Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Tanedy
"Pertambahan penduduk disertai semakin minimnya ruang membuat pembangunan ke arah vertikal. Pembangunan ini didukung oleh perkembangan teknologi sehingga bentuk high-rise menjadi kompleks, salah satunya adalah bentuk twist. Bentuk twist ini didukung oleh sistem struktur baik dari gaya eksternal (alam) maupun gaya dari internal (bangunan dan twist). Untuk mengkaji lebih dalam pengaruh twist dan sistem struktur terhadap ruang yaitu dengan menganalisis studi kasus dengan metode deskriptif. Pada Turning Torso penggunaan ruang secara vertikal lebih banyak akibat penggunaan kantilever dan core yang tebal. Berbeda dengan The Grove dan Cayan Tower, ruang yang dihasilkan tidak terhalang oleh struktur. Selain itu, ketiga studi kasus memaksimalkan penataan ruang (free floor plan) dengan menerapkan lantai bebas kolom (free-column space) dan lantai tipikal.

The growths of population are accompanied by lack of space that makes the construction keep going through the vertical direction. This development was supported by technology that the form of high-rise is getting complex, which is the form of twist. The twisted form has to bear the external force, such as nature, and also the internal force from the twist itself. Thus, this kind of buildings need to be supported with a certain structural system. To examine more deeply the influence of twist and the structural system toward space is by analizing a case study by using descriptive method. At Turning Torso, usage of the vertical space is more due to the usage of cantilever and thick core. In contrast to The Grove and Cayan Tower, the resulting space is not hindered by the structure. In addition, this three case studies maximize the arrangement of space (free floor plan) by applying free-column space and typical floor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sidqi Azizi
"ABSTRAK
Terus meningkatnya populasi manusia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang dan jenis ruang pada bangunan. Hal tersebut menuntut arsitek untuk membuat desain yang lebih efektif dan efisien. Fenomena yang terjadi yaitu adanya integrasi struktural dengan utilitas bangunan yang kedua hal tersebut cenderung dilihat sebagai aspek yang terpisah. Di dalam skripsi ini, saya mencoba mencari tahu tentang integrasi struktural dengan utilitas bangunan dan bagaimana dampaknya terhadap kebutuhan ruang, dengan metode deskriptif dan analisa studi kasus bangunan Sendai Mediatheque dan Logytel ID Headquarters. Dari kedua studi kasus menggambarkan struktural yang sekaligus berperan menjadi ruang jalur utilitas bangunan lebih efisien dalam aspek struktural dan penggunaan volume ruang serta efektif memberikan alokasi ruang untuk penggunaan lainnya.

ABSTRACT
The increasing human population resulted in an increased need for space and the type of space in the building. It requires architects to design more effective and efficient. A phenomenon that occurs that is the integration of structural and the utility services that both of these tend to be seen as a separate aspect. In this thesis, I tried to find out about integration of structural and utility services and how it impacts the space, with descriptive method and analytical case studies of buildings Sendai Mediatheque and Logytel ID Headquarters. From these two case studies illustrate the structural once served into the space for the utility services lines is more efficient in structural and volume of space and more effective in allocating more space for the other function.;"
2016
S64697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Nugroho
"ABSTRAK
Biomimikri dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan yang inovatif dalam merancang sesuatu. Biomimikri membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai sistem yang bekerja pada objek alam. Saat ini, biomimikri tidak hanya terbatas pada proses menciptakan sebuah teknologi canggih, namun biomimikri berkembang pada penerapan sistem struktur bangunan tinggi. Biomimikri merupakan pendekatan merancang sesuatu yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan manusia, khususnya pada skripsi ini dibahas mengenai permasalahan pada dunia rancang bangun, khusunya akibat pengaruh beban vertikal dan lateral pada sistem struktur bangunan high-rise. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berupa metode deskriptif melalui studi kepustakaan dan menelaah literatur yang dilanjutkan dengan studi kasus bangunan Taipei 101 dan The Gherkin serta dianalisis dengan metode kualitatif. Skripsi ini juga menjelaskan perbandingan antara pendekatan melalui biomimikri dan bukan biomimikri.

