Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Putri Pertiwi
Abstrak :
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang memiliki berbagai fungsi biologis, termasuk dalam mengurangi kemungkinan infeksi dan mengatur pertumbuhan. Kondisi kekurangan vitamin A pada balita dapat berakibat pada meningkatnya angka kesakitan, perburukan status gizi, bahkan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan suplementasi vitamin A sebagai upaya melindungi kelompok rentan dari dampak kekurangan vitamin A. Sayangnya, pemberian suplementasi vitamin A belum memberikan hasil yang optimal hingga saat ini. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang melibatkan 1.728 balita usia 6-59 bulan di Indonesia. Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, usia balita, riwayat imunisasi balita, kunjungan Antenatal Care (ANC), kunjungan Postanatal Care (PNC), tempat persalinan, dan keterpaparan media televisi dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A. Riwayat imunisasi adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pemberian suplemen vitamin A pada balita. Dengan demikian, penelitian ini menyarankan agar penguatan program imunisasi pada balita, edukasi kesehatan, kualitas kunjungan ANC dan PNC, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dan media terus ditingkatkan guna mencapai cakupan suplementasi vitamin A pada balita yang lebih baik. ......Vitamin A is a fat-soluble vitamin that has a variety of biological functions, including reducing the infection and growth regulators. Vitamin A deficiency in child under five can result in increased morbidity, poor nutritional status, and even death. Therefore, vitamin A supplementation is needed as an effort to protect vulnerable groups, especially children from the impact of vitamin A deficiency. Unfortunately, vitamin A supplementation has not shown optimal results. This study wanted to determine the factors associated with compliance of vitamin A supplementation in child aged 6-59 months in Indonesia based on the 2017 IDHS data analysis. This is a quantitative research with cross-sectional design involving 1,728 child aged 6-59 months in Indonesia. The results prove a significant association between maternal education, child’s age, history of child’s immunization, Antenatal Care (ANC) and Postanatal Care (PNC) visits, place of delivery, and television media exposure with compliance to vitamin A supplementation. Child’s immunization history is the most dominant factor associated with compliance of vitamin A supplementation in child. Thus, this study suggests that child’s immunization program, health education, the quality of ANC and PNC, the utilization of health facilities and media should be improved to achieve better coverage of vitamin A supplementation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Siti Daliyanti
Abstrak :
Latar belakang : Pemakaian obat anti epilepsi jangka panjang dikaitkan dengan kekerapan terjadinya defisiensi vitamin D,Suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kadar 25 OH D sehingga menurunkan angka morbiditasnya. Tujuan : Mengetahui profil vitamin D pada anak epilepsi dan mengetahui efektivitas terapi suplementasi vitamin D. Metode : Analisa before and after pada subjek epilepsi politerapi > 1 tahun dan menggunakan>2 obat, evaluasi pre- dan paska suplementasi vitamin D selama 3 bulan. Hasil penelitian : Dari 51 subjek yang diteliti ditemukan 25 49 subjek sufisien, 19 37,3 pasien insufisien, dan 7 13,7 subjek defisien. Faktor risiko yang memiliki kemaknaan statistik adalah usua pubertas dan prapubertas p=0,004 , busana tertutup p=0,002 ,jenis epilepsi fokal p=0,032 dan frekuensi kejang p=0,047 . Evaluasi pemberian suplementasi vitamin D selama 3 bulan memberikan peningkatan kadar 25 OH D yang bermakna secara statistic p=0,001. Kesimpulan : Diperlukan pemantauan periodic kadar vitamin D pada anak epilepsi dan peranan terapi suplementasi dalam menurunkan angka morbiditasnya. ...... Background : in epileptic children, a number of medications are used. Antiepileptic drugs are known to exert deleterious effect on vitamin D metabolism. Reports of vitamin D deficiency associated with anticonvulsant drugs in pediatric patients are conflicting. Objective : To determine vitamin D status and risk factors in epileptic children and evaluate the effect of vitamin D supplementation. Methods : A prospective pre and post intervention study was done in 51 epileptic children aged 5 18 years on polytherapy for at least one year in Ciptomangunkusumo Hospital and Bekasi Hospital, over a vitamin D supplementation period of 3 months from January 2017 to May 2017. Results : Of the 51 patients studied, 25( 49,0%) subjects had sufficient vitamin D levels (>20 ng/mL), 19 ( 37,3%) subjects had insufficient vitamin D levels (12-20 ng/mL), and 7 (13,7 %) subjects had vitamin D deficiency( <12 ng/mL). It was seen that the risk of vitamin D deficiency increased, in the dress used ( full-covered dress) (p=0,002) , pre-pubertal and pubertal age ( p=0,004), focal epilepsy (p=0,032) and in seizure frequency (p=0,047), which was statistically significant. The role of vitamin D supplementation showed beneficial effect in increasing vitamin D level, which was statistically significant( p=0,001). Conclusion : vitamin D supplementation in epileptic children effectively increases serum 25(OH)D.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferawaty
Abstrak :
