Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nancy Caroline
"Hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) menyatakan bahwa harga sekuritas mencerminkan semua informasi yang tersedia Impiikasi dan konsep pasar efisien adalah harga saham tidak dapat dengan mudah diprediksi. Harga cenderung mengalami perubahan dengan tiba-tiba dan cepat. Jika pasarnya efisien, maka berlaku pemyataan bahwa individual investor tidak akan mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi perdagangan. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa terdapat beberapa anomali (penyimpangan) yang secara teori menentang konsep pasar efisien. Salah satu anomali pasar yang akan dibahas pada penelitian mi adalah anomali akhir pekan (weekend effect anomaly). Anomali akhir pekan menyatakan bahwa harga saham cenderung naik pada han Jumat dan turun pada hani Senin. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji adanya perbedaan return harian di pasar modal. Cross (1973) menemukan adanya return negatif pada hari Senin. Fania (1980) meneliti data harian standard and poor 's composite index dan menyimpulkan bahwa return negatif ditemukan pada hari Senin. Gagasan utama karya akhir mi berawal dan beberapa hasil kajian tentang anomali di pasar modal luar negeri dan di Indonesia sendini. Penelitian mi mencoba untuk menguji ulang fenomena efek akhir pekan dengan menggunakan data lebih baru, khususnya pada saat pasar modal Indonesia barn saja mengalami masa sulit, yaitu tahun 2001 (pasca efek knisis moneter). Lebih khusus lagi, penelitian mi hanya meneliti saham-saham yang termasuk ke dalam kelompok LQ45 yang dikenal sebagai saham - bluechip dan saham yang aktif diperdagangkan.Dani hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari analisis regresi abnormal return saham selama periode penelitian terhadap lima vaniabel hari perdagangan, koefisien yang dihasilkan oleh variabel abnormal return signifikan secara statistik sedangkan koefisien yang dihasilkan oleh variabel abnormal return tidak signifikan secara statistik. Pada vanabel return, hal mi berarti hani perdagangan Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat dapat memprediksi return di masa mendatang. Sedangkan, hal yang sebaliknya berlaku pada vaniabel abnormal return. Berdasarkan hasil analisis ANOVA dan PostHoc Bonferroni dan Tukey, terjadi fenomena efek akhir pekan pada vaniabel return saham sedangkan tidak terjadi fenomena efek akhir pekan pada variabel abnormal return saham. Fenomena efek akhir pekan yang terjadi pada penelitian mi adalah bahwa ditemukan return han perdagangan Senin yang bemilai negatif terendah. Sedangkan pada sektor industri produk dan jasa berdasarkan hasil penelitian, return saham dipengaruhi oleh hari perdagangan secara signifikan. Selain itu, selama periode penelitian terjadi fenomena efek akhir pekan dimana rata - rata return han perdagangan Senin bemilai negatif dan terendah. Namun hal yang sebaliknya tezjadi pada variabel abnormal return untuk masing - masing jenis industri dimana abnormal return tidak dipengaruhi oleh hari perdagangan. Terlebih, selama periode penelitian tidak ditemukannya fenomena efek akhir pekan. Selama periode penelitian tersebut, investor tidak dapat menerapkan sfrategi hari perdagangan untuk memperoleh keuntungan.

