Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marielle Nabila Putri Setiawan Latief
Abstrak :
Jepang terkenal luas dengan layanan terpuji yang dapat ditemukan di setiap bisnis, terlepas dari apakah pelanggannya adalah tamu lokal atau tamu asing. Layanan khusus ini disebut ‘Omotenashi’, istilah yang berasal dari kata ‘motte’ yang berarti memegang dan ‘nashi’ yang berarti tidak ada, diringkas menjadi memberikan layanan terbaik tetapi 'tidak menerima' sebagai balasannya. Anime Isekai Shokudou bercerita tentang restoran ajaib dengan pintu yang terbuka ke dunia lain. Restoran tersebut menyediakan makanan untuk manusia dan makhluk di dunia lain setiap hari Sabtu saat pintu dibuka, dengan omotenashi sebagai layanannya. Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis representasi omotenashi dalam anime Isekai Shokudou dengan menggunakan teori Abdulellah Al-alsheikh tentang 3 elemen yang dimiliki omotenashi yaitu Shitsurai yaitu lingkungan fisik omotenashi dilakukan, Furumai berarti kegiatan omotenashi tersebut, dan Shikake adalah reaksi atau timbal balik pelanggan. Penelitian ini akan menggunakan analisis metode kualitatif. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya omotenashi yang ditampilkan di anime Isekai Shokudou sesuai dengan 3 elemen omotenashi, dan ditampilkan di keseluruhan anime. ......Japan is widely known for commendable service that can be found in every kind of business, regardless if the customer is a local guest or a foreign guest. This special kind service is called ‘Omotenashi’ a term that derives from the word ‘motte’ meaning to hold and ‘nashi’ that mean none, summarized as to give the best of service but ‘take none’ in return. Isekai Shokudou anime tells about a magical restaurant with a door that opens to another world. The restaurant provide foods for people and creatures on the other world every Saturdays when the door opens, with omotenashi as its service. In this paper, the author will analyze the representation of omotenashi in the anime Isekai Shokudou by using Abdulellah Al-alsheikh's theory about the 3 elements that omotenashi has, namely Shitsurai which is the physical environment the omotenashi is carried out, Furumai means the omotenashi activity itself, and Shikake being the customer's reaction or feedback. This research will be using a qualitative method analysis. Results and conclusions of this study is the Omotenashi culture that is shown in the anime Isekai Shokudou corresponds to the 3 elements of Omotenashi, and it is shown in the entirety of the anime.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Maharani
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai analisis konsep omotenashi dalam film serial Izakaya Bottakuri menggunakan konsep omotenashi dari Ichijou. Izakaya Bottakuri bercerita tentang ketangguhan seorang perempuan yang bernama Mine yang harus hidup mandiri bersama sang adik yang bernama Kaoru dalam menjalankan bisnis di kedai kecilnya. Di dalam film serial ini, terdapat unsur-unsur omotenashi dari tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk penampilan, perilaku, dan tutur kata dalam film serial Izakaya Bottakuri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan kata-kata dan perilaku tokoh. Hasil analisis dari penelitian ini ditemukan tiga bentuk omotenashi yaitu bentuk penampilan, bentuk perilaku,dan bentuk tutur kata. Dalam bentuk penampilan, tokoh selalu menjaga penampilan kedai dengan selalu dibersihkan, memakai pakaian rapih dalam menjaga penampilan, dan memerhatikan penampilan makanan yang akan dihidangkan. Dalam bentuk perilaku, tokoh melakukan ojigi di hadapan tamu, senyum, dan tindakan profesional. Dalam bentuk tutur kata, tokoh menggunakan bahasa sopan dan tidak lupa mengucapkan aisatsu. ......This study discusses the analysis of the omotenashi concept in the Izakaya Bottakuri film series using the omotenashi concept from Ichijou. Izakaya Bottakuri tells the story of the resilience of a woman named Mine who has to live independently with her sister named Kaoru in running a business in her small restaurant. In this film series, there are elements of omotenashi from the actions taken by the characters. The purpose of this study is to describe the form of appearance, behavior, and speech in the Izakaya Bottakuri film series. This study uses a qualitative research method that produces the words and behavior of the characters. The results of the analysis of this study found three forms of omotenashi, namely the form of appearance, form of behavior, and form of speech. In the form of appearance, the character always maintains the appearance of the shop by always being cleaned, wearing neat clothes in maintaining the appearance of the character, and paying attention to the appearance of the food to be served. In the form of behavior, the character performs ojigi in front of guests, smiles, and acts professionally. In the form of speech, the characters use polite language and aisatsu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Denisa Larasati
Abstrak :