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak diderita, terutama oleh lanjut usia (lansia). Beberapa penelitian menunjukkan vitamin D berperan dalam tekanan darah. Pada lansia kadar 25(OH)D menurun karena kurangnya paparan sinar matahari dan asupan makanan yang mengandung vitamin D. Kekurangan vitamin D dapat dicegah, salah satunya dengan suplementasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain uji acak terkendali tersamar ganda pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 bulan April sampai Juni 2023 dengan tujuan menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D terhadap kadar 25(OH)D dan tekanan darah. Kadar 25(OH)D serum diperiksa menggunakan metode Chemiluminescent Immunoassay (CLIA), tekanan darah diperiksa menggunakan sphygmomanometer digital. Suplementasi diberikan 1 kali perhari selama 8 minggu, untuk kelompok kontrol diberikan plasebo sedangkan untuk kelompok perlakuan diberikan vitamin D dengan dosis 2000IU (subjek Insufisiensi) dan 4000IU (subjek defisiensi). 62 subjek penelitian berusia 60-89 tahun (median 67 tahun) ikut serta dalam penelitian ini dan terbagi secara random menjadi 30 subjek kelompok kontrol dan 32 subjek kelompok perlakuan. Peningkatan kadar 25(OH)D pada kelompok kontrol 23 ± 4,87 ng/mL menjadi 27,3 ± 7,34 ng/mL (p=0,000), pada kelompok perlakuan 17,9 ± 4,38 ng/mL menjadi 36,07 ± 9,84 ng/mL (p=0,000). Analisis rerata perubahan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D meningkatkan kadar 25(OH)D secara bermakna (D = 4,2 ± 2,47 ng/mL pada kelompok kontrol dan D = 18,17 ± 5,46 ng/mL pada kelompok perlakuan; p = 0.000). Penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol 133,9(121 – 159,5) mmHg menjadi 129,3(96 – 159) mmHg (p=0,027), pada kelompok perlakuan 135,3(121 - 180) mmHg menjadi 126(101 - 153) mmgHg (p=0,000). Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol 89,6(80 - 105) mmHg menjadi 82,4(64 - 103) mmHg (p=0,000), pada kelompok perlakuan 89,2(81,5 – 98,5) mmHg menjadi 80,8 (67 – 90) mmHg (p=0,000). Akan tetapi, analisis rerata perubahan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D tidak menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik (D = -4,6(-25 - -0,5) mmHg pada kelompok kontrol dan D = -9,2 (-20 - -27) mmHg pada kelompok perlakuan; p = 0.109) dan tekanan darah diastolik secara bermakna (D = -7,2 (-16 - -2) mmHg pada kelompok kontrol dan D = -8,4 (-14,5 - -8,5) mmHg pada kelompok perlakuan; p=0,559). Suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kadar 25(OH)D secara bermakna, tetapi tidak menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bermakna pada lansia. ......Hypertension is the most common cardiovascular disease, especially in the elderly. Previous studies have reported that vitamin D play a role in blood pressure. In elderly, serum 25(OH)D levels decrease due to lack of sun exposure and intake of food sources of vitamin D. Vitamin D deficiency can be prevented by supplementation. This is an experimental study with double-blind randomized placebo-controlled trial (RCT) on elderly subjects at the Tresna Werdha Budi Mulia 1 Social Institution from April until June 2023 to analyze the effect of vitamin D supplementation on serum 25(OH)D levels and blood pressure. Serum 25(OH)D levels were examined using Chemiluminescent Immunoassay (CLIA) method, blood pressure was checked using digital sphygmomanometer. Supplementation was given once per day for 8 weeks, control group was given a placebo while treatment group was given vitamin D3 supplementation at dose of 2000IU (insufficiency subjects) and 4000IU (deficiency subjects). A total of 62 research subjects aged 60-89 years (median 67 years) participated in this study and randomized into 30 control group subjects and 32 treatment group subjects. The increase in serum 25(OH)D levels in the control group was 23 ± 4,87 ng/mL to 27,3 ± 7,34 ng/mL (p = 0.000), the treatment group was 17,9 ± 4,38 ng/mL to 36,07 ± 9,84 ng/mL (p = 0.000). Data analysis showed that vitamin D supplementation significantly increased 25(OH)D levels in the treatment group compared to the control group (D = 4,2 ± 2,47 ng/mL for control group and D = 18,17 ± 5,46 ng/mL for treatment group; p = 0.000). The decrease in systolic blood pressure in the control group was 133,9(121 – 159,5) mmHg to 129,3(96 – 159) mmHg (p = 0.027), the treatment group was 135,3(121 - 180) mmHg to 126(101 - 153) mmgHg (p = 0.000). The decrease in diastolic blood pressure in the control group was 89,6(80 - 105) mmHg to 82,4(64 - 103) mmHg (p = 0.000), the treatment group was 89,2(81,5 – 98,5) mmHg to 80,8 (67 – 90) mmHg (p = 0.000). However, data analysis showed that vitamin D supplementation did not cause a significant reduction in systolic blood pressure (D = -4,6(-25 - -0,5) mmHg for control group and D = -9,2 (-20 - -27) mmHg for treatment group; p = 0.109) and diastolic blood pressure in the treatment group compared to the control group (D = -7,2 (-16 - -2) mmHg for control group and D = -8,4(-14,5 - -8,5) mmHg for treatment group; p = 0.559). Vitamin D supplementation significantly increase serum 25(OH)D levels, but not significantly reduce systolic and diastolic blood pressure in the elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ligina Amalia
Abstrak :
