Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan penduduk belum sepenuhnya mengacu pada PUGS, namun demikian perkembangannya menuju ke arah yang lebih baik..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina
"Penelitian ini bertujuan mengkaji pola konsumsi dan permintaan pangan rumah tangga di Sumatera Barat secara keseluruhan, menurut klasifikasi daerah dan kelompok pendapatan dengan menggunakan data Susenas 2002 Provinsi Sumatera Barat yang dikumpulkan oteh BPS. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).
Hasil analisis pola konsumsi menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pangan sumber karbohidrat di pedesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan dan tingkat konsumsi ini menurun dengan meningkattnya pendapatan. Sementara itu tingkat konsumsi pangan hewani, khususnya daging dan susu masih tergolong rendah, baik di Sumatera Barat, menurut klasifikasi daerah, maupun kelompok pendapatan. Tingkat konsumsi pangan hewani di perkotaan lebih tinggi dibanding di pedesaan, dan tingkat konsumsi ini semakin tinggi dengan meningkatnya pendapatan.
Hasil estimasi fungsi permintaan pangan menunjukkan harga, total pengeluaran pangan, dan jumlah anggota rumah tangga umumnya berpengaruh signifikan terhadap permintaan pangan rumah tangga di Sumatera Barat secara keseluruhan, berdasarkan klasifikasi daerah dan golongan pendapatan. Sedangkan pendidikan istri umumnya juga berpengaruh signifikan, kecuali pada kelompok pendapatan rendah tidak ada yang slgnifikan.
Hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa pcrmintaan pangan di pedesaan umumnya Iebih responsif terhadap perubahan pendapatan dibanding di perkotaan, dan perrnintaan pangan pada kelompok pendapatan rendah dan sedang umumnya lebih elastis terhadap perubahan pendapatan dibanding kelompok pendapnfan tinggi. Kenaikan pendapatan pada kelompok pendapatan rendah lebih diprioritaskan untuk meningkatkan konsumsi pangan pokok
(padi/umbi), sedangkan pada kelompok pendapatan sedang mulai mengarah pada diversirikasi pangan. Permintaan makanan/minuman padi umumnya elastis terhadap perubahan pendapatare dan inelastis terhadap perubahan harga sediri. Harga padi/umbi umumnya lebih besar pengaruhnya terhadap permintaan komoditas Iainnya dibanding pengaruh perubahan harga komoditas Iainnya terhadap permintaan padi/umbi, tarutama di pedesaan dan pada kelompok pendapatan rendah dan sedang.
Rekomendasi kebijakan berdasarkan temuan di atas adalah (1) Memperkenalkan subsidi kepada kelompok pendapatan rendah melalui bantuan raskin (beras miskin) atau bantuan langsung tunai (BLT), (2) Peningkatan pendapatan diarahkan kepada diversifikasi pangan dan gizi melalui penyuluhan pangan dan gizi, (3) Menjaga stabilitas harga padi/umbi (terutama beras) sehingga harga pangan lairmya ikut terjaga, (4) Meningkatkan pengawasan dan penyuluhan keamanan pangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T34465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Febriyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini menelaah implementasi kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL di DKI Jakarta. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan metode pengumpulan data kualitatif. Wawancara mendalam dan studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data kualitatif yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan konflik formulasi kebijakan yang minimal menyebabkan kebijakan belum mencakup aspek-aspek lain untuk menjadi solusi. Selain itu, sektor swasta belum diikutsertakan dalam proses formulasi kebijakan. Desain kebijakan P2KP ini pun belum diperbarui dan belum spesifik. Selain itu, komitmen dan koordinasi dalam organisasi maupun antar organisasi masih perlu ditingkatkan. Meskipun kebijakan mendapat dukungan dari street level bureaucrats dan kelompok sasaran, tetapi kurangnya pemahaman serta kurang aktifnya beberapa anggota menjadi kendala dalam implementasi kebijakan. Kebijakan P2KP dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi, yaitu pengetahuan tentang gizi, daya beli, dan gaya hidup. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL belum mendukung pemasyarakatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagai tujuan dari kebijakan P2KP di DKI Jakarta.

