Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Reisa
"Menyikat gigi malam sebelum tidur diduga merupakan faktor yang paling penting untuk mengurangi resiko penyakit gigi dan mulut termasuk peradangan gingiva pada anak usia SD. Masa usia sekolah dasar adalah masa erupsi gigi permanen yang meningkatkan resiko peradangan gingiva akibat dari proses rupturnya jaringan gingiva. Apabila kebersihan mulut tidak terjaga, maka resiko peradangan gingiva dapat meningkat. Tujuan: menganalisis kemungkinan adanya perbedaan status kesehatan gingiva antara kelompok anak yang menyikat gigi malam sebelum tidur dengan yang tidak menyikat gigi malam sebelum tidur.Metode: penelitian ini menggunakan metode potong lintang, dan subyek penelitian diperoleh secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan di SDN Anyelir 1 Depok Jaya pada tanggal 30 Oktober- 10 November 2007, dengan subyek penelitian murid kelas 4, 5, dan 6 SD. Subyek yang diperiksa berjumlah 113 murid, yang terdiri dari 51 murid laki-laki dan 62 murid perempuan. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji perbedaan. Hasil Penelitian: Dari analisis statistik diketahui mean rank skor gingivitis subyek yang menyikat gigi malam adalah 37.34, dan yang tidak menyikat gigi malam adalah 63.79. Dengan menggunakan uji Mann-Whitney, diperoleh p=0.000. Keterampilan menyikat gigi tidak menunjukkan keparahan gingivitis, yaitu dari uji Kruskal-Wallis, diperoleh p= 0.198 . Kesimpulan : dari hasil uji perbedaan diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna status kesehatan gingiva antara kelompok anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam hari dan yang tidak menyikat gigi sebelum tidur malam hari, yaitu status kesehatan gingiva kelompok anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih baik daripada yang tidak menyikat gigi sebelum tidur malam. Namun, keterampilan menyikat gigi tidak berpengaruh terhadap status kesehatan gingiva mereka.
Nightbrushing is maybe one of the most important factor to reduce the risk of dental illness include gingivitis in elementary school?s age child. Elementary school?s age is the time of permanent tooth eruption which increase the risk of gingivitis. If the oral hygiene is not keep well, the risk of gingivitis may increase. Purpose: to analyse the differences of the gingival health between a group of children with nightbrushing habit and a group of children without nightbrushing habit. Method: the design of this research is analytic crosssectional. Consecutive sampling was used to recruite the subject. The research conducted at SDN Anyelir 1 Depok Jaya from 30th October-10th November 2007, with the subject was student of 4,5,and 6 class of SDN Anyelir 1 Depok Jaya. The sample of this research is 113 children, consist of 51 male and 62 female student. The result of this research was analysed with difference test. Result: from statistic analyzes knowed that mean rank gingivitis score of subject that have nightbrushing habit is 37.34, and that is not have nightbrushing habit is 63.79. From Mann-Whitney Test, showed p= 0.000. Tooth brushing skill did not show the degrees of gingivitis, from Kruskal- Wallis Test, showed P = 0.198. Conclusion: from the result of difference test, concluded that there is significant difference of gingiva health status between a group of children with nightbrushing habit and a group without nightbrushing habit. The gingiva health status of a group of children with nightbrushing habit is better than a group of children without nightbrushing habit. The toothbrushing skill?s is not affect to their status of gingival health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
"Pengukuran frekuensi, waktu dan lamanya sikat gigi pada populasi dewasa dan anak di Jakarta, Indonesia. Studi Epidemiologi sangatlah penting untuk mengevaluasi kesehatan gigi dan mulut suatu negara.
Tujuan: Mendapatkan data frekuensi, waktu, dan lamanya menyikat gigi orang dewasa dan anak-anak di Jakarta, Indonesia.
Metode: Sikat gigi yang telah berisi pencatat data dijital disebar secara acak pada 120 keluarga di Jakarta untuk mendapatkan data menyikat gigi dalam keluarga tersebut. Keluarga yang dianalisis adalah bapak, ibu dan dua orang anak yang berusia antara 6 ? 15 tahun.