ABSTRAK
Biomimicry can be regarded as an innovative approach in designing something. Biomimicry requires a deep understanding of the system that works on natural objects. Currently, biomimicry is not just limited to the process of creating an advanced technology, but biomimicry thrive on the application of the system of high building structure. Biomimicry is an approach to design something that aims to solve human problems, especially in this thesis discussed the problems in the world of building design, especially due to the influence of vertical and lateral loads on the system of high-rise building structures. The method used in writing this thesis in the form of descriptive method through the study of literature, followed by a case study of the building Taipei 101 and The Gherkin and analyzed using qualitative methods. This thesis also describes a comparison between the approach through biomimicry and not biomimicry."
2016
S64177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Tsabitah
"Bangunan Kura dari Jepang, seperti bangunan vernakular pada umumnya, memiliki rekam jejak performa yang baik dalam ketahanan terhadap gempa. Selain itu, bangunan Kura juga memiliki kelebihan tahan api, yang merupakan salah satu aspek penting dari bangunan tahan gempa. Namun, bangunan vernakular tidak dibangun oleh ahli bangunan dan belum teruji ketahanan gempanya dibanding kemajuan teknologi anti gempa sekarang, sehingga istilah bangunan vernakular tahan gempa masih banyak diragukan. Standar bangunan tahan gempa yang berlaku saat ini dapat menentukan apakah bangunan Kura dapat dikategorikan bangunan tahan gempa.
Pada penulisan ini, dilakukan pembahasan mengenai ketahanan gempa bangunan Kura dengan mengkomparasi aspek-aspek bangunan Kura dengan poin-poin penilaian yang disusun dari beberapa standar bangunan tahan gempa. Standar yang digunakan adalah standar bangunan tahan gempa untuk bangunan dengan sistem struktur yang relevan dengan bangunan Kura yaitu struktur frame kayu dengan konstruksi dinding lumpur, serta standar bangunan tahan gempa untuk bangunan non-engineered, karena bangunan vernakular termasuk dalam kelompok bangunan ini yaitu bangunan yang tidak dibangun oleh ahli bangunan.
Penulisan ini menggunakan metode kuantitatif dan penulisan deskriptif. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa bangunan Kura memenuhi sebagian besar poin-poin standar bangunan tahan gempa, sehingga bangunan Kura dapat dikategorikan sebagai bangunan tahan gempa menurut standar bangunan tahan gempa yang berlaku saat ini.

Kura building from Japan, like other vernacular buildings in general, has good records of performance on its resistance against an earthquake. In addition, the Kura also has fire retardant advantage which is an important aspect of earthquake-resistant building. However, vernacular buildings were not built by engineer and had not been tested on their earthquake-resistance compared with current earthquake-resistant technology advances, so the term ?earthquake-resistant vernacular buildings? is still largely doubted. Current earthquake-resistant building codes can determine whether the Kura can be categorized as an earthquake-resistant building.
This thesis discussed about Kura's earthquake-resistance by comparing the building aspects with assessment points compiled from several earthquake-resistant building codes. The standards used were earthquake-resistant building codes for buildings with structural system that are relevant to the Kura, which is wooden frame structure with earthen walls construction, and also earthquake-resistant building codes for non-engineered buildings, since vernacular buildings are included in non-engineered buildings which is buildings that were not built by engineer.
This thesis used quantitative method and descriptive writing. Result of the analysis showed that the Kura met most of the standards, that way the Kura can be categorized as an earthquake-resistant building according to earthquake-resistant building codes applied in the present.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvira Novitasari
"ABSTRAK
Indonesia dengan 17.504 pulaunya merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Berbagai pulau tentunya menyimpan potensi sumber daya yang besar dan kaya. Pada periode modern saat ini, konsep tersebut sudah jauh ditinggalkan, industrialisasi material bangunan dan penyeragaman teknik konstruksi telah merubah cara masyarakat pulau dalam membangun. Material modern langsung diimpor dari pulau utama terdekat sehingga potensi lokal tidak dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola siklus kehidupan (life-cycle) bangunan kontemporer masyarakat Pulau Koja Doi apakah pola yang ada saat ini terkategori keberlanjutan atau tidak. Terdapat dua metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui material apa saja yang digunakan pada rumah panggung di Pulau Koja Doi. Sedangkan wawancara dilakukan pada tokoh masyarakat Pulau Koja Doi untuk mencaritau sumber material bangunan, metode konstruksi bangunan, pola demolisi bangunan serta penanganan limbah sesudah demolisi. Tahap penelitian ini akan menentukan apakah pembangunan di Pulau Koja Doi jauh atau dekat dengan konsep konstruksi yang berkelanjutan. Pulau Koja Doi merupakan pulau kecil yang berada disebelah utara Pulau Flores dan berdekatan dengan Pulan Koja Gete dengan mayoritas warga berprofesi nelayan. Pada situasi dahulu masyarakat Pulau Koja Doi memanfaatkan hasil alam dari pulau terdekat yaitu Pulau Koja Gete untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan material bangunan rumah panggung. Sedangkan situasi saat ini beberapa rumah panggung telah diganti dengan material modern yang didatangkan dari Pulau Flores. Siklus material yang terjadi tidak hanya semata-mata berasal dari gugusan Pulau Koja Doi saja, melainkan berasal dari pulau sebrang yaitu Pulau Flores. Dalam hal penggunaan material bangunan pada rumah panggung di Koja Doi, situasi dahulu lebih mendekati karakteristik penggunaan material yang berkelanjutan pada pulau kecil. Penggunaan material bangunan pada situasi saat ini masih belum bisa dikatakan serupa karena penggunaan material modern pada rumah panggung belum memiliki scenario lebih lanjut jika material telah usai digunakan.