Efficient market hypothesis states that security price reflects all information that is available in market. Thus, implication of this efficient market concept is that stock price could not be easily predictable and tends to change in a sudden and fast. As a consequence, if the market is efficient, therefore the individual investor could not obtain abnormal return using trading strategies. In a contrary, there is a condition when some anomalies arise against efficient market concept. One of these anomalies which is explained in this research is weekend effect anomaly. Weekend effect anomaly states that stock prices tend to go up on Friday and go down on Monday. Some studies have been done to analyze the dfference of daily return in capital market. Cross (1973) found that there was a negative return on Monday. Fama (1980) did a research using standard and poor 's composite index data and concluded that a negative return also was found on Monday. The main idea of this research was based on some studies about weekend effect anomaly in other countries abroad and in Indonesia. This research tried to reanalyze the weekend effect phenomenon in Indonesia using the latest data especially when Indonesian capital market had passed the monetary crisis in 2001. This study only analyzed stocks that are listed in LQ45 group which are known as bluechip and actively trading stocks. According to the result of these research, it could be concluded that the coefficient of abnormal return wasn 'I significant to the trading days variables statistically. It meant that the trading days Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday could not predict abnormal return in the future. Based on ANOVA and PostHoc Bonferroni - Tukey analysis, it was found that there was no evidence on weekend effect anomaly in Indonesia Stock Exchange through this research period. It was implicated that the investor could not get abnormal return using trading days strategies. In product and service industry, the result was similar. The coefficient of abnormal return wasn 'I sigmficant to the trading days variables statistically. Thus, the trading days Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday and Friday could not predict abnormal return in the future. Based on ANOVA and PostHoc Bonferroni - Tukey analysis, it was also found that there was no evidence on weekend effect anomaly in Indonesia Stock Exchange through this research period. It was implicated that the investor in both industry could not get abnormal return using trading days strategies because the abnormal return was not affected by the trading days."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Kadir Afiff
"Dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menilai harga saham PT Aneka Tambang Tbk. yang usahanya bergerak di bidang industri pertambangan. Analisa fundamental akan dilakukan sebelum kita membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri pertambangan dan PT Aneka Tambang Tbk, pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri pertambangan Indonesia, analisa siklus industri, analisa siklus bisnis, strategi bersaing Perusahaan, serta pertumbuhan pasar pertambangan.
Secara umum, ada tiga penoekatan yang dapat kita gunakan daiam metakukan penilaian/ value dari suatu saham (valuation), Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa kitalah yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan, Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor eksternal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, kita harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.
Karena itu, sangat beralasan jika kita melakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Kita akan melakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melakukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, kita melakukari peramaian earning perusahaan masa depan dan melakukan penilaian dengan metode yang ada.
Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa hasil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.
Dari hasil perhitungan valuation terhadap saham PT Aneka Tambang Tbk diperoleh value of equity perusahaan sebesar Rp 1.355.131.557.000. Setelah membagi nilai tersebut dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (1.230.769.000 lembar saham) maka diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 1.101. Dengan membandingkan intrinsic equity per share perusahaan dengan current market price / share (tanggal 19 Juli 2002) sebesar Rp 700, maka dapat dikatakan bahwa saham Aneka Tambang Tbk berada pada posisi undervalued sebesar Rp 401 per lembar sahamnya.
Pada akhimya, kita tetap harus mengingat bahwa valuation dalam karya akhir ini mengacu pada satu skenario dasar yang mungkin menyebabkan kesalahan dalam melakukan penilaian perusahaan. Sehingga, disarankan agar peramalan earning dilakukan dengan beberapa skenario yang lebih rinci untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestiana Laksmi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yohanes Edi Gunanto
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T40296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Marscella A. P.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8797
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Irfan
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga properti terhadap indeks harga saham di Indonesia pada periode 2007 hingga 2011. Penelitian ini dilakukan karena pada penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya menghasilkan bahwa harga properti di Hong Kong maupun di Singapura berpengaruh terhadap indeks harga saham masing-masing negara tersebut, serta perkembangan bisnis properti di Indonesia yang dinilai menjanjikan dan terus meningkat. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan model Fama- Gibbons. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga properti mempengaruhi perubahan pada IHSG. Di sisi lain, tingkat laju inflasi sebagai variabel kontrol diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan IHSG.

The objective of this study is to analyze the impact of property prices on stock prices indices in Indonesia within the period of 2007 until 2011. The research was conducted based on prior researches resulted that property prices in Hong Kong and Singapore affected to its stock price indices, as well as the development of the property business in Indonesia is promising and rising. The methodology for this study is the Fama-Gibbons model. The result indicated that the property prices have an impact to the change of Jakarta Composite Index (JCI). On the other hand, the inflation rate as the control variable has no impact to the change of JCI.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janto Havianto
"Kenaikan suku bunga akibat dari krisis global subprime mortgage pada kuartal ke3 tatmn 2008 ternyata mempengaruhi barga obligasi syariah korporasL Hal ini terlihat dari korva suko bunga SBI dan obligasi syariah yang berkorelasi negatif membentuk pencenninan terhadap sumbu x.
