Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Zully Achmad Fattatulhidayat
Abstrak :
Analisis senyawa organik di laboratorium umumnya menggunakan pelarut organik untuk keperluan ekstraksi dan destilasi. Pelarut organik yang banyak digunakan adalah diklormetan dan n-heksan. Penggunaan diklormetan dan nheksan berisiko terhadap kesehatan pekerja laboratorium. Diklormetan adalah senyawa karsinogenik kategori 2 B menurut IARC, sedangkan pajanan heksan berisiko terhadap kerusakan sistem syaraf. Penelitian ini untuk mengetahui sebaran konsentrasi diklormetan dan n-heksan di ruangan laboratorium, profil pajanan dan pengendalian yang sudah dilakukan dan risiko pajanan berdasarkan konsentrasi diklormetan dan n-heksan pada pengambilan sampel perseorangan, durasi pajanan dan hazard rating. Hasil analisis konsentrasi diklormetan dan nheksan di seluruh ruangan laboratorium masih di bawah nilai rekomendasi treshold limit value dari American Conference of Governmental Industrial Hygienist. Sistem pengendalian pajanan secara administratif dan penggunaan alat pelindung diri sebagai pencegahan pajanan diklormetan dan n-heksan di laboratorium sudah memadai, namun diperlukan perbaikan untuk kondisi ventilasi di laboratorium sebagai bagian dari pengendalian teknis. Hasil analisis risiko kesehatan menggunakan sistem risk rating adalah teknisi laboratorium 1, operator GC ECD dan asisten laboratorium memiliki risiko kesehatan medium sedangkan operator GC MS dan Teknisi laboratorium 2 memiliki risiko kesehatan rendah terhadap pajanan n-heksan. Teknisi laboratorium 1, teknisi laboratorium 2 ,operator GC MS dan asisten laboratorium memiliki risiko kesehatan medium sedangkan operator GC ECD memiliki risiko kesehatan rendah terhadap pajanan diklormetan.
Generally organic coumpound analysis in laboratory need organic solvent for extraction and distilation purpose. Dichlormethane and n-hexane are a common organic solvent for laboratory analysis. The use of dichlormethane and n-hexane in laboratory have a high risk for employees health. Diclormethane is classify as 2 B group of carcinogenic material of IARC, while n-hexane could chronically cause a nervous system damage. The purposes of this research are to determine the concentration of dichlormethane and n-hexane in workplace, the exposure and exist control profile in laboratory and to do chemical exposure risk assessment according to dichlormethane and n-hexane analysis from employees personal sampling, duration of exposure and hazard rating. The result of dichlormethane and n-hexane analysis in workplace are still below the value of treshold limit value of american conference of governmental industrial hygienist. Laboratory has a good administratif control and PPE control to prevent the exposure of dichlormethane and n-hexane but the enginering control need improvement for ventilation system. The result of n-heksan exposure health risk assessment using risk rating system are laboratory technician 1, GC ECD operator, and laboratory assistance were categorized as medium risk, while GC MS operator and laboratory technician 2 were categorized as low risk. The result of diklormetan health risk assesment were laboratory technician 1, laboratory technician 2, GC MS operator and laboratory assistance are categorized as medium risk, while GC ECD operator was categorized low risk.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31763
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Yuwono
Abstrak :
Operation of gas pipelines by PT X, built in 1998 along 14.4 km of which has a danger of gas leaks and fires. Risk analysis is conducted to anticipate the risks that would arise in the gas distribution activities whose results are expected to provide input for the company. This relative risk analysis using semiquantitative methods Risk Rating Index with the approach where the risk of possible dangers (Sum Index) and consequences (Leak Impact Factor). The results showed that the pipelines are in high risk areas (Intolerable) and most of the factors that play a role in contributing to the failure of the operation of the pipeline is the design factor.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T40815
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Zaky
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan bahan kimia berbahaya di laboratorium pengujian kimia seperti Laboratorium X terkadang tak terhindarkan. Sementara itu, penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pekerja laboratorium yang telah bekerja lebih dari 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara, kanker ovarium, leukemia, melanoma, kanker prostat, dan kanker tiroid dibandingkan jenis pekerja lain di laboratorium. Oleh karena itu, penilaian risiko kesehatan dari penggunaan bahan kimia berbahaya sangat penting dilakukan di Laboratorium X untuk memastikan kesehatan pekerja laboratorium di masa depan. Tujuan dari penilaian ini untuk mengevaluasi risiko yang timbul dari aktivitas di laboratorium dan untuk mengevaluasi tindakan pengendaliannya. Penilaian risiko kualitatif ini telah dilakukan di Laboratorium X yang diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut lembar data keselamatannya dan telah dilakukan dengan menggunakan alat yang dikembangkan oleh Jabatan Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaaan, Kementerian Sumber Manusia, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya yang terdapat pada Laboratorium X sangat bervariasi sebagian besar bahaya yang ada pada bahan kimia yaitu bersifat iritan. Hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa pekerja laboratorium memiliki risiko kesehatan yang signifikan dari bahan kimia berbahaya yang digunakan baik pada pajanan inhalasi dan dermal juga langkah-langkah pengendaliannya yang diterapkan untuk mengontrol pajanan bahan kimia di laboratorium dapat ditingkatkan dan beberapa di antaranya sudah memadai.
