Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Routledge, 2012
371.58 CYB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah
Abstrak :
Pada tahun 2017 sebanyak 69% anak muda diketahui pernah melakukan cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Perilaku ini tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga dewasa. Penelitian menemukan bahwa cyberbullying memiliki hubungan dengan kepribadian Dark Triad (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) dan harga diri (Pyżalski, 2012). Kepribadian Dark Triad terdiri dari 3 sifat yaitu Psikopati, Machiavellianisme, dan Narsisisme. Pada penelitian ini kepribadian Dark Triad diukur pada tingkat subkilinis. Semakin tinggi kepribadian Dark Triad seseorang maka semakin tinggi kecenderungan melakukan cyberbullying. Pada kepribadian Dark Triad individu memiliki harga diri yang tinggi. Sementara, harga diri yang tinggi akan berkorelasi dengan perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harga diri sebagai mediator dalam hubungan antara kepribadian Dark Triad dan kecenderungan cyberbullying pada usia dewasa awal. Partisipan penelitian terdiri dari 292 partisipan dengan rentang usia 20-35 tahun. Hasil analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS menemukan bahwa harga diri memediasi secara signifikan terhadap hubungan antara sifat Psikopati dan Narsisisme dan cyberbullying.
In 2017 a survey found that 69% of young people did cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Cyberbullying does not only occur in adolescents but also adults. Previous research found that cyberbullying had a relationship with Dark Triad personality (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) and self-esteem (Pyżalski, 2012). The Dark Triad personality consists of 3 characteristics, namely Psychopathy, Machiavellianism, and Narcissism. In this study Dark Triad personality measured in subclincial population. People who have higher Dark Triad personality will have higher tendency to cyberbullying. Individuals in Dark Triad personality have high self-esteem. High self-esteem correlates with cyberbullying. This study aims to see the role of self-esteem as a mediator in the relationship between Dark Triad personality and cyberbullying in early adulthood. The study participants consisted of 292 participants with an age range of 20-35 years. Researcher used Cyberbullying Scale, Rosenberg Self-Esteem Scale and Short Dark Triad Scale for measurement tools. The results of mediation analysis using PROCESS found that self-esteem mediated significantly in relationship between Psychopathic and Narcissistic traits with cyberbullying.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianda Febrianti
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran cyberbullying pada mahasiswa Universitas Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner online. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini hasil adaptasi dari alat ukur Willard yang bernama Student Assessment Survey dengan format dan teknik skoring dari alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) yang disusun oleh Topcu dan Baker. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan statistik deskriptif. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini 133 mahasiswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77% (N=103) mahasiswa UI pernah terlibat dalam cyberbullying. Mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan, berusia 20-25 tahun dan menggunakan internet 21-42 jam per minggu lebih banyak terlibat cyberbullying baik sebagai pelaku maupun korban. ......This study was conducted to know the description of cyberbullying of students of the Universitas Indonesia. The method used in this study was quantitative and collecting data through online questionnaires. Measuring instruments were the results of the adaptation of the instrument from Willard, named Student Assessment Survey with format and scoring technique from Cyber Bullying Inventory Revised (RCBI) compiled by Topcu and Baker. In processing the data, the researcher used descriptive statistics. The number of participants involved in this study 133 students. The result of the study showed that 77% of students involved in cyberbullying. Female students, age 20-25 years and using the internet for 21-42 hours per week, are more involved in cyberbullying than other characteristics either as perpetrators or victims.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Anandiza Syafris
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri. ......This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants. The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Syafindra
Abstrak :
