Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Tofani
Abstrak :
PENDAHULUAN
Penderita yang datang ke poliklinik gigi atau rumah sakit dengan anomali kongenital pada daerah oromaksilofasial khususnya celah bibir, pada umumnya mempunyai keluhan pada fungsi, estetika serta bicara. Keluhan ini pada tiap individu berbeda, ada yang sangat merasakan kelainan tersebut namun adapula yang tidak terlalu memikirkannya. Untuk mengatasi celah bibir, bukan tanpa hambatan atau komplikasi. Ada bermacam-macam komplikasi, diantaranya adalah yang disebut 'whistling', yang secara garis besarnya dapat diartikan suatu keadaan seperti orang bersiul. Dengan tehnik operasi yang makin disempurnakan, komplikasi 'whistling' ini sedikit demi sedikit diusahakan untuk diatasi.

Banyak metoda yang dipakai untuk merapihkan celah bibir, salah satunya adalah metoda 'flap triangular'. Metoda 'flap triangular' ini pun macam-macam pula tehniknya. Sebuah diantaranya adalah tehnik yang diajukan oleh Tennison. Bertolak dari tehnik dasar Tennison, kemudian telah banyak dilakukan modifikasi. Misalnya mulai dari titik pertemuan mukokutan (mucocutaneous junction) kearah sisi mukosa bibir ada yang membuat insisi garis lurus, serta adapula yang menggunakan insisi z-plasti.

Dalam tulisan ini akan dibandingkan kedua cara merapihkan celah bibir tersebut, yaitu yang menggunakan insisi garis lurus dan yang menggunakan insisi z-plasti.

Latar Belakang Masalah, Penderita yang membutuhkan tindakan merapihkan celah bibir, selalu menginginkan hasil yang terbaik. Akan tetapi sebelum tindakan dilakukan, penjelasan dan keterangan yang panjang lebar haruslah di berikan oleh operator, agar supaya penderita betul-betul memahami. Tanpa maksud untuk mengendurkan hasrat penderita, komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul harus diutarakan, termasuk 'whistling' tersebut. Pada umumnya diterangkan pula, kalau perlu, operasi kedua/sekunder dilakukan pada kesempatan berikutnya. Untuk mengurangi komplikasi, harus diusahakan merapihkan celah bibir dengan tehnik yang dianggap paling minimal komplikasinya.

