Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfi Maulani
"Bilangan keterhubungan pelangi dari suatu graf G, disimbolkan rc G , adalah banyaknya warna minimal yang diperlukan untuk mewarnai busur-busur di G sedemikian rupa sehingga setiap pasang simpul dapat dihubungkan oleh suatu lintasan yang warnanya berbeda semua. Bilangan keterhubungan pelangi kuat dari suatu graf G, disimbolkan src G , adalah banyaknya warna minimal yang diperlukan untuk mewarnai busur-busur di G sedemikian rupa sehingga setiap pasang simpul dapat dihubungkan oleh suatu lintasan geodesik lintasan terpendek yang warnanya berbeda semua. Operasi korona graf G terhadap H, dinotasikan G - H menghasilkan graf baru dengan konstruksi mengambil 1 salinan graf G dengan n simpul dan n salinan H1, H2, . . . , Hn dari H, lalu menghubungkan simpul dari G ke setiap simpul di Hi. Tesis ini meliputi hasil kajian tentang rc dan src pada beberapa kelas graf korona yang terkait dengan Pm, Fm dan Wm.

The rainbow connection number of a graph G, denoted by rc G , is the smallest number of colors needed to color the edges of G such that every pair of vertices is connected by a path consisting of different colors. The strong rainbow connection number of a graph G, denoted by src G , is the smallest number of colors needed to color the edges of G such that every pair of vertices is connected by a geodesic path shortest path consisting of different colors. Operation corona graph G to H, denoted by G H is obtained from new graph with construction by taking one copy of G with n vertices and n copies of H1, H2, . . . , Hn from H and then joining the ith vertex of G to every vertex of Hi. This thesis contains some results regarding the rc and src for some corona graphs which has relation with Pm, Fm and Wm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Theodora Tara
"Keterhubungan sosial merupakan cara pandang seseorang akan hubungan interpersonal dan kedekatannya dengan orang lain. Perilaku prososial merupakan perilaku sukarela yang ditujukan untuk  menguntungkan orang lain dan dimotivasi oleh berbagai alasan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, keterhubungan sosial menjadi salah satu variabel mediasi yang memengaruhi seseorang untuk berperilaku secara prososial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterhubungan sosial dan perilaku prososial pada dewasa muda di Indonesia. Penelitian ini diikuti oleh 279 partisipan dewasa muda yang memiliki rentang umur 18 sampai 29 tahun dan berdomisili di Indonesia. Keterhubungan sosial (social connectedness) diukur menggunakan Social Connectedness Scale-Revised dan perilaku prososial diukur menggunakan Prosocial Scale for Adults. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keterhubungan sosial dan perilaku prososial (r(247) = 0,456, p < 0.01).

Social connectedness is a person's perspective on interpersonal relationships and their closeness to other people. Prosocial behavior is voluntary behavior(s) that is intended to benefit others and is motivated by various reasons. Based on previous research, social connectedness is one of the mediating variables that influence a person to behave prosocially. Therefore, this study aims to examine the relationship between social connectedness and prosocial behavior among young adults in Indonesia. This study was attended by 279 young adult participants who have an age range of 18 to 29 years and lives in Indonesia. Social connectedness was measured using the Social Connectedness Scale-Revised and prosocial behavior was measured using the Prosocial Scale for Adults. The Spearman correlation technique showed that there is a positive and significant relationship between social connectedness and prosocial behavior (r(247) = 0.456, p <0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raiyani Indah Kasih
"Misalkan $G=(V,E)$ adalah suatu graf terhubung tak trivial dan misalkan pada $G$ didefinisikan pewarnaan $c$ : $E(G)\rightarrow\{1,2,3,\ldots,k\},k\in \mathbb{N}}$, dengan busur-busur yang bertetanggaan dapat diwarnai dengan warna yang sama. Suatu lintasan $u-v$ dengan $u$ dan $v$ adalah dua simpul di $G$ adalah lintasan pelangi jika busur-busur pada lintasan $u-v$ diwarnai dengan warna berbeda. Graf $G$ disebut terhubung pelangi, jika $G$ memuat suatu lintasan pelangi $u-v$ untuk setiap dua simpul ${u,v\in G}$. Pewarnaan $c$ ini disebut pewarnaan-$k$ pelangi dan $k$ adalah banyaknya warna yang digunakan. Nilai minimum $k$ sehingga terdapat pewarnaan-$k$ pelangi pada graf $G$ disebut bilangan keterhubungan pelangi $rc(G)$ pada $G$. Jika untuk setiap dua simpul ${u,v\in G}$, terdapat satu lintasan geodesik pelangi ${u-v}$, maka $G$ disebut terhubung pelangi kuat. Nilai minimum $k$ sehingga terdapat pewarnaan $c$ yang menyebabkan $G$ bersifat terhubung pelangi kuat disebut bilangan keterhubungan pelangi kuat ${src(G)}$ pada $G$. Pada tesis ini dibuktikan bilangan keterhubungan pelangi pada graf grid-3D dan graf perahu.

