Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermawan Ong
"ABSTRAK
Permintaan akan minyak goreng di Indonesia meningkat dan tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomo yang semakin baik dimana minyak goreng merupakan produk yang demand elastis. Jenis minyak goreng yang beredar di Indonesia pada umumnya terdiri dari 2 jenis mayoritas, yaitu minyak goreng sawit dan minyak goreng kelapa.
Keterbatasan bahan baku Copra dan juga biaya produksi yang Iebih tinggi menyebabkan kelapa sawit merupakan produk substitusi yang semakin menarik, hal ini juga didukung oleh pemerintah mdalui Departemen Pertanian dan Direktorat Perkebunannya dimana perluasan areal perkebunan sedang di intensifikan.
Untuk meningkatkan nilai tambah dan CPO (crude Palm oil), pemerintah melalui anak perusahaannya PT. Agro Industri Nusantara (Agrintara) ingin mengajak pihak swasta untuk mengembangkan industri hilir seperti minyak goreng sawit, stearin, steanic acid, marganin dan Iainnya.
Sebuah perusahaan swasta tertarik untuk bekerja sama dengan PT. Agrint ara untuk mendinikan pabnik pengolahan minyak goreng sawit di Dumai. Sehubungan dengan rencana kerja Sama ini, studi kelayakan dipersiapkan untuk menilai kelayakan dan pendirian pabrik ini, sehingga management dan kedua be)ah pihak dapat mengambil keputusan yang tepat.
Hasil dari studi kelayakan ini menunjukan proyek pendirian pabrik pengolahan minyak goreng sawit Layak untuk dilaksanakafl dan dipertimbangkari lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirno
"ABSTRAK
Pada riset ini dilakukan studi pembuatan gemuk bio ramah lingkungan, melalui proses saponifikasi-pelarutan-kristalisasi-homogensasi. Minyak-dasar yang digunakan adalah olein sawit yang dimodifikasi, untuk meningkatkan ketahanan oksidasinya. Sebagai pengental adalah sabun logam-12-hidroksistearat. Dari studi ini diketahui bahwa preparasi minyak-dasar, yaitu modifikasi olein sawit menjadi pelumas bio yang memiliki gugus-gugus polar (epoksida -COC, hidroksida -OH, ester -COOC-), sangat penting dalam proses pembuatan gemuk bio. Gugus-gugus tersebut menjadikan gemuk bio memiliki performa pelumasan yang melampaui performa gemuk mineral. Gemuk bio dengan konsistensi NLGI2 (tingkat kekerasan gemuk multiguna) dapat diperoleh pada komposisi sabun 10-15 % dengan dropping point 200 oC untuk gemuk litium dan 110 oC untuk gemuk kalsium. Penggunaan pengomplek Ca-asetat menghasilkan gemuk kalsium kompleks dengan dropping point 300oC pada komposisi sabun total 15% dan rasio mol Ca-asetat/Ca-12-hidroksistearat 5:1. Gemuk bio yang diperoleh dihomogenisasi melalui metode pengadukan (2-pengaduk-turbin yang berputar berlawanan arah).

ABSTRACT
This research studies the manufacturing of eco-friendly biogrease via saponification-dilution?recrystallization-homogenization process. The base oil for the biogrease is prepared by modification of palm olein via esterification-epoxidation-addition process to improve its oxidation stability. The thickening agent for the biogrease is metal-12-hydroxystearate soap. From this study it was found that the preparation of base oil through modification of palm olein into biolubricant containing polar groups (-COC, -OH, -COOC-) is important step in the manufacturing process of biogrease. The biogrease NLGI2 (consistency level of multipurpose grease)) can be obtained when soap composition is 10-15 % with dropping point of 200 oC for lithium biogrease and 110 oC calcium biogrease. The use of acetic acid as complexing agent for the calcium grease can significantly improve its dropping point to 300oC at ratio mol Ca-asetat/Ca-12-hydroxystearate 5:1 with total thickening agent 15%. The biogrease is homogenized by mixing method (2-turbin rotated in the opposite direction)."