ABSTRACT
Indonesia with 17,504 islands is one of the largest archipelagic countries in the world. Various islands certainly save a large and rich potential of resources. In the current modern period, the concept is far from being abandoned, industrialization of building materials and uniformity of construction techniques have changed the way that island communities develop. Modern materials are directly imported from the nearest main island so that local potential is not maximally utilized. For this reason, this study aims to identify the pattern of the lifecycle contemporary buildings of the Koja Doi Island community, whether the current pattern is categorized as sustainability or not. There are two research methods used in this study, namely observation and interviews. Observations were made to find out what materials were used on stilt houses on Koja Doi Island. While interviews were conducted with community leaders in Koja Doi Island to look for building material sources, building construction methods, building demolition patterns and post-demolition waste treatment. This research phase will determine whether the development on Koja Doi Island is far or close to the concept of sustainable construction. Koja Doi Island is a small island located in the north of Flores Island and adjacent to Pulan Koja Gete with the majority of residents living as fishermen. In the past situation the people of Koja Doi Island made use of the natural products from the nearby island of Koja Gete Island to meet their daily needs including the material needs for building houses on stilts. Whereas the current situation of several stilt houses has been replaced with modern materials imported from Flores Island. The material cycle that occurs does not merely originate from the Koja Doi Island cluster, but originates from the other island, Flores Island. In terms of the use of building materials on stilts in Koja Doi, the situation was closer to the characteristics of sustainable use of materials on small islands. The use of building materials in the current situation still cannot be said to be similar because the use of modern materials in a house on stilts does not yet have a further scenario if the material has been used. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Dwi Astuti
"ABSTRAK
Dewasa ini bangunan sering dianggap sebagai sebuah produk ekonomi yang
sangat erat kaitannya dengan biaya. Pengendalian biaya dalam tahap perancangan
akan melibatkan pemahaman terhadap ekonomi bangunan untuk dapat mengetahui
efisiensi komponen ? komponen dalam bangunan tersebut. Komponen dalam
ekonomi bangunan yang berperan dalam besar kecilnya biaya diantaranya bentuk
bangunan, orientasi bangunan, inti bangunan, sirkulasi, utilitas, transportasi vertikal,
struktur bangunan, material eksterior. Peninjauan ekonomi bangunan terhadap
komponen bangunan studi kasus menunjukkan bahwa desain yang simpel dan
menerapkan standar minimum adalah desain dengan efisiensi tinggi dan mempunyai
nilai ekonomis yang baik.