Let $G=(V,E)$ is a nontrivial connected graph on which is defined a coloring $c$ : $E(G)\rightarrow\{1,2,3,\ldots ,k\},k\in \mathbb{N}}$, of the edges of $G$, where adjacent edges may be colored the same. A path $u-v$ in $G$ is a rainbow path if there are no two edges of $u-v$ are colored the same. The graph $G$ is rainbow-connected if $G$ contains a rainbow ${u-v}$ path for every two vertices ${u,v \in G}$. The coloring $c$ is called a rainbow $k$-coloring of $G$ where $k$ is the number of color used. The minimum value of $k$ for which there exists a rainbow $k$-coloring of the edges of $G$ is called the rainbow connection number ${rc(G)}$ of $G$. If for every pair ${u,v\in G}$, $G$ contains a rainbow $u-v$ geodesic, then $G$ is called strongly rainbow-connected. The minimum $k$ for which there exist a coloring $c$ of $G$ such that $G$ is strongly rainbow-connected is called strong rainbow connection number $src(G)$ of $G$. In this thesis will be determined rainbow connection number of grid 3D graph and boat graph."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fendy Septyanto
"Bilangan keterhubungan pelangi dari suatu graf G, disimbolkan rc(G), adalah banyaknya warna minimal yang diperlukan untuk mewarnai busur-busur di G sedemikian rupa sehingga setiap pasang simpul dapat dihubungkan oleh suatu lintasan yang warnanya berbeda semua. Bilangan keterhubungan pelangi kuat dari suatu graf G, disimbolkan src(G), adalah banyaknya warna minimal yang diperlukan untuk mewarnai busur-busur di G sedemikian rupa sehingga setiap pasang simpul dapat dihubungkan oleh suatu geodesik (lintasan terpendek) yang warnanya berbeda semua. Diberikan suatu graf H dan suatu bilangan asli m, sebuah graf baru yang disebut m-splitting dari H dibentuk dengan memunculkan m simpul baru ("kloning") dari masing-masing simpul di H, kemudian memunculkan satu busur baru yang menghubungkan setiap simpul kloning dengan setiap tetangga di H dari simpul aslinya. Tesis ini meliputi hasil kajian tentang rc dan src pada hasil konstruksi m-splitting dari graf secara umum maupun dari beberapa kelas graf.

The rainbow connection number of a graph G, denoted by rc(G), is the smallest number of colors needed to color the edges of G such that every pair of vertices is connected by a path consisting of different colors. The strong rainbow connection number of a graph G, denoted by src(G), is the smallest number of colors needed to color the edges of G such that every pair of vertices is connected by a geodesic (shortest path) consisting of different colors. Given a graph H and a natural number m, a new graph called the m-splitting of H is formed by creating m new vertices (?clones?) from each vertex of H, and then forming a new edge connecting each cloned vertex to each neighbor of the original vertex; the new graph is denoted by Splm(H). This thesis contains some results regarding the rc and src of the m-splitting of arbitrary graph in general, and particularly of some specific classes of graph."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Setiawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ciri kepribadian, khususnya ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis berpacaran atau menikah . Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi kuesioner alat ukur ciri kepribadian Personality Self-Portrait dan intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships . Pada penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement ? = -0.511, p < 0.01 dan communication ? = -0.361, p < 0.01 , dimana pengaruh ini tetap signifikan setelah jenis kelamin dan status hubungan dikontrol sebagai covariate. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya pengaruh ciri kepribadian vigilant ? = -0.225, p < 0.05 dan devoted ? = 0.132, p < 0.05 yang signifikan terhadap shared friends, serta ditemukannya pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication ? = 0.102, p < 0.01.
Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap dua karakteristik intimacy menekankan kembali pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka, baik dalam hal kedekatan emosional maupun komunikasi. Selain itu, karakteristik berupa kepekaan yang terlalu tinggi karakteristik ciri kepribadian vigilant dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain karakteristik ciri kepribadian devoted dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya. Adanya perbedaan mean skor intimacy berdasarkan jenis kelamin dan status hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini kembali mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya bahwa wanita menganggap intimacy sebagai suatu hal yang lebih berharga dibanding pria dan adanya perbedaan cara komunikasi yang digunakan oleh pasangan yang masih berpacaran dengan pasangan yang sudah menikah.

The aim of this research is to examine the impact of personality styles, especially vigilant, devoted, and self sacrificing personality styles, on intimacy among young adults in romantic relationships dating or married . A total of 1000 respondents aged 20 40 years old completed questionnaires on personality styles Personality Self Portrait and intimacy Personal Assessment of Intimacy in Relationships. In this research, there is a significant impact of self sacrificing personality styles on engagement 0.511, p 0.01 and communication 0.361, p 0.01 , while this effect remained significant after sex and relationship status controlled as covariate. Other research results show that there are significant influences of vigilant personality styles 0.225, p 0.05 and devoted personality styles 0.132, p 0.05 to shared friends, and also a significant impact of relationship status to communication 0.102, p 0.01.
The impact of self sacrificing personality styles on two characteristics of intimacy indicates the importance of both parties rsquo involvement in influencing the quality of their relationships, in terms of emotional closeness and communication. In addition, being too sensitive characteristic of vigilant personality styles and having a sense of comfort in relationships with others characteristic of devoted personality styles could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. The differences in intimacy mean score based on sex and relationship status found in this research reconfirm the results of previous studies that women consider intimacy more valuable than men and there are different ways of communication used by couples who are still dating and married couples.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lubis, Hirawati
"Lintasan pelangi adalah lintasan pada suatu graf yang setiap busurnya diwarnai dengan warna berbeda. Bilangan keterhubungan pelangi pada graf $G$ atau dapat disimbolkan $rc(G)$ adalah warna minimal yang dibutuhkan untuk mewarnai busur-busur pada suatu lintasan pada graf $G$ sehingga setiap pasang simpul dihubungkan oleh suatu lintasan pelangi. Lintasan pelangi geodesic $u-v$ di $G$ adalah lintasan pelangi yang panjangnya sama dengan $d(u,v)$ dengan $d(u,v)$ adalah jarak antara $u$ dan $v$. Graf $G$ dikatakan memiliki keterhubungan pelangi kuat $src(G)$ jika \textit{geodesic} $u-v$ untuk sembarang dua simpul $u$ dan $v$ di $G$ adalah lintasan pelangi. Bilangan keterhubungan pelangi kuat $src(G)$ merupakan banyaknya pewarnaan minimum yang dibutuhkan untuk membuat $G$ terhubung pelangi kuat. Misalkan $G_{1}$ adalah graf dengan ${|V(G_{1})|= p_{1}}$. Suatu korona ${G_{1}\odot G_{2}}$ dari dua graf $G_{1}$ dan $G_{2}$ adalah graf yang diperoleh dengan mengambil satu salinan dari graf $G_{1}$ dan $p_{1}$ salinan dari $G_{2}$, kemudian pada simpul ke-$i$ dari $G_{1}$ dikaitkan, ke setiap simpul salinan ke-$i$ dari $G_{2}$. Pada tesis ini dibahas hasil kajian tentang $rc$ dan $src$ pada beberapa kelas graf yaitu graf kristal ${(CR_{m,r})}$, graf neuro5n ${(NR_{m})}$, dan graf ${K_{m}\odot W_{n}}$.