Depok: 2011
D1179
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rekso Priyohutomo
"Tesis ini membahas pengaruh Investasi Kontrak Berjangka komoditi emas dan olein pada Bursa Berjangka Jakarta terhadap tingkat pengembalian indeks sektoral pertambangan dan pertanian. Penelitian ini juga mencari pengaruh investasi kontrak berjangka tersebut dengan return saham-saham perusahaan yang memproduksi olein dan emas. Perkembangan investasi pada kontrak berjangka pada tahun 2010-2011 serta investasi pada pasar modal yaitu saham mendorong investor untuk mencari alternatif investasi yang menguntungkan. Pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan investasi pada obligasi pemerintah menjadi faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan seorang investor dalam menanamkan dananya.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskripsi dan regresi berganda, dan sampel dari penelitian ini adalah data kontrak berjangka komoditas olein dan emas pada Bursa Berjangka Jakarta dan saham-saham yang berhubungan dengan emas dan olein. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengembalian kontrak berjangka emas dan olein tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian indeks sektoral pertambangan dan pertanian, hasil yang sama didapatkan juga untuk pengaruh return kontrak berjangka terhadap saham-saham perusahaan yang memproduksi emas dan olein yaitu ANTM, AALI, LSIP, SMAR, dan SGRO.
Hasil penelitian juga menunjukan inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pengembalian indeks sektoral serta tingkat pengembalian saham-saham perusahaan yang memproduksi emas dan olein. SBI hanya berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengembalian sektor pertambangan, Indeks Obligasi Pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pengembalian indeks pertambangan dan pertanian serta saham ANTM. Saran untuk pihak bursa berjangka ialah peningkatan minat investor untuk melakukan investasi pada bursa komoditi emas dan olein, untuk penelitian selanjutnya hendaknya memasukan variabel lain yang dapat menunjukan hasil signifikan.

This thesis discusses the influence of investment gold and commodity futures contracts on the Jakarta Futures Exchange on the return the index of mining and agricultural sectors. This study also learned about the influence of an investment contract with the return of stocks and gold producing olein. The development of investments in futures contracts in the year 2010-2011 as well as capital investment in the stock markets prompted that investors to seek alternative investmentsn. The effect of inflation, interest rates SBI, and investment in government bonds into the factors that may be considered an investor in the implanting funds.
This study is a quantitative study with descriptions and multiple regression methods, and samples of this study is the commodity futures contract data olein and gold on the Jakarta Futures Exchange and stocks related to gold and olein. The results of this study found that the rate of return on gold futures contracts and olein had no effect on rate of return on the index of mining and agricultural sectors, the same result is also obtained for the influence of futures returns on shares of companies that produce gold and olein is ANTM, AALI, LSIP, SMAR, and SGRO.
The results also show that inflation have no effect on the variable rate of return and returns the index of sectoral shares of companies that produce gold and olein.SBI only significant negative effect on the return of mining sector, the Government Bond Index a positive significant effect on the return the index of mining and agriculture and ANTM. Suggestions to the futures market exchange is to attract interest of investors to invest in gold and olein commodity, for further research should include other variables that can show significant results.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32238
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Iswara
"Asam azelat (1,7-heptanedicarboxilix acid, AZA) adalah suatu asam dikarboksilat yang memiliki aktivitas anti-rosacea dan anti-jerawat, contoh sediaannya FINACEA yang mengandung 15% AZA. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan asam azelat dalam bentuk sediaan mikroemulsi menggunakan pembawa olive oil dan palm olein. Asam azelat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi dengan konsentrasi 1% menggunakan pembawa olive oil dan palm olein dengan konsentrasi 3%. Ukuran partikel mikroemulsi AZA dalam pembawa olive oil adalah 15,08 nm, nilai indeks polidispersitas 0,345 dan pada pembawa palm olein adalah 19,59 nm, indeks polidispersitas 0,282 dan zeta poensial -15,6 mV dan -11 mV. Uji stabilitas fisik mikroemulsi AZA dilakukan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (29±2oC) dan suhu tinggi (40±2oC). Uji stabilitas fisik mikroemulsi AZA dalam pembawa olive oil dan palm olein tidak menunjukkan pemisahan fase pada setiap suhu penyimpanan. Jumlah kumulatif asam azelat yang terpenetrasi dalam formulasi mikroemulsi dengan pembawa olive oil adalah 6457,94±0,75% μg.cm-2 dan palm olein adalah 5399,57±2,32% μg.cm-2. Fluks dari mikormeulsi AZA dalam pembawa olive oil dan palm olein secara berturut-turut adalah 807,24±0,74% μg.cm-2.jam dan 674,95±2,32% μg.cm-2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan mikroemulsi dengan menggunakan pembawa olive oil bepernetrasi lebih banyak dibandingkan dengan mikroemulsi AZA dengan pembawa palm olein