Ohligasi syariah sebagai produk investasi syariah seharusnya lebih cenderung mumi dipengaruhi o!eh usaha dan kegiatan yang berpedoman pada prinsip yang syariah dan bebas dari pengaruh suko bunga..
Sharia Rnte of Return yang diperoleh dari rata-rata tertimbang Gross Equivalent Rate of Return pendapatan industri perbankan syariah mernpakan altematlf yang sangat tepat untuk dijadikan sebagai acuan penetapan harga dari produk keuangan syariah,
Oleh karena itu diperlukan penelitian yang akan diJakukan dalam tesis ini untuk mengetahui sejauh mana signifikansi pengaruh SBI dan SRR sebagai variabel penelitian, beserta variabel pengontrol Jain, yaitu : Kurs, IHSG dan IHK terhadap harga Obligasi Syariah Korporasi (OSK).
Data·da!a yang dihimpun merupakan data seknnder dari periode Januari2007 sampai dengan Desember2009. Data terSebut bersumber dari Bank Indonesia, Jakarta Stock Exchange, Bapepam, Reuters, Bloomberg, B-Syariah Mandiri. BankMuamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia.
Metoda pene1itian yang digunakan adalah regresi linier majemuk dengan metode ARCH/GARCH dengan pengujian model sesuai dengan asumsi yang didasari oleh analisis statistik dan ekonometrika.

Raise of interest rate caused by subprime mortgage global crisis in the 3rd quarter of 2008 is in fuct also affect the price of Corporate Sharia Bond. This could be seen from the negative correlation between SBI interest rate curve and sharia bond forming reflection of the x·axis.
Sharia bond as one of sharia investment product should have been affected
more by business and activities related to Sharia principle and therefore should not be affected by interest rate.
Sharia Rate of Return could be measured by calculating the average of Gross Equivalent Rate of Return from sharia financiai industry income which is an appropriate alternative to become reference for determining the price of Sharia fmancial products, Because of that, such research that would be done in this thesis should be done in order to understand th.e significance of SBI and SRR as a research variable, influence along with other data as a control variable for this research which consist of : Exchange rate (Kurs), Jakarta Composite Index (IHSG) and Consumer Price Index (fHK) related to Corporate Sharia Bond price (OSK).
The data obtained here are secondary data from the period of JMuary 2007 until December 2009. The data came from Bank of Indonesia. Jakarta Stock Exchange, Bapepam, Reuters, Bloomberg, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia.
The research method is multiple linear regression with ARCHJGARCH method and model testing based on asswnption from statistical analysis and econometric.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33483
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Budi Siswanti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel makro ekonomi, yaitu: kurs USD/IDR, tingkat suku bunga, inflasi dan variabel mikro ekonomi, yaitu: Volume Perdagangan, Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) dari indeks harga saham gabungan dan indeks saham sektoral terhadap harga saham.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis pengaruh variabelvariabel di atas adalah ARCH/GARCH. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dari Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurs USD/IDR, tingkat suku bunga, inflasi, Debt Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham Gabungan dan mayoritas indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk variabel volume perdagangan dan price earning ratio (PER) memiliki pengaruh yang positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dan mayoritas Indeks Saham Sektoral.

The purpose of this research is to provide evidence on the impacts of macro economics variables, namely USD/IDR exchange rate, interest rate, inflation, and micro economics variable such as: Trading Volume, Price Earning Ratio (PER), and Debt to Equity Ratio (DER) of the Composite Index Stock and The Sectoral Index Stocks on a stock price.
The research methodology used in analyzing the above mentioned variables are ARCH/GARCH. The source of data for this research is from Bank Indonesia and the Indonesia Stock Exchange.