Masalah, Untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pasca bedah serta merugikan bagi penderita, maka cara dan tehnik merapihkan celah bibir manakah yang sebaiknya dilakukan?
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wicaksono
Abstrak :
Sampai saat penelitian ini selesai ditulis, di Indonesia belum ada penelitian tentang parut hasil operasi labioplasti yang membandingkan antara pemakaian jahitan dengan benang absorbable polyglactin 910 yang diangkat 1 minggu pasca operasi, dengan jahitan dengan benang yang sama yang dibiarkan lepas sendiri (diserap). Perlakuan benang yang dibiarkan lepas sendiri telah dipraktekkan untuk efisiensi pada kegiatan-kegiatan operasi labioplasti masal yang bersifat sosial, untuk mengantisipasi pasien-pasien yang tidak bisa mendapatkan pertolongan pengangkatan jahitan. Metodenya: dibuat 2 golongan sampel pada pasien-pasien sumbing bibir satu sisi lengkap secara acak, yaitu golongan benang absorbable yang diangkat 1 minggu pasca operasi labioplasti, dan golongan benang absorbable yang tidak diangkat. Dilakukan operasi labioplasti di suatu Klinik Bedah, oleh satu operator, jahitan kulit menggunakan benang Vicryl ukuran 6-0, cutting, simple interrupting, teknik operasi labioplasti modifikasi dari Millard. Follow-up 1 minggu pasca operasi. Pada golongan benang yang diangkat dilakukan pengangkatan jahitan, sementara golongan benang yang tidak diangkat dibiarkan saja. Kepada orang tua pasien diberitahukan Cara merawat luka. Penilaian dilakukan pada saat pasien datang lagi untuk operasi palatoplasti, dilakukan dokumentasi foto pada parutnya, serta anamnesis orang tua pasien. Foto-foto tersebut secara acak dinilai oleh 6 orang penilai. Penilaian parut menggunakan sistirn skoring VAS (Visual Analogue Score) dan PASS (Photographic Assessment Scar Scale) dari Beausang, yang diadaptasi menjadi kriteria penilaian 'baik-sedang-buruk'. Uji analisis dengan tabel 2x3 dengan Chi Square Tests, dibantu software SPSS v10.05, p-value < 0,05 dianggap bermakna. Terdapat 43 orang pasien, usia 1 sampai 12 tahun, golongan benang yang diangkat 20 orang (46,51%) dan golongan benang yang tidak diangkat 23 orang (53,49%). Penilaian parut dengan skor VAS didapatkan kriteria parut `buruk' pada golongan benang yang tidak diangkat Iebih besar persentasenya dibanding golongan benang yang diangkat (21,74% berbanding 10%). Penilaian parut dengan skor PASS didapatkan kriteria parut 'buruk' pada golongan benang yang tidak diangkat lebih besar persentasenya dibanding golongan benang yang diangkat (7,25% berbanding 0,83%). Kesimpulannya, parut pada kulit pasca labioplasti, jahitan kulit menggunakan benang absorbable polyglactin 910 yang tidak diangkatldibiarkan lepas sendiri, lebih buruk daripada parut pada golongan benang tersebut yang diangkat. Sehingga disarankan pada kegiatan operasi labioplasti masal sosial, meskipun menggunakan benang absorbable pada jahitan kulit sebaiknya jahitan tersebut diangkat pasca operasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
Abstrak :
Jenis pneumonia virus baru ditemukan pada 31 Desember 2019 yang berasal dari Wuhan, Cina yang diberi nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). COVID-19 terutama menyerang sistem pernapasan yang dapat  menyebabkan gangguan pemenuhan oksigen ditandai dengan sesak napas dan penurunan saturasi oksigen. Masalah keperawatan utama yang ditemukan yaitu besihan jalan napas tidak efektif. Karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini bertujuan untuk menjabarkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan teknik pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada klien COVID-19 di ruang High Care Unit RS Universitas Indonesia. Pengukuran evaluasi dilakukan dengan menggunakan Pulse oximetry yang menunjukkan rata-rata peningkatan saturasi oksigen dari 94.75%  menjadi 96.75% selama lima hari perawatan. Sebagai  kesimpulan, pursed lips breathing diberikan untuk membantu mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan cara meningkatkan pengembangan alveolus pada setiap lobus paru sehingga tekanan alveolus meningkat, membantu mendorong secret pada jalan  napas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola napas menjadi normal. Oleh karena itu, hasil praktik ini dapat dijadikan acuan praktik keperawatan pada pasien COVID-19 dengan gangguan pemenuhan oksigenasi.

 


