Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Limen, Ronal Yosua
"Latar belakang: Nyeri pasca bedah merupakan fenomena yang subyektif. Penelitian ini untuk membandingkan efek analgetik NSAID dan PCA dengan Elektroakupunktur dan PCA pada nyeri pasca bedah Caesar.
Metodologi: 38 wanita yang mendapatkan anestesi spinal selama menjalani bedah Caesar di Departemen Obstetrik dan Ginekologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo, dibagi secara acak menjadi kelompok NSAID dan PCA serta kelompok Elektroakupunktur dan PCA. Setelah selesai menjalani pembedahan subyek diberikan NSAID atau mendapat stimulasi Elektroakupunktur dan kemudian dipasang PCA. Waktu pertama kali membutuhkan morfin dan dosis PCA yang digunakan dicatat.
Hasil: Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok Elekroakupuntur dan PCA (205 menit) menunda waktu kebutuhan untuk morfin 25 menit lebih lama dibandingkan dengan kelompok NSAID dan PCA (180 menit). Dosis total PCA pada 24 jam pertama berkurang 25 % pada kelompok Elektroakupunktur dan PCA (4,5 mg) dibanding kelompok NSAID dan PCA (6 mg), sehingga tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada kelompok NSAID dan PCA maupun kelompok Elektroakupunktur dan PCA tidak didapatkan efek samping yang berhubungan dengan opioid seperti pusing.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan dalam waktu kebutuhan analgetik tambahan pasca bedah Caesar dan dosis PCA 24 jam pada kelompok NSAID dan PCA dengan Elektroakupunktur dan PCA.

Background: Post-operation pain is a very subjective phenomenon. The aim of this study was to compare the analgesic effects of NSAID and PCA or Electro-acupunture and PCA on post-cesarean pain.
Methods: 38 women, who had had spinal anesthesia during cesarean section at the Department of Obstetrics of Cipto Mangunkusumo Hospital, were randomly assigned to the NSAID and PCA group and the electro-acupuncture and PCA group. After the operation, we applied subjects with NSAID or Electro-acupuncture, and the patient controlled analgesia (PCA). The first time of requesting morphine and the doses of PCA used were recorded.
Results: The results showed that the Electro-acupuncture and PCA group (205 minutes) could delay the time of requesting morphine up to 25 minutes when compared with the NSAID and PCA group (180 minutes). The total dose of PCA used within the first 24 hours was 25 % less in the Electro-acupuncture and PCA group (4,5 mg) when compared with the NSAID and PCA group (6 mg), which no significant difference between the NSAID and PCA group and the Electro-acupuncture and PCA group. Finally, the incidence of opioid-related side effects, such as dizziness, was not record in the NSAID and PCA group or Electro-acupuncture and PCA group.
Conclusion: There was no different in the time of requesting pain relief medication after cesarean section and the PCA doses used within the first 24 hours in NSAID and PCA group or Electro-acupuncture and PCA group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Nusfita
"Adenocarsinoma Mammae adalah jenis kanker terbanyak pada wanita. Berbagai upaya telah dilakukan  untuk mengatasi, namun hasilnya belum maksimal. Harapan kedepan dalam mengatasi kanker terletak pada pemahaman patogenesis, dasar molekuler dan imunologis dari kanker. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain RCT pada mencit C3H model Adenocarsinoma Mammae. Dilakukan dengan menghitung luas permukaan nekrosis jaringan tumor tingkat seluler paska tindakan Elektroakupunktur (EA) menggunakan program Image-J. Diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi dasar pengetahuan biomolekuler peran akupunktur dalam terapi  kanker. Terdapat peningkatan nyata luas permukaan nekrosis jaringan tumor pasca tindakan antara kelompok kontrol dengan EA-1 x (1,08%); antara kontrol dengan EA-2x (41,06%0) dan antara kelompok kontrol dengan EA-3x (58,92%). Namun perhitungan statistik tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (p=0.258). Kesimpulan: Elektroakupunktur pada titik-titik ST36, BL18 dan BL20 menyebabkan peningkatan luas permukaan nekrosis, namun perhitungan statistik belum bermakna. Kemungkinan dibutuhkan jumlah tindakan EA lebih banyak dan waktu lebih lama untuk bermakna secara statistik, mengingat tindakan EA pada penelitian ini hanya dilakukan tiga kali dalam waktu 21 hari.

