Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurasni
Abstrak :
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.
Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canada: AMYRSIS, 2007
616.075 43 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ellis, Harold
Oxford: Butterworth-Heinemann, 1994
R 611.0222 ELL h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yulianti
Abstrak :
Penelitian ini menyelidiki apakah pemilik perusahaan yang akan go public memilih metode-metode akuntansi dengan melakukan income-increasing discretionary accrual pada periode IPO. Ada dua alasan utama mengapa issuers memiliki motivasi yang tinggi untuk menaikkan keuntungan yang dilaporkan. Pertama, tidak adanya informasi harga sebelum penawaran telah membuat sulit pihak-pihak yang terlihal dalam proses IPO untuk menetapkan harga secara rasional. Kedua, ketiadaan informasi harga pasar ditambah kenyataan bahwa earnings merupakan salah satu target utama dalam evaluasi harga saham di pasar modal semakin memberi peluang kepada issuers untuk mengatur tingkat laba yang dilaporkan. Pengujian dilakukan terhadap 37 perusahaan yang go public tahun 1995 sampai dengan 1997 di Bursa Efek Jakarta. Model yang dikembangkan oleh Aharony et al (1993) serta persamaan empiric yang dibuat Healy, DeAngelo (1988) dipilih untuk pengujian data dengan melakukan beberapa modifikasi sesuai dengan keterbatasan data dan karakteristik IPO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings management ditemukan di 19 dart 37 perusahaan pada periode IPO. Hipotea kedua yaitu adanya hubungan antara penjualan, perkembangan perusahaan, arus kas operasi, umur rata-rata asset tetap, hutang jangka panjang serta proporsi kepemilikan modal atas perseroan tidak dapat diterangkan dengan baik( pada penelitian ini. Hal ini disebabkan telah terjadinya kesalahan type I dalam pengujian, karena menolak hipotesa yang pada hakikatnya benar. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya ditentukan oleh ditemukan atau tidaknya earning management pada periode IPO. Faktor-faktor seperti image perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan pemerintah, kondisi perekonomian dan politik secara umum juga turut mempengaruhi harga saham ke tingkat keseimbangan.
This research investigate whether owner of company to go public chosen accounting method conducted accrual income increasing discretionary period IPO. There is two special reason why issuers own high motivation to boost up reported advantage. First, inexistence of information of price before tender have made unrighteous difficult in concerned in course of IPO to price rationally. Second, no information of market price added by fact that earnings represent one of especial goals in evaluation of price of share in capital market progressively give opportunity to issuers to arrange story,- level of reported advantage. Examination conducted to 37 company which go public of year 1995 up to 1997 in Effect Exchange Jakarta. Model developed by Aharony et al (1993) and also equation of empiric made by Healy, Deangelo (1988) selected for examination of data conducted some modification as according to limitation of data and characteristic IPO. Result of research indicate that earnings management found 19 from 37 company at period IPO. Hypothesizing of Second that is existence of relation among sale, company growth, cash flow operate for, age of mean of asset remain to, long term liabilities and also proportion of its ownership of capital for copartner ship cannot be explained better at this research. This matter is caused by have the happening of mistake of type I in examination, because refusing hypothesizing which intrinsically correctness. Result of this research also express that price of share is not full determined by found earning management of at period IPO. Factors like image company, company policy, governmental regulation, condition of economics and political in general also partake to influence price of share to balance storey level.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Darmanto
Abstrak :
Angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2002 adalah 13,4 %, angka tcrsebut masih tinggi jika dibandingkan negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara, padahal dari berbagai literatur menyatakan bahwa adanya pengaruh yang sangal merugikan akibat kejadian BBLR pada tahap kehidupan sclanjutnya (masa balila, anal;- anak, rcmaja, dan dewasa). Disisi lain, masih sedikit penelitian di Indonesia yang mcngangkat masalah penyebab BBLR khususnya status ekonomi. Tujuan pcnclitian ini adalah mcngetahui hubungan tingkat perckonomian rumah langga di Indonesia tcrhadap kcjadian BBLR sclama kurun waktu tahun |997 - 2003. Khususnya didacrah pcdcsaan dan perkotaan Dcsain pcnelilian ini adalah polong Iinlang, yang mcnggunakan data sckundcr dari hasil survey SDK! tahun 2002 - 2003. Pengukuran tingkal perckonomian menggunakan variabcl wealth indcks, scdangkan pengukuran variabcl BBLR dalam bentuk katagorik. Sampcl yang dianalisis dalam pcnclitian ini benjiumlah 10049 data. Analisis statistik menggunakan rcgresi logislik ganda. Hasil analisis penelitian ini mcndapalkan gambaran perekonomian tingkat nasional yang hampir merata anlara perscntase kclompok ekonomi kcluarga tertinggi dengan terendah (sckitar 20 %). Untuk dncrah pcdcsan lebih banyak pcrscntasc kclompok ekonomi kcluarga terendah (37%). Gambaran sebaliknya pada dacrah pcrkolaan terlihat paling banyak adalah persentase kelompok ekonomi kcluarga tertinggi (35 %). Untuk variabel dependen, gambaran BBLR pada tingkat nasional sebesar 7,5 % pada kelompok ekonomi kcluarga terendah, sedangkan persmtase kelompok ekonomi keluarga tertinggi hanya 4,8 %. Urutan basil yang sama dapat ditemukan pada kelompok yang tinggal di daezah perkotaan, namun untuk daerah pedesaan, angka BBLR justru terendah pada kelompok ekonomi keluarga sedang (5,4 %). Pcnelitian ini menyimpulkan bahwa. adanya hubungan tingkat perekonomian rumah tangga dengan kejadian BBLR di Indonesia ku"un waktu 1997 - 2003. Untuk kelompok ekonomi keluarga rendah di Indonesia mepunyai kcccndcrungan untuk mcluhirkan BBLR sebcsar POR = 1,26 (95 % CI: l,04 - l,52) dibanding kelompok ekononomi kcluarga tinggi. Adanya Kcmaknaan hubungan kedua variabel tcrsebut juga terjadi pada daerah pedesaan (POR= |,36; 95 % Cl: 1,02 - l,8) namun tidak dcmikian halny dengan daerah perkotaan (POR= l,26; 95 % Cl: 0,81 - |,56). Penulis menyarankan adanya program pencegahan BBLR yang mcnyeluruh terutama pada kelompok ekonomi keluarga rendah, terlebih lagi kelompok ekonomi keluarga rendah yang tinggal di daemh pedesaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah antisipasi adanya data mising pada daerah pedesaan dan kelompok ekonomi keluarga rendah dalam pengumpuian data serta penambahan beberapa pertanyaan penting yang diduga mempunyai hubungan dengan kejadian BBLR pada kegiatan sejenis survei SDKI dimasa yang al-can datang. ......The prevalence of LBW lndonesia in 2002 is 13.4 %, that number is still high comparing with other countries in Southeast Asia, although from various literatures say that the existences ofthe harming effect because of the LBW occurrence in the next period of life (childhood, teenagers, and adults), in the other hands there are still a few researches in indonesia that rise about the couse of LBW especially in ES. The objective of this study is to know the relationship of ES household level in Indonesia upon the LBW during 1997 - 2003 period, especially in the rural and urban areas. This study is an analysis of secondary data gathered through Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2002 - 2003. Design of the study is cross sectional. The measurement ol`ES used wealth index variable and LBW variable is in the form of categorical data. The number of sample to analysis in this study is amount 10049 data, statisic analysis used multiple logistic regression. The result of this study shows that representation at national level ofES is almost equal in all strata of economics (i 20 %). ln the rural area, poorest families group has highest percentage (37 %). lt’s dissimilar in the urban area that show most richest families group (35 %). For dependent variable, the representation of LBW in national level is 7.5 % in the poorest group, while the percentage ofthe richest is only 4.8 %. The same sequence result can be found in the