Azelic acid (1,7-heptanedicarboxilix acid, AZA) is a dicarboxylic acid which has anti-rosacea and anti-acne activity, for example the preparation is FINACEA which contains 15% AZA. This research was conducted to formulate azelic acid in the form of a microemulsion dosage using olive oil and palm olein as a carrier. Azelic acid is formulated in a microemulsion preparation with a concentration of 1% of the carrier olive oil and palm olein with a concentration of 3%. The particle size of AZA microemulsion in olive oil carrier was 15.08 nm, the polydispersity index value was 0.345 and in the palm olein carrier was 19.59 nm, the polydispersity index was 0.282 and the zeta potential of -15.6 mV and -11 mV. The physical stability test of AZA microemulsion was carried out at three different temperatures, namely at low temperature (4±2o C), room temperature (29±2oC) and high temperature (40±2oC). The physical stability test of AZA microemulsion in olive oil and palm olein carriers did not show phase separation at any storage temperature. The cumulative amount of azelic acid penetrated in the microemulsion formulation with olive oil as a carrier was 6457,94±0,75% μg.cm-2 and palm olein was 5399,57±2,32% μg.cm-2. The flux of AZA micormeulsion in olive oil and palm olein carriers was 807,24±0,74% μg.cm-2.h and 674,95±2,32% μg.cm-2.h, respectively. Based on these results, it can be neglected that the microemulsion preparation with olive oil as the carrier penetrated more than the AZA microemulsion with palm olein as the carrier."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michella Puteri
"Deep Eutectic Solvent (DES) adalah pelarut ramah lingkungan yang tidak mudah menguap dan dapat digunakan sebagai pelarut ekstraksi untuk menghilangkan asam oleat dari minyak kelapa sawit. Ini disebabkan oleh rendahnya tingkat toksisitas dan tidak memengaruhi kandungan antioksidan dari minyak kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mencapai pemisahan yang efisien dari asam oleat dari minyak kelapa sawit dengan menyaring DES yang melarutkan asam oleat paling tinggi, menentukan kondisi optimal dalam proses pembekuan fraksional, dan menganalisis kandungan minyak kelapa sawit dalam DES menggunakan kromatografi gas serta kandungan DES dalam minyak kelapa sawit menggunakan metode titrasi Karl-Fischer. DES terbaik ditentukan dari hasil penapisan yang memiliki tingkat solubilitas tertinggi, yaitu kolin klorida (HBA) dan 1,2-oktandiol (HBD) dengan rasio molar 1:7 yang memiliki efisiensi ekstraksi sebesar 68,3%. Dalam proses pembekuan fraksional, sampel diuji dengan variasi suhu pendinginan sebesar 5°C, 10°C, dan 14°C. Dari hasil yang didapatkan, DES terbaik memiliki persentase recovery kandungan asam oleat dalam DES setelah pendinginan sebesar 53,33%.

Deep Eutectic Solvent (DES) is a non-volatile, environmentally friendly solvent that can be used as an extraction solvent to remove oleic acid from palm oil. This is due to its low toxicity and does not affect the antioxidant content of palm oil. This study aims to achieve efficient separation of oleic acid from RBD palm olein by screening DES that dissolves the highest oleic acid, determining the optimal conditions in the fractional freezing process, and analyzing the palm oil content in DES using gas chromatography as well as the DES content in palm oil using the Karl-Fischer titration method. The best DES was determined from the screening stage that had the highest solubility level, namely choline chloride (HBA) and 1,2-octanediol (HBD) with a molar ratio of 1:7 which had an extraction efficiency of 68.3%. In the fractional freezing method, the samples were tested with cooling temperature variations of 5°C, 10°C, and 14°C. From the results obtained, the best DES has a recovery percentage of oleic acid content in DES after fractional freezing of 53.33%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbartina Solikah
"Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia ke berbagai negara. Hasil fraksinasi utama minyak kelapa sawit yaitu palm stearin (fraksi padat) dan palm olein (fraksi cair). Pengembangan penggunaan palm stearin dan palm olein dibidang farmasi perlu dilakukan untuk meningkatkan manfaat dari minyak kelapa sawit, diantaranya dengan pembuatan Nanostructured Lipid Carrier (NLC). Medroksiprogesteron asetat yang merupakan salahsatu obat KB dipilih sebagai zat aktif yang dibuat dalam bentuk NLC, untuk mensukseskan program Keluarga Berencana. Tingkat putus pakai suntik KB 28%. Alasan wanita berhenti menggunakan alat KB diantaranya karena menginginkan metode yang lebih efektif. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian secara transdermal. Tetapi dalam pemberian secara transdermal, stratum korneum menjadi barrier terbesar untuk transpor obat ke dalam kulit. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan penetrasi obat ke dalam kulit dengan pembuatan medroksiprogesteron asetat dalam bentuk NLC. NLC dibuat dengan metode high shear homogenization (HSH) dan ultrasonikasi. Optimasi formula NLC dilakukan dengan membuat 3 variasi komposisi palm stearin : palm olein (7:3); (5:5);(3:7). Berdasarkan hasil optimasi, NLC dengan perbandingan palm stearin : palm olein (7:3) dipilih sebagai formula optimum dengan karakteristik ukuran partikel 110+0,49 nm, zeta potensial -27,53+1,13 mV, indeks polidispersitas 0,13+0,03 dan efisiensi penjerapan 98,39+0,006 %. NLC terpilih dibuat menjadi bentuk sediaan gel, dibandingkan dengan gel non NLC medroksiprogesteron asetat dan diuji secara in vitro menggunakan uji sel difusi franz. Berdasarkan hasil uji in vitro nilai fluks untuk NLC 285,81 ng/cm2.jam dan untuk gel non NLC 119,25 ng/cm2.jam. Jumlah kumulatif medroksiprogesteron asetat terpenetrasi untuk NLC 5461,66+679,1 ng/cm2 sedangkan untuk non NLC 2204,20+333,68 ng/cm2. Lag time untuk NLC 0,34 jam dan non NLC 2,73 jam. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa NLC medroksiprogesteron asetat mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan non NLC medroksiprogesteron asetat.

Crude palm oil is one of main commodities exported by Indonesia to many countries. The main fractions of palm oil are palm stearin (solid fraction) and palm olein (liquid fraction). The development of palm stearin and palm olein in the pharmaceutical sector needs to be carried out to increase the benefits of palm oil, this includes manufacture of Nanostructured Lipid Carrier (NLC). Medroxyprogesterone acetate, which is one of the injectable contraceptive drugs,was chosen as the active substance in the NLC, for the success of the Family Planning program. The discontinuation rate for KB injections is 28%. Some of the reasons why patients stop using family planning devices are because they want a more effective method. This problem can be treated with transdermal administration. However, in transdermal administration, stratum corneum is the biggest barrier for drug transport into the skin. This research was conducted to increase the penetration of the drug into the skin by forming medroxyprogesterone acetate to an NLC. NLC was made by high shear homogenization (HSH) and ultrasonication methods. The NLC optimization formula performed by making 3 variations of palm stearin composition: palm olein (7:3); (5:5); (3:7). Based on the optimization results, NLC with a ratio of palm stearin : palm olein (7:3) was chosen as the optimum formula with the characteristics of particle size 110+0.49 nm, zeta potential -27.53+1.13 mV, polydispersity index 0.13+0.03 and entrapment efficiency 98.39+0.006 % . The selected NLC was made into a gel dosage form, compared with non-NLC medroxyprogesterone acetate gel and tested in-vitro using the Franz diffusion cell. Based on the in-vitro test results, the flux value for NLC was 285.81 ng/cm2.hour and for non-NLC gel was 119.25 ng/cm2.hour. The cumulative amount of medroxyprogesterone acetate penetrated for NLC was 5461.66 +679.1 ng/cm2 while for non-NLC was 2204.20+333.68 ng/cm2. Lag time for NLC was 0.34 hours and non-NLC was 2.73 hours. Based on the research, it can be concluded that NLC medroxyprogesterone acetate has higher penetration than non NLC medroxyprogesterone acetate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Nurrahmi
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang memiliki kelarutan rendah dalam air. Pemberian natrium diklofenak secara oral memiliki efek samping pada saluran cerna, untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk mikroemulsi transdermal. Mikroemulsi merupakan sistem dispersi koloid yang terdiri dari fase air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Pada penelitian ini diformulasikan mikroemulsi natrium diklofenak dengan metode titrasi fase. Mikroemulsi yang jernih dan stabil dihasilkan dengan konsentrasi minyak 10%, Span 20 35%, Tween 80 30%, dan etanol 10%. Minyak yang digunakan yaitu palm olein yang dibandingkan dengan isopropil miristat. Evaluasi mikroemulsi dilakukan dengan mengukur diameter globul, tegangan antarmuka, bobot jenis, pH, viskositas, uji sentrifugasi, uji stabilitas fisik pada penyimpanan suhu 28±2o C, 4±2o C, 40±2o C, selama 8 minggu dan cycling test. Uji penetrasi natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan sel difusi Franz selama 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formulasi mikroemulsi stabil secara fisik selama penyimpanan dan uji penetrasi menunjukkan bahwa jumlah kumulatif natrium diklofenak pada formula dengan isopropil miristat sebagai fase minyak sebesar 259,6757 ± 70,4651 μg/cm2 dan palm olein sebesar 349,0782 ± 22,0396 μg/cm2.