Adenocarsinoma Mammae is a cancer type that occurs most on women. Numerous attempts have been done to overcome the cancer, but the results have not yet been at saticfactory level. Expectations ahead in overcoming the cancer lies in understanding the pathogenesis, molecular and immunological basis of cancer. This study is an experimental research with RCT design on mice C3H models with adenocarsinoma mammae. Done by calculating the necrosis surface area of tumor tissues on cell level of post-action electroacupuncture (EA) using Image-J program. Expected results of the research could be basic knowledge of biomolecular on the role of acupuncture in cancer treatment. There are noticeable increases in the necrosis surface area of tumor tissue post-action between the control group and EA-1 x (1.08%); and EA-2x (41.06% 0); and EA3x (58.92%). However, the calculations showed no statistically significant results (p= 0258). Conclusion: electroacupuncture at points ST36, BL18 and BL20 causes an increase in the surface area of necrosis, but the statistical calculation is not meaningful. EA may be required more actions and takes longer to reach statistical significance, considering the EA action in this research is only done three times within 21 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Rodiah
"Umumnya penelitian akupunktur pada hipertensi menggunakan kombinasi akupunktur tubuh dan telinga yang dibandingkan dengan obat atau plasebopunktur dan belum ada yang membandingkan efektivitas antara akupunktur tubuh dengan akupunktur telinga. Selain itu di Indonesia belum ada yang meneliti efek akupunktur terhadap kadar nitrit oksida (NO) serum pada penderita hipertensi esensial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek antara akupunktur telinga dengan akupunktur tubuh terhadap tekanan darah (TD) serta apakah penusukan titik akupunktur tubuh dan akupunktur telinga memiliki efek meningkatkan kadar NO serum pada penderita hipertensi esensial.
Metode penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian dilakukan pada 32 pasien hipertensi esensial yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (akupunktur telinga) dan kelompok B (akupunktur tubuh).
Hasil menunjukkan rerata penurunan TD sistolik dan diastolik serta kadar NO serum antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Dengan demikian akupunktur telinga dan akupunktur tubuh memiliki efek yang sebanding dalam menurunkan TD pada pasien hipertensi esensial meskipun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kadar NO serum.

Generally the study of acupuncture on hypertension using a combination of the body and ear acupuncture compared with medication or placebopuncture. The study comparing of efficacy body acupuncture with ear acupuncture not performed yet. In Indonesia no one has studied the effects of acupuncture on levels of nitric oxide (NO) serum in patients with essential hypertension.
This study aims to determine the comparative effects of ear acupuncture with body acupuncture on blood pressure (BP) thus whether the insertion of the acupuncture points of the body acupuncture and ear acupuncture has the effect of increasing levels of serum NO in patients with essential hypertension.
On this study used randomized clinical trial method. The research was conducted on 32 patients with essential hypertension and divided into two groups which are group A (ear acupuncture) and group B (body acupuncture).
From the results show that there were no significant differences between the ear acupuncture with body acupuncture on reducing systolic and diastolic BP and serum NO levels (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Thus ear acupuncture and body acupuncture have the same effect in lowering blood pressure in patients with essential hypertension although this effect was not accompanied by increased levels of serum NO.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Suhaimi
"Latar Belakang dan Tujuan: Rigid Cystoscopy merupakan pemeriksaan menggunakan cystoscope yang rigid untuk mengetahui kelainan pada kandung kemih. Kelainan yang dapat dinilai dari pemeriksaan ini adalah tumor, batu, hematuria dan inflamasi kandung kemih. Dapat juga digunakan untuk pemasangan kateter ureter dan pengangkatan double J. Dengan hanya menggunakan anestetik lokal xylocaine jelly 2% saja pada prosedur ini sebagian penderita masih belum dapat mentoleransi nyeri. Sementara elektroakupunktur (EA) telah terbukti dapat mengurangi nyeri pada beberapa tindakan/operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EA dikombinasi dengan xylocaine jelly 2% terhadap nyeri pada prosedur rigid cystoscopy pasien laki-laki.
