Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Wijaya Kusuma
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dibuat suatu rancang bangun untuk proses kolom scan dengan penggerak ganda. Sistem ini dirancang dengan tujuan untuk mempermudah proses kolom scan dengan bantuan dua penggerak, sehingga proses ini menjadi lebih mudah karena letak posisi Detector maupun Source dapat digerakkan manual untuk mencapai posisi yang diinginkan. Untuk mempermudah dalam pembacaannya proses ini dapat dipantau atau dilihat melalui Hyperterminal, pemantauan ini berfungsi untuk melihat keberadaan atau posisi Detector maupun Source sehingga dapat ditentukan posisi keduanya
ABSTRACT
Made a plan to get up for column process scan with double activator. this system designeds as a mean to simplify column process scan constructively two activators, so that this process be easier because position location detector also source can be moved manual to achieve desirable position. to simplify in this process the reading can mempantau or seen to pass hyperterminal, this monitoring functioneds to see existence or position detector also source so that determinable position both
Depok: Universitas Indonesia, 2008
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, M. Arifin
Abstrak :
ABSTRAK
Sistem pelayanan CT Scan yang diselenggarakan UPF Radiodiagnostik RS. Dr. Cipto Mangunkusumo setiap tahun cenderung mengalami antrian pasien yang panjang. Berdasarkan wawancara dan pengamatan lokasi penelitian, ternyata antrian pasien yang membutuhkan pelayanan CT Scan mencapai dua minggu lamanya. Dengan mengacu pada REPELITA ke V RSCM Tahun 1989, bahwa salah satu upaya yang akan dilakukan adalah peninngatan mutu pelayanan medis agar dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat, aman dan efisien, maka antrian yang terjadi pada sistem pelayanan CT Scan merupakan salah satu masalah yang harus di atasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik antrian pada sistem pelayanan CT Scan dengan menggunakan model M/M/1 dari queueing (waiting line) theory dan untuk mendapatkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan pelayanan CT Scan menjadi lebih optimal.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kegunaan fasilitas pelayanan CT Scan belum optimal. Pasien tidak ada yang dilayani tepat jam 08:00 WIB dan umumnya pelayanan telah selesai sebelum jam 14:00 WIB.

Akhirnya dua saran yang dikemukakan untuk mengatasi masalah antrian ini, yaitu penambahan peralatan CT Scan dan penyempurnaan metode kerja yang sesuai bagi sistem pelayanan CT Scan di UPF Radiodiagnostik RS.Dr. Cipto Mangunkusomo
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irawati
Abstrak :
Latar belakang : Salah satu masalah penting pada pengobatan pasien skizofrenia adalah stigma. Suatu alat ukur diperlukan untuk membantu klinisi mengidentifikasikan stigma. Diantara alat ukur yang ada, Stigma Items dari Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI dari SCAN) dapat menilai stigma yang dialami oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenia.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan instrurnen SI dari SCAN dalam bahasa Indonesia yang sahih dan mengetahui apakah SI dari SCAN tersebut stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam penilaian stigma. Metode: Sampel adalah keluarga yang merawat pasien skizofrenia (N = 100) dan keluarga yang merawat pasien rematoid artritis (N = 50). Pengambilan sampel dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dengan cara cosecutive. Partisipan tersebut kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan SI dari SCAN yang diajukan oleh pengamat. Hasil pengisian kuesioner dianalisis secara statistik dengan alat bantu SPSS versi 13, untuk mendapatkan criterion validity, discriminant validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability dan interrater reliability dari instrumen SI dari SCAN. Hasil: Dari pengujian didapatkan sensitivitas =90%, spesifisitas = 98%, dan akurasi SI dan SCAN= 94%. Discriminant validity secara keseluruhan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.021). Pada pengujian analisis faktor didapatkan koefisien korelasi antara butir dalam domain yang sama menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding domain yang berbeda. Pengujian reliabilitas memperlihatkan skor Cronbach alpha sebesar 0.786. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada test retest (p >0.05) dan interrater (p >0.05). Kesimpulan: Dengan hasil-hasil diatas dapat disimpulkan bahwa SI dan SCAN dalam Bahasa Indonesia terbukti valid dan reliable. Instrumen ini dapat digunakan untuk menilai stigma yang dirasakan oleh keluarga yang rnerawat penderita skizofrenia. Kata kunci: SI dan SCAN- Stigma - Skizofrenia