ABSTRACT
Building today is often regarded as an economic product that is closely associated
with the cost. Cost control in the design phase will involve an understanding of
building economics to be able to know the effectiveness of building components.
Components that play a role in building cost is; building form, natural lighting,
building core, circulation, utility, vertical transportation, building structure and
exterior material. Economic review of the building components of case studies show
that a simple design and implementation of minimum standards have high efficiency
and have a good economic value.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Nurul Huda
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian lamun dan perifiton di wilayah perairan Teluk Lampung yaitu Hurun, Lahu, dan Ringgung untuk kondisi dan perubahan struktur komunitas padang lamun dan perifiton. Metode yang digunakan adalah transect menggunakan kuadrat berukuran 50x50cm. Data hasil pengamatan dianalisis indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominasi serta keterkaitan antara padang lamun, perifiton dan beberapa parameter lain menggunakan uji Spearman. Ditemukan 4 jenis dari 2 famili yaitu Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halophila minor) dan Famili Potamagetonaceae (Halodule uninervis). Berdasarkan pengamatan ditemukan sebanyak 22 jenis perifiton baik alga epifit maupun meiofauna epifit. Perifiton dibagi dalam 10 kelompok yaitu Diatomae, Dinoflagellata, Copepoda, Medusae, Amphipoda, Isopoda, Cypris, Polychaeta, Bivalvia, dan Gastropoda. Dalam kurun waktu 10 tahun, terjadi penurunan indeks keanekaragaman, baik pada lamun maupun perifiton, yang menunjukkan penurunan stabilitas ekosistem padang lamun. Berdasarkan hasil uji Spearman, diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat kerapatan setiap jenis lamun dengan tingkat kepadatan perifitonnya, kerapatan lamun dengan kandungan organik substrat, serta biomassa di bawah substrat dengan kandungan organik substrat.

ABSTRACT
The research of seagrass and periphyton in Lampung bay territorial has been done in Hurun, Lahu, and Ringgung, to know the conditions and changes of community structure of seagrass beds dan periphyton. Transect method using a square 50x50cm. Data observations were analyzed the diversity, evenness and dominance index. Linkages between seagrass, periphyton and some other parameters analyzed using the Spearman test. There 4 specieces from 2 families of seagrass found in Hurun, Lahu and Ringgung, that are Hydrocharitaceae (Enhalus acoroides,Halophila minor, and Thalassia hemprichii) and Potamagetonaceae (Halodule uninervis). Based on the observations found 22 species of algae either epiphytic periphyton and epiphytic meiofauna. Periphyton were divided into 10 groups Diatomae, Dinoflagellates, Copepods, Medusae, Amphipods, Isopods, Cypris, Polychaeta, Bivalves, and Gastropods. In the past 10 years, decline on diversity index and dominance index increased, both in seagrass and periphyton, which showed a decrease in the stability of seagrass ecosystems. Based on the Spearman test, there is a positive correlation between the density of periphyton and seagrass (spesific on type), the density of seagrass and substrate organic content, also biomass below substrate and substrate organic content."
Universitas Indonesia, 2012
T33154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Citra Ninta Bangun
"Masyarakat perkotaan memiliki lebih banyak aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran, sehingga membuat mereka lebih cepat stres dan kelelahan. Oleh karena itu, kebutuhan akan sebuah tempat untuk mengurangi kadar stres dan menciptakan perasaan yang bahagia bagi masyarakat kota harus dipenuhi. Taman kota sebagai salah satu ruang kota yang sering digunakan oleh masyarakat kota untuk beraktivitas seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan sebagai tempat yang menyenangkan. Penelitian ini ditulis dengan metode deskriptif melalui pengamatan langsung dan pengumpulan data dari textbook dan journal.
Terdapat lima aspek yang menciptakan taman kota yang menyenangkan, yaitu (1)elemen pembentuk taman dan pendukung aktivitas; (2)kualitas positif lingkungan dan aturan pendukung; (3)kondisi sosial, kebudayaan dan sejarah sebuah kota; (4)peran pemerintah dan dinas pertamanan; serta (5)kegiatan rutin penunjang di taman kota. Untuk memahami seperti apa taman kota yang menyenangkan, akan dipahami melalui dua studi kasus yaitu Taman Medan Merdeka, Jakarta dan Central Park, New York.