Metode: Uji klinis dilakukan sebelum dan setelah intervensi. Tujuh belas pasien laki-laki yang akan menjalani prosedur rigid cystoscopy dan memenuhi kriteria insklusi dilibatkan dalam studi ini. Perlakuan menggunakan EA tubuh dan telinga selama 20 menit, kemudian ditambahkan xylocaine jelly 2% 10 ml selama 10 menit sebelum prosedur dimulai. Penilaian dilakukan dengan NAS terutama pada sebelum, selama dan setelah prosedur selesai.
Hasil: Rerata NAS sebelum prosedur 1,06±1,09; selama prosedur 2,0±1,17; dan setelah prosedur 0,76±1,20. Terdapat perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs selama prosedur dan NAS selama vs setelah prosedur, p<0,01; tidak ada perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs setelah prosedur, p>0,05. Tidak didapatkan kriteria buruk (gagal) atau nilai NAS >4, serta efek samping pada sebelum, selama dan setelah prosedur.
Kesimpulan: EA tubuh dan telinga kombinasi dengan xylocaine jelly 2% mempunyai efek mengurangi nyeri yang dapat ditoleransi penderita pada prosedur rigid cystoscopy laki-laki.

Background and Objective: Rigid cystoscopy is an examination using a rigid cystoscope to determine bladder abnormalities. Abnormalities which can be it from this examination were tumor, stones, hematuria and bladder inflamation. It can also be used for the installation and removal of the ureteral double J catheter. Some patients still can not tolerate the pain if this procedure only used local anesthetic xylocaine jelly 2%. While electroacupuncture (EA) has been proven to reduce pain in some action/operations. This study aim to determine effect of EA combination with xylocaine jelly 2% on pain in rigid cystoscopy procedure in men patients.
Methods: Clinical trial performed before and after intervention. Seventeen male patients that will undergo rigid cystoscopy procedure and fulfill inclusion criteria were included in this study. The treatment using body and ears EA for 20 minutes, then added xylocaine jelly 2% 10 ml for 10 minutes before procedure begin. Assesment carried with NAS espesially before, during and after procedure.
Results: The means NAS before procedure was 1,06±1,09; during procedure 2,0±1,17; and after procedure 0,76±1,20. There are significant differences between NAS before vs during procedure and during vs after procedure, p<0,01; there is no significant difference between NAS before vs after procedure, p>0,05. Not bad criterion (fail) or the value of NAS >4 and side effect before, during and after the procedure.
Conclusions: Body and ears EA combination with xylocaine jelly 2% have effect reducing pain that can be tolerated by the patients on the rigid cystoscopy procedur in men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Hardi Hardjawinata
"Kelebihan berat badan pada saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Prevalensi kelebihan berat badan di Indonesia menurut Riskesdas pada tahun 2007 adalah sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obese), meningkat menjadi 21,7 % pada tahun 2010. Peningkatan prevalensi ini menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hiperlipidemia, osteoartritis dan lain-lain Beberapa metode untuk menurunkan berat badan adalah diet, aktivitas fisik, terapi perilaku, obat-obatan, pembedahan dan akupunktur. Saat ini penanganan kelebihan berat badan dengan Elektroakupunktur (EA) telah banyak diminati.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek EA pada titik akupunktur telinga dan atau tubuh terhadap penurunan berat badan sebesar ≥ 1 % per minggu pada pasien dengan kelebihan berat badan. Desain penelitian ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel penelitian sebesar 28. Sampel berasal dari data rekam medik pasien di Poliklinik Akupunktur RSCM yang mendapat terapi akupuntur dan telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria keberhasilan untuk penurunan berat badan yang bermakna adalah penurunan berat badan sebesar 1-2% per minggu dari berat badan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan persentase penurunan berat badan pada pasien kelebihan berat badan sebesar 1,11 % per minggu dengan angka keberhasilan sebesar 89,28%.

