Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andinia Fathonah
"

Penatalaksanaan medis pada closed fracture shaft femur seringkali menimbulkan nyeri, edema, penurunan kekuatan otot, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Penatalaksanaan yang salah pada fraktur femur akan berdampak pada kekakuan sendi, nekrosis avascular, penyatuan nonfungsional dan penyatuan terhambat. Oleh karena itu, dibutuhkan program latihan yang efektif untuk mencegah komplikasi tersebut, diantaranya melalui latihan ankle pump. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan efektifitas latihan ankle pump dalam mempercepat pemulihan pasca pembedahan orthopaedi. Latihan ankle pump terbukti efektif dalam menurunkan nyeri, menghilangkan edema dan meningkatkan kekuatan otot yang memudahkan klien dalam ambulasi secara bertahap


 

 


Medical management of the closed fracture shaft femur often causes pain, edema, decreased muscle strength, and limited joint motion. Incorrect management of femoral fractures will have an impact on joint stiffness, avascular necrosis, nonfunctional union and inhibited unification. Therefore, an effective exercise program is needed to prevent these complications, including through ankle pump training. This scientific paper use case study method to describe analysis of the effectiveness of ankle pump exercises in accelerating post-orthopedic surgery recovery. Ankle pump exercise is proven effective in reducing pain, eliminates edema and increases muscle strength which facilitates the client in gradual ambulation.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shovy Suha Naulia
"Latar Belakang: Ti-6Al-4V merupakan material implan yang sering digunakan untuk aplikasi biomedis, tetapi biaya produksi yang masih mahal. Sehingga diperlukan perlakuan panas untuk mengurangi biaya produksi dengan hasil produk yang optimal. Salah satu syarat diterimanya material implan yaitu harus kompatibel dengan jaringan sekitar.
Tujuan: Mengamati efek implantasi material implan Ti-6Al-4V ELI dengan perlakuan panas 850°C pada regenerasi tulang femur tikus yang diamati melalui gambaran histologi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekperimental pada 2 tikus betina Sprague Dawley di setiap kelompok. Terdapat 3 kelompok penelitian yang mencakup kelompok kontrol normal, kelompok kontrol defek, serta kelompok perlakuan yang diberi defek dan diimplantasi bahan uji material implan Ti-6Al-4V ELI dengan perlakuan panas 850°C. Tikus dikorbankan pada minggu ke-4 lalu dilakukan pengamatan histologis menggunakan skoring histologi Salkeld yang dimodifikasi.
Hasil: Hasil skor histologi pada kedua sampel kelompok kontrol defek dan sampel-1 kelompok perlakuan yaitu 2 yang menandakan proses pembentukan tulang baru mencapai tahap pembentukan fibrokartilago. Pada sampel-2 kelompok perlakuan didapatkan hasil skor histologi 3 yang menandakan proses pembentukkan tulang sudah mencapai tahap terjadinya mineralisasi kartilago.
Kesimpulan: Implantasi material implan Ti-6Al-4V ELI dengan perlakuan panas 850°C dapat diterima oleh jaringan tulang disekitarnya diamati dari proses regenerasi tulang yang ditunjukkan oleh adanya fibrosa, fibrokartilago, dan kartilago yang termineralisasi. 

Background: Ti-6Al-4V is an implant material that is often used to biomedis application but the production costs are still expensive, so that heat treatment is needed to reduce production costs with optimal product results. One of the conditions for implant material is that it must be compatible with surrounding tissue.
Objective: To evaluate the effect of Ti-6Al-4V ELI implan material implantation with 850°C heat treatment on the regeneration of rat femoral bone observed through histology.
Method: This study used an experimental study design with two female Sprague Dawley Rattus novergicus rat on each group. There were three observation groups including normal control group, defect control group, and one treatment group that was given a defect and implanted by the implant material (Ti-6Al-4V ELI) with 850° C heat treatment. Rats were sacrificed in the fourth week and performed histological observation using modified Salkeld scoring.
Result: The results obtained from histological scoring of 2 samples of control group and sample-1 of treatment group are 2 which indicate that they reached the formation stage of fibrocartilago tissue. The histological results of sample-2 treatment groups is 3 which indicates the recovery process have reached mineral cartilage mineralization.
Conclusion: Implantation of Ti-6Al-4V ELI implant material with 850°C heat treatment is acceptable within the nearest bone tissue, observed from bone regeneration process which is indicated by the presence of fibrous, fibrocartilages, and mineralized cartilages.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Hertanto
"Angka kejadian fraktur yang masih cukup tinggi, diikuti komplikasi berupa nonunion akan menimbulkan berbagai masalah selama proses penyembuhan yang berujung pada tingginya biaya kesehatan. Berbagai tindakan pencegahan perlu diberikan berdasarkan faktor-faktro yang dapat mempengaruhi penyembuhan tulang. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan pemberian soybean pada tikus sparaque dawley dengan patah tulang femur yang terbagi atas kelompok A/kontrol, kelompok B/25 mg, dan kelompok C/50 mg. Evaluasi dilakukan dengan radiologi dan histopatologi. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi radiologi pada ketiga kelompok. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi histopatologi pada kelompok C dibandingkan kelompok lainnya"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013;
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Isabella Kurnia
"Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut.
Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.

Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population.
The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters.
The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Bendang Fizuhri
"Sampai saat ini, patah tulang pinggul makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli Wait orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avascular necrosis dan nonunion. Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi.
Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan balk, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avascular necrosis. Secara umum, penggunaan skrew kompresi tunggal yang besar untuk memfiksasi fraktur leher femur tidak dapat direkomendasikan. Skrew ini akan banyak mengorbankan bagian terigah tulang pada leher femur, dan jika penempatannya tidak optimal, akan dapat mencederai suplai darah ke kaput femur sehingga mengakibatkan kemungkinan terjadinya penyembuhan tulang menjadi berkurang.
Hasil klinis yang sangat balk didapatkan bila menggunakan skrew cancellous yang disusun paralel. Beberapa studi biomekanika menunjukkan bahwa skrew cancellous yang disusun paralel secara biomekanika setara dengan sliding hip screw (SHS). Rehnberg dan Olefrud menemukan adanya korelasi antara fiksasi dengan skrew terhadap kekuatan dari koteks lateral. Berdasarkan studi yang telah dilakukannya, mereka menyimpulkan bila korteks lateral tidak dapat memberikan stabilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya pergeseran skrew dan gaya reduksi, akan menimbulkan komplikasi dan sering terjadi gagal sambung, sedangkan Parker menyimpulkan tidak ada pengaruh yang berarti dari pemberian tambahan side plate. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kekuatan dan korteks lateral dalam mempertahankan fiksasi skrew cancellous paralel terhadap gaya aksial serta apakah kekuatan dari korteks lateral dapat diperbaiki.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Berapakah besarnya gaya aksial yang dapat ditahan oleh korteks lateral pada fraktur leher femur yang telah reduksi anatomis dan difiksasi dengan menggunakan skrew cancellous paralel?
2. Berapakah besarnya gaya aksial yang dapat ditahan bila korteks lateral diperkuat dengan periarthricular plate?"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Desty Fadhilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengamati efek implantasi scaffold Injeksi Hidroksiapatit Kitosan IHAK pada regenerasi defek tulang femur kelinci melalui gambaran histologis. Penelitian ini menggunakan kelinci New Zealand dewasa yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kontrol, kemudian dibuat defek pada area kondil tulang femur. Defek pada kelompok perlakuan menerima implantasi scaffold IHAK dan kelompok kontrol tidak menerima apapun. Kelinci dikorbankan pada minggu ke-4 lalu dilakukan pengamatan histologis menggunakan skoring Salkeld yang telah dimodifikasi. Didapatkan hasil berupa skor histologis kelompok perlakuan adalah 4 yang menandakan tulang sudah termineralisasi dan penyatuan tulang yang sempurna. Sementara itu, skor kelompok kontrol adalah 2 yang menandakan tulang masih berbentuk kalus dengan gambaran sel kondrosit dan fibroblas. Oleh karena itu, Scaffold IHAK efektif dalam mempercepat regenerasi defek tulang femur kelinci.

