Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkah Afifah Oktaviani
Abstrak :
Terapi cairan infus intravena merupakan prosedur perawatan invasif yang umum di ruang rawat inap rumah sakit. Terapi cairan infus diresepkan untuk memulihkan atau mempertahankan status hidrasi dan elektrolit. Monitoring terapi cairan infus merupakan suatu proses yang kompleks dan berkelanjutan. Pemantauan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas infus dan untuk menghindari potensi komplikasi kelebihan cairan serta ketidakseimbangan elektrolit. Pemberian terapi cairan yang salah akan menimbulkan dampak merugikan bagi klien. Pelaksanaan monitoring terapi cairan infus dan dokumentasi keperawatan yang optimal diharapkan dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Pemasangan stiker infus juga diharapkan dapat menjadi alat perawat untuk meningkatkan efektivitas monitoring terapi cairan di ruang rawat inap. ...... Intravenous infusion fluid therapy is a common invasive treatment procedure in hospital inpatient rooms. Intravenous fluid therapy is prescribed to restore or maintain hydration and electrolyte status. Monitoring infusion therapy is a complex and ongoing process. Monitoring aims to evaluate the effectiveness of the infusion and to avoid potential complications of fluid overload and electrolyte accommodation. Providing the wrong fluid therapy will cause harm to the client. Implementation of optimal monitoring of infusion fluid therapy and limitations is expected to avoid medication administration error. The installation of infusion stickers is also expected to be a tool for nurses to increase the effectiveness of monitoring fluid therapy in inpatient rooms.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Indra Gunawan
Abstrak :
Permasalahan utama dalam terapi intravena adalah ketidakstabilan kecepatan tetesan cairan infus dan berhenti bekerjanya perangkat infus. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pemantauan (monitoring) secara terus menerus terhadap aliran tetesan cairan infus. Namun demikian, masalah keterbatasan jumlah perawat yang dapat terus melakukan kontrol terhadap pasien menjadi alasan utama tidak adanya pengawasan yang maksimal di sebagian besar Rumah Sakit Umum di Indonesia. Sistem Infus Ganda Cerdas Berbasis TCP/IP adalah sebuah sistem yang dirancang untuk dapat melakukan deteksi, pengukuran, dan pengaturan kecepatan tetesan cairan infus dari dua buah perangkat infus dalam selang waktu tertentu. Perangkat pendeteksi dan pengukur memanfaatkan LED IR383 (λ = 940 nm) dan fotodioda NTE3033 sebagai detektor tetesan cairan infus, rangkaian motor DC sebagai pengatur kecepatan, TCP/IP sebagai jalir komunikasi data, serta mikrokontroler ATMega8535, yang terintegrasi langsung dengan perangkat komputer melalui antarmuka sistem tersebut. Dari hasil pengujian dengan berbagai variasi kepekatan cairan infus, perangkat menghasilkan nilai kesalahan rata-rata sebesar 1,17%, juga ditunjukkan bahwa perangkat ini memiliki waktu tunggu untuk mengubah kecepatan tetesan cairan infus sebesar 5,8 detik. Hasil ini sesuai dengan standar FDA yang menyatakan bahwa perangkat elektronika yang digunakan pada dunia medis harus memiliki kesalahan tidak lebih dari 5% dan waktu pengaturan kurang dari 10 detik. ...... During intravenous theraphy (IV), flow of infusion solution must be stable and must not be empty, therefore continuous monitoring of infusion solution flow rate is needed. However, limited amount of nurses becomes a major issue, apparently on most of public hospitals in Indonesia. Smart Dual Infuse System is a system designed to measure and adjust the amount of infusion solution for two IV devices. The device consist of LED IR383 (λ = 940 nm) and photodiode NTE3033 as optical detector, DC motor as speed adjustment, TCP/IP as data protocol, ATMega8535 as the processor, and GUI interface. From the experimental result using various infusions solution density, the average value of the error was at 1.17 %, it has also shown that the time for changing the intravenous velocity was at 5.8 seconds. These results were in accordance with the standards of the FDA stated that the electronics used in the medical has maximum error at 5% and the time response should be less than 10 seconds.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pemasangan infus adalah prosedur yang sering dilakukan di rumah sakit. Komplikasi yang sering terjadi pada pemasangan infus adalah flebitis. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis adalah karena fiksasi yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas model fiksasi U terhadap komplikasi pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan rancangan post test only non equivalent group design dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden. Hasil penelitian menunjukan model U efektif untuk mengurangi kejadian flebitis pada anak (p<0,05). Penelitian ini merekomendasikan penggunaan model fiksasi U untuk mencegah kejadian flebitis.