group who live in the urban areas, but for the rural areas, the number of LBW is even the lowest in the middle of ES (5,4 %). The study concludes that there is relationship between ES in household level with the prevalence ot`LBW in Indonesia for the period 1997 - 2003. The poor families in Indonesia has tendency for having LBW for as much of POR = 1.26 (95 % CI: 1.04 - 1.52) comparing to the rich families. The result in the rural level have relationship as much of POR= l,36; 95 % Cl: 1,02 ~ l,8, but in the urban area haven’t significant value (POR= l,26; 95 % CI: 0,81 - I,56). The writer suggest that the existence ol' comprehensive prevention progmm of LBW especially in the poor group, more over the poor families who live in n.|ral areas. Other case that needed to be considered is the anticipation of missing data in rural areas and the poor families group while data collection and to addition ol` some essential questionnaires that suspected has importance relation with LBW prevalence in the similar survey of IDHS in the next fixture.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Wardhani
Abstrak :
Skripsi ini membahas faktor risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada juru kamera sinetron pada PT Soraya Intercine Films tahun 2009 yang dinilai dengan metode Rapid Upper Limb Assessment. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian observasional dengan desain studi cross-sectional dan dilakukan pada 4 orang juru kamera sinetron pada PT Soraya Intercine Films. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko MSDs pada juru kamera yang diteliti memiliki skor akhir RULA 6 yang artinya adalah perlu penyelidikan lebih lanjut dan perubahan segera. Selain itu, seluruh juru kamera yang diteliti mengaku mengalami keluhan terkait dengan MSDs. Penulis menyarankan agar tinggi tripod yang digunakan disesuaikan agar postur janggal dapat dihindari dan menambah juru kamera dalam tim produksi agar durasi kerja dapat dikurangi. ......The focus of this study is Musculoskeletal Disorders risk factors among television series cameramen in PT Soraya Intercine Films 2009 measured by Rapid Upper Limb Assessment. This study is an observational study using a cross-sectional design and the data were collected from 4 cameramen in PT Soraya Intercine Films. The result shows that based on RULA, total score of MSDs risk level is 6 which means further investigation and immediate change are required. Furthermore, all observed cameramen also complained about some uncomfortable conditions related to MSDs. The author suggests that the height of tripod should be adjusted in order to avoid awkward postures. Additional cameramen are also needed for the team to reduce the long duration of work.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Wismandanu
Abstrak :
ABSTRAK Praktik swamedikasi antibiotik dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat seperti munculnya efek samping yang tidak diinginkan akibat kesalahan pengobatan serta masalah resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan swamedikasi antibiotik di Indonesia. Studi ini merupakan studi cross sectional yang diambil dari Riskesdas 2013. Analisis dilakukan dengan cox regresi untuk mengetahui nilai hubungan (PRR) antara area tempat tinggal, waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, kepemilikan asuransi dan status ekonomi dengan praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga di Indonesia. Prevalensi praktik swamedikasi antibiotik pada rumah tangga yang menyimpan obat di Indonesia adalah 57,3%. Berdasarkan analisis multivariate, faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik adalah area tempat tinggal, jarak ke fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan meskipun nilai hubungan ini sangat kecil dengan nilai PRR 0,894 (95% CI 0,876-0,912). 0,931, 95% CI 0,931-0,969 dan 1,085, 95% CI 1,063-1,107) secara berturut-turut. Status ekonomi rumah tangga tidak berhubungan dengan praktik swamedikasi antibiotik. Pentingnya upaya peningkatan pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya secara tepat perlu dilakukan terutama untuk masyarakat agar perilaku praktik swamedikasi antibiotik tidak lagi dilakukan.