Peningkatan penggunaan media sosial yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari pada remaja, yang akan berdampak pula pada peningkatan perilaku negatif, seperti cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, prakiraan dampak bentuk cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja, serta cara mitigasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui teknik pengumpulan data yang meliputi studi literatur, studi dokumen dan wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis tematik kualitatif untuk mengidentifikasi bentuk cyberbullying pada korban remaja di media sosial, dan menganalisa prakiraan kualitatif menurut narasumber ahli, terkait prakiraan dampak cyberbullying terhadap kemampuan kecerdasan emosional remaja dalam penggunaan media sosial, serta cara mitigasi cyberbullying pada remaja. Hasil penelitian ini teridentifikasi temuan lima kasus korban cyberbullying remaja dalam bentuk flaming dan harassment di media sosial, yang memungkinkan korban remaja cenderung mengalami dampak terhadap kemampuan kecerdasan emosionalnya, dalam sulitnya untuk memahami dan mengelola emosi dirinya dan orang lain. Dengan sulitnya korban cyberbullying remaja untuk memahami dan mengelola emosinya, memungkinkan korban remaja cenderung untuk mengalami sulitnya membina hubungan sosial, ketidak percayaan diri, stres, depresi, dan mengalami kegagalan dalam prestasi belajar di sekolah. Serta, hasil penelitian dalam cara mitigasi cyberbullying terhadap remaja untuk memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang baik, yaitu, pertama, dengan cara individu remaja untuk tidak merespon cyberbullying yang dialaminya. Kedua, dengan cara memastikan remaja mendapati dukungan dari lingkungan keluarga dan sekolah, yaitu, pastikan remaja dapat komunikasi yang baik oleh orang tuanya, dan pastikan remaja untuk dapat literasi oleh guru di sekolah, tentang penggunaan media sosial yang baik dan fenomena cyberbullying merupakan perilaku buruk. ......The increased use of social media has become an integral part of daily life in adolescents, which will also have an impact on increasing negative behaviors, such as cyberbullying. This study aims to determine the form of cyberbullying on teenage victims on social media, the predicted impact of this form of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities, and how to mitigate it. This research used qualitative methods through data collection techniques which included literature studies, document studies and interviews. This study uses qualitative thematic analysis techniques to identify the form of cyberbullying on adolescents' victims on social media, and analyzes qualitative forecasts according to expert sources, related to forecasting the impact of cyberbullying on adolescents' emotional intelligence abilities in using social media, as well as how to mitigate cyberbullying on adolescents. The results of this study identified the findings of five cases of adolescent victims of cyberbullying in the form of flaming and harassment on social media, which allows adolescent victims to tend to experience an impact on their emotional intelligence abilities, in the difficulty of understanding and managing the emotions of themselves and others. With the difficulty of adolescent victims of cyberbullying to understand and manage their emotions, it is possible for adolescent victims to tend to experience difficulties in fostering social relationships, lack of self-confidence, stress, depression, and experience failure in academic achievement at school. In addition, the results of research on how to mitigate cyberbullying so that adolescents have good emotional intelligence abilities, namely first by how individual adolescents do not respond to the cyberbullying they experience. Second, by ensuring that adolescents get support from the family and school environment, namely ensuring that adolescents can communicate well with their parents, and ensuring that adolescents are literate by teachers at school, about good use of social media and the phenomenon of cyberbullying is bad behavior.
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nursanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons saksi dalam perilaku cyberbullying. Dalam penelitian ini, terdapat dua studi korelasional yang dilakukan. Studi 1 berkaitan dengan respons saksi yang dilihat berdasarkan faktor individu dan melalui pendekatan Theory of Planned Behavior TPB . Penelitian ini dilakukan dengan responden sejumlah 117 mahasiswa dari beberapa universitas yang terdapat di Jabodetabek. Sementara itu, SEM PLS digunakan untuk menganalisis prediksi keseluruhan model TPB mengenai respons saksi di dalam cyberbullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku dapat memprediksi intensi. Di antara ketiga variabel tersebut, sikap adalah variabel paling dominan yang memengaruhi respons saksi. Selanjutnya, ditemukan bahwa faktor kondisi ragam relasi saksi memiliki peranan dalam hubungan antara intensi dan respons saksi terhadap cyberbullying. Pada studi ke-2, peneliti memasukkan ragam relasi sebagai moderator antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kendali perilaku. Pada studi 2 tersebut, ditemukan bahwa dari keempat kondisi ragam relasi saksi dengan pelaku dan korban, kondisi relasi saksi tidak mengenal pelaku dan korban adalah kondisi yang paling memengaruhi hubungan antara sikap dengan intensi. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi dan menghentikan perilaku cyberbullying, perlu dilakukan penguatan diri personal melalui sikap setiap individu. Penguatan diri personal tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran diri mengenai bahaya cyberbullying. Untuk melaksanakan hal tersebut, diperlukan peran dan dukungan dari orang-orang di lingkungan sekitar individu; seperti kepedulian menciptakan susana sehat. Perilaku saling menghargai dan menghormati dalam berinteraksi di dunia maya menjadi cerminan tingginya norma subjektif. Di samping itu, persepsi kendali perilaku dapat ditumbuhkan dengan cara meningkatkan kemampuan asertif, empati, kepedulian sosial, dan membangun relasi yang baik terhadap sesama.