ABSTRACT
The use of hazardous chemicals in a chemical testing laboratory such as Laboratory X sometimes inevitable. Meanwhile, previous research concluded that laboratory workers who have worked more than 20 years have a higher risk of developing breast cancer, ovarian cancer, leukemia, melanoma, prostate cancer, and thyroid cancer than other types of workers in the laboratory. Therefore, a health risk assessment from using hazardous chemicals is very important to be done in Laboratory X to ensure the health of laboratory workers in the future. The purpose of the assessment is to evaluate of risk arise from activity in the laboratory and to evaluate its control measures. This qualitative risk assessment has been conducted in Laboratory X that uses chemicals that are classified as hazardous according to its safety data sheets and has been done using the tool developed by the Department of Safety and Health, Ministry of Human Resources, Malaysia. The results show that the hazard levels found in Laboratory X vary greatly in the majority of the hazards present in chemicals which are irritants. From the risk evaluation results show that laboratory workers have significant health risks from hazardous chemicals used both in inhalation and dermal exposures also the control measures applied to control exposure to chemicals in the laboratory can be increased and some of them are adequate.
2019
T52739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Edy Gunawan
Abstrak :
Perbankan merupakan industri yang paling banyak diatur oleh regulator sehubungan dengan dampak dari buruknya kinerja dari perbankan dapat menyebabkan systemic risk. Hal ini disebabkan oleh tingginya leverage yang dimiliki oleh industri perbankan sesuai dengan fungsi bank sebagai Iembaga intermediasi perekonomian yaitu memobilisasi dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit untuk mendorong sektor usaha. Dengan semakin berkembangnya industri perbankan, maka akhirnya Bank for International Settlement (BIS) mulai melakukan regulasi, terutama menyangkut permodalan perbankan berkaitan dengan risiko yang dihadapi. Salah satu risiko yang paling sering dihadapi bank adalah risiko kredit. Dalam Basel Accord II yang akan segera diterapkan, bank diperbolehkan mempergunakan Internal Rating Base model untuk menghitung kebutuhan modal untuk mengcover risiko kredit. Karya tulis ini berusaha memberikan gambaran mengenai sistem Internal Rating Base model yang dikembangkan oleh sebuah bank nasional dan membandingkan basil pemeringkatan yang diperoleh dari Internal Credit Risk Rating (sebutan untuk Internal Rating Base model di bank tersebut) dengan basil pemeringkatan dari lembaga pemeringkat Pefindo. Analisa perbandingan tersebut meliputi perbandingan hasil pemeringkatan dari kedua sistem pemeringkatan terhadap perusahaan sama, konsistensi rata-rata rasio keuangan utama untuk beberapa kelompok hasil pemeringkatan internal bank tersebut, konsistensi rata-rata rasio keuangan utama untuk beberapa kelompok basil pemeringkatan Pefindo, dan perbandingan rata-rata rasio keuangan utama dari basil pemeringkatan bank dengan Pefindo untuk kelompok hasil pemeringkatan yang sama. Data yang dipergunakan untuk perbandingan ini meliputi data Hasil pemeringkatan bank nasional tersebut dan basil pemeringkatan Pefindo per 28 Februari 2005 dan laporan keuangan tahun 2003 dari perusahaan-perusahaan yang diperingkat.