ABSTRACT
Peripheral intravenous insertion is the most commonly performed procedures in hospital. One factor that influences the occurrence of phlebitis is improper fixation. This study aimed to clarify the effectiveness of U model fixation to the occurrence of complications. This study used a quasi experimental design with post test only non equivalent group design. The sample was 32 respondents which were collected with consecutive sampling technique. The result showed that U model fixation was effective for reducing the incidence of phlebitis among children (p<0.05). This research recommends U model fixation to be used for intravenous catheter fixation.
2015
T45234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
Abstrak :
Dalam upaya mencari badan kontrasepsi pria yang bersumber pada tanaman, telah dilakukan penelitian tentang pengaruh infus daun puding (Polyscias gui fovlei L.H. Bailey) terhadap kualitas spermatozoa dan jumlah anak yang dihasilkan oleh tikus betina setelah dikal.vinkan dengan tikus jantan perlakuan. Sebanyak 60 tikus jantan berumur 2 bulan dengan berat badan 150 -- 250 g dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah kelompok tikus jantan yang diberi aquades, sedangkan 5 kelompok perlakuan lainnya masing-masing diberi infus daun puding dengan dosis: 50 mg/200 g bb, 100 mglg bb, 200 3rmg/g bb, 400 mglg bb, 800 mglg bb. Pemberian infus per oral dilakukan setiap hari sampai hari ke 52. Pada hari ke 53, eman tikus dari masing-masing kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dibedah untuk diambil semennya dan diperiksa kualitas spermatozoanya, sedangkan 6 tikus sisanya dari masing-masing kelompok tersebut dikawinkan dengan tikus betina dara masa proestrus atau estrus. Hari ke 20 masa kehamilan tikus betina dibedah untuk dihitung jumlah implantasi, jumlah fetus, berat plasenta, jumlah corpus luteum, fetus, jumlah fetus yang di resorpsi dan rasio seks fetus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infus daun puding dengan dosis 50 mg/g bb, 100 mg/g bb, 200 mg/g bb, 400 mg/g bb dan 800 mg/g bb berpengaruh terhadap penurunan jumlah spermatozoa, presentase motilitas, viabilitas dan meningkatkan jumlah spermatozoa abnormal (p < 0,05). Efektivitas terhadap penurunan kualitas spermatozoa tersebut sejalan dengan pemberian dosisnya. Dengan demikian dosis 800 mg/g bb adalah dosis terbaik untuk menurunkan kualitas spermatozoa tikus. Sebaliknya pemberian infus daun puding sampai dosis 800 mg/g bb selama 52 hari tidak berpengaruh terhadap jumlah dan perkembangan fetus hasil perkawinan dengan tikus jantan perlakuan (p > 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infus daun puding yang diberikan 52 hari, dengan dosis 50 mglg bb, 100 mg/g bb, 200mg/g bb, 400mg/g bb 800 mg/g bb dapat menurunkan konsentrasi dan kualitas spermatozoa was deferen tikus jantan galur DDY, tetapi belum berpengaruh terhadap jumlab fetus, berat plasenta, abnormalitas fetus dan berat badan fetus hasil perkawinan denga tikus jantan perlakuan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Harsa Wardana
Abstrak :
Latar belakang: Komplikasi lokal dari terapi intravena termasuk infiltrasi, flebitis,tromboflebitis, hematoma dan bekuan pada jarum. Flebitis adalah pada lokasitusukan infus ditemukan tanda-tanda merah, seperti terbakar, bengkak, sakit biladitekan, ulkus sampai eksudat purulent atau mengeluarkan cairan bila ditekanFaktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya flebitis yaitu faktor internal danfaktor eksternal. Dengan menggunakan skor VIP, angka kejadian flebitis di RumahSakit Umum Bali Royal dari Januari sampai dengan bulan Oktober 2017 masihtinggi yaitu berkisar antara rata ndash; rata 1,54. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi angka kejadian flebitis pada pasien yang terpasang kateter intravenadi ruang rawat inap RSU. Bali Royal. Metode: Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitiankuantitatif dengan metode penelitian korelasi descriptif dengan pendekatan crosssectional. Untuk variabel perawatan luka tusukan dan kepatuhan perawat ruangrawat inap dalam menjalankan SPO pemasangan infus, menggunakan desain studiprospektif dimana akan dilakukan observasi terhadap perawat saat menjalankanSPO perawatan infus dan SPO pemasangan infus. Hasil: Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara faktor umurpasien, penyakit penyerta, lokasi pemasangan infus, lama waktu