This study examines the response of bystander in cyberbullying. There are two correlational studies conducted. Study 1 relates to bystanders 39; s response viewed by individual factors and through the Theory of Planned Behavior TPB approach. This research was conducted with respondents of 117 students from several universities located in Jabodetabek. Meanwhile, SEM PLS was used to analyze the overall prediction of the TPB model of bystander response in cyberbullying. The results show that attitudes, subjective norms, and perceived behavioural control can predict the intention. Among the three variables, attitudes are the most dominant variables that influence the response of bystander. Furthermore, it was found that the variation factor of the bystander relation relationship had a role in the relationship between the intention and the bystander response to cyberbullying. In the second study, the researcher included the variety of bystander relationships as moderators between attitudes, subjective norms, and perceived of behavioural control. In the second study, it was found that from the four conditions of the various relations of a bystander with the perpetrators and victims, the condition of the bystander relation did not recognise the perpetrator and the victim was the condition that most affected the relationship between attitude and intention. The implications of the study are to reduce and to stop cyberbullying behaviour; it is necessary to strengthen the personal self through the attitude. Growing self-awareness can do personal self-reinforcement about the dangers of cyberbullying. Furthermore, the role and support of people in the individual 39;s surroundings are required; such as caring to create a good internet sharing. The behaviour of mutual respect and respect in interacting in the virtual world becomes a reflection of the high subjective norm. Also, perceived of behavioural control can be grown by increasing assertiveness, empathy, social awareness, and building good relationships with others.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2462
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemma Michelia Junior
Abstrak :
Penggunaan internet dan media sosial saat ini telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Fenomena tersebut membuat remaja menjadi terlalu sering menggunakan internet dan media sosial sehingga berisiko mengalami cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cyberbullying khususnya body shaming dengan tingkat depresi pada remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik-korelasional dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan secara online dengan melibatkan 209 remaja di SMA Muhammadiyah 04 Depok dan SMAITP Nururrahman Depok. Instrumen yang digunakan yaitu Sociocultural Attitudes towards Appearance Questionnaire (SATAQ) untuk mengukur tingkat body shaming dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur tingkat depresi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara cyberbullying: body shaming dengan tingkat depresi dengan nilai p value 0,001. Pemberian edukasi kesehatan terkait cyberbullying: body shaming dan bahayanya perlu dilakukan untuk menekan angka depresi pada remaja. ......The use of the internet and social media must be a primary need for some people. This phenomenon makes teenagers use the internet and social media too often so they are at risk of experiencing cyberbullying. This study aims to find out the correlation of cyberbullying specifically to body shaming with depression rates in adolescents. The research method used is a correlational analytic cross-sectional research design conducted online involving 209 teenagers at Muhammadiyah Senior High School 04 Depok and Nururrahman Islamic Senior High School. The instrument used was the Sociocultural Attitude towards Appearance Questionaire (SATAQ) to measure embarrassing bodily levels and the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to measure depression levels. Analysis of the data used in the univariate analysis and bivariate analysis using the Chi-Square test. The results obtained showed that there was a significant correlation between cyberbullying: body shaming with depression levels with p values obtained 0.001. Provision of health education related to cyberbullying: body shaming and the dangers that need to be done to prevent depression in adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Dwi Setyani Hanindita
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tiga permasalahan. Pertama mengenai bagaimana bentuk pertanggungjawaban pidana anak terhadap cyberbullying terhadap sesama anak, yang didahului dengan penjelasan mengenai pasal-pasal pada peraturan perundang-undangan pidana di Indonesia dan berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. Kedua adalah mengenai upaya preventif dan represif yang dapat dilakukan di Indonesia dalam rangka perlindungan anak. Ketiga mengenai penegakan hukum, permasalahan, dan solusi dengan negara Filipina, Australia, dan Finlandia sebagai pembanding dengan kondisi di Indonesia. Penggunaan metode penelitian ini melalui studi kepustakaan yang dipadu dengan penelitian lapangan melalui wawancara untuk memberikan paparan mengenai pertanggungjawaban pidana dan perlindungan anak dalam cyberbullying. Pertanggungjawaban pidana yang berlaku adalah sanksi hukuman atau tindakan untuk anak. Selain itu analisis pertanggungjawaban pidana anak berpedoman pada prinsip-prinsip perlindungan anak. Selanjutnya, perbandingan dengan Filipina, Australia, dan Finlandia terhadap kondisi di Indonesia dapat dijadikan rekomendasi untuk bisa diterapkan di Indonesia dalam rangka perlindungan anak dalam cyberbullying. Dari paparan tersebut kemudian dapat ditermukan kekurangan dalam upaya perlindungan anak beserta solusi untuk kedepannya.
