Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gutch, C.F.
St. Louis: Mosby , 1999
617.461 059 GUT r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Elsevier , 2005
617.461 059 REV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Khairani
Abstrak :
Xerostomia merupakan masalah yang sering terjadi pada penderita penyakit ginjal terminal PGT di perkotaan dan menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup klien. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada penderita PGT dengan xerostomia menggunakan oral hygiene dengan kassa basah dingin. Hasil intervensi menunjukkan penurunan Visual Analog Scale VAS Xerostomia setelah intervensi oral hygiene dari 59 menjadi 16. Gejala yang menurun secara signifikan adalah sensasi kurangnya saliva, sensasi bibir kering, sensasi mulut kering, dan derajat haus. Intervensi ini juga memberikan kepercayaan diri pada klien untuk mengurangi asupan cairannya. Oral hygiene direkomendasikan bagi penderita PGT yang mengalami xerostomia dan dapat mendukung intervensi restriksi cairan dengan mengurangi haus. ...... Xerostomia is a common problem found in ESRD clients in urban area that affect the quality of life. This case study aimed to analyze nursing care in ESRD with xerostomia by performing oral hygiene with cold and wet gauze. The result shows oral hygiene decreased Visual Analog Scale Xerostomia from 59 to 16. This intervention significantly decreased lack of saliva sensation, dry lips sensation, dry mouth sensation, and degree of thirst. Also, it encouraged client to reduce fluid intake. Thus, oral hygiene is recommended for ESRD with xerostomia which in turn will support fluid restriction through reducing thirst.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Chris Veronica
Abstrak :
Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari kondisi Chronic Kidney Disease (CKD) dengan nilai Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) kurang dari 15 ml/menit/1,73m². Gagal ginjal terminal dapat ditangani dengan terapi hemodialisis (National Kidney Foundation, 2015;Thomas, 2014). Adanya hemodialisis ini memberikan pembatasan cairan pada pasien yang menjalaninya. Kepatuhan pembatasan cairan pada sebagian pasien sulit untuk dilakukan dengan alasan banyak faktor (Chironda&Bhengu, 2015). Faktor yang terbesar dan dominan adalah faktor psikologis, yakni self compassion. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis, dan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, sebanyak 89 pasien pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis dalam tiga kali seminggu yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki self compassion tinggi (69,7%). Hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan tidak signifikan (p=0,076), faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan adalah adalah usia (p=0,033), jenis kelamin (p=0,937), status menikah (p=0,473), status bekerja (p=0,885), tingkat pendidikan (p=0,126), lama menjalani hemodialisis (p=0,425), dan dukungan sosial (p=0,206) Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pembatasan cairan adalah usia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian keperawatan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. ......End Stage Renal Disease is the final stage of the Chronic Kidney Disease (CKD) with a Glomerular Filtration Rate (GFR) value of less than 15 ml/min/1.73m². End Stage Renal Disease can be treated with hemodialysis therapy (National Kidney Foundation). The hemodialysis provides fluid resctrictions for patients who undergo. There are many factors that make fluid restrictions adherence difficult to do. (Chironda & Bhengu, 2015). The biggest and dominant factor is psychological factor, which is self compassion. The purpose of this study was to identify the correlation between self compassion and fluid adherence in the end stage renal disease patients undergoing hemodialysis, and other factors that influence fluid adherence. This study used a cross sectional method, with 89 end stage renal disease patients who underwent hemodialysis three times a week and who were selected using a purposive sampling technique. The results showed that the majority of patients had high self compassion (69.7%). The correlation of self compassion with fluid adherence was not significant (p = 0.076), other factors affecting fluid adherence were age (p = 0. Is related to fluid restriction adherence was age. This research is expected to be a reference for nurses in developing nursing studies in align end stage renal disease patients undergoing hemodialysis.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Tri Wahyuni
Abstrak :
Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian pada pasien penyakit ginjal kronis adalah gangguan kardiovaskular. Adanya hipertrofi pada ventrikel kiri dijadikan surrogate marker kondisi kardiomiopatik dan progresivitas penyakit ginjal kronis. Penelitian terbaru menunjukkan adanya peran FGF23 dalam menstimulasi terjadinya hipertrofi jantung dan meningkatkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron serta berfungsi sebagai faktor parakrin dengan peran dalam remodelling jantung. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus model nefrektomi 5/6 yang diberikan terapi irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya selama satu bulan. Tekanan darah diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian obat. Tikus kemudian ditempatkan pada kandang metabolik selama 24 jam untuk pengambilan urin. Nekropsi dilakukan untuk mengambil darah dan jantung. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan indeks massa ventrikel kiri jantung, volume dan kadar protein dalam urin, kadar urea dan kreatinin dalam serum, serta kadar FGF23 dan hormon PTH dalam serum. Hasil: Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan irbesartan dapat menurunkan tekanan darah dan indeks massa ventrikel kiri secara signifikan. Penggunaan irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya tidak menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan fungsi ginjal, kadar hemoglobin, indeks massa ventrikel kiri, FGF23 dan hormon paratiroid. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa baik penggunaan irbesartan, simvastatin, maupun keduanya memiliki kecenderungan untuk mengurangi kejadian kardiomiopatik uremik pada tikus model nefrektomi 5/6 ......Introduction: Cardiovascular events is one of the causes of chronic renal disease’s mortality. Left ventricular hypertrophy was a surrogate marker for cardiomyopathy and progressivity of chronic renal disease. Latest study mentioned about the role of FGF23 on stimulating cardiac hypertrophy and renin-angiotensin-aldosterone activity and also a paracrine factor of cardiac remodeling. Methods: This study was done using 5/6 nephrectomy rats getting irbesartan, simvastatin and combination of both treatments for 30 days. Blood pressure was measured before and after the treatment. Urine sample was collected for 24 hours for protein assay. Sacrificing the animals was done at the end of study to harvest the heart and blood sample. Heart sample was weighed and measured for left ventricle mass index. Blood sample was used for hemoglobin assay. Serum sample was used for urea, creatinine, FGF23 and PTH assay. Result: Irbesartan significantly lowered the blood pressure and cardiac mass index, but not significantly improved renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Simvastatin and combination of both treatments did not significantly improve renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Conclusion: The use of irbesartan, simvastatin and both combinations tend to improve uremic cardiomyopathy condition on 5/6 nephrectomy rats’ heart.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Tuty Putri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian case control. Jumlah responden kelompok kasus adalah 23 orang dan kelompok kontrol 46 orang. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal tahap akhir adalah lama menderita DM (p = 0,028), kebiasaan merokok (p = 0,027), minum minuman beralkohol (p = 0,034), pola diit (p = 0,000), hipertensi ( p = 0,036 ). Pada analisis regresi logistik diketahui bahwa pola diit merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2 (p = 0.008). Diharapkan perawat perlu mengembangkan standar asuhan keperawatan yang berfokus pada upaya preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi terutama gagal ginjal tahap akhir. ...... This research aims to know the risk factors which related to end stage renal disease. Research design is analitic description with case control approaching. The number of case group respondent are 23 people and control group respondent are 46 people. Bivariat analysis showed that risk factors corellated with end stage renal disease is duration of DM suffered (p = 0.028), smoking habit (p = 0,027), drinking alcoholic (p = 0.034), diet pattern (p = 0.000), Hypertension (p = 0.036). In logistic regression analysis is known that diet pattern is the most influencing factor in end stage renal disease in type 2 DM patient ( p = 0,008). It's recommended that nurses develop a nursing care standardization focused on preventif effort to prevent complication, especially end stage renal disease.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi
Abstrak :
ABSTRAK
Gagal ginjal terminal merupakan kondisi ketika ginjal hanya berfungsi dibawah 15 % sehingga ginjal tidak dapat menyaring sisa metabolisme tubuh dalam darah. Salah satu cara untuk menggantikan fungsi ginjal adalah dengan melakukan hemodialisis atau cuci darah. Prosedur hemodialisis merupakan prosedur yang menyakitkan dan menimbulkan distres. Apabila pasien tidak mampu melakukan coping, maka mereka akan mengalami kecemasan ketika akan melakukan hemodialisis.