Diclofenac sodium is a water poorly soluble anti-inflammatory drug. Oral administration of diclofenac sodium can irritate the gastrointestinal tract, to overcome this, diclofenac sodium was made in transdermal microemulsion dosage form. The microemulsion is a colloidal dispersion system that consists of water, oil phase, surfactant, and cosurfactant. In This study a clear and stable sodium diclofenac microemulsion was formulated by phase titration method using isopropyl myristate or palm olein as an oil phase 10%, Span 20 35%, Tween 80 30%, and ethanol 10%. The microemulsion was evaluated by measuring globule diameter size, interfacial tension, density, pH, viscosity, centrifugation test, physical stability test at 28±2oC, 4±2oC, 40±2oC, for 8 weeks, and cycling test. In vitro penetration of diclofenac sodium was examined using Franz diffusion cell for 8 hours. The results showed that the two microemulsion formulations remained physically stable during storage and the cumulative amount of diclofenac sodium penetrated form formulation containing isopropyl myristate and palm olein as the oil phase were 259.6757 ± 70.4651 μg/cm2 and 349.0782 ± 22.0396 μg/cm2"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Wisantyo
"Investasi merupakan faktor utama yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat ini telah ada alternatif lain selain bursa saham untuk investasi penanaman modal yaitu bursa berjangka. Bursa berjangka merupakan tempat dilakukannya transaksi kontrak berjangka. Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi kontrak berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.
Pada penulisan kali ini, yang dijadikan bahan penelitian adalah komoditi Olein dan Emas. Komoditi Olein merupakan produk turunan dari buah kelapa sawit, yaitu berasal dari daging buah sawit. Olein kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan komoditi emas adalah merupakan komoditi yang relatif mampu menghadapi guncangan pasar. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat menganggapnya sebagai produk yang relatif aman sebagai pilihan investasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan emas dan Olein sebagai bahan penelitian dalam penulisan ini adalah karena kedua produk tersebut telah memiliki volume perdagangan yang besar dibandingkan dengan komoditi CPO dan kopi robusta yang belum terlalu diminati oleh investor.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran sekaligus masukan tentang perbandingan antara investasi kontrak berjangka komoditi Olein dan komoditi emas di bursa berjangka ditinjau dari risiko dan tingkat pengembaliannya dengan menggunakan metode CAPM (Capital Pricing Asset Model). Oleh karena itu tulisan ini akan membandingkan nilai tingkat pengembalian dan risiko untuk komoditi emas dan olein dengan menggunakan metode CAPM, sebagai salah satu cara menentukan keputusan investasi pada sektor kontrak berjangka.
Dari hasil penelitian didapat bahwa, beta Olein dan emas nilainya hampir relatif sama, keduanya memiliki nilai yang positif dengan market, hanya perbedaan sedikit dalam sensitivitasnya dengan pasar. Beta Olein sebesar 0,18 sedangkan emas 0,29, yang menunjukkan bahwa komoditi emas lebih sensitif terhadap perkembangan harga pasar yang mungkin disebabkan karena komoditi emas adalah komiditi yang sudah dikenal oleh masyarakat. Namun jika dibandingkan return maka emas memiliki keunggulan dibandingkan komoditi olein. Jadi walaupun dari nilai beta yang relatif sedikit lebih sensitif namun return emas jauh lebih besar daripada Olein sehingga pemilihan investasi sebaiknya jatuh kepada pilihan komoditi emas.

Investment is one of major factor needed to run the economic growth. Currently, there are some alternatives other than stock exchange for fund investing such as futures market. Futures market is the locations in which futures contract transactions take place. Futures market is constructed with the aim to carry out the systematic, fair, efficient, and effective and transparency futures contract transactions.
For research purpose, this final paper uses Olein and Gold commodity. Olefin commodity is an inherited product from palm oil that originated from the flesh of palm. Olein commodity then can be used as raw material for fry oil, while gold commodity is such a kind of commodity that relatively could face market shock. This is due to most of people consider it as relatively safe product chosen as investment. In conclusion, the chosen of Olein and gold commodity as data research at this final paper is due to such products have high trade volume compared to other kind of commodity such as CPO and Robusta Coffee which is not preferred by many investor.
