Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Kartika
Abstrak :
Studi terdahulu menunjukkan remaja cenderung memiliki intensi yang rendah untuk mencari bantuan profesional sekalipun berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Karakteristik unik perkembangan remaja dan konteks budaya juga menjadikan penelitian tentang faktor yang mendukung intensi mencari bantuan pada remaja di Indonesia penting untuk dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terkait mencari bantuan sebagai mediator dalam hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional setelah mengontrol usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sebelumnya. Sebanyak 254 remaja di Indonesia (M = 15.31 tahun) mengisi kuesioner secara daring, yakni Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Hasil studi menemukan bahwa sikap memediasi secara penuh hubungan antara distress disclosure dan intensi remaja mencari bantuan sekalipun usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling sudah dikontrol (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). Semakin tinggi distress disclosure, maka sikap remaja terkait mencari bantuan semakin positif. Sikap positif ini yang akan meningkatkan intensi remaja mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional. Temuan ini mengindikasikan pentingnya mempertimbangkan distress disclosure dan sikap terkait mencari bantuan dalam upaya meningkatkan intensi remaja di Indonesia untuk mencari bantuan kepada tenaga kesehatan mental profesional. ......Previous studies have shown that adolescents' intention to seek professional help tends to be low though they are at risk of having mental health problems. The uniqueness of adolescent development and the cultural context also make research about facilitating factors in Indonesian adolescents’ help seeking intention important to be explored. The current study aimed to investigate the role of mental help seeking attitude as a mediator between distress disclosure and adolescents’ intention to seek mental health professional help after controlling ages, gender, and previous counseling experiences. A total of 254 Indonesian adolescents (M = 15.31 years) filled out online questionnaires consisting of the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Distress Disclosure Index (DDI), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). The result found that attitude fully mediated the relationship between distress disclosure and adolescents' help seeking intention even after controlling the ages, gender, and counseling experiences (ab = .0783, 95%, BCa CI [0.0030, 0.1666]). The higher the distress disclosure, the more positive the help seeking attitude. The more positive attitude, the higher adolescents’ intention to seek help. The results indicate that to increase Indonesian adolescent’s intention to seek professional help, distress disclosure and mental help seeking attitude have to be considered.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenia Andita Putri
Abstrak :
Populasi remaja rentan mengalami masalah kesehatan mental (Gadagnoto dkk., 2022) dan ditemukan adanya kenaikan prevalensi gangguan kesehatan mental pada populasi usia remaja di Indonesia (Riskesdas, 2018). Riset menunjukkan bahwa intensi yang dimiliki untuk mencari bantuan kepada tenaga profesional masih rendah (Moen dkk., 2018; Barus, 2022). Salah satu faktor protektif remaja terhadap masalah kesehatan mental adalah dukungan sosial dan persepsi mereka terhadap ketersediaan sumber dukungan tersebut dari lingkungan sekitarnya dinilai penting. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional pada remaja SMA/sederajat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Pengukuran persepsi dukungan sosial menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional menggunakan Mental Help-Seeking Intention Scale (MHSIS) dilakukan kepada 144 partisipan remaja SMA/sederajat di Kota Bandung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial dan intensi mencari bantuan kesehatan mental profesional (r = 0,410, p < 0,01). ......The adolescent population is prone to experiencing mental health problems (Gadagnoto et al., 2022) and an increase in the prevalence of mental health disorders has been found in the adolescent population in Indonesia (Riskesdas, 2018). Research shows that the intention to seek help from professionals is still low (Moen et