Kecemasan biasanya timbul karena simtom fisiologis yang dirasakan serta pikiran-pikiran negatif yang menyertai prosedur hemodialisis. Kecemaan dapt mempengaruhi pengobatan hemodialisis yang diberikan kepada pasien. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Small N design dengan mengukuran pre dan post intervensi untuk melihat perubahan tingkat kecemasan yang dirasakan, Pengukuran dilakukan dengan melihat perubahan subjetive unit of distress sebelum dan setelah intervensi.

Tiga partisipan yang menjalani intervensi dengan pendekatan Kognitif perilaku ini melaporkan penurunan tingkat kecemasan mereka. Simtom fisiologis yang menyertai kecemsan dapat secara langsung diatasi dengan relaksasi progresif. Partisipan juga mengalami perubahan kognisi mengenai prosedur hemodialisis melalui edukasi dan teknik restrukturisasi kognisi. Salah satu partisipan yang melaporkan penurunan yang tidak terlalu besar dan masih menunjukkan simtom kecemasan dalam menghadapi hemodialisis. Hal tersebut didiuga karena masih adanya asumsi yang salah mengenai hemodialisis, dependensi dan perhatian yang didapatkannya ketika ia sakit, serta kurangnya kepatuhan partisipan dalam menjalani latihan.
Abstract
End-Stage renal disease is a health condition where the kidney could only perform less than 5 percent of its function. This Kidney failure process is progressive and irreversible. When kidney couldn?t perform its function, they may held hemodialysis procedure as a substitiution. Hemodialysis may be a distressing procedure for patient. Dependency to machine for a life support could bring patient feeling of helplessness. Hemodialysis is painfull procedure. Patient have to adapt their life styles, change in daily activities, and control their dietary habit. Inabilities to adapt with treatment regiment may result in psychological distress. Patients may feel anxious especially prior to hemodialysis procedure.

Patients said that anxiety prior to hemodialysis may effect patients? quality of life. Increase in anxiety prevent them from finishing the procedure even they could not held hemodialysis at all. Increase of anxiety may be caused by physiology symtoms and negative asumtion related to hemodialysis procedure. In this research, I provide intervention with Cognitive-Behavior approach for 3 (three) patients with anxiety. This study use small-N design, with pre and post measurement. There are pre-tests, and post-tests assessment to show clear changes in anxiety level for each participant. Changes in anxiety level are assessed by changes in subjective unit of distress, interviews, and observation.

All participants experienced decreased levels of anxiety. Physiological symptoms are eliminated directly after patients applied progressive relaxations. Patients also showed changes in cognitive level after recognizing negative thought and cognitive restructuring sessions. One of the participant experienced lower therapy effect compared to the other two participants, presumably due to negative assumption related to hemodialysis procedures, dependency with caregiver, nature of problems, and failure to adher with the assignment and therapy techniques in daily lives.
2012
T31018
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Nova Romaida
Abstrak :
ABSTRAK
Gagal ginjal terminal adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Salah satu terapi pengganti ginjal yang dilakukan adalah hemodialisis. Bagi pasien hemodialisis sangat lah penting untuk melakukan pengelolaan cairan dalam mencegah hipo/hipertensi, sesak, oedem, dan lainnya. Hal tersebut harus didukung oleh perawat dengan memberikan edukasi kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif sederhana dengan menggunakan analisis univariate analisis deskriptif . Selanjutnya pengambilan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka yang dibagikan kepasa pasien hemodialisis. Analisis penelitian ini adalah univariat yang merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Teknik pengambilan sampel adalah metode Non ndash; Random Sampling dengan tehnik Quota Sampling yaitu 65 orang berdasarkan kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan cairan yang telah dilakukan oleh pasien hemodialisis sudah baik. Perawat harus mempertahankan bahkan meningkatkan kembali dalam memberikan edukasi kesehatan agar tetap menciptakan pengelolaan cairan yang baik kepada pasien yang melakukan hemodialisis. Kata Kunci : gagal ginjal terminal, edukasi kesehatan, pengelolaan cairan pasien hemodialisis.