Citizen have more activities that tend to drain energy and thoughts, which can make them stressful and tired faster. Therefore, there needs for a place that can reduce stress level and create a happy feeling for the citizen. So far, metropolitan park as one of the place in the city which is often used by citizen could not fill the needs as a happy place. This research is written using a descriptive method through observation and data collection such as textbook and journal.
There are five aspects of metropolitan park that contribute to the happiness of the citizen, namely (1)park elements and supporting facilities for the activities; (2)positive quality of the environment and supporting rules; (3)social condition, culture, and history of a city; (4)role of government and landscaping services; (5)as well as routine activity of the citizen in the metropolitan park. To better understand a good metropolitan park which gives happiness to the citizen, two parks in two metropolitans, Taman Medan Merdeka, Jakarta and Central Park, New York will be discussed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Paramitha
"Dalam memprosese sebuah Urban Space, indera penglihatan kita mempunyai peran yang penting. Indera ini merupakan indera yang akan menangkap informasi visual dari objek yang membentuk sebuah pengalaman visual. Pengalaman visual yang tercipta merupakan interelasi dari informasi yang diberikan oleh objek visual, darimana dan bagaimana sebuah objek dialami dan persepsi manusia. Sudut pandang yang terbentuk dari bagaimana sebuah objek dialami akan penting, karena sebuah objek dapat menciptakan pengalaman visual yang berbeda pada saat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan pengalaman visual berdasarkan 3 sudut pandang di koridor Sudirman - Thamrin, yaitu sudut pandang pedestrian, sudut pandang pengguna kendaraan bermotor dan sudut pandang pengguna Car Free Day.

In processing an urban space, the role of the sense of sight is important. This will be the sense that captures visual information provided by objects to form a visual experience. The visual experience created will be an interrelation of information provided by the objects, where and how the objects are being experience, and human perception. The viewpoint formed by how the objects are being experience becomes important because the same object can create a different visual experience seen from a different viewpoint. Here I will describe about the differences in visual experience by the 3 viewpoints in Sudirman - Thamrin corridor, which is the pedestrian viewpoint, vehicle user viewpoint and Car Free Day user viewpoint.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Nurfitriani
"Kerusakan akibat bencana dapat menyebabkan banyak orang terpisah atau kehilangan tempat tinggal atau disebut juga dengan displacement. Selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan tersebut, terjadi masa transisi dari kondisi darurat menuju normal kembali, salah satunya terkait kebutuhan bertempat tinggal. Skripsi ini memaparkan perwujudan transisi kebutuhan bertempat tinggal pada transitional shelter.
Transitional shelter merupakan istilah yang untuk tempat tinggal pada masa transisi pasca bencana. Transisi dalam transitional shelter merupakan suatu incremental process atau proses yang terjadi secara bertahap pasca terjadinya bencana hingga kondisi normal kembali tercapai.
Hasil analisis dari studi pustaka dan studi kasus menunjukan bahwa perwujudan incremental process dalam transitional shelter tidak selalu sama tergantung pada konsep dan konteks projeknya. Namun pada dasarnya, incremental process dalam transitional shelter ada untuk memungkinkan penghuninya secara mandiri mengembangkan tempat tinggal hingga tercapai kondisi tempat tinggal yang layak sebagaimana sebelum terjadinya bencana.

Destruction after disaster causes displacement or a phenomenon which a lot of people are displaced from their own home ground. Along the process to rehabilitate and reconstruct the disaster after effect, the displaced victims are in transition period from emergency to normal condition to live in. This undergraduate paper explains about transition of the necessities for living after disaster in transitional shelter.
Transitional shelter is a term used to explain about shelter in transitional period after disaster. Transition in transitional shelter is an incremental process to achieve a proper shelter to settle like in normal condition.
The result of literature and case studies shows that the realizations of incremental process in the cases of transitional shelter are various depends on the concept and the context of the projects. Despite of the vary realizations, incremental process basically is applied in transitional shelter project to enable the victims independently develop their own shelter to achieve a shelter as appropriate as the condition before disasters strike.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>