ABSTRACT
This research examines the implementation of Accelerated Movement of Food Consumption Diversity P2KP through Sustainable Food Reserved Garden KRPL in DKI Jakarta. This descriptive research uses a post positivist approach with qualitative data collection methods. In depth interview and literature review were used as qualitative data collection methods. The results show minimal conflicts in policy formulation caused other aspects have not been included as solutions. In addition, the private sector has not been included in the process of policy formulation. The policy design is outdated and unspecified. Moreover, organizational commitment and interorganizational coordination need to be improved. Even though there are support from street level bureaucrats and target groups, lack of comprehension about policy and passivity of some group members became obstacles in the implementation of the policy. P2KP policy are influenced by socio economic contexts that is knowledge about nutrition, purchasing power, and lifestyle. It can be concluded that Sustainable Food Reserved Garden KRPL has not supported the cultivation of food diversification as a goal of P2KP policy in DKI Jakarta."
2017
S68304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif ,manusia memerlukan sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi,dan tidak ada satu jenis panganpun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi manusia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asmarina
"Kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah yang cukup serius dihadapi oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pemerintah berupaya memberikan solusi kemiskinan dalam bentuk program penanggulangan kemiskinan. Salah satu indikator miskin adalah kurangnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok makanan. Untuk itu program kemiskinan yang dianggap efektif dalam membantu masyarakat miskin adalah Program Raskin.
Penelitian ini mengangkat studi komparasi Provinsi yang erat kaitannya dengan kemiskinan. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk miskin paling tinggi dengan tingkat kemiskinan sebesar 14 23 atau 5 356 juta jiwa pada tahun 2011. Sementara Provinsi yang juga erat dengan kemiskinan adalah Papua Provinsi Papua memiliki persentase penduduk miskin tertinggi yaitu sebesar 31 98 atau 944 ribu jiwa pada tahun 2011. Selain bertujuan untuk menganalisis evaluasi pelaksanaan Program Raskin, penelitian ini juga akan melihat hubungan Raskin terhadap peningkatan kualitas konsumsi pangan rumah tangga sasaran. Penelitian ini menggunakan data Susenas Kor dan Modul Konsumsi Provinsi Jawa Timur dan Papua tahun 2011 dan 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan indikator 3T Tepat Sasaran Tepat Harga dan Tepat Kuantitas di Provinsi Jawa Timur dan Papua belum sepenuhnya sesuai dengan Pedoman Umum tahun 2011 dan 2013. Sementara hubungan yang terjadi antara pelaksanaan Program Raskin dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan mengindikasikan adanya hubungan yang negatif, hal ini dinilai berdasarkan peningkatan makanan yang tidak berkualitas dari tahun 2011 ke tahun 2013 seperti rokok.

Poverty today is still a serious problem faced by the Central and Local Government. The Government seeks to provide solutions to poverty in the form of poverty reduction programs One indicator of the poor is the lack of ability to meet the basic food needs. One of that poverty programs that are considered effective in helping the poor is the Raskin.
This study raised a comparative study of Provinces that are closely related to poverty East Java Province is one of the areas in Indonesia which has the highest number of poor people with a poverty rate of 14 23 or 5 356 million in 2011. Other province that also linked to poverty is Papua Papua province has the highest percentage of poor people amounted to 31 98 or 944 thousand inhabitants in 2011. Besides aiming to analyze the evaluation of the implementation of Raskin Program, this study will also look at the relationship of Raskin toward the Targeted Household Food Consumption Quality Improvement. This study uses data of General Questionnaire of National Socioeconomic Survey and Consumption Module of East Java and Papua province in 2011 and 2013.
The results showed that based on 3P Proper Target Proper Price and Proper Quantity indicators East Java and Papua province are not yet fully in accordance with the General Guidelines of 2011 and 2013. While the relationship between the implementation of Raskin Program and food consumption quality improvement indicated a negative relationship It was assessed by the increase of under qualified food from the year 2011 to 2013 such as cigarettes.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Pusposari
"Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ? faktor yang mempengaruhi permintaan pangan rumah tangga khususnya pangan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku dan mengetahui komoditas pangan lokal apa yang berpotensi menjadi pengganti beras sebagai sumber pangan pokok masyarakat di Provinsi Maluku. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode analisis model Almost Ideal Demand System (AIDS). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) untuk Provinsi Maluku Tahun 2010. Pola permintaan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku secara umum dipengaruhi oleh pendapatan dan harga komoditas baik harga sendiri maupun harga silang dan secara spesifik untuk masing-masing komoditas dipengaruhi faktor sosial demografi yang berbeda-beda. Komoditas yang bersifat substitusi terhadap beras dalam penelitian ini adalah komoditas sagu dan pangan lokal lain (jagung, talas, ubijalar dan kentang). Namun kendalanya, komoditas-komoditas tersebut termasuk dalam komoditas inferior di Provinsi ini. Selain itu, terigu yang merupakan produk impor menjadi salah satu ancaman dalam penyediaan pangan bagi masyarakat di Provinsi Maluku karena komoditas ini bersifat substitusi terhadap seluruh kelompok komoditas yang diteliti selain beras.

