. The results showed that the guilty emotions have a significant effect on academic dishonesty, the more guilty the students are the less the cheating. Other results also show that moral identity has a significant effect on student academic dishonesty. Students who have a high moral identity, will not commit cheating. In addition, it was found out that moral identity acts as a moderator on the influence of emotion of guilt against student academic dishonesty. This study has theoretical limitations because researchers do not take into account the external factors that affect academic dishonesty. Whereas in theory, human behavior is influenced by internal and external factors. This study has practical implications that what needs to come first is education of care and empathy. With this education early on, if both are present/can be educated, then someone will feel guilty when doing that is not in accordance with prevailing norms. In addition, the values ?? ??of honesty, fairness and responsibility also need to be instilled since childhood. With a strong moral identity, the individual will present himself consistently as a moral person. Suggestions of this research include educational institutions need to strengthen applicable moral standards, common perceptions of academic dishonesty, the application of rules on academic dishonesty consistently, awards need to be given to students who apply honesty, and punishment needs to contain aspects of emotional guilt, which contains the values which has already been internalized.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2456
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kumolohadi
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji model pembuatan keputusan etis pada mahasiswa berdasarkan model interaksionis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian mixed method jenis explanatory sequential. Pada studi I, subjek berjumlah 376 mahasiswa di Jabodetabek dan Yogyakarta. Mahasiswa mengisi skala pembuatan keputusan etis mahasiswa, kesadaran etis, religiusitas, karakter moral, konformitas dan kepatuhan pada figur otoritas. Skala kesadaran etis digunakan sebagai kontrol subjek penelitian sebelum dilakukan uji model. Hasil penelitian menunjukkan model teoretis persamaan struktural yang menggambarkan pengaruh variabel religiusitas, karakter moral, konformitas dan kepatuhan pada figur otoritas terhadap pembuatan keputusan etis fit dengan data empiris. Religiusitas mempunyai efek langsung dan tidak langsung dengan arah positif terhadap pembuatan keputusan etis. Karakter moral dan Kepatuhan pada figur otoritas merupakan mediator hubungan yang signifikan antara religiusitas dan pembuatan keputusan etis, sementara konformitas tidak demikian. Pada studi II, dilakukan penelitian kualitatif menggunakan metode fenomenologi dengan teknik wawancara mendalam. Hasil studi II mendukung hasil pada studi I. Faktor-faktor lain yang memengaruhi pembuatan keputusan etis ditemukan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yaitu faktor akademik dan non akademik. Faktor akademik terdiri dari: sosialisasi etis, kontrak belajar di kelas dan sistem penegakan aturan berupa penghargaan dan konsekuensi, sistem pelacakan plagiarisme yang ketat, sistem pengecek presensi yg akurat, kurang trampil dalam student skill berupa pencarian materi/referensi. Faktor non akademik terdiri dari emosi panik dan bingung, kondisi fisik, pemaknaan terhadap isu-isu etis. Adapun keterbatasan penelitian yaitu subjek penelitian pada studi I dan II, mayoritas beragama Islam, sehingga variasi dalam keberagamaannya menjadi kurang terwakili. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dimensi teknologi dan perbandingan data demografi. Mahasiswa yang masih belajar dan telah bekerja dapat dilakukan perbandingan lebih lanjut baik melalui studi longitudinal maupun cross sectional. Terdapat dua implikasi hasil penelitian ini terhadap model teoritis yang digunakan. Pertama, hasil penelitian ini memberikan alternatif model pembuatan keputusan etis dengan memperhatikan konteks penelitian. Kedua, berdasarkan penelitian ini, bagi institusi pendidikan dapat membuat suatu program peningkatan nilai-nilai etis pada mahasiswa yang memuat materi nilai-nilai religius, membuat program penguatan karakter moral dan menjadikan figur otoritas sebagai agen sosialisasi etik. ......The aim of this study was to examine a model of ethical decision-making among students based on the interactionist model. This study used a mixed method research design with explanatory sequential type. In study I, the subjects were 376 students in Jabodetabek and Yogyakarta. Students filled in the scales of student ethical decision making, ethical awareness, religiosity, moral character, conformity and obedience to authority figures. The ethical awareness scale was used as a control for research subjects before the model test was carried out. The results showed a structural equation theoretical model that describes the influence of the variables of religiosity, moral character, conformity and obedience to authority figures on ethical decision making fit with empirical data. Religiosity had a direct and indirect effect in a positive direction on ethical decision making. Moral character and obedience to authority figures were a significant mediator of the relationship between religiosity and ethical decision-making, while conformity was not. In study II, a qualitative research was conducted using the phenomenological method with in-depth interview techniques. The results of study II support the results of study I. Other factors that influenced ethical decision making were found in this study. The factors were academic and non-academic factors. Academic factors were consisted of ethical socialization, study contracts and enforcement systems in the form of rewards and consequences, strict plagiarism tracking systems, accurate attendance checking systems, lack of skill in student skills in the form of material/reference searches. Non-academic factors were consisted of emotions of panic and confusion, physical condition, understanding of ethical issues. The research subjects in studies I and II were predominantly Moslem, so that variations in their diversity were underrepresented. This research can be developed further for the dimensions of technology and comparison of demographic data. Students who are still studying and have worked can be made further comparisons either through longitudinal or cross sectional studies. There are two implications of the results of this study on the theoretical model used. First, the results of this study provide an alternative model of ethical decision making by taking into account the research context. Second, based on this research, educational institutions can make many programs to increase ethical values in students containing material on religious values, create programs for strengthening moral character and make authority figures as agents of ethical socialization.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library