Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfira Kurniawati
"Ruang publik adalah tempat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beraktivitas dan berekreasi. Rancangan ruang publik yang memiliki kualitas desain yang baik akan mengundang kehadiran manusia. Namun, selain faktor tersebut, intervensi yang dilakukan oleh aktor dapat memengaruhi hidupnya ruang publik. Skripsi ini akan menganalisis peran aktor selain perancang, yaitu masyarakat dan komunitas dalam menghidupkan ruang publik. Ditemukan bahwa relasi antar aktor, aktivitas, elemen fisik, dan kualitas ruang serta intervensi yang dilakukan secara berulang dapat menciptakan makna dan nilai baru dalam ruang (placemaking). Ragam aktivitas dan nilai baru menjadi daya tarik ruang publik yang meningkatkan penggunaan, interaksi sosial dan keragaman pengunjung sehingga menciptakan ruang publik yang hidup.

Public space serves as a place for people to meet their activity and recreational needs. The design of public spaces with good design can attract human presence. However, in addition to these factors, the presence and interventions of actors can significantly influence the life of public spaces. This thesis aims to analyze the role of actors, beyond designers, including the community and local residents, in activating public spaces. It is discovered that the relation between actors, activities, physical elements, spatial quality, and repeated interventions can create new meanings and values within the spaces (placemaking). The diverse range of activities and newly established values become the allure of public spaces, enhancing their utilization, social interactions, and attracting a diverse range of visitors. A variety of new activities and values become the attraction of public spaces that enhancing the use, social interaction and attracting a diverse range of visitors, thus creating  lively public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yandi Andri Yatmo
Jakarta: UI-Press, 2014
PGB 0320
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Tetriana Vivi Oktora Taolin
"Kehidupan kita dipengaruhi oleh kota tempat tinggal kita, oleh sistem yang berjalan di dalam kota. Karakter urban tertentu menghasilkan reaksi yang tertentu pula. Misalnya jika sebuah kota tidak menyediakan ruang terbuka publik sementara pusat perbelanjaan tersebar dimana-mana, maka masyarakat kota cenderung konsumtif karena tempat tersebut menjadi sarana utama kehidupan sosial dan rekreasi mereka. Dampaknya, komunitas semakin terpisah satu sama lain.
Orang akan membentuk kelompok sosial berdasar kesamaan minat, gaya hidup atau klasifikasi sosial lainnya, sementara tidak mengenal orang-orang di lingkungan tinggalnya sendiri. Kehidupan publik juga banyak dipengaruhi oleh sirkulasi dan pergerakan dalam kota. Transportasi adalah salah satu penentu tataran urban. Salah satu konsep baru mengenai pembangunan tata kota berkaitan dengan sistem transportasi adalah Transit Oriented Development.
TOD adalah konsep pengembangan kawasan yang mengutamakan perbaikan di sekitar titik transit dengan radius sejauh jarak yang dapat dijangkau berjalan kaki. Dalam konsep TOD, kawasan tersebut harus menggunakan tata guna lahan mixed-use. Tujuannya adalah merangsang penggunaan transit dan merevitalisasi kehidupan komunitas di area tersebut. Agar orang beraktivitas di kawasan TOD, menggunakan transit dan berinteraksi sosial, harus diadakan sebuah tataran lingkungan fisik yang mendukung. Karakteristik dan tataran fisik di kawasan TOD diyakini dapat mempengaruhi kehidupan publik penggunanya menjadi lebih baik.