The general objective of this study was to determine the factors that affect the household food demand on source of carbohydrate and the commodities of local resources that could potentially be a substitute for rice as a staple food source for communities in Maluku. The analysis is using the Almost Ideal Demand System (AIDS) model. The data used in this study is data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) of Maluku Province in 2010. The pattern of demand for carbohydrate sources in Maluku Province in general influenced by income and price. The social demographic variables influenced specifically on each commodity. Commodities that are substitutes for rice in this study are sagu and other local foods (corn, talas, sweet potato, and potato). But these commodities are inferior in this province based on income elasticity. In addition, wheat commodities that is imported become one of the threats on food providing specially for Maluku communities, because this commodities are substitutes of all commodities group in this study, except for rice."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T23017
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia
"Tujuan dari studi potong lintang ini adalah untuk membandingkan konsumsi pangan wanita usia reproduktif (19-49 tahun) yang gemuk dan normal di daerah Kebon Melati, Mangga Dua Selatan dan Pegangsaan yang termasuk daerah kumuh di Jakarta Pusat. Asupan energi total, karbohidrat dan protein jumlahnya lebih tinggi secara signifikan pada wanita yang gemuk sedangkan pada asupan protein dan densitas energi tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Selain itu ditemukan juga dua pola pangan yang secara subyektif diberi nama: pola "lebih sehat" dan pola "kurang sehat". Namun demikian tidak dapat disimpulkan mana di antara kedua pola tersebut yang menjadi pola konsumsi pada wanita yang gemuk dan normal karena tidak ditemukan hubungan antara antara pola konsumsi pangan dengan status kegemukan. Dalam studi ini juga ditemukan bahwa hubungan antara asupan energi dan status kegemukan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu lainnya.

The objective of this cross sectional study was to compare food consumption among obese and normal women of reproductive age (19-49 years) in Kebon Melati, Mangga Dua Selatan and Pegangsaan as representative of urban slum areas in Central Jakarta. Energy, carbohydrate and fat intakes in obese women were significantly higher, while protein intake and energy density were not statistically significant. Two dietary patterns were also found, subjectively named: the "more healthy" pattern and the "less healthy" pattern, but it cannot be concluded which of the dietary patterns characterized the diets of obese and normal women since there was no significant association between the dietary patterns and obesity status. This study also found that association of energy intake and obesity was not influenced by other factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Andrina
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gangguan kesehatan terhadap penawaran kerja dan pendapatan rumah tangga, serta bagaimana peran penawaran kerja dalam mempertahankan konsumsi pangan rumah tangga tersebut. Dengan menggunakan data IFLS-East tahun 2012, ditemukan bahwa individu menurunkan penawaran kerjanya ketika mengalami gangguan kesehatan. Namun, penurunan penawaran kerja tersebut tidak secara langsung menurunkan pendapatan rumah tangga. Di sisi lain, terjadinya gangguan kesehatan secara langsung menurunkan pendapatan rumah tangga, khususnya bagi rumah tangga tidak memiliki jaminan kesehatan dan yang tidak mampu meningkatkan penawaran kerjanya. Dengan demikian, rumah tangga yang tidak mampu mempertahankan pendapatannya memiliki konsumsi pangan yang lebih rendah ketika mengalami gangguan kesehatan.

ABSTRACT
This research aims to find how health shock affect labor supply and household income, and affect the household?s food consumption recusively. Moreover, we also investigate the role of household labor supply in insuring the consumption. Using IFLS-East 2012 data, we find that health shock reduces individual?s labor supply, but this reduction does not directly lowers household income. On the other hand, health shock also lowers household income directly, especially for those who does not have health insurance and who can not adjust their labor supply. Therefore, household that fail to insure their income will face a reduction in their food consumption.;This research aims to find how health shock affect labor supply and household income, and affect the household?s food consumption recusively. Moreover, we also investigate the role of household labor supply in insuring the consumption. Using IFLS-East 2012 data, we find that health shock reduces individual?s labor supply, but this reduction does not directly lowers household income. On the other hand, health shock also lowers household income directly, especially for those who does not have health insurance and who can not adjust their labor supply. Therefore, household that fail to insure their income will face a reduction in their food consumption., This research aims to find how health shock affect labor supply and household income, and affect the household’s food consumption recusively. Moreover, we also investigate the role of household labor supply in insuring the consumption. Using IFLS-East 2012 data, we find that health shock reduces individual’s labor supply, but this reduction does not directly lowers household income. On the other hand, health shock also lowers household income directly, especially for those who does not have health insurance and who can not adjust their labor supply. Therefore, household that fail to insure their income will face a reduction in their food consumption.]"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>