Excess body weight nowadays is a public health problem in the world. The prevalence of excess body weight in Indonesia according to Riskesdas in 2007 was of 19.1% (8.8% overweight and obese 10.3%), increased to 21.7% in 2010. This has led to an increase in morbidity and mortality of the disease related to excess body weight, such as hypertension, type 2 diabetes mellitus, hyperlipidemia, cardiovascular disease, osteoarthritis, and other misc. Some methods for losing weight are diet, physical activity, behavior therapy, medications, surgery and acupuncture. Currently handling excess body weight with electroacupuncture (EA) has been a lot of interest.
The purpose of this research is to know the effect of EA at acupuncture points ears and or body on body weight loss of ≥ 1% per week in patients with excess body weight. The study design is a case series and the sample size is 28. The sample was taken from medical record data of patients in Clinic Acupuncture RSCM who got the acupuncture therapy and have met the criteria of inclusion and not the exclusion criteria. Success criteria for meaningful body weight loss is a 1-2% of body weight loss per week from the previous body weight. The results showed the percentage of body weight loss in excess body weight patients of 1,11 % per week with the success rate of 89,28 %.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yoveline Joyo
"Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan fungsional saluran cerna berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di abdomen yang timbul bersamaan dengan minimal dua dari tiga gejala, yaitu perbaikan keluhan setelah defekasi, perubahan frekuensi defekasi, atau perubahan konsistensi feses. IBS menjadi masalah kesehatan karena tata laksana yang belum optimal sehingga berbagai modalitas terapi dikembangkan, salah satunya akupunktur tanam benang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa terhadap gejala dan kualitas hidup penderita IBS. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan pada 50 penderita IBS yang dialokasikan ke dalam kelompok kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa atau kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Skor IBS Symptom Severity Scale (IBS-SSS) dan IBS Quality of Life (IBS-QoL) digunakan untuk mengukur keluaran penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna rerata skor IBS-SSS sebesar 71,60 lebih rendah (p = 0,000; 95% IK: - 96,36 sampai -30,15) dan skor IBS-QoL sebesar 13,08 lebih rendah (p = 0,000; 95% IK: -16,92 sampai -9,25) pada kelompok terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Kesimpulan penelitian adalah terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa lebih efektif mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita IBS.

IBS is a functional gastrointestinal disorder characterized by abdominal pain or discomfort associated with improvement with defecation and/or change of frequency or form of stool. Current medical treatments of IBS patients are still unsatisfying, hence other modalities are continuously being improved such as acupoint-catgut embedment.
The aim of this study was to establish the effect of acupoint-catgut embedment combined with medical treatment on symptoms and quality of life of IBS patients. A double blind randomized controlled trial involved 50 IBS patients randomly allocated into catgut embedding therapy with medication group or medication only group. Catgut embedding therapy was given three times at ST 25 Tianshu, ST 36 Zusanli, and ST 37 Shangjuxu every 10 days. IBS-SSS and IBS-QoL were used to measure the primary outcome.
There was a statistically significant difference between groups at one month; with IBS-SSS and IBS-QoL were 71.60 (p = 0,000; 95% CI: -96,36 to -30,15) and 13.08 point (p = 0,000; 95% CI: -16,92 to -9,25) lower in catgut embedding therapy with medication group. The results suggested that acupoint-catgut embedment combined with medical treatment is more effective than medical treatment in alleviating symptoms and enhancing the quality of life of IBS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari Mujahid
"Kejadian mual dan muntah pada prosedur anestesia spinal untuk sectio caesaria berkisar dari 28%-63% dan tetap tinggi meskipun telah diperkenalkan obat antiemetik baru. Penatalaksanaan untuk mual muntah saat ini meliputi terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis yang dimaksud salah satunya adalah akupunktur. Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk tatalaksana mual muntah intra dan pascaoperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA), akupresur dan ondansetron dalam menurunkan insiden mual muntah intra dan pascaoperasi. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian ini melibatkan 36 pasien yang dilakukan sectio caesaria dengan anestesi spinal.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan insiden mual yang bermakna pada kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,02). Insiden muntah pada kelompok perlakuan juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun penurunan ini tidak bermakna (p=0,089). Kesimpulan penelitian ini bahwa EA, akupresur dan ondansetron mempunyai efek menurunkan insiden mual secara signifikan bila dibandingkan dengan pemberian ondansetron saja, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada insiden muntah.