We are shaped by our city. Our daily life is much affected by networks of system that occur in the city we live in. Certain urban setting can lead to specific reaction. For example, when there is lack of urban open space and many large-format retail spread out the entire city, there will be no doubt that citizens will become consumptive and socially segregated each other.
People tend to gather in a community of interest and lifestyle rather than community of place, of geographical proximity towards each other. The latter is what we known as traditional neighborhood. Public life in the city is also much affected by the way we move within the city. Transportation system is a key determinant to urban setting. One arising concept about urban planning related with transportation system is Transit Oriented Development.
TOD is a planning concept that basically encourages development along transit nodes. It implies that an area within walking distance from station should be enriched by variety of land use. The goals are to increase transit ridership and revitalize community's life. TOD will only succeed when it implement an comprehensive planning to create attractive and functional environment that induce people to walk trough the development, use transit and also be involved in social interaction. Therefore, a certain characteristic and criteria needed to be applied. Urban planners believe that physical settings of TOD can influent public realm of the city.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48453
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Adhika Sari
"[ABSTRAK
Kemayoran telah mengalami transformasi fungsi kota. Bermula sebagai lahan berawa yang dijadikan kawasan bandara udara kemudian diubah menjadi kawasan perdagangan internasional yang dilengkapi area hunian didalamnya. Kebon Kosong menjadi kawasan hunian yang dilengkapi fasilitas publik di dalamnya. Dalam kehidupan, manusia senantiasa mencariketenangan dan kenyamanan jiwa melalui beragam aktivitas yang terwujud dalam kegiatan ritual. Sadar ataupun tidak warga kota menandai tempat tertentu berdasarkan interiority yang mereka rasakan untuk melakukan kegiatan ritual. Pembahasan aktivitas ritual dalam tesis ini terfokus pada kegiatan yang terjadi di ruang publik berdasarkan life cycle space. Life cycle space merupakan ruang gerak yang terbentuk dari aktivitas manusia berdasarkan kelompok usia tertentu. Setiap fase tumbuh kembang manusia memiliki radius gerak manusia yang terpaut dengan rumah tinggal. Area radius gerak manusia yang terjadi di ruang publik selanjutnya disebut sebagai ruang ritus kota. Berdasarkan analisis, ruang teduh menjadi tujuan warga kota untuk beraktivitas. Temuan ini mengantarkan pada metode merancang kota dengan permukaan bayangan.

ABSTRACT
Kemayoran has been a transformation in the city functions. Previously, this area was marshy land that once used the area airports and then transformed into an international trade, with a residential area. Kebon Kosong area has now become a residential area and has been equipped with public facilities. In life, people always seek tranquility and comfort the soul through a variety of activities embodied in ritual activities. Consciously or not, people mark certain places based interiority they feel to perform the ritual activities. Discussion of ritual activity in this thesis is focused on the activities that take place in public spaces based on life cycle space. Life cycle space is the space that is formed from human activities and based on a particular age group. Each phase of human growth and development has a radius of human motion adrift with their living places. Radius area of human motion that occurs in the public space will be referred to as a rite of urban space. Based on the analysis, a shady area becomes people?s aim for daily activities. The result of this thesis leads to a method of designing the city with a shadow surface.;Kemayoran has been a transformation in the city functions. Previously, this area was marshy land that once used the area airports and then transformed into an international trade, with a residential area. Kebon Kosong area has now become a residential area and has been equipped with public facilities. In life, people always seek tranquility and comfort the soul through a variety of activities embodied in ritual activities. Consciously or not, people mark certain places based interiority they feel to perform the ritual activities. Discussion of ritual activity in this thesis is focused on the activities that take place in public spaces based on life cycle space. Life cycle space is the space that is formed from human activities and based on a particular age group. Each phase of human growth and development has a radius of human motion adrift with their living places. Radius area of human motion that occurs in the public space will be referred to as a rite of urban space. Based on the analysis, a shady area becomes people?s aim for daily activities. The result of this thesis leads to a method of designing the city with a shadow surface., Kemayoran has been a transformation in the city functions. Previously, this area was marshy land that once used the area airports and then transformed into an international trade, with a residential area. Kebon Kosong area has now become a residential area and has been equipped with public facilities. In life, people always seek tranquility and comfort the soul through a variety of activities embodied in ritual activities. Consciously or not, people mark certain places based interiority they feel to perform the ritual activities. Discussion of ritual activity in this thesis is focused on the activities that take place in public spaces based on life cycle space. Life cycle space is the space that is formed from human activities and based on a particular age group. Each phase of human growth and development has a radius of human motion adrift with their living places. Radius area of human motion that occurs in the public space will be referred to as a rite of urban space. Based on the analysis, a shady area becomes people’s aim for daily activities. The result of this thesis leads to a method of designing the city with a shadow surface.]"
2015
T40875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Izza
"Dalam bermasyarakat demokrasi akan selalu ada, pasalnya manusia tidak ingin diberlakukan tidak adil serta tidak didengarkan. Maka dari itu sebuah instrumen demokrasi harus ada diantara masyarakat. Dalam praktiknya sudah ada instrumentinstrumen demokrasi yang digunakan, seperti pemungutan suara, referendum, organisasi politik, serta media. Namun sangat disayangkan masyarakat masih terpengaruh oleh ‘pendapat sosial’ dimana masyarakat berpihak kepada pihak yang memiliki suara terbanyak tanpa menggali informasi atau berlaku kritis terhadap pihak tersebut lalu pada akhirnya masyarakat hanya termakan janji-janji sang pemimpin. Hal ini juga terjadi karena ke tidak transparan yang diberikan oleh pemerintah, instrumen demokrasi yang dapat digunakan akhirnya rusak karena cacatnya komunikasi antara masyarakat dan pemerintahan. Padahal interaksi sosial dengan mudah dilakukan jika adanya ruang public untuk berbicara, sebuah Ruang Demokrasi yang dapat memicu hubungan yang membangun antara masyarakat dan pemerintah untuk saling mendengarkan, memiliki simbiosis mutualisme, dan menjadi wadah untuk instrument-instrumen demokrasi itu bekerja dengan maksimal.