Background: Stigma is one of the biggest problems in treating schizophrenia. To help clinician to identify stigma, an instrument is needed. Stigma Items from the Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI - SCAN) is one of the instruments that has been used in developing country to assess stigma experienced by the family in caring for schizophrenia patient. The aims of this study are to obtain the instrument of Sl from SCAN in Indonesian language and to find out whether SI from SCAN in Indonesia language is stable and reliable. Methods: Participants were caregivers of schizophrenia patient (N=100) and caregivers of rheumatoid arthritis patients (N=50). Both groups were recruited from RSCM Jakarta consecutively. All participants give their responses to the SI-SCAN questions which provided by the researchers. The data was analyzed statistically using SPSS 13 version, to obtain criterion validity, discriminate validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability and inter-rater reliability. Result: The sensitivity of SI-SCAN Indonesia version is 90 %, the specificity is 98 % and the accuracy is 94%. Discriminate validity as a whole showed significant difference (p-0,021). The coefficient obtained between items in the same domain showed higher figure compare with items from different domains. The reliability test showed Cronbach's alpha score 0.786. There is no significant difference in the test of retest (per 0.05) and inter-rater (p>0.05). Conclusion: The research showed that the SI from SCAN in Indonesian language is valid and is reliable. The instrument can be used to assess the stigma experienced by family of schizophrenia patient. Key Word: SI from SCAN-stigma -schizophrenia
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Iman Wibisono
Abstrak :
Pemanfaatan sinar x sebagai pemindai organ guna menegakan diagnostik masih menjadi pilihan popular dalam dunia kesehatan. Di dalam dunia medis CT Scan cukup memberikan nilai kontribusi dosis yang tinggi. Sehingga perhitungan terhadap dosis yang diterima tubuh dalam pemeriksaan CT Scan penting untuk dipantau. Hingga saat ini yang menjadi referensi dosis, yang diterima pada pemeriksaan CT Scan umumnya menggunakan metode perhitungan CTDI, menggunakan Panthom PMMA yang berbentuk bulat atau silinder. Dan realitasnya postur tubuh manusia tidak bulat sempurna, sehingga penulis merasa perlu diadakan koreksi geometri terhadap phantom PMMA yang digunakan dengan postur tubuh manusia. Untuk itu penulis melakukan survey tebal tubuh manusia sebagai nilai koreksi geometri tersebut, dengan ukuran dewasa dengan rentang usia diatas 15 tahun,adalah 23 cm (kepala),31 cm (rongga thorax), 29,6 cm (abdominal) dan ukuran anak - anak, rentang usia 1-15 tahun, adalah 17 cm (kepala), 21 cm (rongga thorax), 21 cm (abdominal) kemudian merealisaikannya dalam variasi ukuran phantom, sehingga didapat nilai normalisasi CTDI dalam berbagai ukuran. Penggunaan tebal irisan atau bukaan kolimasi yang lebih kecil akan memberikan nilai CTDIw yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan tebal irisan atau bukaan kolimasi yang lebih besar, yang dapat dilihat pada pesawat single slice antara tebal slice 3 mm dengan 1 mm memiliki prosentase rasio nilai CTDIw 3 mm terhadap 1 mm sebesar 50,3%? 51,6%. Sedangkan pada pesawat multi slice rasio prosentase tersebut adalah 105,1%-108,2% pada bukaan kolimator 5 mm dengan 1,2 5mm, begitu pula dalam penggunaan variasi ukuran phantom rasio prosentase nilai CTDIw pada pesawat single slice antara phantom 16 cm dengan 10 cm sebesar 75,3% - 77%, sedangkan pada pesawat multi slice prosentase rasio tersebut adalah 76,9 % ? 82,4 % antara phantom diameter 16 cm dan 10 cm, maka didapat nilai CTDIw Phantom 10 > nilai CTDIw Phantom 16 > nilai CTDIw Phantom 32. Sehingga perlu diperhatikan nilai dosis pada organ dengan diameter yang lebih kecil (pada anak-anak), dikarenakan nilai dosis yang diterima organ dengan diameter lebih kecil akan berbeda dengan organ yang diameter besar, walau menggunakan kondisi atau parameter pesawat yang sama.