pemasangan infusdan jenis cairan yang diberikan dengan angka kejadian flebitis di RS Bali Royaldengan nilai p 0,05. Simpulan: Dari hasil yang didapatkan dapat dilihat bahwa masih terdapat faktorfaktoryang mempengaruhi angka kejadian flebitis di RSU Bali Royal dankedepannya akan dibuatkan dan dikembangkan SPO untuk mengendalikan faktorfaktorresiko tersebut. ......Introduction: Local complications of intravenous therapy include infiltration,flebitis, thromboflebitis, hematoma, and clot on the needle. Flebitis is when at thelocation of the infusion puncture found red signs, such as burning, swelling, painwhen pressed, ulcers to purulent exudate or discharge fluid when pressed. Riskfactors that can affect the incidence rate of flebitis are internal and external factors.Using the VIP score, the flebitis incidence rate at the Bali Royal General Hospitalfrom January to October 2017 was still high, ranging from an average of 1.54. Aim: This study aims to analyze the factors that affecting the incidence rate offlebitis in patients who installed intravenous catheters in hospital wards of BaliRoyal General Hospital. Method: The design used in this study is a type of quantitative research withdescriptive correlation research method with cross sectional approach. For variablewound care and inpatient nurse compliance in running of operational standard ofinfusion installation, using prospective study design where will be observed tonurse while running operational standard of infusion installation and operationalstandard of infusion care. Result: The results of this study showed an association between factors of patientages, comorbidity, infusion site location, duration of infusion and fluid type givenwith flebitis incidence rate at Bali Royal Hospital with p value 0,05. From the results obtained it can be seen that there are still factors affecting theflebitis incidence rate at Bali Royal General Hospital and in the future will be madeand developed a new operational standard to control the risk factors. Conclusion: From the results obtained it can be seen that there are still factorsaffecting the flebitis incidence rate at Bali Royal General Hospital and in the futurewill be made and developed a new operational standard to control the risk factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kumala Devi
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri adalah pengalaman tidak menyenangkanakibat kerusakan jaringan bersifa tsubjektif dapat dinilai dari ekspresi wajah, gerakant ubuh, menangis dan istirahat dengan skala nyeri yang dapat digunakan adalah Neonatal Infant Pain Scale (NIPS).Terapi non farmakologis mandiri dapat dilakukan perawat untuk meminimalisir nyeri neonatussete lah tindakan invasif. Pemberian kombinasi NNS dansukrosaefektifmengurangiresponnyerineonatussetelahpemasanganinfus. Penelitianinimerupakanpenelitianquasi experimental post test only control group design. Sampelpenelitiansebanyak 20 respondendibagimenjadikelompokintervensidankelompokkontrol. Analisis data menggunakanujiindependent ttest. Kelompokintervensidengannilairesponnyeriterendah 0 dantertinggi 2 dengannilaitengah 0,5. Kelompokkontroldengannilainyeriterendah 5 dantertinggi 7 dengaannilaitengah 0,5. Rekomendasihasilpenelitianini, pemberiankombinasi NNS dansukrosasebagaiterapi non farmakologisuntukmengurangiresponnyerineonatussetelahpemasanganinfus.
Abstract
Pain is an unpleasant subjective response due to tissue disruption. In neonates, it can be assessed by Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) from the facial expression, body movement, crying or resting behavior of the infant. Nurses may carry on the non-pharmacological intervention to minimize the pain of the neonates after invasive procedures. One of the interventions is the combination of Non Nutritive Sucking (NNS) and sucrose. This research was designed as the quasi experimental post test only control group research involving 20 participants in the control and intervention group. The data were analyzed using independent t-test. The research found the lowest pain response scale was 0 and the highest was 2, with the median 0.5, in the intervention group. Whereas, in the control group, the lowest and highest pain scales were 5 and 7, respectively, with median 0.5. This research suggests this combination of NNS and sucrose to reduce the pain response in neonates after intravenous catheter insertion.