Rainbow path is a path which each edge colored with different colors. The rainbow connection number of $G$, denoted by $rc(G)$, is the smallest number of colors needed to color the edges of $G$ such that each pair of vertices in $G$ has a rainbow path. Rainbow ${u-v}$ geodesic of $G$ is rainbow path of length $d(u,v)$, where $d(u,v)$ is the distance between $u$ and $v$. A graph $G$ is a strongly rainbow connected if ${u-v}$ rainbow geodesic for any two vertices $u$ and $v$ in $G$. A strong rainbow connected number $src(G)$ of $G$ is the minimum number of colors needed to make $G$ strongly rainbow connected. Let $G_{1}$ is a graph with ${|V(G_{1})|= p_{1}}$. A corona product ${G_{1}\odot G_{2}}$ of $G_{1}$ and ${G_{2}$ is a graph obtained by taking one copy of ${G_{1}}$, and $p_{}$ in copies of $G_{2}$, and then joining the ith vertices of $G_{1}$, to every vertex in the ith copy of $G_{2}}$ . In this thesis we present some results regarding the $rc$ and $src$ for some classes of graphs, that are crystal graph ${(CR_{m,r})}$, neurons graph ${(NR_{m})}$, and ${K_{m}\odot W_{n}}$ graph."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Charis
"Konsep hypergraph pertama kali dikembangkan oleh Claude Berge pada 1960 untuk menggeneralisasi definisi busur di graf, sehingga alih-alih hanya dapat menghubungkan dua buah simpul secara bersamaan, busur (atau hyperedge) pada hypergraph dapat menghubungkan berapa simpul pun. Pada graf sendiri, keberadaan suatu busur yang tidak selalu bersifat deterministik memberi ruang bagi teori probabilitas maupun teori uncertainty untuk membuat pemetaan φ : E → [0,1] dengan E adalah himpunan busur di suatu graf. Di antara teori probabilitas dan teori uncertainty sendiri terdapat perbedaan, seperti probabilitas memetakan beberapa kejadian yang saling bebas dalam operasi perkalian, sementara uncertainty dalam operasi minimum. Suatu graf yang busur-busurnya mengikuti teori probabilitas (disebut juga graf random) lebih dahulu diperkenalkan oleh Erdo ́s dan Renyi pada 1959. Kemudian Gao & Gao pada 2013 mengaplikasikan teori uncertainty pada graf (disebut juga graf uncertain). Liu, dengan mempertimbangkan bahwa randomness dan uncertainty kerap kali muncul bersamaan, mencetuskan konsep kombinasi teori probabilitas dengan teori uncertainty pada 2013. Teori kombinasi yang disebut teori chance ini berhasil diterapkan juga pada graf dan dikenal sebagai konsep graf uncertain random. Di antara banyak penerapan graf uncertain random, terdapat gagasan pencarian derajat kepercayaan atau indeks dari suatu graf dan salah satunya adalah indeks keterhubungan. Indeks keterhubungan sebagai derajat kepercayaan bahwa suatu graf terhubung dapat dicari menggunakan penghitungan terhadap ukuran chance dari masing-masing busur. Karena konsep graf uncertain random dapat dibatasi pada komponen uncertainty-nya saja, maka definisi indeks keterhubungan juga dapat dimodifikasi agar menjadi well-defined untuk graf uncertain. Sejauh ini kebanyakan penelitian teori uncertainty masih tertuju pada graf klasik dan belum ada penelitian terhadap indeks keterhubungan dari hypergraph meskipun hal ini sangat dibutuhkan sebagai aplikasi dari teori uncertainty. Oleh sebab itu, pada penelitian ini, digeneralisasi konsep indeks keterhubungan pada graf uncertain ke dalam uncertain hypergraph dan dicari sifat-sifatnya, baik yang dianalogikan dari graf uncertain maupun yang baru.