Banking is an industry which is highly regulated since poor performance in the backing sector may lead to a systemic risk in the economy. This is due to the industry's high leverage as a result of its role as a financial intermediary, which mobilizes funds from the people and extends them in forms of loans to support businesses. In order to support the growth in the banking industry, the Bank for International Settlement (BIS) has started issuing regulation, particularly related to the bank's capital in association with the risk incurred. One of the risks mainly encountered by the industry is the credit risk. In Basel Accord II which will soon be implemented, bank is allowed to use the Internal Rating Base model to calculate the capital necessary to cover the credit risk. This paper tried to provide understanding about the Internal Rating Based model developed by a national bank (called the Internal Credit Risk Rating) and compare the result from that model with the rating derived from the rating institution, Pefindo. The comparative analysis include the comparison between the rating derived from both models toward the same company, the consistency of the average of main financial ratios of several groups derived from the internal bank rating, the consistency of the average of main financial ratios of several groups derived from Pefindo rating and the comparison of the average of main financial ratios derived from both models for groups with the same rating. The data utilised for this comparison purposes include data from the aforementioned national bank's rating and Pefindo rating as of 28 February 2005 and 2003 financial statement of the companies that are rated.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Saputro Widjaja
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan kausalitas Granger antara variabel peringkat risiko negara, ketidakpastian kebijakan ekonomi (EPU), sentimen investor dan harga minyak terhadap returns saham secara spesifik di pasar negara berkembang selama periode Januari 2010 hingga Desember 2019 dengan menggunakan model kausalitas nonlinear non-parametrik Granger serta Vector Error Correction Model (VECM), dan hasil dari penelitian menemukan hubungan kausalitas Granger-VECM jangka pendak dan jangka panjang pada variabel harga minyak yang cukup signifikan dalam memprediksi returns saham di pasar negara berkembang serta dibutuhkan penelitian lebih lanjut atas penggunaan Credit Default Swap sebagai proksi variabel peringkat risiko negara dalam memprediksi returns saham. ......This research analyzes the causal relationship between country risk rating, economic policy uncertainty (EPU), investor sentiment, oil prices and equity returns in several emerging markets overĀ  a decade. We use the nonlinear non-parametric Granger causality model and Vector Error Correction model to describe and investigate the causal correlation between country risk rating, economic policy uncertainty, oil prices, and investor sentiment and equity returns at the original level. We find Granger causal relationship-VECM with oil prices to predict stock returns in emerging markets and further research is suggested to investigate the usage of Credit Default Swap as country risk rating proxy to predict stock markets returns.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Aderi Puspaningrum; Bernadette Aderi Puspaningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Sistem finansial global memiliki ketergantungan pada kebutuhan informasi yang simetris sehingga dapat berjalan dengan efisien. Credit Rating Agency (CRA) hadir memenuhi kondisi asimetri informasi dalam sistem finansial sejak 1900an hingga kini. Peran CRA dalam system financial global mutlak diperlukan bagi investor untuk dapat menanamkan modalnya dalam pasar modal dan ke negara lain. Informasi kredit yang dikeluarkan oleh CRA dalam sistem finansial terangkum secara sederhana dalam bentuk alphabet rating setelah melalui proses penilaian dengan methodologi kuantitatif maupun kualitatif. Oleh sebab itu, rating CRA secara cepat diterima dan digunakan secara global. Rating CRA diharapkan dapat menjadi ?gatekeeper? yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem finansial. Namun dalam perkembangannya, instabilitas finansial yang terjadi seringkali menyoroti CRA yang dipandang lalai dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam kondisi tersebut, CRA masih tetap saja digunakan oleh pelaku pasar sehingga memunculkan pertanyaan mengenai pentingnya CRA sebagai non-state actor dalam sistem finansial global. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran CRA dalam sistem finansial. Hasil penelitian menunjukan bahwa CRA sebagai non-state actor internasional memiliki karakteristik yang khusus sehingga penggunaannya dalam sistem sulit untuk digantikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CRA dapat dikategorikan sebagai aktor internasional berdasarkan indikator Ryo Oshiba, karena: 1) CRA memiliki independensi sebagai lembaga privat, 2) CRA mampu memobilisasi sumber daya dalam hal ini modal dalam sistem internasional, 3) CRA mampu mempengaruhi aktor lain baik aktor negara maupun non-negara terkait keputusannya untuk menempatkan modal dalam pasar modal domestik maupun internasional.
ABSTRAK
The global financial system depends on symmetrical information so that it can run efficiently. Credit Rating Agency presence met the conditions of information asymmetry in the financial system since the 1900s until now. The role of CRA in the global financial system is absolutely necessary for investors to be able to invest in the capital market and to other countries. Credit information issued by CRA in the financial system are summarized simply in the form of rating after alphabet through assessment with quantitative and qualitative methodologies. Therefore, CRA rating can quickly be accepted and used globally. With that ability CRA is expected to be a "gate keeper" which can maintain the stability of the financial system. But in its development, financial instability that occurs often highlights the CRA deemed negligent in doing its activities. In these conditions, the CRA is still used by market participants so raises questions about the importance of CRA as non-state actors in the global financial system. This study aims to look at the role of CRA in the financial system. The results showed that the CRA as an international non-state actors have special characteristics, so its use in the system difficult to replace. The results show that the CRA can be categorized as an international actor based on Ryo Oshiba's international actor indicator, because: 1) CRA has independence as private institutions, 2) CRA able to mobilize resources (capital) in the system of international, 3) CRA is able to influence other factors both state actors and non-state-related decision to place the capital in domestic and international capital markets.
