Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Abdullah
"Koping tidak efektif merupakan salah satu masalah psikososial yang dapat muncul di ruang rawat umum pada klien dengan stroke. Koping merupakan cara yang digunakan oleh individu untuk merespons segala stressor yang muncul. Penggunaan koping yang maladaptif dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan menganalisis intervensi masalah keperawatan psikososial koping individu tidak efektif pada klien dengan stroke di ruang rawat Gayatri Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi. Hasil intervensi menunjukkan klien mampu memilih koping yang konstruktif baik berfokus pada masalah atau emosi, meliputi kontrol diri, mencari makna positif, dukungan sosial, dan modifikasi perilaku. Penulis merekomendasikan kepada rumah sakit agar membuat standar asuhan keperawatan yang berfokus pada masalah psikososial terutama koping tidak efektif.

Ineffective coping is one of the psychosocial problems that can arise in the outpatient room of the client with a stroke. Coping is a way used by individuals to respond to any stressors that arise. The use of maladaptif coping in the long term can affect the health conditions of individuals. This paper aims to analyze the intervention of psychosocial nursing problems of ineffective coping in client with stroke in the Gayatri room, Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Hospital. The results of the intervention showed the client was able to choose a good constructive coping focused on problems or emotions, including self-control, looking for positive meaning, social support, and behavior modification. The authors recommend to hospitals to make nursing care standards that focus on psychosocial issues especially ineffective coping."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmine Dyahputri
"Pendahuluan: Perawakan pendek merupakan masalah pertumbuhan yang banyak dijumpai di negara berkembang. Di Indonesia, prevalensi anak usia sekolah dasar dengan perawakan pendek mencapai 23,6% pada tahun 2018. Perawakan pendek pada anak dikaitkan dengan masalah psikososial yang diduga disebabkan oleh bullying, stigmatisasi, dan isolasi sosial yang dihadapi anak. Namun, penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik ini telah menghasilkan hasil dan angka yang bervariasi
tidak memadai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar. Metode: Rancangan penelitian potong lintang digunakan pada anak usia sekolah dasar di SDN 01 Kampung Melayu. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kelompok tinggi badan
anak dengan masalah psikososial hasil skrining menggunakan kuesioner PSC-17, yang menilai tiga subskala masalah perilaku (internalisasi, eksternalisasi, dan perhatian). Hasil: Prevalensi anak perawakan pendek di SDN 01 Kampung Melayu mencapai 15,28%. Prevalensi anak dengan masalah psikososial adalah 18,12% dan prevalensi anak perawakan pendek dengan masalah psikososial adalah 22,73%. Hasil analisis perawakan pendek pada masalah psikososial pada anak menunjukkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik, baik secara umum (p = 0,268), subskala internalisasi (p = 0,532), eksternalisasi (p = 0,400), perhatian (p = 0,414), dan skor total PSC-17 (p = 0,614). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara perawakan pendek dengan masalah psikososial pada anak usia sekolah dasar.
Introduction: Short stature is a common growth problem in developing countries. In Indonesia, the prevalence of primary school-age children with short stature reached 23.6% in 2018. Short stature in children is associated with psychosocial problems which are thought to be caused by bullying, stigmatization, and social isolation faced by children. However, previous studies dealing with this topic have yielded varying results and figures inadequate. Therefore, this study aims to determine the relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children. Methods: A cross-sectional study design was used on elementary school-aged children at SDN 01 Kampung Melayu. The study was conducted by comparing the height group Children with psychosocial problems were screened using the PSC-17 questionnaire, which assessed three behavioral problem subscales (internalization, externalization, and attention). Results: The prevalence of short stature children in SDN 01 Kampung Melayu reached 15.28%. The prevalence of children with psychosocial problems was 18.12% and the prevalence of short stature children with psychosocial problems was 22.73%. The results of the analysis of short stature on psychosocial problems in children showed a statistically insignificant relationship, both in general (p = 0.268), internalization subscale (p = 0.532), externalization (p = 0.400), attention (p = 0.414), and score total PSC-17 (p = 0.614). Conclusion: There is no significant relationship between short stature and psychosocial problems in elementary school-aged children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Raissa Andina
"Remaja kanker seringkali menghadapi kompleksitas psikososial yang sangat besar dan saat remaja tidak dapat beradaptasi dengan keadaannya tersebut, masalah psikososial rentan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah psikososial yang mungkin dialami oleh remaja dengan kanker. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional dengan metode pengambilan sampel consecutive sampling terhadap 46 responden remaja 10-18 tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden dan Pediatric Symptom Checklist 17 Bahasa Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden penelitian tidak mengalami masalah psikososial (78,3%) dan sebanyak 10 responden (21,7%) dicurigai mengalami masalah psikososial. Peneliti menyarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mungkin memiliki dampak pada masalah psikososial remaja dengan kanker.