A new type of viral pneumonia was discovered on December 31, 2019 from Wuhan, China, which was named as Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). COVID-19 primarily attacks the respiratory system that can disruption fulfillment of oxygen characterized by shortness of breath and decreased oxygen saturation. The main nursing problem found is that the airway is not effective. The purpose of this scientific work to describe the results of nursing analysis by using application of pursed lips breathing to increase oxygen saturation in COVID-19 client in High Care Unit Universitas Indonesia Hospital. Measurement evaluation was conducted using Pulse oximetry which showed an average increase in oxygen saturation from 94.75% to 96.75% over five days of treatment. In conclusion, pursed lips breathing is given to help overcome the ineffectiveness clearance the airway by increasing the development of alveoli on each lung lobe so that the pressure of alveoli increases, helping to push the secret on the airway during an expiratory and can induce a pattern of breath into normal. Therefore, the results of this practice can be used as a reference for nursing practice in COVID-19 patients with disruption fulfillment of oxygen.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riewpassa, Leonardo Ch. M.
Abstrak :
Sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian tentang bentuk anatomi dan fungsi bibir setelah dilakukan tindakan labioplasti terutama hasil dari satu tehnik operasi. Komplikasi yang sering terjadi berupa jebolnya jahitan dan terjadinya kelainan pertumbuhan maksila akibat terlalu tegangnya otot yang dihubungkan sehingga dicoba tehnik modifikasi Millard dimana kedua otot dijahitkan diprolabium dengan tujuan rnengurangi tegangan yang terjadi. Metode yang digunakan dimana semua penderita labioschizis bilateral yang dioperasi dengan memakai tehnik ini dinilai komplikasi yang terjadi, bentuk penampilan -dan fungsi bibir atas dengan memakai modified William's form dan formulir penilaian fungsi bibir selama bulan Agustus sampai September 2006. Hasilnya diuji dengan memakai Mann Whitney dan hubungan keduanya dengan regresi tinier. Hasil yang didapatkan adalah : penderita berjumlali 27 orang sebanyak 24 orang laki-laki ( 88.88 %) dan 3 orang perempuan. ( 11.12 % ). Ditemukan I orang (3.7 % ) penderita dengan komplikasi berupa dehisensi. Terdapat 5 orang ( 18.52% ) dengan delayed speech. HasiI dinilai oleh 6 orang penilai. Pada penelitian ini digunakan nilai toleransi. Tehnik ini dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai toleransi (p = 0.193 ), tidak dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai normal (p = 0.000 ). Fungsi bibir tidak didapatkan perbedaan bermakna ( p = 0.153 ) dan terdapat hubungan antara bentuk penampilan dan fungsi bibi atas.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parintosa Atmodiwirjo
Abstrak :
Pendahuluan: Operasi penutupan sumbing langit-langit merupakan bagian dari proses tatalaksana penderita sumbing bibir dan langit-langit. Proses palatoplasti biasanya menurunkan kadar hemoglobin karena perdarahan yang terjadi. Dengan diketahuinya rerata penurunan kadar hemoglobin diharapkan operator dapat melakukan seleksi pasien dengan kadar hemoglobin yang tidak adekuat, sehingga penyulit pascabedah dapat dihindari terutama pada kegiatan bakti sosial di daerah yang kondisi umum pasien sulit diprediksi. Metode: Dilakukan penelitian untuk mengetahui berkurangnya kadar hemoglobin pada pasien yang menjalani operasi palatoplasti. Diambil data kadar hemoglobin sebelum dan segera setelah palatoplasti serta dicatat data operator, lama operasi serta evaluasi keadaan luka operasi satu minggu pascaoperasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil: Dari 14 sampel yang diteliti didapat hasil 8 pasien mengalami penurunan kadar hemoglobin rata rata sebesar 0,5 ± 0,36 gr/dl. Lima pasien mengalami peningkatan kadar hemoglobin pascaoperasi rata rata sebesar 0,32 ± 0,28 gr/dl. Satu pasien tidak mengalami penibahan. Hanya satu pasien mengalami dehisensi seminggu pascaoperasi, walaupun kadar hemoglobin baik. Simpulan: Agaknya pasien yang direncanakan operasi palatoplasti sebaiknya memiliki kadar hemoglobin yang lebih atau sama dengan 8,5 gr/dl untuk memenuhi keadaan yang optimal pascaoperasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurti Yunika Kristina Gea
Abstrak :

Anak dengan pneumonia berisiko mengalami penurunan nilai saturasi oksigen yang mempengaruhi pernapasan hingga terjadi komplikasi hipoksemia. Jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kematian. Salah satu intervensi modifikasi PLB meniup mainan kincir angin dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen, sehingga risiko bertambahnya jumlah kematian anak akibat pneumonia dapat dihindari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh modifikasi PLB meniup mainan kincir angin terhadap nilai saturasi oksigen pada anak pra sekolah pasca pneumonia. Desain penelitian adalah quasi eksperimental pre-posttest with control group design. Responden berjumlah 30 orang anak usia pra sekolah dengan pneumonia (15 orang anak kelompok intervensi, 15 orang anak kelompok kontrol) dan dipilih dengan cara consecutive sampling. Izin etik penelitian diperoleh dari tim etik Universitas Indonesia dan tim etik dari Rumah Sakit Umum Daerah kota Bekasi. Analisis yang dilakukan adalah univariate dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan bermakna pada nilai saturasi oksigen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,018 < ,05) Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah agar menggunakan True Eksperiment dengan sampel yang lebih besar serta tidak hanya terbatas pada PLB namun dapat juga diukur kemampuan meniupnya.