This study aimed to evaluate the effect of Injectable Hydroxyapatite Chitosan IHAC Scaffold on rabbit femoral defect regeneration by assessing its histological view. In this study, we used two adult New Zealand rabbit that divided into two groups, treated group and control group. Defect was made in femoral bone of each rabbit. The defect of treated rabbit received implantation of IHAC scaffold, while the defect of control group was left empty. Rabbit was sacrificed in the after four weeks and evaluated histologically using Modified Salkeld Histological Scoring. The results showed score for treated group was 4 which indicated mineralization and complete union of bone defect. While score for control group was 2 which indicated bone defect was still in callus stage with presence of chondrocyte and fibroblast. Therefore, Injectable Hydroxyapatite Chitosan IHAC scaffold was effective for regeneration of rabbit femoral bone defect."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Isabella
"Fraktur neck femur merupakan salah satu jenis fraktur yang paling umum terjadi pada pasien lanjut usia. Pembedahan menjadi pilihan penanganan medis utama yaitu salah satunya adalah hemiarthroplasty. Salah satu komplikasi utama pada pasien post operasi hemiarthroplasty adalah trombosis vena dalam, yang dapat berkembang membahayakan nyawa pasien ketika trombus lepas menuju paru-paru dan menimbulkan emboli paru. Pembentukan trombosis vena dalam dapat dicegah dengan merujuk pada latihan fisik guna menstimulasi aliran darah pada ekstremitas bawah.
Karya Ilmiah Akhir Ners KIAN ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian intervensi ankle pump untuk mencegah pembentukan trombosis vena dalam pada pasien fraktur neck femur post hemiarthroplasty. Hasil intervensi menunjukkan tidak adanya tanda-tanda trombosis vena dalam selama perawatan post operasi fase akut di rumah sakit sehingga tindakan ini dapat menjadi alternatif intervensi keperawatan untuk pencegahan gangguan sirkulasi perifer pada pasien post hemiarthroplasty.

Femoral neck fracture is one of the most common types of fractures in elderly patients. Surgery becomes the main medical treatment option, one of them is hemiarthroplasty. One of the major complications in post operative hemiarthroplasty patients is deep vein thrombosis, that can develop to be life threatening when the thrombus breaks, travel into the lungs and causes pulmonary embolism. The formation of deep vein thrombosis can be prevented by referring to physical exercise to stimulate the blood flow in the lower extremities.
This case study aimed to identify the impact of ankle pump exercise to prevent deep vein thrombosis in patients with femoral neck fracture post hemarthroplasty. The results of the intervention showed there was no signs of deep vein thrombosis during acute hospital post operative care. In brief, ankle pump exercise could be an alternative intervention to prevent the peripheral vascular disease in patient post hemiarthroplasty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah
"ABSTRAK
Fraktur femur dikenal sebagai fraktur yang umum terjadi di wilayah perkotaan dibandingkan wilayah pedesaan. Di perkotaan banyak dijumpai kasus fraktur femur, namun di pedesaan lebih banyak ditemukan yaitu fraktur pada ekstremitas atas. Hal ini karena perbedaan karakteristik wilayah dan penduduk dari keduanya, sehingga masyarakat kota memiliki faktor risiko yang khas wilayah perkotaan seperti contohnya fraktur yang terjadi karena trauma atau kecelakaan lalu lintas. Pada kasus ini, Ny H merupakan seorang wanita berusia 43 tahun dan bertempat tinggal di wilayah perkotaan. Ny H mengalami fraktur femur intertrochanter tertutup bukan disebabkan karena cedera tetapi karena proses infeksi. Berdasarkan pengkajian dan analisis data pada periode pre operasi maupun post operasi, ditemukan masalah keperawatan nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, risiko infeksi, risiko trauma, dan risiko kerusakan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang dibahas dalam karya tulis ini adalah mengenai latihan kekuatan otot isometrik untuk mencegah penurunan kekuatan otot dan mempersiapkan ambulasi serta mobilisasi dini secara optimal.