The result of this research showed that USD/IDR exchange rate, interest rate, inflation, Debt to Equity Ratio have negative impacts on the Composite Index Stock Prices and Sectoral Index Stock Prices. While the Trading Volume and Price Earning Ratio has a positive impacts on the Composite Index Stock Prices and the Sectoral Index Stock Prices.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nellia Putri
"Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian indonesia mengalami krisis yang terparah sepanjang sejarah Orde Baru. Hal ini diawali dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hingga 80 persen dan peningkatan suku bunga deposito dan sekitar 15 persen menjadi 30 persen, serta inflasi yang melonjak hingga dua digit. Hampir seluruh perusahaan Indonesia tidak mampu membayar kewajibannya. Secara teknis perusahaan-perusahaan tersebut dapat dinyatakan bangkrut. Kondisi ini menimbulkan efek penurunan harga-harga saham perusahaan yang terdaftar- di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Indeks pasar yang ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan ([HSG) merosot tajam dan nilai 726 (akhir Juil 1997) menjadi hanya 260 pada bulan September 1998. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi perubahan harga saham pada waktu berubahnya indikator-indikator ekonomi tersebut.
Namun terdapat fenomena menarik yang terjadi selama periode krisis tersebut, dimana ada saham-saham yang mampu bertahan dan hampir tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi politik, yang oleh para analis dan investor di pasar modal dikategorikan sebagai defensive stocks. Saham-saham ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak di bidang komoditi utama atau yang setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dan memiliki pasar yang luas. Beberapa saham yang termasuk dalam kategori tersebut adalah saham perusahaan sektor industri consumer goods, terutama dari sektor indutri makanan-minuman dan rokok.
Fenomena ini menarik untuk dilakukan penelitian guna mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor ekonomi makro terhadap kinerja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods. Dan bila terdapat pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap kinerja saham saham perusahaan seictor industri consumer goods, seberapa signifikan pengaruhnya terhadap harga saham tersebut.
Untuk menganalisis permasalahan tersebut digunakan pemodelan multifaktor, dimana seluruh data variabel penelitian yang diguriakan berupa data runtun waktu (urne series) dengan skala data bulanan (monthly) dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda (OLS). Indeks Harga Saham Gabungan (ll-ISG), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan suku bunga SBI I buían dan tingkat itifiasi merupakan faktor-faktor yang mewakili faktor ekonomi makro yang sangat bergejolak selama krisis berlangsung dan menjadi variabel bebas (independent variable) dalam persamaan regresi. Sedangkan indeks harga saham perusahaan kategori industri Consumer goods sebagai vanabel terikatnya (dependent varíabk). Indeks saham perusahaan Consumer goods yang digunakan dalam penelitian adalah INDF, MYOR, SUBA, ¡JLTJ (kategori food & beverages); BATI, GGRM dan HMSP (kategori tobacco manufactures); DNKS, KLBF dan TSPC (kategon pharmaceuticals); UNVR (kategori cosmetics & household) dan KDSI (kategori houseware), sefla IHSCG (indeks harga saham sektor consumer goods).
Hasil penelitian menunjukJn bahwa secara umum IHSG berpengaruh sangat signifikan dan positif terhadap seluruh indeks harga saham kecuali pada indeks ?larga saham IJLTJ, BATI dan DNKS. Pengaruh negatif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs) cukup signifikan terhadap indeks harga saham INDF, MYOR, HMSP, DNKS, KLBF, dan TSPC. Sedangkan perubahan suku bunga SBI memberi pengaruh negatif hanya pada indeks harga saham HMSP dan inflasi juga memberi pengaruh negatif hanya pada indeks harga saham MYOR dan BATI.
Langkah berikutnya dalam penelitian adalah dengan mengembangkan model yaig mengikutsertakan faktor autoregressive function (AR) sebagai fi.ingsi residual atau penyimpangan (Ut) dan moving average function (MA) sebagai fiingsi inovasi yang membenkan informasi tentang residual (et) atau kombinasi keduanya yang dikenal sebagai model ARMA yang dapat digunakan untuk meramalkan indeks saham ke depan dengan lebih baik, karena faktor AR dan MA ternyata mampu memberikan informasi tambahan yang menjelaskan terjadinya variabilitas indeks saham consumer goods seperti INDF, SUBA, IJLTJ, DNKS, KLBF, TSPC, UNVR dan KDSI. Kriteria pemodelan yang digunakan adalah sesuai degan kriteria Box-Jenkins, yaitu parsimony, gccdncss offi dan information "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T5540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>