Pediatric with pneumonia are at risk of experiencing a decrease in oxygen saturation value that affect breathing, causing complications of hypoxemia. If not treated it can be caused of death. One of the modified interventions PLB blowing windmill can be done to increase the oxygen saturation value, there for the risk of increasing the number of children deaths due to post pneumonia can be avoided. The purpose of this study was to identify the effect of blowing windmill on the oxygen saturation value of post pneumonia preschool children. The study design was a quasi experimental pre-posttest with control group design. Respondents were 30 preschool age with pneumonia (15 = blowing windmill and 15= control group) and selected by consecutive sampling. Ethics permission was obtained from the ethics team of the University of Indonesia and the ethics team from the regional general hospital of Bekasi city. The analysis performed were Univariate and bivariate. The result showed a difference in oxygen saturation values between the intervention group and the control group (p=0,018<.05). Recommendations for futher studies are to use The true experiment with a larger sample and not only limited to PLB but can also measure the ability to blow.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Astuti AW
Abstrak :
Praktik residensi keperawatan medikal bedah adalah bagian dari pendidikan profesi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan perawat spesialis. Perawat spesialis diharapkan dapat melaksanakan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem pernapasan. Peran tersebut sejalan dengan kompetensi yang harus dicapai selama praktik residensi berupa pemberian asuhan keperawatan, penerapan praktik keperawatan berbasis bukti dan proyek inovasi. Pemberian asuhan keperawatan diterapkan kepada satu pasien kelolaan utama dengan kasus PPOK dan 30 kasus resume menggunakan pendekatan model adaptasi Roy. Penerapan tindakan keperawatan berbasis bukti ilmiah yang dilakukan yaitu pemberian posisi condong kedepan dan Latihan nafas pursed lips breathing pada pasien dyspnea dengan penyakit paru. Proyek inovasi yang diterapkan yaitu Pengembangan Self Manajemen Dengan Video Latihan Breathing Exercise : ACBT Dalam Meningkatkan Airway Clearance Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Hasil analisis praktik menunjukkan bahwa model adaptasi Roy dapat digunakan sebagai pendekatan dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk mengembangkan mekanisme adaptif pasien. Pemberian posisi condong kedepan dan Latihan nafas pursed lips breathing dapat menurunkan sesak napas pada pasien dengan penyakit paru. Selain itu, Latihan Breathing Exercise : ACBT Dalam Meningkatkan Airway Clearance Pada Pasien mendapat evaluasi yang positif dan dapat diterapkan di tatanan klinis sebagai inovasi pengkajian dan manajemen keperawatan mandiri pada pasien PPOK selama di rumah. ......Medical surgical nursing residency practice is part of professional education that aims to produce specialist nurses. Specialist nurses are expected to carry out their role in providing nursing services in cases with respiratory system disorders. The role is in line with the competencies to be achieved during residency practice in the form of providing nursing care, implementing evidence-based nursing practice and innovation projects. Nursing care was applied to one primarily managed patient with a case of COPD and 30 resume cases using Roy's adaptation model approach. The application of scientific evidence-based nursing actions carried out is the provision of a forward leaning position and pursed lips breathing exercises in dyspnea patients with lung disease. The innovation project applied is the Development of Self Management with Video Breathing Exercise: ACBT in Increasing Airway Clearance in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). The results of the practice analysis show that Roy's adaptation model can be used as an approach in nursing care of patients with respiratory system disorders to develop patient adaptive mechanisms. Forward leaning and pursed lips breathing exercises can reduce shortness of breath in patients with lung disease. In addition, Breathing Exercise: ACBT in Increasing Airway Clearance in Patients received a positive evaluation and can be applied in clinical settings as an innovation in self-assessment and nursing management in COPD patients while at home.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library