Hasil: Rerata frekuensi sikat gigi populasi penelitian adalah 1.27 kali per hari. Sebagian besar individu (46%) menyikat gigi pada pagi hari. Rerata waktu lamanya menyikat gigi adalah 57.29 detik. Frekuensi menyikat gigi ibu cenderung lebih tinggi daripada anggota keluarga yang lain, sementara bapak cenderung menyikat gigi lebih lama.
Simpulan: Pendidikan efektif yang bertujuan untuk meningkatkan lamanya dan frekuensi menyikat gigi dari satu kali menjadi dua kali masih sangat penting dilakukan di Indonesia.

Epidemiological study of tooth brushing is essential to evaluate dental health of a country.
Objective: To obtain data on tooth brushing frequency, time of day and duration from adults and children in Jakarta, Indonesia.
Methods: Toothbrushes containing data loggers were distributed to 120 random families in Jakarta to record how many times a day, when and for how long subjects brushed their teeth. The families were each composed of a mother, father and two children aged between 6 and 15 years.
Results: The mean brushing frequency of the population was 1.27 times per day. The majority of the tooth brushing (46%) was performed in the morning. The mean tooth brushing duration of this population was 57.29 seconds. The mothers? tooth brushing frequencies tended to be higher than that of the other family members, and the fathers tended to brush their teeth longer.
Conclusion: Effective education aimed at increasing both the duration and frequency of tooth brushing from once to twice per day is urgently required in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vastya Ihsani
"Masa anak usia sekolah merupakan masa yang efektif untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya kebiasaan-kebiasaan hidup sehat termasuk menyikat gigi sebelum tidur malam hari. Tanpa menyikat gigi sebelum tidur malam, maka penimbunan plak cenderung meningkat, yang akan mengakibatkan meningkatnya resiko terjadinya gigi berlubang dan gusi berdarah. Tujuan: menganalisa perbedaan tingkat kebersihan mulut menurut kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam hari yang dikendalikan dengan keterampilan menyikat gigi. Metode: penelitian ini menggunakan metode potong-lintang dengan pengambilan subyek secara consecutive sampling, dan dilakukan di SDN Anyelir 1 Depok Jaya pada bulan Oktober s/d November 2007, dengan subyek penelitian yang terdiri dari murid kelas 4, 5, dan 6 SD. Subyek yang diperiksa berjumlah 113 murid, yang terdiri dari 51 murid laki-laki dan 62 murid perempuan. Hasil: rata-rata skor plak 1 anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih besar yaitu 64,83 dibanding yang tidak yaitu 58,93, dan rata-rata skor plak 2 anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih besar yaitu 39,48 dibanding yang tidak yaitu 38,40. Hasil t-test untuk kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam untuk skor plak 1, p=0,246, dan untuk skor plak 2, p=0,806. Keterampilan menyikat gigi kategori baik maupun sedang tidak berpengaruh terhadap skor plak antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak. Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat kebersihan mulut antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak. Setelah dikendalikan dengan keterampilan menyikat gigi, didapatkan hasil bahwa tetap tidak ditemukan perbedaan bermakna tingkat kebersihan mulut antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak.

The elementary school`s age period is important phase to build healthy life habit, include tooth brushing before night sleep. Without brushing teeth before sleeping at night, there will be an increase in plaque accumulation which in turn will increase the risk for caries tooth and bleeding gum. Purpose: to analyze the difference in oral hygiene status based on tooth brushing habit before sleeping at night which was intervened by tooth brushing skill compared to those without the habit. Method: This cross sectional study conducted at SDN Anyelir 1 Depok Jaya in October - November 2007. Consecutive sampling was used to recruit the subjects (students) who were on 4, 5 and 6th year of the elementary school. There were 113 students consisted of 51 male and 62 female students. Result: means of plaque score 1 in child with tooth brushing habit before night sleep is 64.83 which is higher than child without those habit, is 58.93, and means of plaque score 2 in child with tooth brushing habit before night sleep is 39.48 which is higher than child without those habit, is 38.40. The result of t-test for tooth brushing habit before night sleep is p=0.246 for plaque score 1, and p=0.806 for plaque score 2. There was no influences of good or fair skill of tooth brushing in plaque score between groups with and without tooth brushing habit before night sleep. Conclusion: There was no difference in plaque accumulation stage between groups with and without tooth brushing habit before night sleep. After intervene with tooth brushing skill, there was still no difference in oral hygiene status between those two groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Medina K.