Utilization of x-rays as an organ in order to establish diagnostic scanner is still a popular choice in the health world. In the world of medical CT scans give a fairly high dose contribution. So that the calculation of the dose received in the body CT scan is important to monitor. Until now the reference dose, which received CT scans generally use CTDI calculation method, using PMMA Panthom round or cylinder shaped. And the reality is the human's body is not perfectly round, so I felt needed to be corrected geometry of PMMA phantom used with the human's body. To the authors conducted a survey of the human body thick as the geometry correction value, with an adult size by age range above 15 years old, is 23 cm (head), 31cm (thoracic cavity), 29.6 cm (abdominal) and the size of the children, the range 1-15 years old, is 17 cm (head), 21 cm (thoracic cavity), 21 cm (abdominal) then aplicated in phantom size variation, so the normalized CTDI values obtained in various sizes. The use of thick slices or smaller openings colimation will provide CTDIw a higher value when compared with the use of thick slices or colimator larger openings, which can be viewed on a single slice plane between 3 mm with 1 mm thick slice has the percentage ratio of the value CTDIw 3 mm to 1 mm amount to 50.3% - 51.6%. While on the plane multi-slice percentage ratio was 105.1% -108.2% at 5 mm aperture collimator with 1.25 mm, as well as variations in the use of phantom size ratio of the percentage of the value CTDIw on a single plane between the phantom of 16 cm by 10 cm by 75 , 3% - 77%, while on the plane multi-slice percentage ratio was 76.9% - 82.4% between the phantom size of 16 cm and 10 cm, so that the obtained values CTDIw Phantom 10 > value CTDIw Phantom 16 > value CTDIw Phantom 32 Thus, to consider the dose to the organ with a smaller diameter (in children), because the value of the dose received organs with a smaller diameter will vary with the diameter of the organ, although the conditions or parameters using the same plane
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dasaad Mustafa
Abstrak :
ABSTRAK
A single board computer based on Z-8Q CPU was used to control an ultrasonic c-scan system, in the movement of test piece and in the data acquisition.
The data collected by single board computer are sent to an IBM-PC compatible computer using a serial interface.
The data, which were sent in hexadecimal form, will store in a diskette. Where the data are further processed using a high level language (Turbo C). An approximate image of the test piece was obtained.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermina Br. S.
Abstrak :
Notaris dalam kedudukan sebagai Pejabat Umum mempunyai kewenangan untuk membuat akta otentik. Akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana dibuatnya akta. Akta otentik tersebut berfungsi sebagai alat bukti. Dalam suatu proses pembuktian di depan Pengadilan, akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang bersifat mutlak. Hal demikian sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu dalam suatu perjanjian, baik Notaris maupun para penghadap masing-masing berturut-turut menyimpan minuta akta dan salinan akta sebagai alat bukti jika timbul masalah di depan Pengadilan. Namun karena keadaan tertentu diluar kesalahan para pihak (force majeure) balk minuta maupun salinan akta dapat sewaktuwaktu musnah. Dalam hal demikian, tindakan hukum apakah yang dapat diambil para pihak? Serta bagaimana kekuatan pembuktiannya jika para pihak menggunakan scan akta sebagai alat bukti di Pengadilan? Untuk itu, Penulis melakukan penelitian hukum dengan menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis dengan alat pengumpulan data melalui wawancara. Dengan menggunakan analogi terhadap kasus fotokopi minuta akta sebagai alat bukti maka para pihak dapat menggunakan scan minuta akta sebagai alat bukti. Selanjutnya agar dapat mempunyai kekuatan pembuktian, scan minuta akta harus mendapat kesaksian yang berasal dari Notaris bersangkutan dimuka Pengadilan.