In a society there will always be democracy because human do not want to be treated unfairly nor being unheard. Therefore an instrument of democracy must exist among the people. In practice, there are already democratic instruments used, such as voting, referendums, political organizations, and media. However, it is very unfortunate that people are still influenced by ‘social opinion’ where people sided with the party that has the most votes without checking the background or being critical to the party. These phenomenon usually ends with the political fraud for the community. Beside the society is lack of information, lack of transparency provided by the government also damaged the instruments of democracy. Whereas social interaction is easily carried out if there is a public space to speak, a democratic space that can trigger a constructive relationship between society and government to listen to each other, have a symbiotic mutualism, and become a forum for democratic instrument to work optimally."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Bagja Baidhowi
"Dalam pendefinisiannya, ruang publik merupakan suatu ruang yang berfungsi sebagai wadah untuk masyarakat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun kadang terdapat ruang publik yang tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan kadang mengabaikan kebutuhan masyarakat akan ruang  tersebut. Sehingga muncul ruang publik yang bersifat sementara untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya tersebut. Namun fenomena kemunculan ruang publik sementara ini perlu dicermati dan dianalisis lebih lanjut, apakah bentuk kesementaraan yang dibentuk oleh pedagang kaki lima Stasiun KRL Tebet sehingga membentuk ruang publik sementara. Penulisan ini bermaksud untuk mencari tahu bentuk kesementaraan tersebut.