2016
S63660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Aderi Puspaningrum
Abstrak :
Sistem finansial global memiliki ketergantungan pada kebutuhan informasi yang simetris sehingga dapat berjalan dengan efisien. Credit Rating Agency (CRA) hadir memenuhi kondisi asimetri informasi dalam sistem finansial sejak 1900an hingga kini. Peran CRA dalam system financial global mutlak diperlukan bagi investor untuk dapat menanamkan modalnya dalam pasar modal dan ke negara lain. Informasi kredit yang dikeluarkan oleh CRA dalam sistem finansial terangkum secara sederhana dalam bentuk alphabet rating setelah melalui proses penilaian dengan methodologi kuantitatif maupun kualitatif. Oleh sebab itu, rating CRA secara cepat diterima dan digunakan secara global. Rating CRA diharapkan dapat menjadi gatekeeper yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem finansial. Namun dalam perkembangannya, instabilitas finansial yang terjadi seringkali menyoroti CRA yang dipandang lalai dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam kondisi tersebut, CRA masih tetap saja digunakan oleh pelaku pasar sehingga memunculkan pertanyaan mengenai pentingnya CRA sebagai non-state actor dalam sistem finansial global. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran CRA dalam sistem finansial. Hasil penelitian menunjukan bahwa CRA sebagai non-state actor internasional memiliki karakteristik yang khusus sehingga penggunaannya dalam sistem sulit untuk digantikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa CRA dapat dikategorikan sebagai aktor internasional berdasarkan indikator Ryo Oshiba, karena: 1) CRA memiliki independensi sebagai lembaga privat, 2) CRA mampu memobilisasi sumber daya dalam hal ini modal dalam sistem internasional, 3) CRA mampu mempengaruhi aktor lain baik aktor negara maupun non-negara terkait keputusannya untuk menempatkan modal dalam pasar modal domestik maupun internasional. ......The global financial system depends on symmetrical information so that it can run efficiently. Credit Rating Agency presence met the conditions of information asymmetry in the financial system since the 1900s until now. The role of CRA in the global financial system is absolutely necessary for investors to be able to invest in the capital market and to other countries. Credit information issued by CRA in the financial system are summarized simply in the form of rating after alphabet through assessment with quantitative and qualitative methodologies. Therefore, CRA rating can quickly be accepted and used globally. With that ability CRA is expected to be a "gate keeper" which can maintain the stability of the financial system. But in its development, financial instability that occurs often highlights the CRA deemed negligent in doing its activities. In these conditions, the CRA is still used by market participants so raises questions about the importance of CRA as non-state actors in the global financial system. This study aims to look at the role of CRA in the financial system. The results showed that the CRA as an international non-state actors have special characteristics, so its use in the system difficult to replace. The results show that the CRA can be categorized as an international actor based on Ryo Oshiba's international actor indicator, because: 1) CRA has independence as private institutions, 2) CRA able to mobilize resources (capital) in the system of international, 3) CRA is able to influence other factors both state actors and non-state-related decision to place the capital in domestic and international capital markets.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Handayani Kurniawati
Abstrak :
Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa selalu mempunyai proses bisnis, proses bisnis tersebut memiliki banyak urutan dari tiap-tiap aktivitas dan dari tiap-tiap aktivitas selalu ada potensi akan terjadinya risiko. Risiko yang terjadi menyebabkan proses bisnis menjadi tidak efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk dapat mengendalikan risiko pada proses bisnis dengan menggunakan metode manajemen risiko. Proses manajemen risiko yaitu merencanakan, mengidentifikasi risiko, menganalisa, mengelola dan monitoring risiko. Setelah pengidentifikasian risiko dilakukan, kemudian penghitungan bobot risiko dilakukan berdasarkan probabilitas dan dampak yang dapat dikelompokkan dan menentukan peringkat dari risiko yang terjadi. Selanjutnya dilakukan pemilihan pengelolaan risiko untuk mengurangi risiko tersebut. Salah satu dari pengelolaan risiko yang dilakukan adalah merancang ulang proses bisnis yang sekarang sedang berjalan menjadi proses bisnis baru atau yang seringkali di sebut perancangan ulang proses bisnis. Pada perancangan ulang proses bisnis yang baru tersebut tidak terlepas dari penggunaan sistem informasi, perubahan pada sistem pemesanan dan perubahan pada proses pengiriman. ......Manufacturing and services company always have business process, business processes has many sequences from each of the activities and in each activity have potentially occur a risk. The risk that occurs will cause the business process become ineffective and inefficient. Because of that we need risk management method which is a technic to control the risks in business process. Risk management process consist of planning, identifying, analyzing, managing and monitoring risks. After identifying the risk then calculating risk weights based on probability and impact. The risk weights can be categorize and then we ranked the risks. After getting highest risk rating the we can choose an alternative way to manage and reduce risks. One of the risk management undertaken is to redesign present business processes into a new business process or we can called business process reengineering. In new business process we use information system, changing in ordering system and changes in delivery system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51853
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library