ABSTRACT
This thesis mainly discusses about three problems. The first is about child criminal liability towards cyber bullying against fellow children, which is preceded by an explanation of the articles on the rules of Criminal law in Indonesia and based on Juvenile Justice Children Act. Secondly, is about preventive and repressive efforts that can be done in Indonesia in the framework of child protection. The Third, concern about Law enforcement, problems, also solutions in Philippines, Australia, and Finland as a comparison with the condition in Indonesia. By using literature research method combined with field research method through interview to give exposure about criminal liability is by punishment or actions sanction for children, but the imprisonment is the last resort ultimum remidium for children. In addition, the criminal liability of children analysis remains guided by four principles of child protection. Furthermore, in comparison with the Philippines, Australia, and Finland to the conditions in Indonesia can be made a recommendations to be applied in Indonesia in the context of the child protection efforts along with the solutions for the future.
2017
S69708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andaresta Dhinda Sasdana
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran yang dialami oleh anggota Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) yaitu penyandang disabilitas seluruh Indonesia berusia 17 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman cyberbullying terhadap penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja terjadi melalui berbagai metode komunikasi yaitu jejaring sosial, pesan singkat dan chat room. Cyberbullying terhadap korban disebabkan oleh preferensi fisik, prasangka, dan pembalasan. Bentuk cyberbullying yang dialami bersifat langsung dan tidak langsung berupa penghinaan dan penghinaan terhadap korban. Akibat dari cyberbullying ada pada aspek psikososial, reputasi, pendidikan dan kesehatan korban. Dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada korban adalah dengan mengajari korban untuk berkomunikasi secara tegas dengan membantu korban merumuskan kata-kata yang baik sebelum merespon pelaku dan menganjurkan untuk mengabaikan korban. Dukungan yang diberikan oleh teman sebaya adalah dengan menjadi pendengar bagi korban dan meminta teman sebaya korban untuk menghentikan perilaku cyberbullying terhadap korban. ......This research discusses cyberbullying in persons with hearing disabilities experienced by members of the Indonesian Deaf Welfare Movement (GERKATIN), namely persons with disabilities throughout Indonesia aged 17 years and over. This study aims to describe the experience of cyberbullying against persons with hearing disabilities during adolescence. This study uses a descriptive approach with qualitative methods. The results of this study indicate that cyberbullying to persons with hearing disabilities in adolescence occurs through various communication methods, namely social networks, short messages and chat rooms. Cyberbullying against victims is caused by physical preference, prejudice, and retaliation. The forms of cyberbullying that are experienced are direct and indirect in the form of insulting and insulting the victim. The consequences of cyberbullying are on the psychosocial, reputation, education and health aspects of the victim. The support provided by parents to victims is by teaching victims to communicate assertively by helping victims to formulate good words before responding to the perpetrators and encouraging them to ignore the victim. The support provided by peers is to listen to the victim and ask the victim's peers to stop cyberbullying behavior towards the victim.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Win Thussaadyah
Abstrak :
Perundungan siber termasuk kejadian traumatis yang masih banyak ditemukan saat ini. Dampak yang ditimbulkan cukup serius, seperti gangguan kesejahteraan mental dan kesehatan fisik. Pengungkapan merupakan salah satu metode penanganan yang bisa membantu korban perundungan siber pulih hingga mengalami posttraumatic growth. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini melibatkan 77 dewasa muda berusia 18 – 29 tahun yang pernah mengalami perundungan siber. Metode yang digunakan analisis regresi linear. Penelitian ini menemukan adanya peran pengungkapan terhadap posttraumatic growth (F(1,76) = 4,228, p<,05, R2 = 0,053). ......Cyberbullying is one of the most common traumatic incidents to be found today. The impacts are quite serious, such as disruption to mental and physical health. Disclosure is a method of treatment that can help victims of cyberbullying recover until they experience posttraumatic growth. This study was conducted to examine the role of disclosure on posttraumatic growth. This research involved 77 young adults aged 18-29 who had experienced cyberbullying. The method used is linear regression analysis. This study found that disclosure had a role in posttraumatic growth (F(1.76) = 4.228, p<.05, R2 = 0.053).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>