2012
T 30380
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darell Joel Harlis
Abstrak :
Tingginya tingkat penularan penyakit menular sepert Covid-19 pada pandemi telah membuat seluruh dunia menderita. Tenaga medis yang merupakan gardu terdepan dalam menanggulangi pandemi, para tenaga medis seringkali terpapar oleh penyakit menular yang diakibatkan oleh tinngginya frekuensi interaksi dengan pasien yang mengidap penyakit menular ini. Salah satu interaksi yang sering dilakukan adalah penggantian cairan infus kepada pasien. Untuk melakukan penggantian infus dibutuhkan tiang infus yang dapat mengganti kolf atau botol cairan infus secara otomatis dan dapat mengatur jumlah tetesan permenit dari kolf. Penggantian dan pengaturan kolf ini dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh protokol MQTT dan terkoneksi dengan Wi-Fi yang diterima oleh Wi-Fi microcontroller module sehingga servo dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh tenaga medis dan tidak berinteraksi langgsung dengan pasien yang terpapar virus. Tiang infus pun harus memenuhi standard keamanan oleh international standard IEC 60601-1 9.4.2. Sehingga terhindar dari darah yang naik ke selang infus atau terjadinya penyumbatan pada selang infus. Kecepatan dari infuspun dapat dikendalikan dengan mengatur aliran cairan yang mengalir pada selang. Dengan adanya pengganti infus otomatis ini diharapkan terjadinya penurunan interasksi tenaga medis dengan pasien dan mengoptimalkan waktu dari tim medis untuk menangani jumlah pasien yang membeludak tinggi akibat dari pandemi ini. ......The high rate of transmission of infectious diseases such as Covid-19 in a pandemic has made the world suffer. Medical personnel who are at the forefront of tackling a pandemic, medical personnel who are carried out by infectious diseases caused by interactions with patients with infectious diseases. One of the interactions that is often carried out is the replacement of intravenous fluids to patients. In order to change the infusion, an infusion pole is needed that can change the intravenous bag of infusion fluid automatically and can adjust the number of drops per minute of intravenous bag. Changing and setting this kolf can be controlled remotely by the MQTT protocol and connected to Wi-Fi received by the Wi-Fi servo microcontroller module can be controlled remotely by medical personnel and does not interact with patients exposed to the virus. Infusion poles must also meet the safety standards by the international standard IEC 60601-1 9.4.2. So that it avoids blood rising to the infusion tube or the occurrence of the infusion hose. The speed of the infusion can be controlled by adjusting the flow of fluid flowing in the hose. With this automatic infusion replacement, it is hoped that there will be a decrease in the interaction of medical personnel with patients and optimizing the time of the medical team to handle the high number of patients due to this pandemic.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Figel Ilham
Abstrak :
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sering digunakan di dalam rumah sakit yang bertujuan untuk melakukan tindakan pada satu pasien dan pada satu prosedur yang bersangkutan. Di Rumah Sakit Universitas Indonesia, tidak sedikit barang yang telah dikeluarkan oleh depo farmasi rawat inap diretur oleh ners sehingga diperlukan waktu tambahan untuk meretur barang tersebut, baik secara fisik maupun sistem. Hal ini tidak sesuai dengan budaya kerja kaizen, di mana terdapat beberapa elemen kesia-siaan saat meretur barang yang telah dikeluarkan kembali, yaitu dari segi pergerakan dan dari segi pemrosesan. Adapun kegiatan yang dilakuan adalah penerimaan dan pengolahan data transaksi BMHP untuk keperluan infus pada bulan Mei 2023 dengan menggunakan pivot table di Microsoft Excel, pengukuran waktu pengambilan dan pereturan BMHP untuk keperluan infus secara simulasi, dan analisis waktu yang dihabiskan. Jumlah keseluruhan BMHP untuk keperluan infus adalah 4.168 item, sedangkan jumlah keseluruhan BMHP yang diretur 936 item sehingga jumlah efektif yang dikeluarkan adalah 3.232 item. Waktu tempuh berturut-turut yang diperlukan untuk verifikasi resep masuk secara sistem, pengambilan BMHP secara fisik, pengecekan dan pengembalian BMHP secara fisik, dan verifikasi retur secara sistem adalah 27,07 detik, 37,28 detik, 5,79 detik, dan 42,39 detik. Dengan demikian, waktu yang terbuang hanya untuk meretur keseluruhan item BMHP untuk keperluan infus pada periode Mei 2023 adalah selama 12 jam 31 menit 36,48 detik. ...... Single-Use Medical Devices (SUMDs) are frequently used in