ABSTRACT Self-medication with antibiotics is one of a public health problem. The objectives of this study are to find the prevalence of self-medication with antibiotics in household and the factors associated with antibiotic self-medication in Indonesia. The cross sectional survey method from Riskesdas 2013 was performed and analyzed with cox regression to find the factors that associated with self ? medication with antibiotic in household in Indonesia. The prevalence of self-medication with antibiotics on household that store drugs in Indonesia show result 57,3%. Based on multivariate analysis, the factors that associated with self-medication with antibiotics on household in Indonesia are living area, access to health facility and health insurance ownership PRR 0,894 95% CI 0,876-0,912, PRR 0,931, 95% CI 0,931-0,969 and 1,085, 95% CI 1,063-1,107, respectively. Economic status not associated with self-medication with antibiotic in Indonesia. Enhancing the knowledge and appropriate use of drugs especially for people in rural area is important, so that self-medication with antibiotics no longer applied.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Adiyantoko
Abstrak :
Menciptakan Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agarsiswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerjayang terbaik. Meningkatkan iklim keselamatan Sekolah memfasilitasi pencapaiankinerja akademik dengan menghilangkan bahaya yang dapat membebani prosesbelajar mengajar. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakandesain penelitian cross sectional, yaitu pengisian kuisioner oleh kepala Sekolah,guru, staff Sekolah dan siswa. Untuk data kecelakaan di peroleh dengan wawancaraterhadap kepala Sekolah atau guru di Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwaIklim keselamatan yang ada di Sekolah Dasar Kecamatan Beji ndash; Depok tahun 2018memiliki kategori baik. Saat di petakan Sekolah Dasar Swasta Islam Terpadumendapatkan score tertinggi di bandingkan dengan Sekolah Dasar Swasta MI/MIS danSekolah Dasar Negeri. Data kecelakaan tertinggi terjadi karena terjatuh. Faktor-faktoryang menjingkatkan iklim keselamatan adalah komitmen managemen, lingkunganSekolah yang nyaman, fasilitas yang memadai, dan jumlah guru yang cukup. ...... Having a school which is safe and comfortable is very important so that the students canget the best achievement and the teachers could give the best performance at school.Increasing the keselamatan climate at school and also decreasing any risk or danger thatcan burden the teaching and studying process can help to achieve it. This research isanalytic and descriptive and using cross sectional method, which is questionnaire for theheadmaster, teachers, school staffs, and the students. The data for accident is collected byhaving interviews with headmaster and teachers at school. The result of this research showsthat the keselamatan climate of the elementary schools in Beji sub district, Depok in 2018has good category. Specifically, Islam Terpadu elementary school has the highest scorethan public school and MI MIS. The accident with the highest frequency is falling down.The factors that can increase the value of keselamatan climate are managementcommitment, good school environment, good facility, and adequate number of teacher.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulaida Maya Sari
Abstrak :
Instansi XYZ di Serpong menerapkan jadwal kerja shift untuk keperluan pengoperasian dan pengamanan fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya. Jadwal kerja shift dibagi menjadi 2 shift (12 jam per hari) dan 3 shift (8 jam per hari). Kondisi waktu kerja yang panjang dan jadwal kerja dengan sistem shift membuat karyawan lebih berisiko mengalami fatigue. Dari sudut pandang ini, penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan fatigue pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Penelitian dengan desain studi cross sectional dilakukan pada 320 karyawan Instansi XYZ di Serpong. Kuesioner yang telah divalidasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik individu (usia, jenis kelamin, IMT, dan status kesehatan), gaya hidup (durasi tidur, hutang tidur, kualitas tidur, kebersihan tidur, aktivitas fisik, kebiasaan minum kafein, dan kebiasaan merokok), fisik (punggung statis, punggung dinamis, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher), dan psikososial (waktu kerja, kerja shift, tuntutan kerja, dukungan sosial, kepuasan kerja, dan stres kerja). Tes deskriptif dan analisis regresi linier ganda digunakan untuk analisis statistik. Analisis multivariat menunjukkan bahwa umur, lama tidur, higiene tidur, jadwal kerja, dan stres kerja merupakan faktor yang