Incidence of nausea and vomit in spinal anesthesia procedures for sectio caesaria ranging from 28% -63% and remain high even though it has introduced a new antiemetic drug. Treatment for nausea and vomit currently include pharmacological and non-pharmacological therapies. One of nonpharmacologic therapy is acupuncture. Acupuncture is expected to be one of therapeutic option or adjunctive therapy for the treatment intra and postoperative nausea and vomit.
This study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA), acupressure and ondansetron in reducing the incidence of intra and postoperative nausea and vomit. Design of this study is a randomized controlled clinical trial. This study included 36 patients who performed under spinal anesthesia sectio Caesarea.
The results showed a significant decrease in the incidence of nausea in the treatment group when compared with the control group (p = 0.02). The incidence of vomiting in the treatment group also decreased when compared with the control group, but this decrease was not significant (p = 0.089). The conclusion of this study that EA, acupressure and ondansetron were significantly reduced the incidence of nausea when compared with administration of ondansetron alone, but there was no significant difference in the incidence of vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Rukmawati
"Dispepsia merupakan sindrom penyakit pada regio gastroduodenal yang berpengaruh besar terhadap kualitas hidup penderitanya baik secara fisik maupun mental. Berbagai terapi farmakologis telah dikembangkan, namun efektivitasnya masih belum maksimal. Akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi yang telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala-gejala dispepsia. Elektroakupunktur (EA) pada titik ST 36 Zusanli merupakan metode perangsangan dan titik akupunktur yang paling sering digunakan dalam penelitian untuk mengatasi masalah lambung melalui mekanisme yang melibatkan nitrit oksida (NO).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode terapi elektroakupunktur dibandingkan dengan akupunktur manual pada ST 36 Zusanli terhadap peningkatan kadar NO serum pada penderita dispepsia. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan terhadap 40 pasien dispepsia yang dibagi ke dalam kelompok elektroakupunktur (EA) dan kelompok akupunktur manual (AM).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata peningkatan kadar NO serum pada kelompok elektroakupunktur dibandingkan dengan kelompok akupunktur manual (p = 0,026).
Kesimpulan penelitian ini yaitu tindakan elektroakupunktur pada ST 36 Zusanli lebihefektif meningkatkan kadar NO serum dibandingkan tindakan akupunktur manual pada pasien dispepsia (p < 0,05).

Dyspepsia is a syndrome in gastroduodenal region which affect the quality of life ofpatients both physically and mentally Various pharmacological therapies have beendeveloped but its effectiveness is unsatisfying Acupuncture is a modality that hasbeen proven effective in addressing the symptoms of dyspepsia Electroacupuncture EA at ST 36 Zusanli is the method of stimulation and acupuncture points whichmost frequently used in research to overcome the problem of the stomach through amechanism involving nitric oxide NO
The aim of this study was to determine theeffectiveness of electroacupuncture treatment method compared to manualacupuncture at ST 36 Zusanli to increase serum levels of NO in patients withdyspepsia A double blind randomized controlled trial involved 40 patients withdyspepsia randomly allocated into groups of electroacupuncture EA and manualacupuncture MA
The results showed there were significant differences in themean serum levels of NO in the EA group compared to the MA group p 0 026 The results suggested that electroacupuncture at ST 36 Zusanli is more effectivethan manual acupuncture in increasing the serum levels of NO in patients withdyspepsia p 0 05
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Taufik Hidayat
"Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah. NPB merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat modern. 70 - 85% populasi akan mengalami NPB pada masa kehidupan mereka. Beberapa penelitian, tinjauan sistematis dan metaanalisis menunjukkan bahwa akupunktur dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pada NPB. Banyak metode dan teknik rangsang yang digunakan dalam akupunktur, salah satunya adalah akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Teknik akupunktur ini mempunyai kelebihan yaitu meminimalkan penggunaan jumlah jarum dan rasa tak nyaman akibat sensasi penjaruman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki terhadap skor NAS (Numeric Analog Scale) pada pasien NPB. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini melibatkan 42 pasien NPB yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (n=21) yang dilakukan akupunktur tubuh dan kelompok perlakuan (n=21 yang dilakukan akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan skor NAS yang signifikan pada kedua kelompok setelah terapi ke-3 dan ke-6. Perubahan skor NAS setelah terapi ke-3 pada kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.319). Perubahan skor NAS setelah terapi ke-6 pada kelompok perlakuan berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.041). Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki memiliki pengaruh terhadap skor NAS secara signifikan.