The objective of this final paper is to give description and also input for the comparison between futures contract of Olein commodity and gold commodity in futures market. The comparison is based on the risk and return by using CAPM (Capital Pricing Asset Model) method as one tool to determine investment decision in futures market sector.
The research result is that beta of Olein and gold have relatively the same number of beta where both have the positive number against market. There is only slightly difference in the sensitivity with market. Olein has beta by 0.18 while gold has 0.29 which describes that gold commodity is more sensitive against market price blooming which might be caused by gold commodity has been already well known by most of the people. However, if we compare to the return, then the gold commodity is superior to Olein. Although the beta is relatively less sensitive but the return of gold is bigger than Olein commodity, hence we can conclude that we better invest in gold commodity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Anggraini
"Rhodotorula minuta merupakan salah satu khamir oleaginous yang dapat mengakumulasi lipid dengan komposisi asam lemak tertentu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase lipid total, kelas lipid, dan komposisi asam lemak dari Rh. minuta UICC Y-154, UICC Y-156, UICC Y- 161, UICC Y-206, dan UICC Y-227 dari Cagar Alam Pulau Rambut dan Cagar Alam Muara Angke. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA-UI, Depok dan Laboratorium Bioproses Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor dari Januari hingga Agustus 2008. Kurva pertumbuhan menunjukkan bahwa kelima strain khamir memasuki fase stasioner untuk pemanenan biomassa pada waktu yang sama, yaitu pada jam ke-72.
Hasil ekstraksi tanpa alat Soxhlet dan dengan alat Soxhlet menunjukkan strain khamir Rh. minuta UICC Y-227 memiliki persentase lipid total tertinggi berturut-turut sebesar 18,62% dan 3,15% dari berat biomassa kering dibandingkan keempat strain khamir lainnya. Hasil analisis menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) memperlihatkan sampel lipid kelima strain khamir selalu menunjukkan adanya ergosterol, 1,2-diolein, dan triolein, sedangkan mono-olein dan 1,3-diolein tidak terdeteksi.
Hasil analisis komposisi asam lemak menggunakan kromatografi gas-cair (KGC) menunjukkan strain Rh. minuta UICC Y-154 mengandung asam laurat 0,14%, miristat 0,66%, palmitat 21,34%, stearat 0,19%, oleat 71,73%, dan linoleat 3,58%. Strain Rh. minuta UICC Y-156 mengandung asam laurat 0,04%, miristat 0,36%, palmitat 21,16%, stearat 0,14%, oleat 74,99%, dan linoleat 1,88%. Strain Rh. minuta UICC Y-161 mengandung asam miristat 0,70%, palmitat 22,89%, stearat 0,17%, oleat 71,83%, dan linoleat 3,38%. Strain Rh. minuta UICC Y-206 mengandung asam miristat 0,30%, palmitat 19,88%, stearat 0,16%, oleat 74,59%, dan linoleat 2,88%. Strain Rh. minuta UICC Y-227 mengandung asam miristat 0,49%, palmitat 19,05%, stearat 0,21%, oleat 75,61%, dan linoleat 3,21%. Strain khamir Rh. minuta UICC Y-227 menghasilkan asam linoleat tertinggi sebesar 74,65 mg/l dibandingkan keempat strain khamir lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S31509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Khan HN, Farooqi H, Ali S, Khan JS. 2010. Serum lipid profile and retinol in rats fed micronutrient rich edible vegetable oil blend. Nusantara Bioscience 2: 109-116. The animal rats were given 10% oil mixed in fat free diet for one month or six months. In the
experiment, the groups of rats were fed with the micronutrient (MN) rich blends mixed previously with 1% cholesterol, and their effects
were tested on serum lipid profile. Most significant changes in the High Dencity Lipoprotein (HDL) cholesterol were observed in onemonth
study where HDL increased from 24 mg/dl in group to 64 mg/dl in the Mustard palm olein oil blend (MP); in mustard oil (MO) alone fed rats, the HDL was 36 mg/dl. Serum retinol was analyzed as one of the important MN in rats receiving the diet mixed with the blend for various duration of time. The results assume great significance as MO or palm olein oil (PO) alone could not bring the maximum beneficial effects, and the blends appear to have more merit as health oils in alleviating adverse health condition such as coronary heart disease (CHD), diabetes, obesity and hypertension. "
570 NBS 2:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>