signifikan dapat memprediksi kelelahan pada karyawan Instansi XYZ di Serpong. Berdasarkan besarnya nilai koefisien B maka faktor psikososial (jadwal kerja dan stres kerja) yang lebih dominan mempengaruhi terjadinya kelelahan. ......The XYZ Institution in Serpong applies a shift work schedule for the purposes of operating and securing nuclear facilities and supporting systems. The shift work schedule is divided into 2 shifts (12 hours per day) and 3 shifts (8 hours per day). Long working time conditions and shift work schedules make workers more at risk of fatigue. From this point of view, the study was conducted to analyze risk factors related to fatigue among workers of XYZ Institution. This descriptive-cross-sectional study was carried out on 320 workers of XYZ Institution in Serpong. A validated self-reported questionnaire was used to obtain information on individual characteristics (i.e. age, gender, BMI, and health status), lifestyle (i.e. sleep duration, sleep debt, sleep quality, sleep hygiene, physical activity, caffeine drinking habits, and smoking habits), physical (i.e. back static, back moving, shoulder/arm, wrist, and neck), and psychosocial (i.e. working time, shift work, work demand, social support, job satisfaction, and work stress) factors. Descriptive tests and multiple linear regression analysis were used for statistical analysis. Multivariate analysis showed that age, sleep duration, sleep hygiene, work schedule, and work stress as the most significant predictors of fatigue in workers at the XYZ Institution. Based on the magnitude of the coefficient value B, psychosocial factors (work schedule and work stress) are more dominant factors affecting fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudini
Abstrak :
Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya stunting adalah kehamilan usia remaja. Angka prevalensi stunting di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih diangka 18,6% di tahun 2021, padahal targetnya harus dibawah 10,38% di tahun 2024. Disamping itu, data terkait pernikahan usia remaja terus meningkat dari tahun ke tahun yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga mencapai 18,76% pada tahun 2020 sehingga menempatkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi urutan pertama dari 34 provinsi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat kontribusi kehamilan usia remaja dengan kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2021. Peneliti menggunakan desain studi cross sectional dimana data yang digunakan merupakan total sampling dari SSGI Tahun 2021 wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 2.969 responden. Analisis data dengan regresi logistik menggunakan sofware STATA 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting dapat diturunkan sebesar 3,4% jika kehamilan usia remaja dapat dikendalikan, dimana risiko kehamilan usia remaja untuk terjadi stunting pada anak usia 0-59 tahun sebesar 1,25 kali (95% CI: 0,70 – 2,23) setelah dikontrol oleh variabel ASI Ekslusif dan variabel BBLR. Adanya kontribusi dan pengaruh kehamilan usia remaja terhadap kejadian stunting mengharuskan adanya intervensi dalam pengendalian pernikahan usia dini dengan melibatkan sektor kesehatan, pendidikan, agama, dan adat. ......One of the factors that can cause stunting is teenage pregnancy. The stunting prevalence rate in the Bangka Belitung Islands Province is still at 18.6% in 2021, even though the target must be below 10.38% in 2024. In addition, data related to teenage marriage continues to increase from year to year in the Province Bangka Belitung Islands reached 18.76% in 2020, placing the Bangka Belitung Islands Province in first place out of 34 provinces in Indonesia. The purpose of this study was to see the contribution of teenage pregnancy to the incidence of stunting in children aged 0-59 months in the Bangka Belitung Islands Province in 2021. The researchers used a cross-sectional study design where the data used was total sampling from SSGI in 2021 in the Bangka Islands Province. Belitung as many as 2,969 respondents. Data analysis using logistic regression using STATA 13 software. The results showed that the prevalence of stunting could be reduced by 3.4% if teenage pregnancies could be controlled, where the risk of teenage pregnancies for stunting in children aged 0-59 years was 1.25 times (95% CI: 0.70 – 2.23) after being controlled by exclusive breastfeeding and LBW variables. The contribution and influence of teenage gestational age on the incidence of stunting requires intervention in controlling early marriage by involving the health, education, religion, and customary sectors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>