hospitals in order to treat a patient and on one related procedure. In University of Indonesia Hospital, several items that have been issued by the inpatient pharmacy depot are returned by the nurses. Hence, extra time is needed to return the items, both physically and systematically. This is not in accordance with the kaizen work culture, where there are few useless elements while returning the items that have been released, i.e. uselessness on movement and process. This activity involves receiving and processing SUMDs for infusion transaction data during May 2023 by pivot table in Microsoft Excel, measuring the time needed to issue and return the goods by simulation, and analyze the time spent on. The total amount of SUMDs for infusion is 4,168 items, whereas the total amount of SUMDs for infusion returned is 936 items. The effective net is 3,232 items. The time needed to verify the prescription entered the system, issue the goods physically, check and return physically, and returning verification by system respectively is 27.07 s, 37.28 s, 5.79 s, and 42.39 s. Therefore, the time spent only to return all the SUMDs for infusion during May 2023 is 12 h 31 m 36.48 s.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dyah Wahyuningsih
Abstrak :
Pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri. Tujuan penelitian ini mengetahui adakah pengaruh terapi musik gamelan Jawa terhadap tingkat nyeri pemasangan infus dan kemoterapi pada pasien kanker di Ruang One Day Care(ODC). Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control group after only design. Jumlah sampel 52 pasien (26 pasien kelompok kontrol dan 26 pasien kelompok intervensi) dengan tehnik consecutive sampling. Pengukuran tingkat nyeri menggunakan VAS rentang 1-10 cm. Analisis data menggunakan Independent T test, Mann Whitney test, Dependen T test, Wilcoxon test dan Kruskal Wallis test. Hasil penelitian menunjukkan terapi musik gamelan Jawa berpengaruh terhadap tingkat nyeri pemasangan infus (nilai p 0,000) dan tingkat nyeri kemoterapi (nilai p 0,000). Rekomendasi penelitian ini adalah terapi musik gamelan Jawa menjadi program intervensi keperawatan pada pasien kanker untuk mengurangi tingkat nyeri pemasangan infus dan kemoterapi. ...... Cancer patient during chemotherapy experience pain. This research aimed to identify the influence of Javaness gamelan music therapy to level pain of infussion canulation and chemotherapy of cancer patient in One Day Care (ODC). Design of this research is quasi experiment with nonequivalent control group after only design. A 52 sample (26 patient of control group and 26 patient of intervenstion group ) is chosen by using consecutive sampling. Measurement of pain use VAS range 1-10 cm. Analyses of data use Independent T test, Mann Whitney Test, Dependent T test, Wilcoxon Test and Kruskal Wallis test. This research show that the Javaness Gamelan Music Therapy influence level pain of infussion canulation ( p value 0,000) and chemotherapy (p value 0,000). Base on the research, it is recommended that Javaness Gamelan Music Therapy become nursing intervention program for cancer patient treatment management to reduce level pain of infussion canulation and chemotherapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariyam
Abstrak :
Pemasangan infus dapat menimbulkan nyeri pada anak. Guided imagery merupakan strategi nonfarmakologi yang dapat menurunkan nyeri. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh guided imagery terhadap tingkat nyeri anak saat pemasangan infus. Jenis penelitian kuasi eksperimen dengan sampel 28 intervensi dan 28 kontrol di RSUD Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan rata-rata tingkat nyeri anak pada kelompok intervensi dan kontrol. Rata-rata nyeri pada intervensi 1,68 sedangkan kontrol sebesar 4,18. Guided Imagery dapat digunakan untuk mengurangi tingkat nyeri anak usia sekolah saat pemasangan infus.
Intravenous therapy may cause pain in children. Guided imagery is one of nonfarmachology stategy that can reduce pain. This study aim is to identify the effect of guided imagery to the pain level in children during intravenous therapy. The research design is quasi-experimental with 28 children in intervention and 28 children in control as a sample in RSUD Kota Semarang. The results showed there is a differences mean of pain level between control and intervention group. The average of pain level in intervention group 1.68 while the pain level in control group 4.18. Guided imagery can be used to reduce the pain level in school age children during intravenous therapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>