The hypergraph concept was first developed by Claude Berge in 1960 to generalize the definition of an edge in a graph, so that instead of being only capable to simultaneously connect two vertices, the edge (or hyperedge) in hypergraph is capable to connect any number of vertices. In the graph itself, the existence of an edge that is not always deterministic gives room for probability theory as well as uncertainty theory to make a mapping φ : E → [0, 1] where E is the set of edges in a graph. There are differences between probability theory and the uncertainty theory, such as the way of handling the measure of several independent events which in probability is by multiplication operation, while in uncertainty is by minimum operation. A graph whose edges follow probability theory (also called random graph) was first introduced by Erdo ́s and Renyi in 1959. Then Gao & Gao in 2013 applied the uncertainty theory to a graph (also called uncertain graph). Liu, taking into account that randomness and uncertainty often appear together, coined the concept of combining probability theory with uncertainty theory in 2013. This combined theory called chance theory was also successfully implemented on graph and is known as the uncertain random graph concept. Among the many applications of uncertain random graph, there is the idea of finding the belief degree or the index of a graph and one of them is the connectivity index. Connectivity index as the belief degree that a graph is connected can be found by calculating the chance measure of each edge. Because the concept of an uncertain random graph can be restricted to its uncertainty components only, the definition of connectivity index can also be modified to become well-defined for an uncertain graph. So far, most research on uncertainty theory simply focused on classical graphs and there has been no research on the connectivity index of hypergraph, although this is really needed as an application of uncertainty theory. Therefore, in this study, it is generalized the concept of the connectivity index of an uncertain graph to an uncertain hypergraph, along with its properties, both the analogous one to the uncertain graph and the new one."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Moh. Hiu Dilangit Ramadhan Sasongkojati
"Tesis ini menginvestigasi keterikatan antara politik Brazil dengan bantuan luar negeri A.S. yang terfokus pada “linkage” antara kebijakan luar negeri A.S. dan arah pembuatan kebijakan rezim militer Brazil antara tahun 1964-1985. Pada saat itu, bantuan A.S. melibatkan skema promosi demokrasi sebagai syarat bagi negara penerima bantuan, meski literaturnya belum menghubungkan “gelombang ketiga” demokratisasi dengan bantuan luar negeri A.S., terutama dengan studi kasus per negara sebagai penerima bantuan. Maka, tesis ini bertujuan untuk meletakkan hubungan antara bantuan A.S. sebagai salah satu faktor penyebab demokratisasi di Brazil dengan menggunakan teori modernisasi dan demokratisasi, serta konsep profesionalisme baru militer. Riset ini menggunakan logika bahwa, apabila bantuan A.S. adalah upaya jangka panjang untuk membangun kedekatan dengan negara-negara yang dianggap penting secara geopolitik pada masanya, maka bantuan A.S. bersifat instrumental dalam menghadirkan demokratisasi di Brazil yang berdampak signifikan terhadap politik dalam negeri, walau dipicu secara lintas perbatasan. Tesis ini berkesimpulan dua hal: pertama, militer adalah satu institusi yang bertindak sebagai pemerintah dan juga aktor keamanan yang sekaligus menjadikannya penerima berbagai jenis bantuan, sehingga pengaruh besar militer terhadap masyarakat membuka satu jalur di mana A.S. dapat memengaruhi proses pembuatan keputusan rezim sehingga dapat menjauh dari sikap otoriter dan membuka jalan untuk transisi menuju pemerintahan sipil; kedua, bahwa fokus spesifik terhadap hak asasi manusia memaksa rezim militer untuk mengimbangi keamanan nasional atau hak individu, dalam konteks hubungan ketergantungan dengan A.S.