Adolescents with cancer often face enormous psychosocial complexity and when adolescents cannot adapt to this situation, psychosocial problems are prone to occur. This research aims to find out and identify psychosocial problems that may be experienced by adolescents with cancer. The design of this research was descriptive cross sectional with a consecutive sampling method for 46 adolescent respondents aged 10-18 years at the Dharmais Cancer Hospital. The research instruments used were the respondent characteristics questionnaire and the Indonesian Pediatric Symptom Checklist 17. The data analysis used is frequency distribution and central tendency. The research results showed that the majority of respondents did not experience psychosocial problems (78,3%) and 2 respondents (21,7%) suspected of having psychosocial problems. Researchers suggest examining factors that may have an impact on the psychosocial problems of adolescents with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharine Mayung Sambo
"Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang pada pasien remaja di RSCM Jakarta pada bulan Juni 2018. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran masalah psikososial dan hubungannya dengan kepatuhan berobat remaja dengan infeksi HIV perinatal yang diukur dengan kuesioner. Terdapat 46 remaja usia 11-17 tahun yang mengikuti penelitian. Kebanyakan subyek masih bersekolah. Lebih dari setengah 58,7 sudah mengetahui status infeksi HIV mereka, dan 47,8 dianggap mandiri minum obat oleh orangtua atau pengasuhnya. Kebanyakan subyek memiliki setidaknya satu masalah di rumah, sekolah, kebiasaan makan, penggunaan obat/zat adiktif, atau keamanan diri, sementara 8,7 memiliki masalah seksualitas. Gejala emosional didapatkan pada 8,7 subyek, masalah perilaku pada 6,5 , hiperaktivitas pada 6,5 , masalah teman sebaya 6,5 , dan masalah total kesulitan pada 8,7 . Delapan puluh sembilan persen subyek memiliki skor perilaku prososial normal. Kepatuhan berobat tinggi pada 39,1 , sedang pada 37 , dan rendah pada 23,9 . Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan status infeksi atau masalah psikososial dan kepatuhan berobat.
This is a descriptive, cross sectional study in adolescent patients of RSCM Jakarta done in June 2018. The aim was to describe psychosocial problems and the associations with medication adherence in perinatally infected adolescents, measured by questionnaires. Forty six adolescents enrolled in this study. Most subjects still study at school. More than half 58.7 already know their HIV status, and 47.8 were considered independently adherent to their medication by parents or caregivers. Most subjects had at least one home, school, eating habit, drug substance use, or safety problems, and 8.7 had sexuality problems. Emotional symptoms were found in 8.7 subjects, conduct problems in 6.5 , hyperactivity in 6.5 , peer relationship problems in 6.5 , and total difficulties problems in 8.7 . Eighty nine percent subjects scored normal prosocial behavior. Medication adherence were high in 39.1 subjects, medium in 37 , and low in 23.9 . There were no significant associations between knowledge of infection status or psychosocial problems and medication adherence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmarni Hariira
"Masalah psikososial dapat terjadi selama periode perinatal, salah satunya adalah depresipostpartum. Depresi postpartum merupakan komplikasi psikologis yang dapat terjadipada 10 persen ibu postpartum di perkotaan. Pasien berusia 28 tahun dengan usiakehamilan 40 minggu mengalami ansietas pada masa kehamilan. Berdasarkan pengkajian,pasien memiliki beberapa faktor risiko depresi postpartum seperti status multigravida,ansietas dan riwayat masalah psikososial.