al., 2018; Barus, 2022). One of the protective factors for adolescents against mental health problems is social support and their perception of the availability of this source of support from the surrounding environment is considered essential. This research examined the relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention among high school adolescents in Indonesia. The research method used is a quantitative method with a correlational research design. Measuring perceived social support using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and mental health professional help-seeking intention using the Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS) was conducted on 144 high school adolescent participants in Bandung. The study found a positive and significant relationship between perceived social support and mental health professional help-seeking intention (r = 0.410, p < 0.01).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah Pradekso
Abstrak :
Tantangan di masa remaja berpotensi menimbulkan internalizing problem. Penting bagi remaja untuk mencari bantuan dari berbagai sumber yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan preferensi mencari bantuan dari sumber formal dan informal berdasarkan tingkat internalizing problem siswa SMP di Banyuwangi. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional pada 1.217 siswa (M = 13,52, SD = 1,04). Analisis independent samples t-test menunjukkan perbedaan preferensi mencari bantuan yang signifikan dari sumber formal, t(1215) = 2,271, p < 0,05 dan sumber informal, t(1215) = 3,681, p < 0,01 antara siswa dengan internalizing problem rendah dan tinggi. Siswa dengan internalizing problem rendah lebih cenderung mencari bantuan, baik dari sumber formal maupun informal. ......Challenges during adolescence can potentially cause internalizing problem. It is important for adolescents to seek help from all available sources. This study aims to look at differences in help-seeking preferences from formal and informal sources by the level of internalizing problem among middle school students in Banyuwangi. The study was conducted using a cross-sectional design on 1,217 students (M = 13.52, SD = 1.04). Independent sample t-test analysis showed significant differences in help-seeking preference from formal sources, t(1215) = 2.271, p < 0.05 and informal sources, t(1215) = 3.681, p < 0.01 between students with low and high internalizing problem. Students with low internalizing problem are more likely to seek help, both from formal and informal sources.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Windaningtyas Marmer
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan peran distres psikologis dan stigma keluarga terhadap sikap caregiver anggota keluarga penyandang skizofrenia dalam mencari bantuan profesional dan mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai pengalaman caregiver terkait sikap pencarian bantuan profesional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan penelitian metode campuran (mixed-methods research) dengan model sequential explanatory strategy. Terdapat 65 partisipan yang mengikuti penelitian kuantitatif dan selanjutnya tiga dari 65 partisipan diwawancarai secara kualitatif. Peneliti menggunakan alat ukur GHQ-12 (General Health Questionnaire-12), FSS (Family Stigma Scale), dan Skala Pencarian Bantuan Profesional, kemudian wawancara semi terstruktur. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan analisis regresi berganda dan secara kualitatif menggunakan analisis tematik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa distres psikologis dan stigma keluarga tidak dapat memprediksi secara signifikan sikap mencari bantuan profesional F(2, 62) = 2.733, p = 0.073; ∆R2 = 0.051. Adanya faktor lain, seperti literasi kesehatan mental, dukungan sosial, strategi koping, dan upaya dini pertolongan dinilai berhubungan dengan sikap perilaku mencari bantuan profesional. Melalui penelitian ini diharapkan tenaga profesional dapat melakukan pendampingan secara kontinyu pada kelompok caregiver yang paling berisiko. Mempertimbangkan untuk memberikan intervensi pada kelompok caregiver orang dengan skizofrenia episode psikotik pertama untuk mengurangi distres psikologis. Selain itu, psikoedukasi dapat diberikan ke masyarakat terkait dengan gangguan kesehatan mental dan manfaat bantuan profesional untuk mengurangi stigma.