This thesis investigates the interlocking relationship between Brazilian politics and U.S. foreign aid, focusing specifically on the linkage between U.S. foreign policy and the Brazilian military regime’s policymaking directions between 1964-1985. Accordingly, U.S. aid includes democracy promotion as a condition for countries to receive aid, though studies have not gone as far as linking foreign aid to the “third wave of democratization” and, in particular, the experience of individual countries as recipients of aid. This thesis aims to establish the link between U.S. aid and democracy promotion in Brazil through abertura by employing the theories of modernization and international factors of democratization. The research embraces the logic that, if U.S. aid was a sustained effort to maintain close ties with countries deemed crucial to the geopolitical imperatives at the time, then aid was instrumental in bringing democratization to Brazil that, while international in nature, had significant national effects. This thesis concludes with two overarching points: first, as the military represented a single institution in charge of both government and security, therefore becoming a negotiating actor to multiple forms of aid, the overarching influence of the armed forces in civil society allows for a single channel in which U.S. aid influenced Brazilian politics, giving the U.S. an indirect mechanism to influence the regime’s decision-making process to eventually withdraw from authoritarian behavior and pave the way for the transition to civilian government; second, that the singular focus on human rights forces a balancing act for the military government to prioritize either national security or individual rights, being situated in a dependent relationship with the U.S."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Alchem Nuravian Permana
"Graf adalah suatu pasangan himpunan dan, dengan adalah himpunan simpul dan  adalah himpunan busur yang menghubungkan dua simpul. Jarak dari dua simpul dan  adalah panjang terpendek dari lintasan, dinotasikan dengan. Suatu lintasan  dengan panjang disebut geodesik. Pasangan simpul dengan jarak terbesar pada suatu graf terhubung disebut diameter. Misalkan adalah pewarnaan pada busur graf terhubung. Jarak antara dua simpul pada  di mana tidak terdapat pengulangan warna busur disebut geodesik pelangi. Graf  disebut terhubung pelangi kuat jika terdapat pewarnaan busur sehingga terhubung geodesik pelangi untuk setiap pasang simpul pada. Pewarnaan disebut sebagai pewarnaan pelangi kuat. Banyaknya warna minimum sehingga didapat pewarnaan sehingga terhubung pelangi kuat disebut bilangan keterhubungan pelangi kuat dari, yang dinotasikan dengan. Misalkan  suatu bilangan bulat positif, didefinisikan pewarnaan pelangi kuat lokal sebagai pewarnaan busur sedemikian sehingga setiap pasang simpul dengan jarak paling besar terhubung dengan geodesik pelangi. Bilangan keterhubungan pelangi kuat lokal, yang dinotasikan dengan, adalah banyak warna minimum pada pewarnaan tersebut. Hasil operasi korona dari dua graf dan dengan banyak simpul masing-masing dan, diperoleh dengan mengambil satu salinan dari graf dan salinan dari graf, dan menambahkan busur pada setiap simpul di salinan ke-dari graf  dengan simpul ke- dari graf. Pada penelitian ini, diberikan bilangan keterhubungan pelangi kuat lokal graf hasil operasi korona antara graf lengkap dengan satu simpul dengan graf roda dan graf hasil operasi korona antara dua graf roda.

A graph  is a pair of sets  and, where  is the set of vertices and is the set of edges that connect two vertices. The distance between two vertices and is the smallest length of a  path, denoted by. A path of length  is called geodesic. A diameter of is the greatest distance between any two vertices in a connected graph. Let  be a rainbow coloring of connected graph. The shortest path in which doesn’t contain edge color repetition is called rainbow geodesic. Graph is said to be strongly rainbow connected if it contains the coloring such that is connected by rainbow geodesic for every pair of vertices. The coloring is called strong rainbow coloring. The minimum color for which there exists a coloring such that is strongly rainbow connected is called strong rainbow connection number of, denoted by. Let be a positive integer, we define-local strong rainbow coloring such that every pair of vertices of distance up to connected by rainbow geodesic. We define-local strong rainbow connection number, denoted by, as the minimum color in the coloring. The corona product of two graphs  and  of degree and, respectively, is obtained by taking a copy of graph and copies of graph, and joining the vertex of to every vertex of the copy of. In this research, we will find-local strong rainbow connection number of corona product of complete graph with one vertex and wheel graph and corona product of two wheel graphs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>