In his/her position as a public official, a notary has right to make an authentic certificate, defined as the one made in a certain form that has been determined be the Law, made by or before the presence of the authorized public official, in the ascertained place to make a certificate. The authentic certificate functions as a proof instrument, and particularly in a proving process before the court, it has an absolute power on that matter. This has been in accordance with the one regulated in the positive law applied in this country. Therefore, in an agreement made, both the notary and the applicants always supposed to keep the minutes and the copy of the certificate, expecting its function before the court in case a problem happened. However, in some specific measures beyond the intervention of any party (defined as force rnajeur), it is possible that the minute and the copy of the certificate could be destroyed. In such a case, how should the aprties act legally? How is the legal force of a certificate's scan rusult utilized as a proof instrument before the court? In order to identify such matter, the writer intends to conduct a legal research utilizing the juridical-sociologic research method, while bcollecting the data needed through in-depth interviews. Using the analogy of a copy (photocopied) of a certificate's minute that can be used as a proof instrument, so in the case with the minute's copy resulted from a scan. Furthermore, in order to possess an even more proof force, the scanned minute minute of the certificate should have been testified by the concerned notary before the court.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibisono
Abstrak :
Telah dibuat Automatisasi peralatan gamma scan berbasis computer. Peralatan ini dapat menggerakan detektor dan sumber radiasi secara manual atau automatis untuk keperluan pemeriksaan mal fungi pada kolom ataupun fasilitas lainnya dengan teknik gamma scan secara on-line. Automatic gamma scan yang telah dibuat menggunakan mikrokontroler sebagai pengendali utama dan ratemeter minekin seri 9302 sebagai pencacah radiasi. Peralatan ini dioperasikan dengan komputer sehingga data pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk grafik secara real-time dan data dapat dianalisis in-situ. Peralatan ini dapat digunakan untuk inspeksi kolom dengan jangkauan panjang tali sampai 100 m yang resolusi scan sebesar 2 s/d 167 step/m. Motor penggerak yang digunakan memiliki laju perpindahan sekitar 6 x 10-2 m/detik. Kesalahan mengidentifikasi posisi adalah 1,3 x 10-4%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhitya Latief
Abstrak :
ABSTRAK Pendahuluan : Perkembangan teknologi telah menghasilkan model 3-dimensi berdasarkan data CT-Scan yang mampu menyajikan data lebih informatif. Karena dapat menghasilkan bentuk seperti anatomi tubuh, maka model 3-dimensi dijadikan acuan dalam bidang rekonstruksi mandibula menggantikan peran CT-Scan. Tujuan Penelitian: Membandingkan hasil pengukuran tebal dan tingginya symphisis mandibula pada model 3 dimensi terhadap data CT-Scan sehingga diketahui tingkat akurasinya. Material dan Metode : 8 data CT-Scan Maksilofasial Pasien dalam bentuk DICOM (Digital Imaging and Communication for Medicine) dengan mandibula bebas defek atau hanya sebagian, dengan gigi geligi telah erupsi penuh dilakukan analisa dan pengukuran dengan piranti lunak OSIRIX pada komputer, kemudian dibuatkan 8 Model 3-Dimensi berdasarkan data DICOM dengan menggunakan mesin printing FDM (Fused Deposition Modelling) untuk dilakukan analisa dan pengukuran menggunakan kaliper digital. Hasil : Tebal dan Tinggi Symphisis Mandibula hasil pengukuran model 3-Dimensi dan data CT-Scan berbeda, terdapat deviasi ukuran lebih kecil pada model 3 Dimensi, Nilai akurasi model 3-dimensi yang dihasilkan mesin FDM sebesar 98% dari data aslinya. Kesimpulan : Perbandingan pengukuran ketebalan dan ketinggian tulang symphisis mandibula pada model 3 Dimensi terhadap CT-Scan memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik namun secara klinis dapat digunakan sebagai alternatif sebagai acuan rekonstruksi mandibula.