Low back pain (LBP) is pain felt in the lower back area. NPB is a major health problem in modern society. 70-85% of the population will experience low back pain during their lives. Some studies, systematic reviews and meta-analyzes have shown that acupuncture can eliminate or reduce pain in LBP. Many methods and stimulation techniques used in acupuncture, one of which is wrist and ankle acupuncture. This technique has the advantage of minimizing the use of the number of needles and discomfort due to the pricking sensation.
This study aimed to determine the effect of wrist and ankle acupuncture to the NAS scores (Numeric Analog Scale) in patients with low back pain. The study design used was a single-blind randomized clinical trial with control. The study involved 42 patients with low back pain who were divided into 2 groups: control group (n = 21) were carried out body acupuncture and treatment group (n = 2) were carried out wrist and ankle acupuncture.
The results showed a decline in the NAS scores significantly in both group after the 3rd and 6th therapy. Changes in the NAS score after 3rd therapy in the treatment group was not significantly different when compared with the control group (p = 0.319). Changes in the NAS score after 6th therapy in the treatment group was significantly different when compared with the control group (p = 0.041). Conclusion of this study is wrist and ankle acupuncture have an effect on the NAS scores significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Imandiri
"Xerostomia (mulut kering) merupakan efek akut dan kronik pada pasien kanker yang mendapat terapi radiasi pada daerah kepala dan leher. Beberapa studi pendahuluan mengemukakan bahwa akupunktur meringankan gejala atau keluhan yang berhubungan dengan kanker diantaranya xerostomia. Laserpunktur merupakan teknik terapi akupunktur yang memanfaatkan sinar laser energi rendah yang tidak menimbulkan rasa nyeri serta tidak invasif sehingga lebih nyaman bagi pasien. Penelitian ini melibatkan 44 pasien xerostomia yang telah menjalani radioterapi lengkap minimal 3 bulan dan maksimal 1,5 tahun sebelum mengikuti penelitian, yang dibagi menjadi kelompok laserpunktur telinga dan kelompok laserpunktur sham.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat rerata selisih skor Xerostomia Inventory (XI) antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 3 kali dan 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol; terdapat rerata selisih skor kualitas hidup antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 3 kali dan 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol pada semua variabel kualitas hidup, kecuali variabel financial difficulties (FI); dan terdapat rerata selisih pH saliva antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol.

Xerostomia (dry mouth) is a chronic & acute effect on a cancer patient who receives radiation therapy on the areas of head and neck. Earlier studies state that acupuncture helps to relieve the symptoms concerning cancer and xerostomia is one. Laserpuncture is an acupuncture therapy technique that uses the benefit of low energy laser beam that does not generate pain and is not an invasive procedure which is more comfortable for patients. This research involved 44 xerostomia patients who have underwent complete radiotherapy on the minimum course of 3 months up to a maximum of 1.5 years before going through with the research; the research is clustered into ear laserpuncture and sham laserpuncture groups.
The result shows a mean Xerostomia Inventory (XI) score between two states of pre against post laserpuncture of 3 and 6 times of treatment that were tested on case group and control group; there’s a mean score of life quality of pre treatment compared to post treatment of laserpucture on those who underwent 3 times and 6 times laserpucture treatment on case group and control group on every variable of life quality, except financial difficulties (FI); and there is a mean pH score on the saliva of those undergoing treatment between the states of pre and post 6 times laserpuncture treatment on case group and control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>