ABSTRACT
This study aims to examine the role of psychological distress and family stigma on attitudes towards help-seeking behaviour among caregiver family member of patient with schizophrenia also explore caregiver experiences related to attitudes seeking professional help. The method used in this research was a mixed-methods research approach with a sequential explanatory strategy model. There were 65 participants who participated in the study and then three of 65 participants were interviewed further. Researcher used GHQ-12 (General Health Questionnaire-12), FSS (Family Stigma Scale), and Attitudes towards Help-seeking, then semi-structured interviews for qualitative data collection. The results of the study showed that psychological distress and family stigma did not significantly predict the attitudes towards help-seeking behaviour F(2, 62) = 2.733, p = 0.073; ∆R2 = 0.051. Based on qualitative results, factors such as mental health literacy, social support, oping strategy, and sequence of help-seeking were assumed have relation to attitudes towards help-seeking behaviour. It is important to professional provide continuous assistance to risky caregiver groups. Intervention to caregiver family member of patients with schizophrenia may be considered as a treatment to prevent psychological distress. Besides that, psychoeducation can be given to the community related to mental health disorders and the benefits of professional help to reduce stigma.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manumba, Ruliyani
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan jiwa berdampak terhadap individu dan keluarga yang dapat mengganggu fungsi keluarga dan membahayakan kesehatan serta kualitas hidup mereka. Keluarga memiliki peran penting bagi anggota keluarga dengan gangguan jiwa untuk mendapatkan bantuan kesehatan. Pencarian bantuan kesehatan berkaitan dengan Duration of Untreated Psychosis (DUP), yaitu jarak waktu episode awal hingga mendapatkan terapi yang adekuat. Keterlambatan dalam pencarian bantuan kesehatan menyebabkan DUP lebih lama yang berhubungan dengan tingkat gejala positif, pemulihan, fungsi kognitif dan sosial yang buruk sehingga mempengaruhi kualitas hidup selama perjalanan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman keluarga dalam mencari bantuan kesehatan bagi anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi yang melibatkan 13 partisipan. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Hasil penelitian didapatkan lima tema yaitu perubahan perilaku yang membahayakan sebagai pemicu mencari bantuan, dukungan sosial dan keterjangkauan memengaruhi pemilihan bantuan, keterbatasan pengetahuan dan finansial menjadi hambatan mencari bantuan, upaya optimal keluarga, kondisi negatif klien dan keluarga sebagai penyebab berhenti mencari bantuan. Hasil penelitian merekomendasikan diperlukannya pengembangan peningkatan pencarian bantuan yang efektif melalui pendidikan kesehatan pada keluarga dan masyarakat luas untuk menciptakan lingkungan dengan literasi kesehatan yang memadai. Pengembangan program intervensi juga perlu dilakukan setelah keluarga kontak dengan layanan kesehatan, yakni dengan meningkatkan komunikasi dan memberikan informasi yang adekuat pada keluarga untuk mempertahankan hubungan kolaboratif dengan keluarga
ABSTRACT
Mental disorders affect individuals and families which can disrupt family functions and endanger their health and quality of life. Family has an important role for family members with mental disorders to seeking help. Seeking help for health is related to the Duration of Untreated Psychosis (DUP), which is the interval from the initial episode to adequate therapy. Seeking help delays lead to longer DUP which is associated with levels of positive symptoms, recovery, poor cognitive and social functioning, thereby affecting quality of life throughout the course of the disease. This study aims to obtain an overview of family experiences in seeking help for their family members with mental disorders. The study design was qualitative with descriptive phenomenology approach involving 13 participants. Data were collected by indepth interview and analyzed using Colaizzi method. The results emerged five themes, which is violent behaviours changes as a trigger for seeking help, social support and affordability affecting the seeking help selection, the knowledge and financial obstacles to seeking help, optimal family efforts, negative conditions for clients and families as the cause of discontinue seeking help. This study recommends an effective way to increase seeking help behaviours through health education for families and the community to create an environment with adequate health literacy. The development of an intervention program also needs to be conducted after the family contacts with health services, namely by improving communication and providing adequate information to families to maintain collaborative relationships with families