In its definition, public space is a container for a community in conducting of variety activities regardless of their social, economic, and cultural status. But sometimes there are public spaces that cannot meet the needs of the community and sometimes ignore the community's needs for that space. Consequently, there is a temporary public space to meet the needs of the community that. However, the phenomenon of the emergence of this temporary public space needs to be examined and analyzed further, such as the form of temporary that is formed by pedagang kaki lima of Tebet Station thus forming a temporary public space. This writing intends to find out that form of temporary."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Indah Wijayanti
"Ruang publik merupakan ruang yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan berbagai aktivitas. Namun meskipun demikian, ruang publik tetap memiliki batasan bagi penggunanya, yaitu berupa batasan akan hak dan kewajiban bagi tiap individu dalam beraktivitas di dalamnya. Ruang publik pada suatu ruang kota dibentuk oleh berbagai elemen, salah satunya yang sering ditemukan adalah signage. Sign yang sering ditemukan di ruang publik kota adalah berupa papan reklame ataupun billboard, yang merupakan bagian dari komunikasi massa. Ada berbagai jenis sign yang ditemui di ruang publik kota, salah satunya adalah yang bersifat non komersil dengan disajikan dalam bentuk tulisan tekstual. Namun bagaimanapun penyajiannya, Sign sebagai suatu elemen visual ruang kota tetap merupakan sesuatu yang dapat menarik pandangan manusia yang beraktivitas di ruang publik kota. Hal tersebut akan mempengaruhi pengalaman ruang masyarakat kota, yang disebabkan oleh sensasi, persepsi, dan pemaknaan atas apa yang mereka lihat dan melekat pada pikiran serta perasaan mereka.
Dalam karya tulis ini dibahas dan dikaji mengenai keterkaitan antara sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang masyarakat dengan pendekatan semantik dan ruang. Pertanyaan tentang bagaimana saling keterkaitan tersebut terjadi, dan unsur-unsur
apa saja yang mempengaruhi terbentuknya sensasi, persepsi, makna dan pengalaman ruang yang berbeda pada masyarakat, menjadi pertanyaan-pertanyaan yang melatarbelakangi penyusunan karya tulis ini. Pengkajian kasus akan mengamati dan menganalisis suatu objek fisik yang ada di sekitar lokasi penempatan media komunikasi tekstual ruang luar, sebagai suatu bentuk perwujudan pemaknaan seseorang akan proses persepsi yang dialaminya, dari suatu stimuli berupa pesan tekstual ruang luar.

Public space is a space used by everyone through their activities. Public spaces;however, have a boundary of right and obligation for its users. In urban space, public space is formed by various elements such as signage that is the easiest element to find. Billboard and other public advertisements are the two signs that are usually founded in public space. Those signs belong to an outdoor mass communication that consists of various types such as non-commercial sign in a form of textual writing. Moreover, sign as a visual element of urban space can still attract the inhabitant?s attention and may influence their experience about space due to sensation, perception, and meaning. This experience; then, will set up in their mind and heart.
This thesis will explain the connection of sensation, perception and meaning that may influence the experience of the inhabitant about space, with semantic and space approach. The questions on how the connection of those three things happen, and what the elements that may influence the sense, perception, meaning, and acquaintance of the inhabitants are going to be the background of this thesis. The writer will observe the physical objects that put around the location of the textual publicity?s media as form of inhabitant?s meaning in the process of perception, from the textual publicity?s stimulation.
"
2008
S48451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Whitehead, Randall
Gloucester: Rockport, 1995
729.28 WHI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Ruth Thertina
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5329
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Marthen
"Reclaiming oleh masyarakat pemilik hak ulayat terhadap sejumlah ruang publik di Kota Jayapura, sepintas memberikan gambaran adanya konflik kepentingan pasar, antara state, society dan adat. Berbagai stigmatisasi politik pun menjadi mudah dilekatkan pada situasi ini, namun penelitian ini bertujuan untuk meneropong dari sudut pandang yang berbeda, bagaimana reclaiming hingga aksi pemalangan pada ruang-ruang publik ini, justru merupakan model komunikasi dialogis dalam mensinergikan perbedaan ideologi, konsep, interpretasi dan definisi masing-masing pihak. Apakah konteks publik sphere Habermas masih relevan dengan situasi masyarakat global saat ini, atau justru ruang-ruang publik fisik saat ini menjadi alternatif locus yang paling representatif untuk berdialog dengan rezim.

Reclaiming the land rights of the owner of public spaces in Jayapura city gave a cursory overview of conflict interest in market, state, society and customs. Various political stigmatization becomes easily attached to this situation, but this research would telescoped from a different perspective of how to barrier reclaiming of public spaces, that is the model of dialogic communication for synchronize differences in ideology, concepts, interpretations and definitions of each respective parties. The question is, would the context of Habermas's public sphere still relevant in global society, or even the physical public spaces is becoming an alternative locus most representative for dialogue with the regime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31943
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>