ABSTRACT
End Stage Renal Disease is The pathophysiologic process with diverse etiology, resulting in a progressive decline in renal function. One of renal replacement therapy does is hemodialysis. For patients on hemodialysis is so important to the management of fluids in preventing the occurrence of such a state of excess fluid volume hypo hypertension, tightness, edema, and others. It must be supported by a nurse to provide health education. This research was a simple descriptive using univariate analysis descriptive analysis . Furthermore data collection was obtained through a questionnaire distributed an open question revelation of hemodialysis patients. Univariate analysis of this research was that an analysis of each variable declared by describing and summarizing the data in a scientific manner in the form of tables or graphs. The sampling technique was the method of non random sampling with quota sampling technique with 65 peoples based on inclusion criteria. These results showed that the management of fluid that has been done by hemodialysis patients is good. Nurses should maintain and even increase back in providing health education in order to keep creating good fluid management to patients who do hemodialysis. Keyword End Stage Renal Disease, Management Fluid, Health Education
2015
S70089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhany Nugraha Ramdhany
Abstrak :
Sistem urinari hewan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu sistem urinari bagian atas dan sistem urinari bagian bawah. Ginjal yang merupakan bagian dari sistem urinari memiliki 2 fungsi penting, yaitu filtrasi dan reabsorpsi. Dalam mendiagnosis penyakit yang diderita hewan pada sistem urinarinya terdapat beberapa kendala. Pada penelitian ini, dikembangkan model untuk mendiagnosis gangguan sistem urinari pada anjing dan kucing dengan menggunakan algoritma VFI 5 berdasarkan gejala klinis (terdapat 37 feature) dan pemeriksaan laboratorium (39 feature). Percobaan dilakukan baik pada feature gejala klinis dan juga pada feature pemeriksaan laboratorium. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa akurasi rata-rata sebesar 77,38% untuk percobaan dengan feature gejala klinis, dan 86,31% untuk percobaan dengan feature pemeriksaan laboratorium. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa dalam mendiagnosis penyakit dalam sistem urinari, pemeriksaan laboratorium masih sangat dibutuhkan dalam menentukan hasil diagnosis suatu penyakit.
[Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, IPB. Departemen Ilmu Komputer], 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meiliani
Abstrak :
ABSTRAK Penyakit gagal ginjal terminal mengharuskan pasien menjalani hemodialisis dengan sejumlah penyesuaian gaya hidup seperti diet dan pembatasan asupan cairan yang memunculkan berbagai pikiran dan perasaan negatif. Kebanyakan pasien berusaha menghindari ataupun denial dengan perilaku melanggar diet yang mengarahkan berbagai komplikasi medis. Untuk meningkatkan kepatuhan diet, diusulkan teknik intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Kekuatan dari intervensi ini adalah tujuannya yang membuat individu menyadari segala pengalaman negatif tanpa berusaha menghindari/menghilangkan. Hal ini membuat individu lebih menyadari hal yang penting untuk mengarahkan pada hidup yang bermakna dan penggunaan strategi yang efektif dalam masalah diet. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject design dengan purposive sampling pada tiga pasien gagal ginjal. Pada pelaksanaannya, satu partisipan yang dapat menyelesaikan sesi. Hasilnya menunjukkan peningkatan partisipan dalam menyadari pengalaman negatif dari diet dan tampak usaha mengatur asupan minum. Walaupun demikian, pengukuran kuantitatif tidak menunjukkan perubahan signifikan pada perilaku kepatuhan diet dan asupan cairan.
ABSTRACT End-Stage Renal Disease (ESRD) patients have to follow hemodialysis with some life changes as dietary and fluid restriction that emerges some negative thoughts and emotions. Patients used to solve this problems by avoid or denial in non-adherence behaviors. These behaviors cause some health problem and make problem getting worse. To overcome this problem, it is used Acceptance and Commitment therapy. Strength of this intervention is accepts and aware all of experience (thoughts, emotions, memories, bodily sensations) without avoid it. So, patient can aware values that compass to do meaningful life and choose better strategies for dietary and fluid restriction problems. This study used single subject design and purposive sampling with 3 ESRD patients. Only one participant that completing the sessions and reported increased awareness to dietary negative experiences without avoidance it. He also showed efforts to controlled fluid consumptions. Nevertheless, quantitative measurement showed no significant changes in dietary and fluid adherence behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T36863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>