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
Abstrak :
Layanan psikologis daring semakin berkembang dalam membantu remaja mencari bantuan profesional. Depresi yang dialami remaja merupakan faktor yang mempengaruhi remaja menggunakan layanan psikologis daring. Literasi kesehatan mental merupakan faktor yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui perannya dalam memfasilitasi remaja dalam mencari bantuan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran literasi kesehatan mental sebagai moderator antara gejala depresi dan intensi mencari bantuan psikologis pada remaja. Partisipan penelitian ini berusia 13-18 tahun dan memenuhi kriteria gejala depresi sesuai dengan alat ukur DASS-21. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen yaitu DASS-21 milik Lovibond & Lovibond (1995) untuk mengenali tingkat depresi remaja, yang itemnya telah diadaptasi oleh Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), Mental Health Literacy Scale (MHLS) milk O’Connor (2015) untuk mengukur literasi kesehatan mental yang itemnya telah diadaptasi oleh Pebruarini (2022), serta GHSQ milik Rickwood (2005) untuk mengukur intensi mencari bantuan psikologis yang dimodifikasi dalam konteks daring oleh Naila & Pebruarini (2022). Analisis moderasi dilakukan melalui program PROCESS dari Hayes v4.2 pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan mental memoderasi gejala depresi dengan intensi mencari bantuan psikologis daring. Dalam hal ini literasi kesehatan mental yang tinggi akan memperkuat remaja yang memiliki tingkat depresi yang tinggi dalam mencari bantuan psikologis daring. ...... Psychological Online Help Seeking is growing to help teenagers seek professional help. Depression can influence adolescents to use online psychological services. Mental health literacy needs further investigation to determine its role in facilitating adolescents seeking psychological assistance. This study aims to examine the role of mental health literacy as a moderator between depressive symptoms and the intention to seek psychological help in adolescents. The participants in this study were aged 13-18 years and met the criteria for depressive symptoms according to the DASS-21 measurement tool. Data collection used three instruments, namely DASS-21 from Lovibond & Lovibond's (1995) to identify the level of adolescent depression, whose items have been adapted by Novera, Wetasin, & Khamwong (2013), O'Connor's Mental Health Literacy Scale (MHLS) (2015) to measure mental health literacy whose items have been adapted by Pebruarini (2022), as well as Rickwood's online GHSQ (2005) to measure the intention to seek psychological assistance modified in an online context by Naila & Pebruarini (2022). Moderation analysis was carried out through the PROCESS program from Hayes v4.2 on SPSS. The results showed that mental health literacy moderated depressive symptoms with the intention to seek psychological help online. In this case, high mental health literacy will s
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Naila
Abstrak :
Gejala kecemasan umum dialami oleh remaja, dan data di Indonesia juga menunjukkan tingginya angka kecemasan pada remaja. Penting bagi remaja untuk mencari bantuan profesional jika terkait gejala kecemasan yang dialami. Penelitian menunjukkan bahwa perceived social stigma adalah salah satu penghambat utama bagi remaja yang mengalami kecemasan dalam mencari bantuan psikologis. Banyaknya bermunculan layanan psikologis daring sejak pandemi COVID-19 berlangsung, diindikasikan oleh penelitian sebelumnya dapat menjadi alternatif jenis layanan yang diakses oleh remaja. Diduga pada konteks layanan daring, hambatan utama yaitu perceived social stigma dapat teratasi. Meski demikian, belum ada penelitian yang menguji apakah perceived social stigma tetap memperlemah hubungan antara gejala kecemasan dan intensi mencari bantuan pada remaja. Pada penelitian ini, akan diuji hubungan ketiga variabel tersebut. Partisipan penelitian berjumlah 751 remaja berusia 13-19 tahun. Analisis moderasi menggunakan PROCESS Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari perceived social stigma. Ditemukan juga bahwa semakin tinggi gejala kecemasan, berhubungan dengan semakin tingginya intensi mencari bantuan profesional daring. Hasil ini menunjukkan potensi layanan daring untuk diakses oleh remaja dalam mengatasi gejala kecemasan. ......Anxiety symptoms is common in adolescent, and data in Indonesia shows anxiety prevalence in adolescent which is quite high. It is important for adolescent to seek professional help when in need. Research shows that perceived social stigma is a big barrier for adolescent to seek professional help. COVID-19 pandemic situation shows the increase in online professional help, and research indicates that online professional help can be an alternative for