"Background: dental plaque is defined as the deposits that form the biofilm adhering to the tooth surface or other hard surfaces in oral cavity. The dental plaque accumulations caused by many factors such as bacteria attached on biofilm, oral hygiene, and smoking habit. Dental plaque cannot be removed only with gargling.
Aim: knowing the relations between smoking and tooth brushing habit with dental plaque accumulations status.
Methods: the information was taken from 72 subjects by interview and clinical examinations. The interview is about smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques. Clinical examination is to scoring dental plaque status using Silness & Löe dental plaque index and Ramfjord teeth.
Results: statistical test shows there are no relations (p>0,05) between smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques with dental plaque accumulations status.
Conclusion: on this study, there is no relation between smoking and tooth brushing habits, with dental plaque accumulations status.

Latar Belakang: Plak gigi adalah deposit lunak yang menempel pada biofilm, melekat erat pada permukaan gigi dan permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Tingkat akumulasi plak gigi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kebersihan mulut, bakteri, dan kebiasaan merokok. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur keras.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi terhadap tingkat akumulasi plak gigi.
Metode: Data didapat melalui wawancara dan pemeriksaan klinis terhadap 72 orang subyek (laki-laki 53 orang dan perempuan 19 orang) di sekitar RSGMP FKG UI. Pemeriksaan klinis dengan melakukan pencatatan indeks plak gigi (Silness & Löe) pada enam gigi indeks (16, 21, 24, 36, 41, 44) menurut Ramfjord. Data dikelompokkan berdasarkan riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, lama merokok, frekuensi menyikat gigi dan teknik menyikat gigi.
Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, dan lama merokok, serta frekuensi dan teknik menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan kebiasaan menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudzaifah Muhammad
"Latar Belakang: ECC merupakan penyakit multifactorial pada anak.
Tujuan: menganalisis korelasi antara viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi dan asupan karbohidrat dengan skor dmft pada anak ECC usia 3 – 5 tahun.
Metode: viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi, dan asupan karbohidrat dari 21 subjek dianalisis korelasinya dengan skor dmft menggunakan regresi linier.
Hasil: koefisien korelasi (r): antara asupan karbohidrat dengan skor dmft adalah 0,569; viskosita saliva dengan skor dmft adalah 0,389; dan frekuensi menyikat gigi dengan skor dmft adalah – 0,179. Korelasi dari ketiga faktor diperoleh F-hitung = 3,19 > F-tabel (0,05) = 2,43743.
Kesimpulan: ketiga faktor berkorelasi terhadap skor dmft dengan asupan karbohidrat menunjukkan korelasi yang kuat untuk terjadinya ECC.

Background: ECC is a multifactorial desease in children.
Aim: analyzed the correlation between the viscosity of saliva, tooth brushing frequency and carbohydrate intake with dmft score in ECC aged 3 – 5 years.
Methods: the correlation from 21 data viscosity of saliva, tooth brushing frequency, and carbohydrate intake were analyzed with dmft score using linear regression
Results: the correlation coefficient (r): between carbohydrate intake with dmft score was 0.569; the viscosity of saliva with dmft score was 0.389; and the frequency of tooth brushing with dmft score was – 0.179. Correlation of three factors obtained F-count = 3.19 > F-table (0,05) = 2.43743.
Conclusion: The three factors correlate to dmft score with carbohydrate intake showed a strong relationship to the ECC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian: Fenomena "ferning'', yaitu gambaran mirip daun pakis yang dibentuk oleh garam-garam khususnya NaCl, bila saliva atau lendir serviks dikeringanginkan, akan muncul jika terdapat hormon estrogen. Fenomena ini akan menghilang jika estrogen berada dalam kadar yang amat rendah, atau akibat pengaruh keberadaan hormon progesteron pada fase luteal siklus haid. Konsentrasi kedua hormon tersebut dalam saliva berkorelasi amat erat dengan konsentrasinya dalam darah.