Omotenashi dalam masyarakat Jepang merupakan suatu bentuk kebudayaan yang umum ditemukan, terutama pada bisnis ryokan dan restoran. Meskipun kerap disebut sama dengan hospitality, namun omotenashi dapat dipahami sebagai konsep yang berbeda karena kental dengan unsur sejarah dan budaya masyarakat Jepang. Tulisan ini bertujuan untuk melihat penerapan omotenashi yang merupakan budaya Jepang pada restoran otentik Jepang yang berada di luar Jepang yaitu Miu Authentic Japanese Dining Indonesia. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dan kualitatif dengan cara observasi, wawancara serta membaca pustaka yang relevan dengan penelitian, lalu dianalisis dengan konsep omotenashi dari Al-alsheikh (2014) dan didukung oleh konsep omotenashi oleh Ichijou (2015). Analisis yang dilakukan menghasilkan temuan bahwa 1) pada Miu Authentic Japanese Dining dapat ditemukan implementasi omotenashi yang menjadi sebuah bukti bahwa omotenashi dapat diterapkan di negara selain Jepang; 2) penerapan omotenashi di Miu Authentic Japanese Dining terdapat hambatan dari segi sumber daya manusia yang sebagian belum sadar akan pentingnya omotenashi dan perbedayaan budaya antara Jepang dan Indonesia. Studi kasus Miu Authentic Japanese Dining dapat menjadi pertimbangan untuk membuktikan kebudayaan Jepang yaitu omotenashi dapat diaplikasikan di luar negara asalnya dalam wujud bisnis restoran di Indonesia. ......Omotenashi is a form of culture that is commonly found in a Japanese Society, especially in ryokan and restaurant businesses. Even though it is often referred to as hospitality, omotenashi can be understood as a different concept because it is firmly rooted with historical and cultural elements of Japanese society. This paper aims to look at the application of omotenashi which is Japanese culture in authentic Japanese restaurants outside of Japan, namely Miu Authentic Japanese Dining in Indonesia. The method used in this study is a descriptive and qualitative study by means of observation, interviews and reading literature relevant to the research, then analyzed with the concept of omotenashi from Al-alsheikh (2014) and supported by the concept of omotenashi by Ichijou (2015). The analysis carried out resulted in the findings that 1) in Miu Authentic Japanese Dining one can find the implementation of omotenashi which is proof that omotenashi can be applied in countries other than Japan; 2) the application of omotenashi in Miu Authentic Japanese Dining has obstacles in terms of human resources, some of whom are not aware of the importance of omotenashi and the cultural differences between Japan and Indonesia. The case study of Miu Authentic Japanese Dining can be considered to prove that Japanese culture, namely omotenashi, can be applied outside its home country in the form of a restaurant business in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Azzahra Maheda
Abstrak :
Omotenashi pada masyarakat Jepang merupakan suatu bentuk kebudayaan umum yang banyak ditemukan, terutama pada restoran dan ryokan. Omotenashi sering disebut dengan Hospitality, namun Omotenashi sendiri dapat dipahami sebagai konsep yang memiliki tujuan khusus untuk mencapai kesetaraan dalam tatanan masyarakat. Tulisan ini bertujuan untuk melihat budaya Omotenashi bagi penyandang disabilitas dalam transportasi publik kereta Jepang yang disediakan oleh penyedia jasa yaitu Japan Railways atau JR. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka untuk memperoleh data dan referensi melalui media elektronik yaitu buku, artikel jurnal, situs web, keterangan pers dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang. Selain sumber yang telah disebutkan, penulis juga mengambil data dari penelitian terdahulu yang berbentuk tesis dan disertasi. Lalu dianalisis dengan konsep Omotenashi dari Hattori (2008), Al-alsheikh (2014) dan Morishita (2021). Analisis yang dilakukan menghasilkan temuan bahwa bentuk Omotenashi dapat mencapai kesetaraan dan keadilan sebagai penumpang penyandang disabilitas di JR. ......Omotenashi in Japanese society is a common form of culture, especially in restaurants and ryokan. Omotenashi is often referred to as hospitality, but Omotenashi itself can be understood as a concept that has a specific goal to achieve equality in society. This paper aims to look at the culture of Omotenashi for people with disabilities in Japanese train public transportation provided by the service provider, Japan Railways or JR. The method that will be used in this research is a literature study to obtain data and references through electronic media, namely books, journal articles, websites, press statements in Indonesian, English and Japanese. In addition to the sources mentioned, the author also took data from previous research in the form of theses and dissertations. Then analyzed with the Omotenashi concept from Hattori (2008), Al-alsheikh (2014) and Morishita (2021). The analysis produced findings that the Omotenashi form can achieve equality and justice as a passenger with a disability on JR.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library