ABSTRACT Introduction : the emerging technologies has invented 3-dimensional model based on CT-Scan data that able to present better information. Because of the similiarity to anatomy, 3-Dimensional model became guidance for mandible reconstruction, replacing the role of CT-Scan imaging. Objective : To compare the measurements of mandibular symphisis height and thickness using 3 Dimensional model to CT-Scan data and be able to define the accuracy level of it. Materials and Methods : 8 CT-Scan maxillofacial data in form of DICOM (Digital Imaging and Communication for Medicine) were analyzed and measured using OSIRIX software on computer, continued with production of 8 3-Dimensional model based on DICOM data using printing FDM (Fused Deposition Modelling) machine, model then analyzed and measured using digital caliper. Result : The thickness and height of mandible symphisis from 3 dimensional model measurement compared with CT-Scan are different. Smaller deviation were measured in 3 dimensional model, the accuracy level of 3 Dimensional model made from FDM printing machine is 98% from original data. Conclussion : The measurement comparison of mandibular symphisis height and thickness using 3 Dimensional model to CT-Scan data is statistically different but clinically 3 dimensional model could be used as alternative as mandibular reconstruction guidance.
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirul Basir
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis korespondensi adalah analisis untuk melihat hubungan antara dua variabel nominal dalam bentuk grafik pada jarak multidimensi, analisis ini menghitung nilai-nilai pada baris dan kolom dan menghasilkan grafik berdasarkan nilai tersebut sehingga kategori-kategori yang agak serupa akan saling berdekatan jaraknya. Hotspot adalah suatu area yang memiliki kondisi yang berbeda, tidak biasa, menyimpang, daerah yang intensitasnya tinggi dibandingkan dengan daerah disekitarnya. Kota Depok sebagai kota penyangga ibukota yang perkembangannya semakin pesat, diharapkan mampu menyiapkan sumber daya manusia yang lebih baik. Untuk melihat kualitas sumber daya manusia dapat bergantung pada kualitas tingkat kesehatan suatu daerah tersebut, sehingga perlu dilakukan pendeteksian hotspot tingkat kesehatan pada area puskesmas. Variabel tingkat kesehatan yang dipilih antara lain: jumlah bayi dengan berat lahir rendah, balita penderita gizi buruk, kematian balita, kematian ibu bersalin, kelahiran tanpa pertolongan tenaga kesehatan, bayi tanpa penanganan kesehatan, dan bayi tanpa imunisasi dasar. Sebelum melakukan pendeteksian hotspot,dilakukan terlebih dahulu analisis korespondensi untuk melihat hubungan antara area puskesmas dengan tingkat kesehatan. Metode analisis korepondensi memberikan hasil bahwa terdapat hubungan antara area puskesmas dan variabel tingkat kesehatan. Selanjutnya dilakukan pendeteksian hotspot, hasil pendeteksian hotspot menggunakan software SatScan ditampilkan dalam peta menggunakan software R menunjukkan bahwa hotspot area puskesmas secara keseluruhan cenderung berada di bagian tengah dan timur Kota Depok. Hasil pendeteksian hotspot dapat dijadikan bahan masukan untuk instansi pemerintahan untuk melakukan tindakan penanggulangan dan pencegahan sehingga tingkat kesehatan yang rendah dapat diminimalisir dan tercipta masyarakat Kota Depok dengan tingkat kesehatan meningkat yang akan berimbas pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
ABSTRACT
Correspondence analysis is used to analyze the relationship between two nominal variables through graphs on multidimensional distance. This method calculates the value of the rows and columns and generate charts based on those values so that each category each variable will related each other based on the distance. Hotspot is an area which has different conditions, unusual, deviant, an elevated area compared with the surrounding area. Depok city as a capital buffer cities whose development is rapidly increasing, is expected to prepare a human resources better. The quality of human resources may depend on the quality of the soundness of the area, so that are hotspot detection was applied on the data of health centers. Variables in this study the number of babies with low birth weight, infant malnutrition, infant mortality, maternal mortality, birth without the help of health professionals, health care baby without the baby, and the baby without basic immunization. Before apply hotspot detection, correspondence analysis were done first to see the relationship between the area health centers and health level. The result of correspondence analysis showed the relationship between the area health centers and health level variables, mostly they have similar characteristics. Furthermore, the result of hotspot detection using SaTScan software, displayed in a map by resource software R. Based on the map the overall hotspot area tend located in the central and eastern parts of Depok. Hotspot detection results can be used as the support to the government agencies in making the decision to reduce and prevention low levels of health areas create Depok City with rise health level community an finally impact on improving the quality of human resources.