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untukmenganalisis asuhan keperawatan pada ibu dengan masalah psikososial melaluipemberian intervensi dukungan sosial selama periode perinatal untuk mencegah depresipostpartum.
Hasil analisis menggunakan kuesioner EPDS pada minggu keempat periodepostnatal menunjukan penurunan nilai EPDS dari 11 menjadi 7. Pemberian intervensidukungan sosial selama 7 minggu pada periode perinatal dapat menurunkan gejaladepresi postpartum. Selain itu, kolaborasi tenaga kesehatan untuk memberian dukungansosial dapat meningkatkan kesehatan mental ibu.

Psychosocial disorder may occur during the perinatal period, one of these is postpartumdepression. Postpartum depression is a psychological complication that affects 10 percentof postpartum mother in the urban area. A 28-year-old patient with 40 weeks gestationhas anxiety during pregnancy. Based on the assessment, patients had multiple risk factorsfor postpartum depression such as multigravida status, anxiety and history ofpsychosocial disorder.
The aim of this case study is to analyze nursing care in motherswith psychosocial disorder through providing of social support interventions in perinatalperiod to prevent postpartum depression.
The results of the analysis using the EPDSquestionnaire on the fourth week of the postnatal period showed a decrease in EPDSvalues from 11 to 7. Providing of social support interventions for 7 weeks during theperinatal period may decrease postpartum depression symptoms. In addition,collaboration of professional health to provide social support can improve mother's mental health
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Ayu Anggraini
"Coronavirus Disease 2019 menjadi krisis kesehatan masyarakat baru yang mengancam manusia. setiap orang semakin rentan mengalami gangguan psikososial. Penelitian yang dilakukan oleh Czeisler et. al (2020), pervalensi perempuan dewasa mengalami gangguan ansietas atau depresi lebih tinggi dari pada laki-laki, yaitu sebesar 31,5%. Termasuk ibu rumah tangga yang sebelum pandemi secara individu seorang ibu rumah tangga mengalami stress yang tergolong berat. Kejadian epidemi ini bukan hanya beresiko kepada tekanan psikologis, tetapi juga dapat berdampak dengan kesehatan fisiologis, termasuk kesehatan pencernaan . Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional untuk membuktikan adanya hubungan masalah psikososial dengan pola eliminasi fekal pada ibu rumah tangga selama masa pandemic Covid-19. Hasil yang diperoleh, terdapat hubungan masalah psikososial dengan frekuensi buang air besar (p = 0,019, α = 0,05), karakteristik feses (p = 0,029, α = 0,05), dan penggunaan obat laksatif (p = 0,006, α = 0,05). Namun, tidak menunjukan hubungan masalah psikososial dengan urgensi eliminasi fekal (0,464, α = 0,05). Oleh karena itu, perlu ada upaya pencegahan bertujuan untuk mengurangi dampak psikologis dan fisiologi dari masalah psikososial yang timbul akibat pandemi COVID-19 sejak dini agar tidak mengalami masalah patologis kejiawaan.

Coronavirus Disease 2019 is a new public health crisis that threatens humans. Everyone is increasingly susceptible to psychosocial disorders. Research conducted by Czeisler et. al (2020), the prevalence of adult women experiencing anxiety disorders or depression is higher than men, which is 31.5%. Including housewives who before the pandemic individually a housewife experienced severe stress. The occurrence of this epidemic is not only a risk of psychological distress, but can also have an impact on physiological health, including digestive health. This study is a quantitative method with a cross-sectional approach to prove the relationship between psychosocial problems and faecal elimination patterns in housewives during the Covid-19 pandemic. The results obtained, there is a the relationship between psychosocial problems with defecation frequency (p = 0.019, = 0.05), stool characteristics (p = 0.029, = 0.05), and use of laxative drugs (p = 0.006, = 0.05). However, it does not show the relationship between psychosocial problems and the urgency of faecal elimination (0.464, = 0.05). Therefore, the nneds of prevention aimed at reducing the psychological and physiological impacts of psychosocial problems arising from the COVID-19 pandemic from an early age so as not to experience mental pathological problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library