ABSTRACT
Femoral fractures are known as common fractures in urban areas rather than rural areas. In urban areas there are many cases of femoral fracture, but in rural areas more commonly found is fracture in upper limb. This is due to the different characteristics of the region and the population of both, so that urban people have typical risk factors in urban areas such as fractures that occur because of injury or traffic accidents. In this case. Mrs H is a 43 year old female and lives in an urban area. Mrs H has a closed femoral fracture intertrochanter not caused by injury but because of infection process. Based on assessment and analysis of data in the preoperative and postoperative periods, acute pain nursing problems, impaired physical mobility, infection risk, risk for injury, and risk for impaired skin integrity were found. Nursing interventions discussed in this paper are about isometric excercise to prevent decreased muscle strength and prepare for early ambulation and early mobilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Widyasmoro
"ABSTRAK
Kepadatan penduduk dan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang pesat di perkotaan mengakibatkan peningkatan insiden kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan, salah satunya adalah fraktur, yang banyak terdapat pada Instalasi Rawat Inap Gedung Prof. Soelarto Lantai Satu Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada pasien fraktur adalah pembedahan yang bertujuan memperbaiki posisi patahan tulang dan mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan lebih cenderung mengalami kecemasan berkaitan dengan prosedur yang akan dijalani. Implementasi berupa edukasi kesehatan diberikan pada masa preoperasi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesiapan untuk menjalani pembedahan. Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk menganalisis implementasi edukasi kesehatan sebagai salah satu asuhan keperawatan preoperasi dalam menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan kesiapan pasien untuk menjalani tindakan pembedahan. Hasil yang diperoleh menunjukkan edukasi yang dilakukan pada masa preoperasi bermanfaat untuk meningkatkan kesiapan pasien terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga meningkat dengan implementasi berupa edukasi kesehatan, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan perilaku yang lebih adaptif pada masa preoperasi pada masa perencanaan pulang.

ABSTRACT
Population density and rapid growth in motor vehicle ownership in urban areas resulted in an increased incidence of traffic accidents. Traffic accidents cause negative impact to health, one of which is fracture, which is mostly found in Prof. Soelarto Building Fatmawati General Hospital. Common management of fracture patients is surgery aimed at improving bone fracture and preventing further tissue damage. Patients who will undergo surgery are more likely to experience anxiety related to the procedure to be followed. Implementation in the form of health education is given during the preoperative to reduce anxiety and increase the readiness to undergo surgery. The purpose of this paper is to analyze the implementation of health education as one of the preoperative nursing care in reducing the anxiety level and improve the patient 39 s readiness to undergo surgery. The results obtained show that education conducted during preoperative useful to improve patient readiness of surgery to be performed. The level of knowledge of patients and families increases with the implementation of health education, which can lead to more adaptive behavioral changes during the preoperative period and discharge planning."
2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melius Mau Loko
"Fraktur intertrochanter femur merupakan fraktur yang terjadi di antara trochanter mayor dan minor sepanjang linea intertrochanter di luar kapsul sendi. Hambatan mobilitas fisik merupakan salah satu masalah yang ditemukan pada klien dengan Fraktur intertrochanter femur. Intervensi latihan rentang pergerakan sendi dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik dengan tujuan untuk mengurangi keterbatsan rentang gerak sendi, disabilitas, dan kontraktur. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan melalui pendekatan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada klien Fraktur intertrochanter femur dengan hambatan mobilitas fisik. Intervensi ini diterapkan pada klien selama 11 hari sebelum operasi dan 4 hari setelah operasi. Klien diberikan edukasi untuk melakukan latihan dua kali sehari dan disesuaikan dengan toleransi klien. Tindakan latihan rentang pergerakan sendi dilakukan selama 10 sampai 15 menit dengan posisi semi fowler atau supinasi. Hasil evaluasi didapatkan adanya peningkatan rentang gerak sendi pada hari pertama dan kedua post operasi ORIF sampai sudut elevasi kaki kiri mencapai 60 derajat area sendi hip. Intervensi Latihan rentang pergerakan sendi sangat direkomendasikan untuk diterapkan di area pelayanan keperawatan khususnya di ruang bedah sebagai tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat.
Fracture intertrochanter femur is a fracture that occurs between the trochanter major and minor along the line intertrochanterica outside the joint capsule. Impaired physical mobility is one of the typical problems found in clients with femoral intertrochanter fractures. Intervention range of joint movement exercises can be performed to overcome the physical mobility barriers in patients with the aim of reducing the range of motion of joints such as disability and contractures. This scientific work aims to provide an image of nursing care through the approach of Urban Health Nursing Problems on clients Fracture intertrochanter femur with physical mobility barriers. This intervention is applied to the client for 11 days before surgery and 4 days after surgery. Client is given education to do the exercises twice a day and adjusted to client tolerance. The range of joint movement movements is performed for 10 to 15 minutes in a semi-fowler or supine position. The results showed an increase in range of motion of the joints on the first day and second post of ORIF surgery until the left foot elevation angle reaches 60 degrees of the hip joint area. Intervention The range of joint movement exercises is highly recommended to be applied in the nursing service area, especially in the operating room as an independent action that the nurse can perform."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>