Fenomena ini mudah diamati dan cukup dapat diandalkan untuk memperkirakan ovulasi. "Ferning" saliva dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal termasuk aktivitas menggosok gigi, namun sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kapan pengambilan saliva yang paling baik guna memperoleh hasil yang memuaskan. Penelitian untuk menjelaskan pengaruh menggosok gigi terhadap fenomena "Ferning" amat penting untuk mendapatkan hasil terbaik dalam memantau face fertil siklus haid. Tujuan penelitian ini adalah menilai kemunculan "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi, dengan hipotesis bahwa "ferning" muncul pada saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi. Penelitian ini menggunakan metode observasi pada satu kelompok wanita dengan siklus haid normal yang diambil sampel salivanya dua kali berturut-turut pada pagi hari sebelum menggosok gigi dan satu jam kemudian sesudah menggosok gigi sebelum makan apapun, pada hari ke-7, 8, 9, 13, 14, 15, dan 22 siklus haid antara pk.05.00 - 08.00. Gelas saji yang telah berisi cairan saliva yang telah dikeringanginkan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop, dibuat sajian fotomikrograf dan dicetak untuk dinilai.
Penilaian hasil foto dilakukan secara buta. Kode pada foto dibuat oleh pembimbing. Selanjutnya foto dinilai dengan memberi tanda positif (+) pada foto yang memiliki "ferning", dan tanda negatif (-) pada foto tanpa "ferning". Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik McNemar dengan batas kemaknaan α= 5%.
Hasil dan Kesimpulan: Fenomena "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi muncul hanya pada hari ke-7 dan 8 siklus, sesuai dengan uji statistik nonparametrik McNemar (p = 0,4265). Dari segi kliinis berdasarkan uji sensitivitas dan spesifisitas, keberadaan "ferning" saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi dapat dimanfaatkan untuk memantau kesuburan siklus, khususnya bagi pasangan yang menghindari kehamilan. Berdasarkan persentase hilangnya "ferning" sesudah menggosok gigi yang cukup tinggi pada fase periovulasi, pemanfaatan "ferning" saliva untuk memantau kesuburan siklus sebaiknya diambil dari sampel saliva sebelum menggosok gigi.

ABSTRACT
Scope and method of study: Ferning phenomenon, "fern-like pattern" configuration of NaCl, when the saliva or cervical mucus where air-dried naturally, will normally show up in the present of estrogen. This phenomenon will disappear in the absent of estrogen or in the influence of progesterone in luteal phase of menstrual cycle. The salivary concentration of these hormones are correlated strongly with their blood concentration. The phenomenon can be used to predict ovulation quite easily and reliable. Salivary ferning could be affected by several external factors included tooth brushing activity, but until presently, no study has been made in determining the best time for salivary sample collection to obtain best results. Research to elucidate the effect of tooth brushing on the ferning phenomenon is considered very important to get the best way in monitoring fertile phase of menstrual cycle. The purpose of this study is to observed the existence of salivary ferning early in the morning before and after tooth brushing. It was hypothesized that the ferning phenomena will show up similarly before and after tooth brushing.
Observational method was applied in this study to a group of women with normal cycle. The salivary samples were taken 2 times in the morning before tooth brushing and one hour after tooth brushing, before meal on the 7th, 8th, 9eh, 13th, 14th, 15th, and 22" days of cycles between 05:00 and 08:00 am. The glass slides containing salivary sample were air-dried naturally in room temperature and assessed microscopically. Photomicrographs were then produced and coded by the supervisor to be evaluated blindly thereafter. Positive marks (+) were given to the photomicrographs in which the ferning pattern can be found, and negative marks (-) to the others in which the ferning pattern can not be identified. McNemar nonparametric statistical test was applied on α = 5%.
Result and conclusion: Salivary ferning phenomena before and after tooth brushing were found to be imilarly good only on day 7th and 8th and were supported by McNemar nonparametric statistical test (p = 0,4265). On the clinical point of view, based on sensitivity and specificity test, salivary ferning before and after tooth brushing can be used to monitor ovulatory cycle, if pregnancy is to be avoided. Using salivary.ferning for monitoring ovulatory cycle are better taken before tooth brushing because the percentage of losing salivary ferning phenomena after tooth brushing is quite high in periovulatory phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Setiyawati
"Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi-square. Rekomendasi dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to the bed at night with dental caries among elementary school students. The research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah in Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used chi-square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of tooth brushing before going to bed at night."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42020
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library