2017
T47221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Hidayati
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan fantom abdomen in house dengan tujuan mengukur dosis di berbagai daerah organ yaitu hepar, ginjal, reproduksi dan bladder. Pengukuran dosis pada daerah organ dilakukandengan menggunakan dosimeter gafchromic dan TLD. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dosis sepanjang sumbu-z dan image quality dengan variasi pitch factor. Faktor eksposi yang digunakan disesuaikan dengan aplikasi klinis abdomen yaitu 130 kV, 80 mAs, rotation 1.5 s dan delay 3 s. Pemilihan parameter pitch factor pada pemeriksaan CT abdomen akan mempengaruhi nilai dosis dan image quality. Variasi Pitch factor yang digunakan 0,8; 1 dan 1.5. Secara umum pengukuran dosis dengan gafchromic dan TLD di berbagai daerah organ memperlihatkan bahwa semakin besar penggunaan pitch factor maka dosis yang didapatkan semakin kecil. Profil dosis sepanjang sumbu-z berbentuk parabola yang simetris dengan dosis maksimum di sekitar 3.45 mGy dan dosis minimum pada awal dan akhir scanning sekitar 3.286 mGy. Hubungan nilai SNR dan slice untuk ketiga nilai pitch 0.8, 1 dan 1.5 pada umumnya sinusoidal dan untuk obyek di daerah kanan dan kiri menunjukkan kurva yang berbeda fase. Demikian juga antara dua titik atas dan bawah. Pengukuran kesesuaian antara citra obyek dengan ukuran obyek sebenarnya dari 512 data diperoleh hasil pada pitch factor 0.8 deviasi diameter 0 ndash; 5 sekitar 50.5 dan selebihnya 49.5 deviasinya diatas 5 . Pada pitch factor 1 deviasi 0 ndash; 5 sekitar 53.5 dan deviasi lebih dari 5 sekitar 46.7 , sedangkan untuk pitch factor 1.5 deviasi 0 ndash; 5 sekitar 68 dan deviasi lebih dari 5 sekitar 32. ......This study uses in house phantom abdomen with the aim of measuring doses in different regions of the organ namely liver, kidney, reproduction and bladder. Measurement of dose in the organ region is done by using gafchromic and TLD dosimeter. In addition, this study aims to determine the profil dose along the z axis and image quality with variation of pitch factor. The exposure factors were adjusted for the clinical application of abdomen 130 kV, 80 mAs, rotation 1.5 and delay 3 s. Selection of pitch factor parameters on abdominal CT examination will affect the dose value and image quality. Variation of pitch factor used 0.8 1 and 1.5. In general, Measurements dose with gafchromic and TLD in different organ regions showed that the greater the use pitch factor the smaller the dose. Profil doses along the z axis are parabolic shapes symmetrical with maximum doses about 3.450 mGy and minimum doses at the start and end of scanning around 3.286 mGy. The relation of SNR and slice values to the three pitch values 0.8 1 and 1.5 is generally sinusoidal and for the object in the right and left regions show different curves of phase. Likewise between the two points above and below. Measurement of conformity between object image and actual object size from 512 data obtained result on pitch 0.8 deviation of 0 ndash 5 diameter around 50.5 and 49.5 deviation over 5 . In pitch factor 1 deviation 0 ndash 5 about 53.5 and deviation more than 5 about 46.7 , while for pitch factor 1.5 deviations 0 ndash 5 about 68 and deviation more than 5 about 32 .
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>