Wasting sebagai bentuk dari malnutrisi akut dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada anak. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode multistage random sampling, sehingga diperoleh sampel berjumlah 207 anak usia 6-23 bulan pada posyandu terpilih di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan dan panjang badan, serta wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 7.2 anak mengalami wasting. Analisis bivariat dengan CI 90 menunjukkan suplementasi vitamin A memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian wasting. Analisis multivariat menunjukkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 dengan nilai OR CI 90 8.526. Peneliti menyarankan pemerintah, puskesmas, dan posyandu untuk menyediakan alat pengukuran antropometri secara lengkap di posyandu, dan mengadakan pelatihan pengukuran antropometri secara rutin, mengadakan penyuluhan mengenai praktik pemberian makan pada anak, praktik pemberian ASI pada usia 0-6 bulan, suplementasi vitamin A, dan imunisasi guna meningkatkan status gizi anak. ......Wasting or acute malnutrition increase risk of infection and death in children. The first objective of this study was to determine vitamin A supplementation as a dominant factor of wasting among children aged 6 23 months in West Jakarta in 2017. This study was a cross sectional study. Multistage random sampling was used as sampling method. There were 207 samples of children aged 6 23 months from posyandu the integrated service posts in 6 chosen villages in West Jakarta. Data were collected by anthropometric measurement weight and length measurement and questionnaire. This study found 7.2 of those children are wasting. Analysis with CI 90 in this study showed a significant association between vitamin A supplementation with wasting and vitamin A supplementation as a dominant factor associated with wasting among children aged 6 23 months OR 8.526. Researcher suggest government, puskesmas public health center, and posyandu to provide a proper and complete equipment of anthropometric measurement in posyandu, periodically conduct anthropometric measurement training, and educate parents of children aged below 5 years old about complementary feeding practices, breastmilk feeding practices of children aged 0 6 months, vitamin A supplementation, and immunization to improve nutritional status of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Wildan Saputra
Abstrak :
Stunting adalah masalah gizi kurang yang terjadi selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan HPK namun memiliki dampak kepada penurunan kualitas hidup seseorang kedepannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data primer dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan selama bulan April-Juli 2017. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner dan didapatkan sampel sebesar 221 anak dari 19 posyandu terpilih yang terdapat pada 6 wilayah puskesmas terpilih di Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukan prevalensi stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan sebesar 13,1. Hasil analisis bivariat mendapat terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi OR=2,249, suplementasi vitamin A OR=5,304, tingkat pendidikan ibu OR=2,446, tingkat pendapatan keluarga OR=2,298, jumlah anggota keluarga OR=2,649, dan urutan kelahiran anak OR=3,125. Selain itu, hasil analisis regresi menemukan bahwa suplementasi vitamin A pada 6 bulan terakhir OR=5,744 merupakan faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan tahun 2017 setelah di kontrol variabel minimum meal frequency, riwayat penyakit infeksi, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan urutan kelahiran anak. Peneliti menyarankan pemerintah untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan suplementasi vitamin A serta mengedukasi orang tua mengenai praktik pemberian ASI dan MP-ASI yang benar dan lebih mempromosikan mengenai program keluarga berencana. ......Stunting is a malnutrition that occurs during the first 1000 days periode but has an impact to the decline in the quality of human life in the future. This research was aimed to analyze the risk factors of Stunting in children aged 6 ndash 23 months in South Jakarta in 2017. This research used primary data with cross sectional study design conducted during April July 2017. Data were analyzed by chi square test and logistic binary regression. Data collection was done through the Questionnaire interview and obtained a sample of 221 children from 19 selected posyandu in 6 regions selected health centers in South Jakarta. The results showed the prevalence of stunting in children aged 6 23 months in South Jakarta is 13.1. The study found that the risk factors for stunting in children aged 6 ndash 23 months in South Jakarta is infectious disease OR 2,249, vitamin A supplementation OR 5,304, mother rsquo s education OR 2,446, family income OR 2,298, family size OR 2,649, and birth order OR 3,125. In addition, the results of regression analysis found that vitamin A supplementation in the last 6 months OR 5,744 was the dominant factor of the incidence of stunting in children aged 6 23 months in South Jakarta in 2017 after being controlled with minimum meal frequency, infectious disease, mother education, family income, and the order of child birth. Researchers recommend the government to increase coverage of immunization and vitamin A supplementation and to educate parents about breastfeeding practices and proper weaning food and also to promote more about family planning programs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library