adolescent. It is assumed that in online context, barrier to seek help will diminish. However, there is no research yet in Indonesia that examine about the role of perceived social stigma in moderating anxiety symptom and intention to seek online professional help in adolescent. In this study, participants were 774 adolescents between the ages of 13-19 years. Moderation analysis using PROCESS Hayes showed that perceived social stigma did not moderate the relationship between anxiety symptoms and online help-seeking intention. In this study, it is also found that the increase in anxiety symptom is followed by an increase in intention to seek online professional help. This result shows that online professional help can be a great alternative for adolescent experiencing anxiety symptom.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutmainnah
Abstrak :
Masalah kesehatan mental pada remaja di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun tindakan mencari bantuan pada pihak profesional masih tergolong rendah. Diduga terdapat faktor lain yang menghambat intensi remaja untuk mencari bantuan pada pihak profesional ketika memiliki masalah. Sayangnya, penelitian mengenai faktor utama penghambat remaja mencari bantuan pada pihak profesional seperti stigma diri dan sikap terhadap tindakan mencari bantuan masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap sebagai mediator terhadap hubungan stigma diri dan intensi remaja untuk mencari bantuan profesional. Sebanyak 255 remaja Indonesia (laki-laki=57 dan perempuan=198) berusia 11-19 tahun (M= 15.31 tahun) menjadi partisipan dan mengisi serangkaian kuesioner meliputi Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH) dan Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Berdasarkan analisis mediasi ditemukan sikap memediasi secara penuh hubungan stigma diri dan intensi mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional. Semakin rendah stigma diri, maka sikap terhadap tindakan mencari bantuan pada pihak profesional semakin positif. Sikap yang positif selanjutnya akan meningkatkan intensi remaja meminta bantuan kepada pihak profesional. Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan perlu digencarkannya program psikoedukasi berkaitan dengan pentingnya merawat kesehatan mental untuk remaja untuk menurunkan stigma diri dan mendorong sikap positif dan intensi mencari bantuan pada tenaga profesional remaja meningkat. ......Mental health problems in adolescents in Indonesia are increasing from year to year, but the act of seeking professional help is still relatively low. It is suspected that other factors prevent adolescents from seeking professional help when they have problems. Unfortunately, research on the main factors inhibiting adolescents from seeking professional help such as self-stigma and attitudes toward seeking help is still minimal. This study aims to determine the role of attitude as mediator on the relationship bestween self-stigma and adolescents intention to seek professional help. A total of 255 Indonesian adolescents (boys = 57 and girls = 198) aged 11-19 years (M = 15.31 years) became participants. It filled out questionnaires including the Intention to Seek Counseling Questionnaire (ISCI), Self-Stigma of Seeking Help Scale (SSOSH), and Mental Help Seeking Attitude Scale (MHSAS). Based on the mediation analysis, it was found that the attitude of fully mediating the relationship of self-stigma and intention to seek help from professionals. The lower the self-stigma, the more positive the attitude towards seeking help from professionals. A positive attitude will further increase the intention of adolescents seeking help from professionals. The findings in this study need to be intensified with psychoeducational programs related to the importance of treating mental health for adolescents to reduce self-stigma, encourage adolescents positive attitudes, and increased intention ti seek help from proffesionals mental health.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Yustilira
Abstrak :
Masa transisi remaja yang penuh dengan tekanan membuat remaja rentan akan masalah kesehatan mental. Dampak buruk dari masalah kesehatan mental dapat bertahan hingga masa dewasa. Bantuan dari pihak profesional merupakan cara yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis, namun remaja cenderung enggan mencari bantuan kepada pihak profesional. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam berintensi mencari bantuan profesional, yaitu sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial. Sebanyak 253 remaja (196 perempuan, 57 laki-laki) yang berusia 11-19 tahun (M=15.31, SD=1.72) di Indonesia menjadi partisipan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan metode purposive sampling. Sikap terhadap pencarian bantuan profesional diukur dengan Mental Help Seeking Attitudes Scale, persepsi dukungan sosial diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support, dan intensi mencari bantuan profesional diukur dengan Intention to Seek Counseling Inventory. Pengolahan data menggunakan teknik regresi hirarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap pencarian bantuan profesional dan persepsi dukungan sosial dari figur signifikan memiliki pengaruh yang positif secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional, dengan variabel usia, jenis kelamin, dan pengalaman konseling dikontrol. Persepsi dukungan sosial dari keluarga maupun teman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi remaja mencari bantuan profesional. Implikasi dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program intervensi untuk guru dan pihak sekolah. ......The stressful adolescent transition period makes adolescents vulnerable to have mental health problems. The negative impact of mental health problems can last into adulthood. Help-seeking from professionals is the right way to deal with psychological problems, but adolescent tend to be reluctant to seek help from professionals. There are two factors that influence adolescents' intention to seek professional help, namely attitudes toward seeking professional help and perceived social support. A total of 253 adolescents (196 girls, 57 boys) aged 11-19 years (M=15.31, SD=1.72) in Indonesia participated in this study. This research is a quantitative research and data collected by online using purposive sampling method. Attitude towards seeking professional help was measured by the Mental Help Seeking Attitudes Scale, perceived social support was measured by the Multidimensional Scale of Perceived Social Support, and the intention to seek professional help was measured by the Intention to Seek Counselling Inventory. Data processing using hierarchical regression technique. The results showed that attitudes toward seeking professional help and perceived social support from significant others had a positive impact significantly on adolescents' intentions to seek professional help with controlling age, gender and counselling experience. Perceived social support from family and friends did not significantly influence the adolescent's intention to seek professional help. The implications of this research can be used for developing intervention programs for teachers and schools.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Andini
Abstrak :
Masalah kesehatan mental pada anak dapat menyebabkan dampak negatif pada kehidupan mereka jika tidak ditangani sedini mungkin oleh tenaga profesional Psikolog. Orang tua memiliki peran penting dalam mencari bantuan Psikolog untuk membantu menangani masalah pada anak, akan tetapi tidak semua orang tua memiliki intensi untuk mencari bantuan ke Psikolog. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap terhadap pencarian bantuan sebagai mediator hubungan antara efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan Psikolog untuk masalah pada anak. Partisipan dalam penelitian ini adalah 217 orang tua yang memiliki anak berusia 4 – 11 tahun. Berdasarkan analisis mediasi, ditemukan sikap orang tua terhadap pencarian bantuan memediasi secara penuh hubungan efikasi orang tua dan intensi mencari bantuan. Orang tua yang memiliki efikasi yang tinggi cenderung menunjukan sikap yang positif terhadap pencarian bantuan, sehingga meningkatkan intensi untuk mencari bantuan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membuat intervensi peningkatan efikasi orang tua sehingga orang tua memiliki sikap yang positif terhadap pencarian bantuan yang meningkatkan keinginan untuk mendapatkan penanganan yang efektif oleh Psikolog untuk masalah kesehatan mental pada anak. ......Mental health problems in children can have a negative impact on their lives if not treated as early as possible by psychologists. Parents have an important role in seeking help from psychologist to manage problems in children, but not all parents have an intention to seek help from psychologist. This study aims to determine the role of parents’ attitudes as a mediator between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention from psychologist's for children’s problems. Participants in this study were 217 parents who have children aged 4-11 years. Based on mediation analysis, it was found that parents' attitudes towards seeking help had a fully mediating role in the relationship between parenting self-efficacy and parents’ help seeking intention. Parents who have high efficacy tend to show a positive attitude towards seeking help, thus increasing the intensity of seeking help. The results of this study can be used to make interventions to increase parenting self-efficacy so that parents have a positive attitude towards seeking help which increases the intention to get effective treatment by psychologists for mental health problems in children.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>